Anda di halaman 1dari 91

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
(Materi Bahasan)

Dr. M. Kadarisman
FT UMJ
BAB I. PENGERTIAN, TUJUAN, LATAR
BELAKANG, RUANG LINGKUP

A. Pengertian Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan


yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara
negara dan warga negara. Kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
negara yang mengakibatkan adanya kewajiban
negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang
berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis


- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan
adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan
negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai
dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti
ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan
sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formal dan material.
- Kewarganegaraan dalam arti formal menunjukkan pada
tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum,
masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
- Kewarganegaraan dalam arti material menunjukkan
pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu
adanya hak dan kewajiban warga negara.
B. Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya
sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak
dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
B. Tujuan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan


warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman
politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri
dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
•Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah
pengembangan:
1. nilai-nilai cinta tanah air;
2. kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi
negara;
4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan
lingkungan hidup;
5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan
negara, serta
6. kemampuan awal bela negara.
• Pengembangan standar isi pendidikan
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dijabarkan dalam rambu-rambu materi
pendidikan kewarganegaraan.
• Rambu-rambu materi pendidikan
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi materi dan kegiatan bersifat
fisik dan nonfisik.
• Pengembangan rambu-rambu materi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri sesuai
lingkup penyelenggara pendidikan
kewarganegaraan.
C. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Latar belakang diadakannya kewarganegaraan adalah bahwa


semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan
mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa
dalam masa perjuangan fisik, sedangkan dalam menghadapi
globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan
perjuangan mono fisik sesuai dengan bidang profesi masing
– masing.
 Perjuangan ini dilandasi oleh nilai – nilai perjuangan
bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang cinta tanah air
dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam
rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.
 Kompetensi/kemampuan yang diharapkan
dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Bahwa dengan pendidikan kewarganegaraan


dimaksudkan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan
memiliki pola pikir, pola sikap dan prilaku
sebagai pola tindak yg cinta tanah air
berdasarkan Pancasila, semua itu diperlukan
demi tetap utuh & tegaknya NKRI.
 Beberapa Pemahaman:

 Bangsa adalah Orang-orang yang memiliki kesamaan


asal keturunan, adat istiadat, bahasa dan sejarah serta
berpemerintahan sendiri.
 Bangsa adalah Kumpulan manusia yang terikat karena
kesatuan bahasa & wilayah tertentu di muka bumi.
Bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yg
mempunyai kepentingan yg sama & menyatakan dirinya
sebagai satu bangsa serta berproses dalam satu wilayah
yg disebut nusantara Indonesia.
 Negara adalah Suatu organisasi dari sekelompok
manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah
tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang
mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tersebut.
 Negara adalah Satu perserikatan yang melaksanakan
satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat
masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk
ketertiban sosial.
 Proses bangsa yang menegara diawali dengan adanya
pengakuan yang sama atas kebenaran hakiki dan
kesejarahan yang merupakan gambaran kebenaran
secara faktual dan otentik.
Proses bangsa yang bernegara

adalah memberikan gambaran tentang


terbentuknya bangsa dimana kelompok manusia
didalamnya bagian dari bangsa, negara merupakan
organisasi yg mewadahi bangsa tersebut
berdasarkan pentingnya keberadaan negara
sehingga tumbuhlah kesadaran utk
mempertahankan keutuhan negara melalui upaya
bela negara. upaya ini dapat terlaksana dengan baik
apabila tercipta pola pikir,pola sikap & tindak
perilaku bangsa yg berbudaya yang memotivasi
keinginan untuk membela negara.
BAB II. IDENTITAS NASIONAL

Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu


bangsa yang bersifat khas dan membedakannya
dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada
sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan
“identitas nasional”.

Namun demikian, proses pembentukan identitas


nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi
sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual
mengikuti perkembangan zaman.
Secara umum beberapa unsur yang terkandung dalam
identitas nasional antara lain :
 Pola perilaku

Adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam


kehidupan sehari-hari.
 Lambang-lambang

Adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi


Negara.
 Alat-alat perlengkapan

Adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang


digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan,
peralatan dan teknologi.
 Tujuan yang ingin dicapai

Yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan tidak


tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu.
 Unsur-unsur Pembantuk Identitas Nasional
Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah dikenal sebagai
sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat
dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan
bahasa.
Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah Negara,
bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang
gemilang. Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya.
Kebesaran dua kerajaan nusantara tersebut telah membekas pada
semangat perjuangan BangsaIndonesia pada abad-abad
berikiutnya. Semangat juang bangsa Indonesia dalam menguisir
penjajah, menurut banyak ahli, telah menjadi ciri khas tersendiri
bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur
pembentuk identitas nasional Indonesia.
Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentukan
identitas nasional meliputi tiga unsur, yaitu akal budi,
peradaban, dan pengetahuan.

Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa
Indonesia. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia
dapat dilihat pada keberadaan lebih dari ribuan
kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan
kepulauan.
Agama
Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari
kemajemukan alamiahIndonesia. Dengan kata lain, keragaman
agama dan keyakinan diIndonesiatidak hanya dijamin oleh
konstitusi Negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan
Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri
bangsaIndonesia.

Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas
nasionalIndonesiayang penting. SekalipunIndonesiamemiliki
ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa
yang digunakan bahasa Melayu) sebagai bahasa penghubung
berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara
memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsaIndonesia.
A. Karakteristik Identitas Nasional Indonesia

Identitas merupakan indikator khusus yang berfungsi


sebagai pembeda suatu subjek dari subjek yang lain.
Secara harfiah identitas atau jati diri memiliki dua arti
sebagai ciri-ciri yang melekat pada manusia atau benda
dan sebagai surat keterangan yang dapat menjelaskan
pribadi seseorang dan riwayat hidupnya. Identitas juga
dapat diperoleh sebagai hasil aksi yang dilakukan
seseorang sebagai respon terhadap keadaan sekitar yang
telah diberi penilaian oleh orang lain yang melihat.
Dari sini dapat dikatakan bahwa identitas
menjadi elemen penting ketika seseorang
melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi
dilakukan dalam rangka mencapai kepentingan
dan menentukan posisi seseorang dalam
melaksanakan perannya.
Identitas dibedakan menjadi identitas individu
dan identitas kolektif. Ada sebagian identitas
yang tidak dapat diubah dan ada identitas yang
dapat dengan mudah diubah dengan cara
memanipulasi atau mengaktifkan sejumlah
atribut yang diperlukan untuk tujuan tersebut
(Suparlan,1999:3).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
terutama dalam interaksi di dunia internasional,
identitas nasional merupakan suatu kerangka yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam bertindak.
Identitas nasional inilah yang mencetak
kepribadian nasional; jati diri suatu bangsa.
Kepribadian nasional atau jati diri bangsa digali
dari nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam bangsa
Indonesia dan diyakini kebenarannya.
Oleh sebab itu bangsa Indonesia memiliki
pembeda yang jelas dengan bangsa-bangsa lain
karena mereka tidak memiliki nilai ke-Indonesia-
an yang dapat diakui sebagai identitas.

Identitas nasional terbentuk karena adanya


perasaan satu, sanasib sepenanggungan sebagai
sesama bangsa Indonesia. Intensnya interaksi
sesama bangsa Indonesia dibandingkan dengan
bangsa lain karena kesatuan geografis juga menjadi
faktor terbentuknya identitas bersama.
 Referensi :
Salim, Arshal, GP, at al., 2000, Pendidikan Kewarganegaraan,
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Press,
Jakarta.
Nasikun, Prof. Dr., at al., 2006, Pancasila Sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, Pusat Studi Pancasila UGM,
Yogyakarta.
B. Proses Berbangsa dan Bernegara

Dalam upaya untuk memahami proses


berbangsa dan bernegara, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan kehidupan suatu masyarakat .
Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting
ketika suatu masyarakat itu mulai menyadari
bagaimana posisinya sekarang dan seperti apa
jati diri atau identitasnya serta apa yang akan
dilakukannya kedepan.
Dalam hal ini, masyarakat dituntut untuk
menciptakan suatu identitas bersama, karena hal
ini dapat memberikan masyarakat disuatu wilayah
tertentu suatu perasaan solidaritas sosial. Nilai ,
norma-norma, merupakan peraturan – peraturan
( hak dan kewajiban ) yang menunjukkan
bagaimana nila-nilai tersebut akan diwujudkan.
BAB III. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

Pengertian Politik Strategi dan Polstranas

 Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu


Polistaia, Polis berarti kesatuan masyarakat yang
mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara),
sedangkan taia berarti urusan. Dari segi kepentingan
penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-
beda.
 Untuk lebih memberikan pengertian arti politik
disampaikan beberapa arti politik dari segi
kepentingan penggunaan, yaitu :

1. Dalam arti kepentingan umum (politics). Politik dalam


arti kepentingan umum atau segala usaha untuk
kepentingan umum, baik yang berada dibawah
kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah, lazim
disebut Politik (Politics) yang artinya adalah suatu
rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan
alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai
dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan
untuk mencapai keadaan yang kita inginkan.
2. Dalam arti kebijaksanaan (Policy). Politik adalah
penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu
usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan yang kita
kehendaki.

 Dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya adalah adanya :


– proses pertimbangan – menjamin terlaksananya suatu
usaha – pencapaian cita-cita/keinginan . Jadi politik
adalah tindakan dari suatu kelompok individu mengenai
suatu masalah dari masyarakat atau negara.Dengan
demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan : * Negara * Kekuasaan * Kebijakan umum *
Distribusi
Dasar Pemikiran Penyususan Politik dan
Strategi Nasional

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu


memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam sistem manajemen nasional yang
berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Landasan pemikiran dalam manajemen nasional
sangat penting sebagai kerangka acuan dalam
penyususan politik strategi nasional, karena
didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita
nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia.
Penyusunan Politik dan Strategi Nasional.
Proses penyusunan politik strategi nasional pada
infrastruktur politik merupakan sasaran yang
akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai
dengan kebijakan politik nasional, penyelenggara
negara harus mengambil langkah-langkah
pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat
dengan mencantumkan sasaran masing-masing
sektor/bidang. Dalam era reformasi saat ini
masyarakat memiliki peran yang sangat besar
dalam mengawasi jalannya politik strategi
nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh
Presiden.
Stratifikasi Politik Nasional

Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik


Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tingkat penentu kebijakan puncak


2. Tingkat kebijakan umum
3. Tingkat penentu kebijakan khusus
4. Tingkat penentu kebijakan teknis
5. Tingkat penentu kebijakan di Daerah
Politik Pembangunan Nasional dan Manajemen Nasional

Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan


selama ini dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan
oleh MPR. Hal ini berlaku sebelum adanya penyelenggaraan
pemilihan umum Presiden secara langsung pada tahun 2004.
Setelah pemilu 2004 Presiden menetapkan visi dan misi yang
dijadikan rencana pembangunan jangka menengah yang
digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan pemerintahan
dan membangun bangsa.
* Makna pembangunan nasional .Pembangunan nasional
mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang
selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan
masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan
batin.
* Manajemen nasional . Pada dasarnya sistem
manajemen nasional merupakan perpaduan
antara tata nilai, struktur dan proses untuk
mencapai daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan
sumber daya nasional demi mencapai tujuan
nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan
terpadu meliputi siklus kegiatan perumusan
kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan
kebijaksanaan, dan penilaian hasil kebijaksanaan
terhadap berbagai kebijaksanaan nasional.
Otonomi Daerah . Tujuan pemberian otonomi tetap
seperti yang dirumuskan saat ini yaitu memberdayakan
daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa
dan peran serta masyarakat dalam proses
pemerintahan dan pembangunan.

Pemerintah juga tidak lupa untuk lebih meningkatkan


efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
fungsi-fungsi seperti pelayanan, pengembangan dan
perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan
NKRI. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
seperti desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, diselenggarakan secara proporsional
sehingga saling menunjang.
 Implementasi Politik dan Strategi Nasional
Implementasi politik dan strategi nasional di bidang
hukum:
1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan
masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan
hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya
negara hukum.
2. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum
agama dan hukum adat serta memperbaharui
perundang–undangan warisan kolonial dan hukum
nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan
gender dan ketidaksesuaianya dengan reformasi melalui
program legalisasi.
3. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat,
mudah, murah dan terbuka, serta bebas korupsi dan
nepotisme dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan
dan kebenaran.
4. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta
meningkatkan perlindungan. Penghormatan dan
penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek
kehidupan.
5. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap
pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum
ditangani secara tuntas. Implemetasi politk strategi
nasional dibidang ekonomi.
6. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan
memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai–
nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup,
pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan
yang sama dalam berusaha dan bekerja,
perlindungan hak–hak konsumen, serta
perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.
7. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta
menghindarkan terjadinya struktur pasar monopolistik
dan berbagai struktur pasar distortif, yang merugikan
masyarakat. Implementasi politik strategi nasional di
bidang politik
8. Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang bertumpu pada
kebhinekatunggalikaan. Untuk menyelesaikan masalah–
masalah yang mendesak dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perlu upaya
rekonsiliasi nasional yang diatur dengan undang–
undang.
9. Menyempurnakan Undang–Undang Dasar 1945
sejalan dengan perkembangan kebutuhan
bangsa, dinamika dan tuntutan reformasi,
dengan tetap memelihara kesatuan dan
persatuan bengsa, serta sesuai dengan jiwa dan
semangat Pembukaan Undang–Undang Dasar
1945.
10. Mengembangkan sistem politik nasional yang
berkedudukan rakyat demokratis dan terbuka,
mengembangkan kehidupan kepartaian yang
menghormati keberagaman aspirasi politik,
serta mengembangkan sistem dan
penyelengaraan pemilu yang demokratis
dengan menyempurnakan berbagai peraturan
perundang–undangan dibidang politik.
a. Politik luar negeri
b. Penyelenggara negara
c. Komunikasi, informasi, dan media massa
d. Agama
Pendidikan. Secara umum Pembangunan Daerah adalah
sebagai berikut :
*Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan
bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga
hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga
swadaya masyarakat, serta seluruh masayrakat dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
*Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi
daerah bagi daerah propinsi, daerah kabupaten, daerah
kota dan desa.
* Mempercepat pembangunan ekonomi daerah
yang efektif dan kuat dengan memberdayakan
pelaku dan potensi ekonomi daerah serta
memperhatikan penataan ruang, baik fisik
maupun sosial sehingga terjadi pemerataan
pertumbuhan ekonomi sejalan dengan
pelaksanaan ekonomi daerah. Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup.
Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya
dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
* Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam
dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi,
rehabilitasi, dan penghematan penggunaan, dengan
menerapkan teknologi ramah lingkungan.
* Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan
pemeliharaan lingkungan sehingga kualitas ekosistem
tetap terjaga, yang diatur dengan undang–undang.
Implementasi di bidang pertahanan dan keamanan.
* Menata Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma
baru secara konsisten melalui reposisi, redefinisi, dan
reaktualisasi peran Tentara Nasional Indonesia sebagai
alat negara untuk melindungi, memelihara dan
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri,
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
memberikan darma baktinya dalam membantu
menyelenggarakan pembangunan.
* Meningkatkan kualitas keprofesionalan .Tentara
Nasional Indonesia, meningkatkan rasio kekuatan
komponen utama serta mengembangkan kekuatan
pertahanan keamanan negara ke wilayah yang di dukung
dengan sarana, prasarana, dan anggaran yang memadai.
* Memperluas dan meningkatkan kualitas kerja
sama bilateral bidang pertahanan dan keamanan
dalam rangka memelihara stabilitas keamanan
regional dan turut serta berpartisipasi dalam
upaya pemeliharaan perdamaian dunia.
A. Sistem Konstitusi

 Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis


(constituer) yang berarti membentuk. Pemakaian
istilah konstitusi yang diomaksud ialah
pembentukan suatu negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara.
 Sedangkan istilah Undang-Undang dasar
merupakan terjemahan istilah dari bahasa
Belanda Gronwet. Perkataan wet diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia undang-undang dasar,
dan grond berarti tanah atau dasar.
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere.
Cume adalah sebuah presposisi yang berarti
“bersama-sama dengan…”, sedangkan statuere
mempunyai arti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere
mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan/menetapkan”. Dengan demikian
bentuk tunggal dari konstitusi adalah menetapkan
sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak
dari jonstitusi berarti segala yang ditetapkan.
1. Substansi Konstitusi
 Para sarjana ada yang membedakan arti
konstitusi dengan Undang-Undang dasar dan
ada juga yang menyamakan arti keduanya.
L.J.Van Apeldoorn membedakannya Konstitusi
(constitution) adalah memuat peraturan tertulis
dan peraturan tidak tertulis, sedangkan Undang-
Undang Dasar (gronwet) adalah bagian tertulis
dari konstitusi. Sri Sumantri menyamakan arti
keduanya sesuai dengan praktek ketatanegaraan
di sebagian besar negara-negara dunia termasuk
Indonesia.
 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa konstitusi meliputi peraruran
tertulis dan tidak tertulis. Undang-Undang dasar
merupakan konstitusi yang tertulis. Dengan demikian
konstitusi dapat diartikan sebagai berikut:
1) suatu kumpulan kaidah yang memberikan
pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada para
penguasa.
2) Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan
sekaligus petugasnya dari suatu sistem poliotik.
3) Suatu gamabaran dari lembaga-lembaga negara.
4) Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak
asasi manusia.
 Pada hakikatnya konstitusi itu berisi tiga hal
pokok, yaitu:
1) adanya jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia dan warga negaranya,
2) ditetepkan susunan ketatanegaraan suatu
negara yang bersifat fundamental,
3) adanya pembagian dan pembatasan tugas
ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
 Sedangkan menurut Miriam Budiardjo, setiap undang-
undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai:

a)organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara


legislatif, eksekutif dan yudikatif, pembagian kekuasan
antara pemerintah pusat atau federal dengan
pemerintahan daerah atau negara bagain, prosedur
menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh salah
satu badan pemerintah dan sebagainya. Konstitusi
dianggap sebgai kesatuan yang nyata yang mencakup
semua bangunan hukum dan semua organisasi-
organisasi yang ada dalam negara. Dalam konstitusi
terlihat bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem
pemerintahan dari negara tersebut.
b) Hak-hak asasi manusia. Jaminan akan Hak-hak assi
manusia harus tedapat dalam suatu konstitusi, karena
kelahiran konstitusi itu sendiri tidak lepas dari usaha
perubahan dari negara yang otoriter kepada negara yang
menjamin hak-hak rakyat. Oleh itu itu konstitusi harus
berisi jaminan terhadap hak-hak rakyat tidak akan
dilanggar oleh pihak-pihak yang memegang kekuasaan.
c) Prosedur mengubah undang-undang dasar. Konstitusi
suatu negara dibuat berdasarkan pengalaman dan
kondisi sosial politik masyarakatnyam kehidupan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan akibat
dari pembangunan, modernisasi dan mumculnya
perkembangan-perkembangan baru dalam
ketatanegaraan, maka oleh sebab itu suatu konstitusi
harus terbuka dalam menerima perubahan zaman.
d) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah
sifat tertentu dari undang-undang dasar, seperti
dalam UUD 1945 dilarang merubah bentuk
negara Kesatuan. Ketentuan ini diperluakan
untuk menjamin kesinambungan sejarah
kenegaraan suatu negara, sehingga ada hal yang
prinsip tidak boleh dirobah sekalipun zaman
telah mengalami suatu perubahan.
2. Tahap-Tahap Amandemen Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945
Perubahan UUD 1945 tidak semata-mata
ditentukan oleh kekuatan hukum mengatur tata
cara perubahan, tetapi lebih ditentukan oleh
berbagai kekuatan politik dan sosial yang sedang
bergulir di era reformasi. Kalau mengikuti
prosedur hukum, sesuai dengan harus telih
dahulu dilakukan referendum dan barulah MPR
melakukan perubahan sesuai pasal 37 UUD 1945
setelah rakyat menyetujui 90% suara.
 Kenapa UUD 1945 di Amandemen?
Setelah mengenal perubahan konstitusi serta
prosedur perubahannya, pertanyaan yang
muncul kemudian adalah bagaimana dengan
UUD 1945? Apakah UUD 1945 memberikan
peluang bagi terlaksananya perubahan? Jika
perubahan itu dimungkinkan, apakah menganut
perubahan sistem penggantian (renewal) atau
amandemen (perubahan pasal-pasalnya).
 Jika diamati, dalam UUD 1945 menyediakan
satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD, yaitu pasal 37 UUD yang
mengandung 3 norma, yaitu:
1) wewenang untuk mengubah UUD ada pada
MPR
2) mengubah UUD, kuorum yang harus
dipenuhi sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota MPR hadir.
3) Putusan perubahan disetujui 2/3 dari jumlah
yang hadir.
 Setelah berakhirnya pemerintahan Suharto terbuka
kesempatan para pakar untuk membicarakan perlunya
Undang-Undang Dasar 1945 untuk dilakukan
amandemen. Beberapa pakar yang mengumakan
perlunya perubahan UUD 1945 antara lain:
Laica Marzuki (1999) berpendapat bahwa dalam
menuju Indonesia baru yang demokratis, perlu UUD
1945 diamandemen dengan pertimbanganya adalah:
1. UUD 1945 adalah sementara, sebagaimana tatkala
PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
dalam rapatnya, tertanggal 18 Agustus 1945, di
gedung Pejambon, Jakarta, Ketua PPKI Ir. Sukarno
mengemukakan bahawasanya UUD yang disahkan
rapat adalah UUD yang bersifat sementara dan kelak
dibuat UUD yang lebih lengkap dan sempurna.
2. UUD 1945 menumbuhkan figur Presiden
yang diktatorial, hal ini terlihat dalam Pasal 7
yang dapat digunakan oleh Suharto untuk
memegang jabatan Presiden selama 32 tahun.
Belajar dari sejarah Amerika dimana Konstitusi
Amerika (1787) semula tidak membatasi masa
jabatan Presiden, namun mengalami perubahan
yang disetujui oleh Kongres 12 Maret 1947 yang
membatasi jabatan Presiden dua kali empat
tahun.
3. Mahkamah Agung perlu diperbakali hak menguji
undang-undang (Judicial Review), dengan kedudukan
Presiden yang kuat dalam system pemerintahan
Presidensial membutuhkan perimbangan kekuasaan
yang cukup kuat pula di pihak Mahkah Agung, yakni
membekali Mahkamah Agung dengan kewenangan
pengujian (toetsing) terhadap undang-undang (Judicial
review). Sedangkan pasal 26 ayat (1) dengan undang-
undang No.14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Kehakiman menurut sama sekali
kemungkinan MA melakukan pengujian terhadap
undang-undang.
4. Dalam kenyataannya selama 32 tahun pemerintahan
Orde Baru, memberikan kekuasaan yang maha dahsyat
kepada Presiden, baik sebagai Kepala Negara maupun
sebagai Kepala Pemerintahan, sehingga hasilnya justru
lebih parah daripada yang terjadi pada masa Orde lama.
Kenyataan ini menurut Muchsan (1999. 3-7) atas dasar
indikator sebagai berikut:
1) Dengan adanya fusi antar partai politik sehingga
hanya dua partai politik dan satu Golkar membrangus
sistem demokrasi,
2) Adanya single majority pada, sama dengan one party
system,
3) Secara material Presiden memiliki kekuasaan
yang tidak terbatas, meliputi kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif,
4)Semua lembaga pengawasan terhadap
pemerintah dibuat sedemikian rupa, sehingga
tidak berdaya;
5)MPR yang merupakan corong Presiden
menyatakan tidak akan merubah UUD;
6)Secara material jabatan Presiden tidak terbatas;
7) Lembaga-lembaga Tinggi Negara yang
lain melakukan politik “yes men”.
Berdasarkan indikator itu menurut Prof. Muchsan (1999)
ada sesuatu yang salah dalam UUD 1945. “Something
wrong” yang terdapat dalam UUD 1945 mengakibatkan
kerancuan dalam kehidupan bernegara, antara lain
mengenai (1) pengaturan system demokrasi, (2) system
pemerintahan, (3) pembagian kekuasaan, (4) pengaturan
Presiden dan Wakil Presiden, dan (5) pengaturan tentang
hak asasi manusia. Pengaturan UUD 1945 yang sangat
fleksibel ini mudah sekali muncul penafsiran yang
subyektif. Sehubungan dengan itu UUD 1945 sebagai
hukum dasar negara harus diganti dengan UUD yang
baru, tidak cukup hanya dilakukan amandemen.
UUD yang baru harus dirumuskan secara rigid,
sehingga tidak menimbulkan celah bagi interpretasi
yang salah. Menurut Muchsan penggantian ini
harus dilakukan terhadap batang tubuh dan
penjelasannya, sedangkan pembukaannya yang
meiliki nilai filosofis dapat dipertahankan,
sedangkan untuk menyusun UUD yang baru
sebagai pengganti UUD 1945, negara RI memilih
cara pembentukkan lembaga Mahkamah
Konstutusi.
Sedangkan menurut pakar Moh. Mahmud MD
(1999) berdasarkan berbagai studi tentang UUD
1945 tercatat kelemahan-kelemahan muatan yang
menyebabkan tidak mampu menjamin lahirnya
pemerintahan yang demokratis-konstitusional,
yaitu:
 Tidak ada mekanisme chek and balances,

 Terlalu banyaknya atribut kewenangan,

 Adanya pasal-pasal yang multitafsir,

 Terlalu percaya pada semangat orang


(penyelenggara negara).
Sebagai usaha untuk megembalikan kehidupan negara
yang berkedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945, salah
satu aspirasi yang terkandung di dalam semangat
reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD
1945, maka pada awal globalisasi MPR telah mengeluarkan
seperangkat ketatapan secara landasan konstituionalnya,
yaitu:
1. Pencabutan ketatapan MPR tentang Referendum
(dengan Tap. No.VIII/MPR/1998).
2. Pembatasan masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
(Tap. No.XIII/MPR/1998).
3. Pernyataan Hak Asasi Manusia (Tap.
No.XVII/MPR/1998).
4. Pencabutan Ketatapan MPR No.II/MPR/1978
tentang P-4 dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara (Tap.No.
XVIII/MPR/1998).
5. Perubahan Pertama UUD 1945 pada tanggal 19
Oktober 1999.
6. Perubahan Kedua UUD 1945 pada tanggal 18
Agustus 2000.
7. Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-
undangan (Tap. No.III/MPR/2000).
8. Perubahan Ketiga pada tanggal 1-10 Nopember
2001 dan Perubahan keempat (terakhir) UUD
Dengan disahkannya Perubahan Pertama, Kedua,
Ketiga dan Keempat UUD 1945 dalam sidang tahun
MPR 2002 merupakan sebuah lombatan besar ke depan
bagi bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia telah
mempunyai sebuah UUD yang lebih sempurna
dibandingkan dengan UUD 1945 sebelumnya.
Kalaupun nantinya ditemukan adanya
kekurangsempurnaan dalam rumusan perubahan UUD
1945 yang baru, harus diakui tidak ada pekerjaan
manusia yang sempurna di mana pun. Komisi
Konstitusi akan segera menyempurnakan perubahan
UUD itu.
Dengan pengesahan Perubahan UUD 1945 MPR
telah menuntaskan reformasi konstitusi sebagai
suatu langkah demokrasi dalam upaya
menyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi
yang demokratis, sesuai dengan semangat zaman
yang mewadahi dinamika perkembangan zaman.
Perubahan itu suatu lembaran sejarah lanjutan
setelah Bung Karno dan Bung Hatta dan rekan-
rekanya berhasil menegaskan UUD 1945 dalam
rapat-rapat BPUPKI dan PPKI.
 Pembentukan Komisi Konstitusi adalah suatu hal yang urgen
dalam negara yang mengalami perubahan dan transisi. Di
berbagai negara berkembang yang mengalami transisi reformasi
seperti Indonesia juga dibentuk Komisi Konstitusi. Sebagai
perbandingan bagaimana kedudukan dan fungsi dari komisi
tersebut dapat dilihat dari matrik berikut:

 Negara. Perbandingan Pembentukan Komisi


Konstitusi

Indonesia. Hasil sidang tahunan MPR 2002 (lima tahun


setelah gerakan reformasi), Tugas: mengkaji perubahan
UUD 1945. Susunan, kedudukan, kewenangan, anggota
ditentukan BP-MPR.
Filipina Keinginan Presiden Corazon Aquino hasil people
power. Membentuk konstitusi baru yang menjadi hukum
tertinggi. Berwenang penuh menghimpun pendapat dan
menyusun draf.

Thailand Rekomendasi dari Komisi Pengembangan


Demokratisasi. Mempercepat proses reformasi politik.
Berwenang penuh menghimpun pendapat dan menyusun
draf.

Afrika Selatan Kebijakan pemerintah baru, nonrasis,


Nelson Mandela. Reformasi secara keseluruhan dengan
konstitusi baru. Berwenang penuh menghimpun pendapat
dan menyusun draf.
 Nilai Konstitusi Dalam negara
Konstitusi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara
tidak mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang
sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. UndangUndang Dasar sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan. Konstitusi sebagai sebagai dokumen formal
yang bersisi sebagai berikut:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau.
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik untuk waktu sekarang maupun di masa depan.
4. Suatu keinginan, dengan nama perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa yang hendak dipimpin.
Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasan
negara dilakukan berdasarkan hukum dasar (droit
constitusional), dimana undang-undang dasar
dianggap sebagai keputusan politik yang tertinggi,
sehingga konstitusi mempunyai kedudukan
atau sederajat supremasi dlam suatu negara.
Maksud supremasi konstitusi yaitu di mana
konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam
tertib hukum Indonesia.
Pada intinya kedudukan konstitusi dalam suatu negara bisa di
bedakan kepada dua aspek, yaitu:
 Aspek Hukum

Konstitusi dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi


dari aturan hukum yang ada karena beberapa pertimbangan,
yaitu:
 Konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat Undang-Undang atau
Lembaga Negara.
 Konstitusi dibentuk atas nama rakyat, dari rakyat dan
kekuatan berlakuknya dijamin oleh rakyat dan dilaksanakan
untuk kepentingan rakyat pula.
 Konstitusi dibuat oleh badan yang diakui keabsahannya

 Dayat ikatnya bukan saja kepada rakyat tetapi juga kepada


penguasa dan pembuat konstitusi itu sendiri.
 Aspek Moral
Konstitusi dibuat berdasarkan landasan etika
moral dan nilai-nilai yang bersifat universal.
Moral dan nilai-nilai universal setiap waktu
dapat mengontol konstitusi agar konstitusi dapat
menyesuaikannya. Contohnya konstitusi yang
melegalisir sistem apartheid dengan sendirinya
ia bertentangan dengan moral dan akan
mendapat kritik dan sorotan dari masyarakat
secara umum.
Adapun motif politik yang menonjol dari penyusunan UUD
menurut Bryce adalah sebagai berikut:
 Keinginan untuk menjamin hak-hak rakyat dan untuk
mengendalikan tingkah laku penguasa.
 Keinginan untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang ada
dalam rumusan yang jelas guna mencegah kemungkinan
perbuatan sewenang-wenang dari penguasa di masa depan.
 Hasrat dari pencipta kehidupan politik baru untuk menjamin atau
mengamankan berlakunya cara pemerintahan dalam bentuk yang
permanen dan yang dapat dipahami oleh warga negara.
 Hasrat dari masyarakat – masyarakat yang terpisah untuk
menjamin aksi bersama yang efektif dan bersamaan dengan itu
berkeinginan tetap mempertahankan hak serta kepentingannya
sendiri-sendiri.
Oleh sebab itu Bryce menyatakan bahwa
undang-undang dasar dibuat secara sadar sebagai
perangkat kaidah fundamental yang mempunyai
nilai politik lebih tinggi dari jenis kaidah yang
lain karena menjadi dasar bagi seluruh tata
kehidupan bernegara, sehingga tata hukum
harus sesuai dan tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar.
Daftar Pustaka

 Syahrial Syarbaini. 2003. Pendidikan


Kewarganegaraan. Solo. Pabelan.
 Syahrial Syarbaini, dkk. 2002. Sosiologi dan
Politik. Jakarta. Ghalia Indonesia.
 MPR RI. 2005. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sekretariat
Jenderal MPR RI. Jakarta.
B. Sistem Politik dan Ketatanegaraan
Indonesia

1. Garis Besar Politik Nasional dan Strategi


Nasional
 Sistem politik adalah suatu sistem yang memiliki ruang
lingkup di bidang politik, meliputi bagian-bagian atau
lembaga-lembaga yang berfungsi di bidang politik yang
kegiatannya menyamngkut soal-soal politik, yaitu hal-
hal yang menyangkut kehidupan kenegaraan cq.
pemerintah. Sistem politik meliputi semua kegiatan
yang menentukan kebijakan umum (public policies) dan
menentukan bagaimana kebijakann itu dilaksanakan
 Dilihat dari pengelompokan yang timbul dari
masyarakat, baik berupa lembaga-lembaga kenegaraan
maupun kemasyarakatan yang berpengaruh dalam suatu
pembuatan kebijaksanaan yang otoritatif dan mengikat
masyarakat.
 Dilihat dari segi prosesnya, proses politik berarti suatu
interaksi (proses saling pengaruh mempengaruhi) antara
bentuk struktur lembaa-lembaga dalam masyarakat yang
keseluruhannya merupakan struktur politik. Secara
fungsional proses politik itu ditanggapi sebagai
pengaruh timbal balik antara fungsi input dan output
yang disumbangkan oleh semua bentuk-bentuk
struktural di atas.
Berdasarkan pengaruh di atas, baik untuk kepentingan
umum maupun sebagai kebijaksanaan, pengertian tersebut
diintegrasikan dalam memberi pengertian politik nasional.
Untuk suatu “kehidupan nasional” yang diinginkan baik
yang bersifat ked dalam (nasional) maupun ke luar
(internasional), politik nasional merupakann jalan dan cara
serta alat yang digunakan dalam pencapaian.

Pengertian politik nasional adalah asas haluan, usaha, serta


kebijakan tindakan negara tentang pembinaan
(perencanaan,pembangunan, pemeliharaan, dan
pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari
potensi nasional, baik yang potensional maupun yang
efektif untuk mencapai tujuan nasional.
 Politik nasional menggariskan usaha-usaha untuk
mencapai tujuan nasional yang dalam rumusannya
dibagi ke dalam tahap-tahap utama, yaitu jangka
panjang, jangka menengah,, dan jangka pendek. Politik
nasional meliputi antara lain :
a. Politik dalam negeri, yang diarahkan kepada
mengangkat, meninggikan, dan memelihara harkat
derajat dan potensi rakyat Indonesia menuju bangsa
yang bersatu, adil, makmur, dan terhormat.
b. Politik luar negeri, yang bersifat bebas aktif anti
imperiaslisme dan anti kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada
kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat
serta dan diarahkan kepada pembentukan solidaritas
c. Politik ekonomi, diarahkan kepada
peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat
Indonesia sebesar-besarnya.
d. Politik pertahanan –keamanan,yang bersifat
defensif aktif dan diarahkan kepada pengamanan
serta perlindungan bangsa dan negara serta
usaha-usaha nasional dan penanggulangan
berbagai tantangan, ancaman, dan hambatan.
Perjuangan nasional untuk melaksanakan kebijakan
nasional tidak hanya memerlukan penggunaan diplomasi
dan perang, tetapi jga kekuatan ideologi dan psikologi,
kekuatan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan pertahanan
–keamanan (di dalam perang ataupun di luar perang).
Seluruh kekuatan ini menghendaki integrasi, pengaturan,
dan penusunan serta penggunaan yang terarah dilandaskan
pada pengetrtian strategi dan ruang lingkup.

Strategi nasional adalah seni dan ilmu mengembangkan


dan menggunakan kekuatan-kekuatan nasional, yaitu
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan
keamanan (ipoleksosbudhankam) dalam masa damai
ataupun masa perang untuk mendukung pencapaian
tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.
 Dalam rangka nasional, strategi nasional adalah cara
melaksanakan politik nasional dalam mencapai tujuan nasional.
Dengan demikian maka strategi nasional sebagai rencana dan
pelaksanaan harus dinamis disesuaikan dengan situasi, kondisi,
dan kemampuan disamping nilai “seni”.
 Sasaran strategi nasional adalah tujuan nasional meliputi sasaran
ke dalam dan sasaran ke luar. Sasaran ke dalam mewujudkan
identitas dan integrasi nasional, sedangkan sasaran ke luar (1)
mendukung pepentingan nasional di dalam negeri; (2)
memperjuangkan kedudukan terhormat di dalam pergaulan
antar bangsa; (3) mengadakan hubungan internasional lainnya,
baik yang bersifat bilateral maupun multilateral. Pola strategi
nasional ke dalam dengan jalan persuasi, yaitu dengan jalan
mempengaruhi atau mengajak dan membujuk pihak lain agar
yakin dengan maksud yang dikemukakan. Strategi nasional ke
luar ialah strategi tidak langsung denganpolitik luar negeri yang
dilaksanakan secara defensif dan konstruktif.
 Sebelum UUD 1945 di amandemen, perumusan politik
nasional pada strata tertinggi dalam bentuk GBHN
ditetapkan oleh MPR, yang selanjutnya dilaksanakan
oleh Presiden Mandataris MPR, yang dibantu oleh
lembaga-lembaga tinggi negara, yaitu kabinet Presiden,
DPA, DPR, BPK, dan MA. Setelah UUD 1945
diamandemen, perumusan politik nasional dirumuskan
dan ditetapkan oleh Presiden.
 Menurut ketatanegaraan Indonesia yang menjalankan
prinsip kabinet presidensial, politik nasional disusun
bersama-sama dengan DPR, di mana DPR memberikan
saran-saran dan pendapatnya serta meminta keterangan-
keterangan yang diperlukan kepada pemerintah. Ini
merupakan pronsip pemerintah tidak bertanggung
jawab kepada DPR.
 Agar strategi nasional berjalan sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh politik nasional, terlebih dahlu harus
diadakan pemikiran strategi melaksanakan telaahan strategi
dan perkiraan strategi.
 Telaahan strategi adalah sutu kajian terhadaplingkungan
yang akan berpengaruh kepada strategi yang akan ditempuh.
Dalam menelaah lingkungan politik nasional perlu
memperhatikan beberapa hal yang menyangkut pembidangan,
sasaran, pedoman pelaksanaan, sikap dan pendirian, dan
pengendalian perencanaan.
a. Pembdangan politik nasional meliputi
ipoleksosbudhankmnas.
b. Sasaran bidang masing-masing ditentukan sehingga tujuan
politik nasional dapat dicapai.
c. Pedoman pelaksanaan meliputi usaha pembiayaan, pengadaan,
pengembangan, pengarahan sumber-sumber material, tenaga
manusia, dan kekuatan in-material; pengerahan usaha dan
tindakan di antara sikap umum terhadap pengadaan modal,, sikap
dalam hal mengenai hankamnas seperti sistem Hankamrata,
memelihara perdamaian dunia dan lain sebagainya dengan
menggunakan prinsip-prinsip prioritas dan penentuan periode
waktu.
d. Sikap dan pendirian: menggariskan sikap dan pendirian terhadap
masalah-masalah nasional maupun internasional.
e. Pengendalian perencanaan dituangkan dalam strategi nasional
seperti sikap Indonesia terhadap masalah hankam di Asia
Tenggara ataupun perang terbatas/ketegangan yang terjadi di
dunia; sikap Indonesia terhadap perkembangann rumah tangga
ekonomi nasional dan masalah ekonomi wilayah Asia Tenggara.
2. Sistem Pemerintahan Negara
 Sebagai buah dari agenda reformasi nasional tahun 1998, UUD
1945 mengalami perubahan yang dilaksanakan dalam satu
rangkaian empat tahap, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan
2002. Dengan perubahan-perubahan itu,, pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam UUD 1945 mengalami pergeseran dan
perubahan mendasar, sehingga mengubah pula corak dan format
kelembagaan serta mekanisme hubungan antar lembaga-lembaga
negara yang ada. Bahkan ada pula organ negara yang sebelumnya
ada dihapuskan dari ketentuan UUD 1945. Dewan Pertimbangan
Agung yang sebelumnya diatur dalam Bab VI Pasal 16 ditiadakan
dari naskah UUD 1945. Disamping itu ada pula organ negara
yang sebelumnya tidak ada, seperti Mahkamah Konstitusi, diatur
dalam Bab IX Pasal 24 dan 24C serta menurut ketentuan pasal
III Aturan Peralihan (Supriatnoko, 2006).
Amandemen UUD 1945 menghasilkan pergeseran,
perubahan, dan penambahan pasal-pasal. Semula
UUD 1945 terdiri atas 16 Bab, 37 Pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan
berubah menjadi 20 Bab, 37 Pasal, 3 Pasal Aturan
Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan. Tujuh
kunci pokok sistem pemerinyahan negara menurut
penjelasan tidak lagi merupakan dasar yuridis, ikut
mengalami perubahan, namun masih relevan dan
penting dalam pembahasan Batang Tubuh UUD
1945.
 Ketujuh Kunci Pokok tersebut adalah :
a. Indonesia ialah Negara Berdasar atas Hukum.
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rachstaat), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka Machstaat), ini berarti
bahwa negara – termasuk di dalamnya pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara lainnya – dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Yang
dimaksud dengan negara hukum bukan hanya negara
berdasarkan hikum dalam arti formal, yaitu sebagai penjaga
atau alat dalam menindak segala bentuk ketidakadilan,
melainkan negara berdasarkan hukum dalam arti material,
yaitu alat dalam menciptakan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
 Ciri-ciri negara berdasarkan hukum dalam arti material :
(1) adanya pembagian kekuasaan dalam negara – Pasal 2 ayat (1), 4,
5, 19, 20, 23E, dan 24 A – C;
(2) diakuinya hak asasi manusia dan dituangkan dalam konstitusi
dan peraturan perundang-undangan – Pasal 27 ayat (2), 28, 28A
– 28J, 29 ayat (2) dan 31 ayat (1);
(3) adanya dasar hukum bagi kekuasaan pemerintahan (asas
legalitas) – Pasal 1 Ayat(3);
(4) adanya peradilan yang bebas dan merdeka serta tidak memihak –
Pasal 24;
(5) semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan pemerintahan, wajib menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan denga tidak ada kecualinya – Pasal 27 ayat(1);
(6) setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan – Pasal 27 ayat (2);
(7) Pemerintah berkewajiban memajukan kesejahteraan umum serta
mencerdaskan rakyat Indonesia – Pasal 28D, 31, 33, 34.
b. Sistem Konstitusional
 Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusional, tidak
bersifat absolutisme. Pernyataan itu menunjukkan
bahwa pemerintahan dijalankan menurut sistem
konstitusional. Dalam sistem ini penggunaan kekuasaan
secara sah oleh aparatur negara dibatasi secara formal
berdasarkan UUD 1945. Oleh karena itu kekuasaan
aparatur negara dan pemerinyahan harus bersumber
pada UUD 1945 atau undang-undang yang
menyelenggarakan UUD 1945.
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
TERIMA
KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai