Anda di halaman 1dari 11

Makalah Dakwah Pencerahan dan Tanggung jawab

Membangun Keluarga Indonesia Berkemajuan

Disusun Oleh :
Novita Putri Rahmadani 2105015044
Andien Fatika Sari 2105015092
Cahyo Wicaksono 2005015112

KELAS 5A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisa kasus konversi agama karena kemiskinan?
2. Apa persoalan akut bangsa Indonesia saat ini?
3. Bagaimana persoalan keluarga menjadi akar persoalan bangsa Indonesia?
4. Bagaimana konsep keluarga ideal (sakinah) menurut Islam (Aisyiyah)?
5. Bagaimana potret keluarga indonesia?
6. Bagaimana konsep dan strategi dakwah pencerahan?
7. Apa solusi strategis untuk keluarga Indonesia yang berkemajuan?
8. Bagaimana potret dan masalah keluarga dhuafa ?
9. Bagaimana pendekatan dakwah pencerahan untuk keluarga dhuafa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan dalam makalah.
1. Memaparkan analisa kasus konversi agama karena kemiskinan.
2. Menjelaskan persoalan akut bangsa Indonesia saat ini.
3. Menjelaskan tentang persoalan keluarga sebagai akar persoalan bangsa
Indonesia.
4. Mendeskrisikan konsep keluarga ideal (sakinah) menurut Islam (Aisyiyah).
5. Memaparkan tentang potret keluarga indonesia.
6. Mendeskripsikan konsep dan strategi dakwah pencerahan.
7. Menjelaskan solusi strategis untuk keluarga Indonesia yang berkemajuan.
8. Memaparkan potret dan masalah keluarga dhuafa.
9. Menjelaskan tentang pendekatan dakwah pencerahan untuk keluarga dhuafa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus Konversi Agama Karena Kemiskin
Salah satu masalah yang dipunyai oleh manusia, yang sama tuanya dengan
usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan
keseluruhan aspek kehidupan manusia, tetapi sering tidak disadari kehadirannya
sebagai masalah, ialah kemiskinan. “Kemiskinan” asal kata dari “miskin” bararti
melarat lawan dari kaya. Jadi Kemiskinan berarti kemelaratan, tidak kaya dan
sebagainya. Kemiskinan adalah suatu penyakit yang dapat dijumpai pada setiap
masyarakat disepanjang sejarah. Kemiskinan mungkin terjadi karena beberapa sebab,
seperti tidak adanya sistem ekonomi dan pemerintahan yang baik, terjadi penindasan
satu golongan terhadap golongan yang lain, atau timbulnya kemalasan dan hilangnya
semangat untuk berusaha.
Konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses
yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan; proses itu bisa terjadi
secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Jadi yang dimaksud dengan konversi
agama adalah perubahan pandangan seseorang atau sekelompok tentang agama yang
dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama
yang lain.
Kasus kemiskinan ini merupakan salah satu faktor terjadinya konversi agama
di Balangbuki. Dimana keadaan penduduk di Balangbuki sebelum masuknya usaha
kristenisasi, baik dari segi ekonomi, budaya/kepercayaan, dan sosial/geografi sangat
mempengaruhi akan kelangsungan kristenisasi. Kasus kemiskinan juga telah menjadi
fenomena sosial di masyarakat Balangbuki yang telah membawa berbagai macam
dampak sosial. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya konversi
agama atau berpindahnya seseorang atau sekelompok orang ke suatu system
kepercayaan (agama) atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan (agama)
sebelumnya, yaitu agama Islam. Selain itu, terjadinya konversi agama di Balangbuki
disebabkan karena ketidakpuasan terhadap sistem adat dan agama yang ada pada
waktu itu, dan juga karena adanya perkawinan dengan orang luar. Masuknya ajaran
Kristen di Balangbuki telah membawa perubahan bagi masyarakat setempat, baik di
bidang pendidikan maupun di bidang ekonomi. Umumnya mereka juga mendapatkan
bantuan-bantuan sosial yang diberikan oleh orang-orang Kristen ataupun dari yayasan
Mateppe sebagai perpanjangan tangan kaum gerejawan, yang berupa bantuan-bantuan
untuk mendirikan usaha. Minimnya perhatian pemerintah setempat terhadap
kebutuhan masyarakat Balangbuki pada pengembangan sumber daya alam dan
sumber daya manusia Balangbuki juga menjadi penyebab keterbelakangan dan
rendahnya kreatifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

B. Persoalan Akut Bangsa Indonesia Saat Ini


C. Salah satu Akar Persoalan Bangsa Indonesia Adalah Persoalan Keluarga
D. Konsep Keluarga Ideal (Sakinah) Menurut Islam (Aisyiyah)
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna
keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi
yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga.
Aisyiyah merupakan organisasi wanita Islam yang tertua di Indonesia.
Aisyiyah merupakan salah satu organisasi perempuan yang berperan dalam merespon
kebutuhan masyarakat dalam berbagai macam aspek kehidupan. Aisyiyah dalam
membina Keluarga Sakinah dengan melakukan proses pembinaan terhadap warga
Aisyiyah melalui berbagai pengajian dan berbagai kegiatan sosial lainnya yang rutin
mereka laksanakan agar penerus Aisyiyah ini bisa mengamalkan ajaran-ajaran agama,
agar mereka dalam kehidupan bahagia secara individu maupun sejahtera dalam
keluarga bahagia, harmonis penuh cinta dan kasih sayang berdasarkan tuntunan Al-
Qur‟an dan Hadist.
Aspek yang sangat menentukan kemajuan suatu bangsa adalah keluarga.
Keluarga Sakinah merupakan dambaan setiap insan dalam memasuki bahtera rumah
tangga. Salah satu prinsip keluarga sakinah adalah adanya pemenuhan kebutuhan
hidup sejahtera dunia akhirat. Dari upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang
dimaksud nampak jelas adanya potensi dasar manusia yang perlu dikembangkan dan
dibina dalam keluarga sakinah. Upaya yang dianjurkan dan didorong Aisyiyah kepada
para anggotanya dalam mewujudkan keluarga sakinah yaitu dengan memenuhi
tatanan kehidupan berkeluarga yang agamis dan ubudiyah, keluarga yang sehat,
ekonomi keluarga stabil, dan hubungan harmonis antar keluarga. Kehidupan sakinah
memiliki kedudukan strategis dalam kehidupan kemanusiaan. Aisyiyah berkomitmen
kuat untuk melakukan gerakan pencerahan dalam kehidupan keumatan, kebanggaan,
dan kemanusiaan universal. Sebagai gerakan pencerahan yang berbasis pada
pandangan Islam yang berkemajuan, Aisyiyah penting untuk melakukan peneguhan
dan pembauran pandangan keislaman dalam berbagai aspek khususnya tentang
perempuan.
Aisyiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan strategi gerakan
pencerahan, harus mampu membawa perempuan Indonesia menjadi perempuan
berkemajuan. Perempuan berkemajuan adalah alam pikiran atau kondisi kehidupan
perempuan yang maju dalam berbagai segala aspek tanpa mengalami hambatan dan
diskriminasi baik secara struktural maupun cultural, hal ini menuntut Aisyiyah
menjalankan pernah dakwah melakukan tabligh yang berorientasi pada kesadaran
spiritualis atau keberagaman yang mencerdaskan dan mencerahkan sehingga
memandu kesadaran dan pemaknaan hidup. Jadi Keluarga adalah poros kehidupan
umat, masyarakat, dan bangsa. Di dalam keluarga tercipta pendidikan paling dini
sebagai upaya memperkokoh generasi umat dan bangsa sehingga terhindar dari
pelemahan tunas-tunas bangsa yang berpeluang menjadi generasi yang lemah.
Jadi Konsep Keluarga Sakinah menurut Aisyiyah adalah keluarga yang
memenuhi kriteria jasmani dan rohani, melaksanakan syariat Islam dengan baik dan
memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi keperluan dan kebutuhan, serta
mempunyai hubungan harmonis di antara anggota keluarga, yaitu suami, istri dan
anak. Sakinah adalah kecenderungan hati yang terpadu dengan Mawadah (kasih) dan
Rahmah (sayang) yang dapat menimbulkan ketentraman jiwa serta kerukunan dalam
hidup berkeluarga. Tujuan dari pernikahan adalah mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
E. Potret Keluarga Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk
miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan di lndonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64% dari jumlah total
penduduk). Ditenggarai bahwa angka tersebut bertambah 690 ribu orang
dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang
(10,70%). Meski secara presentase angka kemiskinan mengalami penurunan, namun
secara jumlah angka tersebut mengalami kenaikan. Di samping kemiskinan yang
makin tinggi kesenjanganpun turut melebar ekstrim. Penguasaan ekonomi kini makin
terkonsentrasi pada kelompok super kaya, yang jumlahnya sangat kecil. Pada tahun
2010 kekayaan 40 orang terkaya sebesar 680 triliun (US$ 71,3 miliar) atau setara
dengan 10,3% PDB Indonesia. Jumlah kekayaan 40 orang itu setara dengan kekayaan
sekitar 15 juta keluarga atau 60 juta jiwa yang paling miskin.
Salah satu contoh kemiskinan yang terjadi yaitu di Semarang ada Keluarga
dengan kepala rumah tangga berinisial AG dan istrinya berinisial AF yang tinggal di
rumah yang tidak layak. Keluarga ini merupakan warga Kampung Gunung Brintik,
Semarang, dan ini merupakan potret kemiskinan di Kota Semarang. Rumah AG dan
UF masih dapat dilewati oleh sepeda motor walaupun kesempitan gang rumahnya
tidak sampai satu meter. Tidak beraspal, hanya tanah basah dan kotoran ayam yang
berserakan. Rumah yang tidak berpagar dan terletak dipojokan merupakan hasil jeri
payah AG dan juga UF, walaupun bukan milik pribadi. Tanah atau rumah di Gunung
Brintik sangat murah, disebabkan karena struktur tanah daerah bukit yang tidak rata.
AG dan juga AF bekerja sebagai penjual Koran, kadang mereka ngamen dan
mengemis. Mereka memiliki 4 orang anak dengan inisial DS, DM, DN dan DR.
Anak-anak mereka pun suka membantu mereka dalam mencari nafkah. Misalnya saja
DS, DM, dan DN suka berjualan Koran, ngamen, atau bahkan mengemis di jalanan
agar bisa menghidupi kehidupannya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Pada tahun 2008 hingga
2009, Kota Semarang pernah menjadi daerah dengan ketimpangan masyarakat
terbesar di Indonesia saat terjadi krisis ekonomi. Terjadi penurunan angka kemiskinan
dari tahun 2013 sebesar 5,25 persen menjadi 4,62 persen di tahun 2017. Bahkan
indeks keparahan kemiskinan di Kota Semarang tercatat sangat kecil di angka 0,12
persen yang menggambarkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin dan kaya
semakin kecil. Namun walaupun demikian, jumlah penduduk miskin di Kota
Semarang makin bertambah misalnya saja ditahun 2017 jumlah penduduk miskinnya
adalah 402.297 orang dan mengalami kenaikan di tahun 2018 menjadi 427.511 orang.

F. Implementasi Konsep dan Strategi Dakwah Pencerahan


Strategi dan implementasi dakwah mesti mempertimbangkan tiga dimensi
yang saling berkaitan, yaitu: dimensi kerisalahan (Q.s. Al-Maidah: 67); dimensi
kerahmatan (Q.s. Al-Anbiya: 107); dan dimensi kesejarahan (Q.s. Al-Hasyr: 18).
Dengan tiga dimensi tersebut, dakwah merupakan upaya untuk menyampaikan
ajaran Islam dan menyebarkan nilai kebajikannya untuk kelayakan hidup manusia
hingga bisa menyejarah, kini dan kelak. Karena itu, selain mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar merespons Risalah Islamiyyah, dakwah juga
bermakna kontinu agar mengamalkan ajaran Islam atau merealisasikan pesan-pesan
dan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
Dakwah dalam konteks ini juga dapat bermakna pembangunan kualitas
sumberdaya manusia, pengentasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan
keterbelakangan. Dakwah juga bisa berarti penyebarluasan rahmat Allah (rahmatan
lil`alamin). Dengan pembebasan, pembangunan dan penyebarluasan ajaran Islam,
berarti dakwah merupakan proses untuk mengubah kehidupan manusia atau
masyarakat dari kehidupan yang tidak islami menjadi suatu kehidupan yang islami.
Perlu untuk digarisbawahi, dakwah telah menjadi bagian dari identitas
Muhammadiyah sejak awal berdirinya sampai sekarang dan demikian selanjutnya.
Dalam usianya yang sudah memasuki abad kedua, Muhammadiyah harus terus
berupaya untuk selalu melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi dakwah dalam
kehidupan umat dan bangsa untuk membangun peradaban utama. Sikap ini diambil
karena dorongan kesadaran bahwa selama ini selain banyak keberhasilan dan kisah
sukses yang telah diukir oleh Muhammadiyah, juga masih ada kekurangan dan
kelemahan yang harus segera dibenahi dalam gerakan dakwahnya.
Dalam realitas yang kompleks di tanah air kita perlu untuk bersikap apresiatif
atas dinamika dan kinerja gerakan dakwah Muhammadiyah dalam berbagai aspek
kehidupan umat dan bangsa. Apresiasi ini penting untuk ditindaklanjuti dengan sikap
korektif atas kelemahan dan kekurangannya selama ini dalam upaya membangun
peradaban utama serta mewujudkan maksud dan tujuannya di bumi Indonesia.
Dakwah Muhammadiyah disebut juga sebagai dakwah pencerahan. Hal ini
dikarenakan Muhammadiyah membawa konsep Islam Berkemajuan melalui tiga tahap
yaitu membebaskan manusia, memberdayakan, dan memajukan. Masyarakat yang
masih memiliki keyakinan menyimpang dari tauhid, masyarakat yang berada di
bawah garis kemiskinan dan berpendidikan rendah, akan segera dibebaskan. Setelah
membebaskan dan mencerdaskan manusia dari kegelapan menuju hal yang terang
benderang kemudian berusaha mencerahkan dan membawa kepada kemajuan.
Dakwah pencerahan kepada kelompok-kelompok masyarakat sangat penting untuk
menyebarluaskan dan mewujudkan nilai-nilai pencerahan berdasarkan pandangan
Islam yang berkemajuan bagi masyarakat luas yang heterogen.

G. Dakwah Pencerahan Adalah Sebagai Solusi Strategis Untuk Keluarga Indonesia


Yang Berkemajuan
Menurut Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam usaha mengimplementasikan
pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakukan
langkah-langkah berikut: 8
Pertama, memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya
meningkatkan usaha-usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah
Islamiyah dan berbagai pemikiran resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung
pandangan Islam yang berkemajuan. Konsep Risalah Islamiyah telah mulai disusun
dan penting untuk dilanjutkan.
Kedua, mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai ikhtiar
untuk meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran melalui
berbagai diskusi, halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam
dan memperluas wawsan pemikiran di lingkungan Muhammadiyah. Anggota
Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan pimpinannya, dituntut untuk memiliki
tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud dari gerakan Islam yang berkemajuan.
Termasuk membudayakan gemar membaca sebagai bagian dari tradisi keilmuan di
kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah perlu
menggelorakan kebiasaan membaca, sehingga memahami perkembangan pemikiran
dan berbagai hal yang bersifat aktual dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca
meluas maka tidak akan ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan
kehidupan, apalagi merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan
aktual. Inilah tradisi iqra dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang dalam sejarah
telah membangun peradaban dan kejayaan Islam di era keemasan. Jika anggota
Muhammadiyah tidak memiliki tradisi membaca dan memahami pemikiran yang
bersifat klasik maupun kontemporer, maka akan mudah kehilangan arah atau orientasi
dalam bermuhammadiyah, bahkan akan mudah terbawa arus oleh berbagai pemikiran
dan gerakan yang berkembang di sekitar.
Ketiga, memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke luar.
Anggota Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan
memperluas sebaran pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke
masyarakat luas. Melalui tulisan di media massa, jejaring sosial, pengajian,
pengkajian, seminar, diskusi, dan berbagai media publikasi lainnya hendaknya
senantiasa dipopulerkan dan dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan. Hal
itu sangat diperlukan selain untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan pemikiran
Islam yang dikembangkan Muhammadiyah, pada saat yang sama untuk mengimbangi
dan memperkaya pemikiran-pemikiran Islam yang selama ini berkembang dan meluas
di masyarakat khususnya di lingkungan umat Islam.
Keempat, al-ishlah fi al-’amal, yakni selalu memperbarui amaliah Islam.
Dalam hal ini bagaimana Muhammadiyah mewujudkan pandangan Islam yang
berkemajuan dalam amaliah sebagaimana tercermin dalam akksi gerakannya.
Muhammadiyah dengan seluruh majelis, lembaga, organisasi otonom, dan amal
usahanya penting untuk mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Islam yang
berkemajuan dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan ini. Amal usaha,
program, dan kegiatan di seluruh lingkungan Muhammadiyah haruslah mencerminkan
pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya baik yang sudah dilaksanakan selama ini
maupun yang hendak dikembangkan hendaknya pengelolaan dan model yang
dikembangkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan seluruh institusi di
lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik, unggul, dan utama daripada gerakan-
gerakan lain.
Kelima, Implementasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan langkah
keempat, bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan
mewujudkan amaliah praksis. Istilah praksis (praxis) dalam ilmu sosial kritis yakni
tindakan emansipatoris atau tindakan pembebasan yang berbasis pada refleksi.
Refleksi dalam mazhab kritis ialah teori atau perspektif berpikir yang selain dibangun
di atas Ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, juga berorientasi pada tindakan yang
konkret yang membebaskan kehidupan manusia dari segela bentuk belenggu. Karena
itu praksis bukanlah tindakan praktis semata, tetapi praktis yang berbasis pemikiran.
Dalam tradisi pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara “ilmu
amaliah” dan “amal ilmiah”. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara
“iman dan amal shaleh” yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang
menunjukkan bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah  dan halu-
minannas secara menyatu dan menyeluruh.

H. Masalah yang tampak pada Potret Dan Masalah Keluarga Dhuafa


Contoh potret dan masalah keluarga dhuafa yaitu di daerah Semarang, ada
manusisa kotak. Manusia kotak adalah orang yang rumahnya hanyalah kotak-kotak
yang berukuran 1x2 meter, dipinggir jalan (kaki 5). Di jakarta juga ada istilalh
manusia gerobak. Keluarga yang tinggalnya hanyalah di gerobak yang sehari-hari
digunakan untuk memulung. Kalau malam hari berubah fungsi jadi rumah tempat
tinggal. Manusia gerobak di Jakarta banyak sekali yang bisa ditemukan, terutama
pada malam hari. Mereka juga banyak yang berkeluarga, dan juga punya anak.
Contoh lainnya adalah keluarga yang tinggal dekat dengan tempat
pembuangan sampah, selain dengan lingkungannya yang tidak sehat, udara yang
tercemar karena bau yang ditimbulkan dari sampah masyarakat dan rumah mereka
yang hanya terbuat dari kardus dan bahan-bahan seadanya. Keluarga miskin seperti
ini tentu mengalami masalah besar dalam mencapai tujuan pembentukan keluarga.
Dan bahkan fungsi- fungsi normal keluarga, bagi mereka adalah sesuatu yang nyaris
tidak terlaksana. Misalnya terjadinya kesulitan dalam menjalankan fungsi sosial,
fungsi pendidikan dan fungsi keagamaan. Disinilah peran dakwah pencerahan dapat
mengambil peran yang lebih strategis.

I. Pendekatan Dakwah Pencerahan Untuk Keluarga Dhuafa


Dakwah pencerahan untuk keluarga Indonesia berkemajuan adalah dakwah
Islam untuk bangsa dan negara. Strategi dakwah pemberdayaan bisa dilakukan
melalui tiga cara: melalui pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
ekonomi dan karitas dalam artian terpenuhinya kebutuhan pokok.
Dalam surah al maun ayat 1-7. Ayat ini menyetir suatu klausul bahwa mereka
yang membentak anak yatim dan tidak menggerakkan masyarakat dalam memberi
makan orang miskin dianggap sebagai orang yang mendustakan agama. Ayat ini juga
menjelaskan bahwa orang yang tidak memberikan kepada orang miskin barang yang
bermanfaat, atau orang yang suka memberikan barang yang tidak bermanfaat
dianggap sebagai orang yang telah melalaikan salat. Pada hal dalam Islam, salatadalah
tiang agama.
Kemudian semangat dalam berbagi rezeki yang dalam ekonomi Islam biasa
disebut distribusi kekayaan kepada golongan yang termarginalkan, telah diuraikan
dengan jelas dalam Al-Qur‟an . Misalnya dalam surah al-Taubah ayat 60
digambarkan bahwa dakwah pencerahan dalam aspek ekonomi yaitu mendisribuskan
kekayaan kepada keluarga miskin, bukan kepada keluarga kaya. pandangan
Muhammadiyah kelompok masyarakat duafa sebetulnya mengalami deprivation trap,
yaitu perangkap kemiskinan yang terdiri dari lima unsur yaitu kemiskinan itu sendiri,
kelemahan fisik, keterasingan atau isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Kelima
unsur ini sering saling berkaitan sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang
benar-benar mematikan peluang hidup orang, dan akhir- akhirnya menimbulkan
proses marjinalisasi. Mereka termasuk kelompok masyarakat miskin dalam berbagai
aspeknya, sehingga masuk dalam kategori duafa dan mustadafin, yakni lemah dan
dilemahkan atau tertindas oleh sistem yang memarjinalkan dirinya.
BAB III
PENUTUP

Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan.


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid
dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan. Dalam pandangan keislaman
Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian atau peneguhan dan pengembangan atau
pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama
Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang mengandung nilai-
nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan
dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan
hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan
jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia
sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang
berkemajuan, yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka
Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang
ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan
dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan
ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid
yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam
gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran
dan As-Sunnah untuk menghadapi perkembangan zaman.

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
(Sofyan, 2018)(Arrias, Alvarado and Calderón, 2019)(S, 2011)(Susanty et al., 2019)(Bahtiar,
2014)(Penulis and Aika, no date)
Arrias, J.C., Alvarado, D. and Calderón, M. (2019) AISYIYAH DAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN: KAJIAN KELUARGA SAKINAH.
Bahtiar, A.P. (2014) ‘Dakwah Pencerahan dalam Mengembangkan Kehidupan yang
Berkemajuan di Basis Masyarakat’, pp. 4–6.
Penulis, T. and Aika, D. (no date) ‘,)~ Tim Penulis Dosen AIKA SUARA
MUHAMMADIYAH’.
S, J.A. (2011) ‘Kemiskinan dan Konversi Agama (Studi Kasus Masyarakat Balangbuki Desa
Tonasa Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa)’, pp. 1–85.
Sofyan, B. (2018) ‘Building a Sakinah Family’, Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan
Penyuluhan, 7(2), pp. 1–14. Available at: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-
Irsyad_Al-Nafs/article/view/14544.
Susanty, R.I.A. et al. (2019) ‘ANAK JALANAN PENJUAL KORAN DAN PENGEMIS DI
KOTA SEMARANG ( Studi Etnografi Empat Keluarga Miskin )’.
https://neniindriyani-stkipmb.blogspot.com/2019/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai