1. Peran NU Di Masyarakat
Nahdlatul Ulama (NU) organisasi yang sudah memiliki pengalaman dan sejarah panjang dalan
memberikan pelayan terhadap masyarakat Indonesia. NU ikut mengarsiteki pembangunan sumber
daya manusia pada masyarakat melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan
keagamaan pada masyarakat tradisional atau pedesaan. Sehingga sebenarnya bisa dikatakan jika menilai
dari bentuk basis masyarakat yang diberdayakan, maka NU memiliki beban lebih berat. Hal ini tak lepas
dari mayoritas penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang memiliki mata pencaharian sebagai
petani, nelayan, dan buruh adalah masyarakat menengah kebawah.
Dari aspek tersebutlah peran NU sebagai agen gerakan pemberdayaan masyarakt sipil harus
terus memiliki strategi dalam mengupayakan peningkatan-peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.
Namun tentunya gaya NU dalam memberikan pelayanan dan mendampingi masyarakat dalam
memperoleh hak-haknya dari kekuasaan negara tak melepaskan dari prinsip aqidah ahlusunnah wal
jama’ah (aswaja). Posisi ini tetap akan menjadikan perjuangan NU dalam mewujudkan kebaikan
masyarakat (Khoiron Ummah). Apalagi platform yang menjadi landasan semangat perjuangan sebagai
gerakan sosial-keagamaan adalah Islam. Dengan konsep pemahaman Islam sebagai agama fitrah dan
rahmat bagi semesta alam tentunya tidak hanya mengurusi hubungan masyarakat muslim (ukhwah
Islamiyah) tapi juga hubungan antar manusia (ukhuwah bashariyah).
Berekonomi dalam Islam bukan sekedar memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri dan
keluarga. Islam mendorong secara tegas supaya pemeluknya memiliki harta benda yang berlebih
dari kebutuhan pokoknya sehingga mampu melaksanakan kewajiban berzakat. Mampu berzakat
berarti memiliki harta benda sedikitnya satu nisab. Islam tidak menyenangi kemiskinan bahkan
mengajarkan pemberantasan kemiskinan antara lain dengan kewajiban membayar zakat.
NU tidak melupakan aspek ekonomi dalam program kerjanya yang permanen, karena seluruh
warganya berekonomi dan dalam berekonomi itu harus ditaati dan diikuti ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh agama.
Dalam Anggaran Dasar Nahdlarul Ulama pasal 6 huruf d ditegaskan bahwa di bidang ekonomi,
mengusahakan terwujudnya pembangunan ekonomi dengan mengupayakan pemerataan
kesempatan untuk berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan
tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan. Dengan demikian jelas bahwa kesejahteraan
umat merupakan masalah yang menjadi perhatian utama Nahdlatul Ulama dalam kiprahnya di
bidang ekonomi.
Pedoman Program Perekonomian Nahdlatul Ulama didasarkan pada pokok-pokok ajaran agama
dalam berekonomi, yaitu:
Berangkat dari pokok-pokok ajaran di atas, maka Nahdlatul Ulama dapat mewujudkannya
dengan cara:
NU juga mengembangkan ekonomi melalui peran serta pesantren karena terbukti sangat efektif.
Letak pesantren yang pada umumnya di pedesaan memungkinkan lembaga ini memahami
persoalan-persoalan desa sehingga gagasan-gagasan pengembangan kesejahteraan yang datang
dari luar dapat diserap dengan baik oleh masyarakat setelah diolah dan disampaikan oleh
pesantren. Disamping itu, NU juga memiliki perangkat organisasi yang mendukung program
ekonominya, seperti : lembaga perekonomian dan lembaga pengembangan pertanian.
2. Peran NU di Pendidikan
Nahdlatul Ulama memaknai pendidikan tidak semata-mata sebagai sebuah hak, melainkan juga
kunci dalam memasuki kehidupan baru. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dan harmonis
antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Ketiganya merupakan komponen pelaksana pendidikan
yang interaktif dan berpotensi untuk melakukan tanggung jawab dan harmonisasi. Fungsi pendidikan
bagi Nahdlatul Ulama adalah, satu, untuk mencerdaskan manusia dan bangsa sehingga menjadi
terhormat dalam pergaulan bangsa di dunia, dua, untuk memberikan wawasan yang plural sehingga
mampu menjadi penopang pembangunan bangsa.
Gerakan pendidikan Nahdlatul Ulama sebenarnya sudah dimulai sebelum Nahdlatul Ulama sebagai
organisasi secara resmi didirikan. Cikal bakal pendidikan Nahdlatul Ulama dimulai dari berdirinya
Nahdlatul Wathan, organisasi penyelenggara pendidikan yang lahir sebagai produk pemikiran yang
dihasilkan oleh forum diskusi yang disebut Tashwirul Afkar, yang dipimpin oleh KH. Abdul Wahab
Hasbullah. Organisasi ini mempunyai tujuan untuk memperluas dan mempertinggi mutu pendidikan
sekolah atau madrasah yang teratur. Dalam mengusahakan terciptanya pendidikan yang baik, maka
Nahdlatul Ulama memandang perlunya proses pendidikan yang terencana, teratur dan terukur.Sekolah
atau madrasah menjadi salah satu program permanen Nahdlatul Ulama, disamping jalur non formal
seperti pesantren.
Sekolah atau madrasah yang dimiliki Nahdlatul Ulama memiliki karakter yang khusus, yaitu karakter
masyarakat. Diakui sebagai milik masyarakat dan selalu bersatu dengan masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat. Sejak semula masyarakat mendirikan sekolah atau madrasah selalu dilandasi
oleh mental, percaya pada diri sendiri dan tidak menunggu bantuan dari luar. Pada masa penjajahan,
Nahdlatul Ulama secara tegas menolak bantuan pemerintah jajahan bagi sekolah atau madrasah dan
segala bidang kegiatannya.
Lembaga Pendidikan Ma’arif (LP Ma’arif) yang berdiri pada tanggal 19 September 1929 M atau
bertepatan dengan 14 Rabiul Tsani 1347 H adalah lembaga yang membantu Nahdlatul Ulama di bidang
pendidikan yang selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan sekolah atau madrasah menjadi
lebih baik. Sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola pendidikan di lingkungan
Nahdlatul Ulama, LP Ma’rif mempunyai visi dan misi yang selalu diperjuangkan demi meningkatkan
kualitas pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Visi dan misi yang dimaksud adalah :
1) Visi
a. Terciptanya manusia unggul yang mampu berkompetisi dan sains dan teknologi
serta berwawasan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
b. Tersedianya kader-kader bangsa yang cakap, terampil dan bertanggung jawab
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berakhlak karimah.
c. Terwujudnya kader-kader Nahdlatul Ulama yang mandiri, kreatif dan inovatif
dalam melakukan pencerahan kepada masyarakat.
2) Misi
a. Menjadikan lembaga pendidikan yang berkualitas unggul dan menjadi idola
masyarakat.
b. Menjadikan lembaga pendidikan yang independen dan sebagai perekat komponen
bangsa.
Selain sekolah atau madrasah, pendidikan lain yang dikelola Nahdlatul Ulama adalah pesantren.
Dengan segala dinamikanya, keberadaan pesantren telah memberikan sumbangan besar yang tidak
ternilai harganya dalam mencerdaskan anak bangsa, menyuburkan tradisi keagamaan yang kuat serta
menciptakan generasi yang berakhlak karimah. Pendidikan pesantren dirancang dan dikelola oleh
masyarakat, sehingga pesantren memiliki kemandirian yang luar biasa, baik dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri, mengembangkan ilmu (agama) maupun dalam mencetak ulama. Para lulusan
pesantren tidak sedikit yang tampil dalam kepemimpinan nasional, baik dalam reputasi kejuangan,
keilmuan, kenegaraan maupun kepribadian.
Tradisi keilmuan dan keahlian dalam pesantren ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Adanya tahapan-tahapan materi keilmuan.
b. Adanya hirarki kitab-kitab yang menjadi bahan kajian.
c. Adanya metodologi pengajaran yang bervariasi (pola terpimpin, pola mandiri dan
ekspresi).
d. Adanya jaringan pesantren yang menggambarkan tingkatan pesantren.
Salah satu tugas besar yang menjadi tanggung jawab Nahdlatul Ulama dalam pengembangan
pendidikan pesantren adalah bagaimana menggali nilai-nilai tradisi yang menjadi ciri khasnya dengan
ajaran Islam untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Hanya dengan demikian Nahdlatul Ulama
akan mampu memberikan arti keberadaan dan kebermaknaannya dalam masyarakat, bangsa dan
kemanusiaan.