Anda di halaman 1dari 6

Faktor-Faktor Remaja Di Minangkabau Memiliki Minat Rendah Pergi Ke Surau

Sumatra Barat merupakan provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
kebudayaan dan ciri khas yang berbeda dari daerah lainnya.Seperti makaan khas yang sudah
diakui oleh dunia, penggunaan bahasa Melayu yang sangat kental, hingga budaya merantau yang
dikenal oleh seluruh penduduk Indonesia, merupakan keistimewaan dan ciri khas dari Sumatra
Barat.

Kata remaja dalam bahasa Inggris “teenager” remaja yang berusia 13-19 tahun. Remaja
dalam bahasa latin yaitu adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk menncapai
kematangan (Ali 2009 : 48). Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan streotip
mengenai penyimpangan dan ketidak wajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori
teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama , atau paling tidak sejajar (Menurut Asrori dan Ali (2016)

Remaja di minangkabau merupakan aktor utama sebagai penggerak di dalam masyarakat,di


dalam masyarakat remaja harus produktif supaya

Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah kepunyaan suku atau kaum sebagai
pelengkap rumah gadang yang berfungsi sebagai tempat bertemu, berkumpul, rapat, dan tempat
tidur bagi anak laki-laki yang telah akil baligh atau orang tua yang sudah uzur.Fungsi surau
semakin kuat posisinya dalam masyarakat Minangkabau karena masyarakat Minangkabau
menganut sistem matrilineal.Sistem matrilineal adalah sistem kekerabatan yang terikat dalam
garis keturunan ibu. Jadi, masyarakat Minangkabau melihat garis keturunannya dari pihak
perempuan atau ibu. Sehingga pada zaman dahulu, di dalam rumah gadang tidak terdapat kamar
untuk anak laki-laki. Anak laki-laki pada zaman dahulu dituntut untuk menuntut ilmu dan
bermalam ke surau.

Pada umumnya, surau terletak berdampingan dengan sebuah masjid. Masjid


diperurauuntukkan sebagai tempat ibadah dan surau adalah tempat menimba ilmu.Ilmu-ilmu
yang dipelajari di surau antara lain mengenai pendidikan Agama Islam, pedidikan budaya,
beladiri, berkomunikasi dan lainnya. Dari hal yang dipelajari ini, terdapat ciri khas nilai-nilai
pendidikan surau adalah pandai mangaji, pandai mangecek, dan pandai basilek, artinya adalah
pandai mengaji atau taat beragama, pintar berkomunikasi, dan mampu atau terampil bela diri.8
Bisa dilihat bahwa surau adalah tempat yang penting dalam proses pendewasaan, pembentukan
karakter, serta pendalaman ilmu pengetahuan bagi laki-laki Minangkabau pada saat ini

Masjid di Era Modern

Kondisi era modern dengan zaman Nabi Muhammad dan para sahabat sangatlah berbeda
sehingga masjid di zaman sekarang telah mengalami perubahan dan penurunan fungsi. Masjid
tetap menjadi tempat penyelengaraan aktivitas ibadah, akan tetapi semakin menyempit. Bahkan
beberapa masjid di Indonesia perlu direvitalisasikan fungsinya agar fungsi dakwah, ekonomi,
sosial ,dan kesehatan dapat dirasakan oleh masyarakat.Jika pemberdayaan tersebut berhasil
dilakukan maka masjid akan kembali menjadi pusat kegiatan umat Isla m. Kesadaran untuk
melakukan pemberdayaan masjid di era modern ini mulai berkembang pesat. Hal tersebut
dibuktikan dengan banyaknya pihak yang sudah berusaha mengoptimalkan fungsi dan peran
masjid. Adapun fungsi masjid disaat sekarang ini sebagai berikut (Putra & Rumondor, 2019) :

1. Sholat Jamaah.

2. Taman Pendidikan Al - Qur’an (TPA).

3. Peringatan hari - hari besar Islam.

4. Perpustakaan Masjid.

5. Pengajian.

6. Tempat diskusi .

7. Tempat pengumpul shadaqah, infaq dan zakat.

8. Tempat kegiatan - kegiatan perlombaan seperti kasidah rabanah dan didikan subuh bagi
anak-anak.

9. Tempat makan dan minum bersama yang dilaksanakan oleh jamaah Masjid.

Meskipun berjalan pelan, program pemberdayaan masjid harus tetap di dukung dan
dikembangkan oleh semua pihak. Masyarakat, lembaga - lembaga Islam dan khususnya pengurus
takmir harus terus berusaha menjadikan masjid sebagai sarana dakwah, pengembangan moral
dan sosial, pusat pendidikan, pengembangan ekonomi, dan pusat pengembangan politik agar
umat Islam dapat merasakan fungsi dan masjid secara optimal.

Pemberdayaan surau bagi masyarakat bagi masyarakat di mianang kabau

Masyarakat minang kabau mayoritas adalah berstatus minang,kebiasaan dari kecil sudah
menjadikan surau sebagai tempat untuk belajar, berkumpul, dan bermain.Dulu di suraulah tempat
kedua untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari belajar baca tulis alquran, didikan subuh,
latihan bela diri dan lainya,kebiasaaan itu memang di tanamkan dari dini pada anak-anak di
minangkabau.

Sebelum menyerahkan anak-anaknya ke masjid tradisi seperti memberikan rotan kepada


guru mengaji adalah langkah awal, makna dari rotan adalah alat yang digunakan untuk
menghukum muridnya apabila melakukan pekanggaran, tujuanya yaitu untuk memberikan
pembelajaran dan upaya pembentukan karakter dari anak tersebut. Namun pada saat ini orang tua
malah merobah nilai-nilai yang ada,lebih sayang kepada anak walaupun itu adalah kesalahan dari
anak itu sendiri.

Kebiasaaan kesurau yang ada di minangkabau sudah berubah seiring dengan pengaruh
globalisasi yang ada,otak manusia yang usdah di pengaruhi oleh kebiasaan yang menyenangkan
menurut kinerjs otak.penggunaan handphone yang di dukung dengan penggunaan internet
merupakan dampak dari perubahan yang terjadi pada pola dan perilaku,karena penggunan
internet memudahkan semua pekerjaan dan membuat manusia bisa melakukan apa saja tanpa
memikirkan sebab dan akibat dari penggunaan internet.

Dulu untuk mendapatkan suatu informasi harus berguru dan juga harus banyak banyak membaca
namun sekarang dalam waktu yang sangat cepat apa saja yang ingin di buka dan apa yang
diinginkan akan tersedia oleh genggaman kita,karena dunia sudah di perkecil dengan
menggunakan internet,hanya saja jendela kaca yang membatasi kita antara satu dengan
lainya,dan kebiaasaan inilah yang membuat remja yang biasanya surau adalah tempat untuk
belajar,bermain,dan berkumpuk sekarang sudah dialihkan dengan pengunaan internet.

Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunya minat remaja untuk ke surau


Pengurus masjid seharusnyamenyatu dengan jamaahnya.Merekasenantiasaberhubungan
secaraakrab dan bekerjasamasecarapadu dalam seluruh pelaksanaankegiatan masjid

1)Memelihara
masjidmembersihkanruangandanhalamanmasjid,merawatmasjiddariberbagaikerusakan-
kerusakan,merapikanperalatan-peralatanagarterlihatrapi danindah.2)Mengaturkegiatan-
kegiatan masjid.114;3)Melaksanakandakwahdi lokasimasjid sertadilingkungansekitar
masjid dan masyarakat luas. 4)Memelihara keagamaan di lokasi masjid.5)Bersama-
sama dengan masyarakat memakmurkan masjid. 6) Menciptakan
perdamaiandanmenghindarkanperpecahanantarsesamapengurusdanjamaahmasjid
 Dalampemberdayaandiupayakanmelibatkansebanyakmungkinorangyangbisasalingberdisk
usi memperkayawawasandanpengalaman.Dalamperspektifpolitiktindakan warga
dampingan dirancang sebagai proses politik dalam artian yang luas.Kegiatan untuk itu
dimulai dari isu kecil kemudian mengaitkan dengan isu yang lebihluas dan memulai
dengan siklus proses yang kecil untuk bekerjasama dengan
kekuatankritisyanglebihluaslainnya
 Fenomenabaru bahwapemberdayaan masyarakatitu tidak
hanyadilakukanmelaluilembagasosial(socialinstitution),tetapijugapemberdayaanmasyarak
atmelalui masjid pun bisa dilakukan. Ini yang menunjukkan bahwa sebagian masjid
telahmenunjukkanfungsinyasebagaitempatibadah,tempatpendidikan,tempatpemberdayaan
ekonomi umat, dan kegiatan–kegiatan sosial lainnya.
 Upaya
Orang
Tua
Memberikan arahan kepada anak
Masa remaja merupakan masa dimana anak selalu merasa selalu ingin tahu (penasaran)
yang berlebihan
terhadap hal
-
hal yang mereka anggap baru. Hal ini tidak jarang menyebabkan anak
ter
jerumus kedalam pergaulan yang bersifat negatif.

Memberikan dorongan (motivasi)


Memberikan ketegasan dalam bentuk pembiasaan

Anda mungkin juga menyukai