Anda di halaman 1dari 10

PERANAN REMAJA DI ZAMAN SEKARANG TERHADAP

KEMAKMURAN MASJID
Vidia Hifdhiati Nur
1
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: vidiahifdhiati@upi.edu

Abstract
Mosque function not only as centers of worship and da’wah, but also as other
institutions. Such activities can bime said as an effort to enliven the mosque so that
the mosque truly becomes one of the most important centers for restoring Islamic
civilization. When a mosque in victorious, it is clear that there is a role for youth,
because of course youth plays an important tole in the succes of a mosque. The role of
young people can be seen from the tole of young people as agents of change. This can
be achieved by involvong the younger generation at the national and regional levels
in supporting changes in the community environment towards a better future. The
progress of a nation is shown by the success of its young generation in making positive
changes and overcoming all challenges. However, the participation of youth in the
wealth of mosques is decreasing along with the chanhing times with very rapid
technological developments, making teenagers prefer online recitation rather than
visiting majlis.
Keywords: Mosque, Youth, Tole, and Prosperous
Abstrak
Masjid berfungsi tidak hanya sebagai pusat ibadah dan dakwah, tetapi juga sebagai
lembaga lain. Kegiatan semacam itu bisa dikatakan sebagai upaya meramaikan
masjid agar masjid benar-benar menjadi salah satu pusat terpenting untuk
mengembalikan peradaban Islam. Ketika sebuah mesjid berjaya, jelas ada peran
pemuda, karena tentu saja pemuda berperan penting dalam menyukseskan mesjid.
Peran kaum muda dapat dilihat dari peran kaum muda sebagai agen perubahan. Hal
ini dapat dicapai dengan melibatkan generasi muda di tingkat nasional dan daerah
dalam mendukung perubahan lingkungan masyarakat menuju masa depan yang
lebih baik. Kemajuan suatu bangsa ditunjukkan oleh keberhasilan generasi mudanya
dalam melakukan perubahan positif dan mengatasi segala tantangan. Namun,
partisipasi remaja dalam kekayaan masjid semakin berkurang seiring perubahan
zaman dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, membuat remaja lebih
memilih pengajian online daripada mengunjungi majlis.
Kata kunci: Masjid, Remaja, Peranan, dan Memakmurkan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat populasi masyarakat Muslim
terbesar di seluruh dunia. Untuk sekarang, diperkirakan jumlah dari umat Muslim
mencapai hingga 207 juta orang. Tapi walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama
Islam, Indonesia mempunyai berbagai agama bukan hanya agama Islam saja. Dalam
penerapan ajaran agama Islam di Indonesia pun tentunya beragam karena di Indonesia
sendiri mempunyai karakter yang berbeda-beda dari setiap wilayah pun tentunya berbeda.
Dari setiap wilayah mempunyai sejarah dan budaya nya sendiri yang dipengaruhi dengan
keunikan tersendiri. Mengingat penduduk muslim di Indonesia banyak, tentunya akan
terpengaruhi oleh perkembangan peningkatan konsumsi dan urbanisasi. Tentunya

1
menerapkab berbagai gaya hidup di perkotaan yang modern yang didukung dengan adanya
perkembangan teknologi yang berkembang pesat juga di pengaruhi dengan fashion-fashion
yang baru. Walaupun di Indonesia peminat fashion Islam sedang besar. Bukan hanya
fashion saja yang semakin berkembang namun banyak sekali yang berkembang dengan
sejalannya waktu termasuk bagaimana pengelolaan dari masjid. Masjid-masjid di
Indonesia pasca Orde Baru terlah terpapar dengan ide dan pandangan yang baru.
Tentunyah al tersebut didasari dengan orang yang membantu pemakmuran dari masjid
tersebut. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam pemakmuran masjid yang
ditujukan terhadap kalangan remaja dan pemuda-pemudi, yaitu: Kepengurusan yang
merupakan wadah utama dari pengkaderan bidang kemasjidan terhadap generasi
muda. Dalam pengkaderan kepengurusan, generasi muda dituntut untuk lebih
memperhatikan dengan lebih serius dan juga sungguh-sungguh dalam memakmurkan dan
menjaga eksistensi masjidnya. Selanjutnya ialah program kegiatan, yang dimana jika
setelah tersusun dan juga tertata dengan baik kepengurusan masjid, kemudian membuat
program kegiatan yang berjangka panjang selama kepengurusan berlangsung. Dalam
program kegiatan tersebut didalamnya terdapat pembinaan, rohani, program yang bersifat
hobi dan juga pengembangan bakat. Menjadikan sebuah kegiatan suatau kesenangan,
hobi dan bakat bukan sebagai beban. Dengan begitu, remaja aktif dalam pembangunan
dan kemakmuran masjid (Remaja Masjid) bisa lebih mudah dalam memajukan dan
menghidupkan urgensi, fungsi, dari masjid itu sendiri. Masjid merupakan tempat yang
sangat penting bagi umat islam. Ibarat air dengan ikan. Tanpa air ikan tidak akan bisa
tahan hidup lebih lama, begitupula dengan masjid. Tanpa adanya masjid, umat manusia
tidak akan memiliki iman yang kuat dan kokoh.
Remaja sekarang hanya aktif di karang taruna bahkan tidak aktif dalam kegiatan
masjid karena kebanyakan remaja sudah tidak tertarik dalam hal yang berbau kemasjidan.
Kebanyakan pemuda-pemudi akan mengikuti kegiatan Ketika hari-hari besar seperti solat
eid, acara penyembelihan hewan qurban, pengajian akbar, dll. Jumlah generasi muda di
Indonesia yang besar tentunya menjadi sebuah keuntungan namun juga sebuah kerugian
bagi Indonesia yang sedang membangun. Menjadi sebuah keuntungan jika remaja tersebut
bisa dimanfaatkan dalam hal kepentingan pembangunan dengan dilakukan secara optimal.
Akan menjadi sebuah kerugian apabila remaja hanya menjadi beban dan tanggungan bagi
anggota masyarakat yang lain. Komposisi dari generasi muda antara 15-35 merupakan
jumlah penduduk Indonesia yang terbesar karena sebesar 37% dari total semua penduduk
di Indonesia yang 220 juta. Dengan jumlah komposisi dari generasi muda yang besar
tersebut kadang hanya dijadikan sebuah komoditas dari politik belaka ssaja karena remaja
merupakan agen perubahan dan juga generasi yang sangat diharapkan dalam eksistensinya.
Sementara itu, pengakuan nyata terhadap generasi muda sebagai kategori sosial
yang menjadi elemen penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan kurang
mendapatkan tempat. Pemuda masih dianggap sebagai anak-anak apabila mereka belum
menguasai mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan tetap, dan memiliki
emosi yang stabil. Oleh karena itu, banyak pemuda yang pragmatis dengan mengambil
sikap acuh tak acuh terhadap problematika yang berkembang di masyarakat, atau hanya
tekun belajar untuk meraih prestasi yang tinggi tanpa peduli pada kehidupan orang lain.
Remaja-remaja generasi sekarang telah mengalami perubahan yang sangat besar dimana
mereka telah mengikuti perkembangan jaman, dimana remaja- remaja sekarang lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, dari pada
menggunakan waktu yang berharga tersebut dengan hal yang lebih bermanfaat. Dalam hal
ini lingkungan yang paling mungkin lebih dapat memperhatikan anak-anak remaja adalah
orang tua.

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 2


Pada masa saat ini, anak muda islam masjid terus menjadi dibutuhkan paling
utama buat menyebarkan ajaran- ajaran syari’ at islam yang mempunyai keterikatan
dengan masjid dan buat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah swt, ialah dengan
mengamalkan ajaran- ajarannya. Pastinya, diharapkan anak muda masjid bisa jadi
penggerak pengembangan dakwah Islam ialah dengan menjadikan masjid selaku
pusat aktivitasnya. Serta pastinya bisa jadi seseorang pendidik, yang membina kanak-
kanak tersebut dalam pengamalan ibadah kesehariannya, mengingat dimana remaja-
remaja saat ini minimnya uraian menimpa tata metode ibadah yang baik serta benar,
dan pemahaman- pemahaman yang lain, oleh sebab itu dengan adanya masjid
diharapkan mampu membina remaja- remaja tersebut supaya jadi manusia yang
lebih baik lagi dihadapan manusia ataupun allah swt. Anak muda Islam Masjid ialah
penerus bangsa serta agama yang sangat berpotensi dalam meningkatkan serta
memajukan generasi Islam semenjak dini. Mendidik anak- anak dengan ajaran-
ajaran cocok syari’ at islam berbentuk uraian, penghayatan, dan praktek dalam
pengamalan ibadah dan kajian- kajian Islam supaya remaja- remaja tersebut jadi
generasi idaman serta harapan di masa depan. Penanaman nilai- nilai agama
terhadap anak muda semenjak dini ialah sesuatu kewajiban buat menggapai nilai
keharmonisan dalam menapaki jalur kehidupan dunia serta akhirat. Nilai- nilai
tersebut bisa jadi pegangan yang kokoh supaya mereka tidak keluar dari ajaran
agamaPada masa sekarang, remaja islam masjid semakin diperlukan terutama untuk
menyebarkan ajaran-ajaran syari’at islam yang memiliki keterikatan dengan masjid
serta untuk menumbuhkan ketaqwaan terhadap Allah swt, yaitu dengan
mengamalkan ajaran-ajarannya. Tentunya, diharapkan remaja masjid dapat menjadi
penggerak pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai
pusat aktivitasnya. Dan tentunya risma dapat menjadi seorang pendidik, yang
membina anak-anak tersebut dalam pengamalan ibadah kesehariannya, mengingat
dimana remaja-remaja sekarang kurangnya pemahaman mengenai tata cara ibadah
yang baik dan benar, serta pemahaman-pemahaman lainnya, oleh karena itu risma
diharapkan mampuh membina remaja-remaja tersebut agar menjadi manusia yang
lebih baik lagi dihadapan manusia maupun allah swt.

TINJUAN PUSTAKA (jika ada)


Tinjauan pustaka yang relevan dan pengembangan hipotesis (jika ada) dimasukkan
dalam bagian ini. [Cambria, 12, normal, spasi tunggal].

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif yang dimana bertujuan untuk menggambarkan dengan secara faktual,
akurat dan juga sistematis mengenai realitas sosial dan berbagai fenomena yang
terjadi di masyarakat dengan tujuan objek penelitiannya bisa disajikan dengan sefara
rinci dan juga bisa diketahui bagaimana ciri, karakter, sifat, dan juga modelnya
dengan secara komperehensif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan mencari informasi dengan mengumpulkan dari berbagai informasi seperti
jurnal, buku, laporan, artikel dan juga dari internet. Dalam melakukan analisis
datanya yaitu dengan merangkum dari berbagai sumber dan juga memiliki data yang
relevan dengan apa yang menjadi inti dari permasalahnnya.

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 3


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tempat peribadatan ummat Islam di Indonesia diujarkan dalam bermacam
sebutan. Terdapat Surau, Langgar, Tajug serta Masjid. Keragaman sebutan tersebut
terpaut dengan guna, dimensi serta kepemilikannya. Di dalam Al- Quran masjid
diungkapkan dalam 2 istilah awal masjid serta kedua Bait. Sebutan masjid langsung
menunjuk kepada penafsiran tempat peribadatan ummat Islam yang senafas dengan
istilah tempat peribadatan pemeluk agama lain semacam biara, gereja serta sinagog.
Masjid sering disebut oleh masyarakat sebagai Rumah Allah SWT yang berfungsi
sebagai tempat ibadah umat Islam. Tempat ibadah umat Islam ini juga sering
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar Alquran atau pendidikan Alquran. Dalam
sejarah perkembangan Islam, peran penting dalam pemeliharaan Islam diberikan
kepada masjid. Secara linguistik, masjid dapat diartikan sebagai tempat ibadah.
Dalam arti yang lebih luas, masjid adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya shalat berjamaah. Mengenai istilah masjid, menurut Syara, adalah
tempat yang disediakan untuk shalat, baik permanen maupun tidak sementara. Selain
dapat menghidupi agama Allah SWT, masjid juga berfungsi untuk menyelenggarakan
kesejahteraan dan ketertiban masyarakat melalui kajian-kajian keagamaan. Dalam
masyarakat majemuk seperti Indonesia, masjid bisa menawarkan dakwah yang
memberikan efek menenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam buku Memakmurkan Literasi Keagamaan di Masjid: Suatu Pengantar
yang ditulis oleh Abdul Wahid, dkk menarangkan kalau belum lama ini masjid tidak
semata- mata berperan selaku pusat aktivitas buat beribadah serta dakwah, tetapi
pula jadi sarana- sarana yang lain. Di lingkungan masjid ada fasilitas pembelajaran
semacam madrasah maupun sekolah, pelayanan kesehatan semacam klinik,
pelayanan publik semacam penyelenggaraan perkawinan, serta pula pusat aktivitas
jasa semacam pasar, yang mencakup misalnya toko- toko, perbankan, perkantoran,
gudang, serta kegiatan- kegiatan bisnis yang lain. Pastinya masjid tidak cuma jadi
sumber kenaikan keilmuan, keimanan serta ketakwaan, tetapi pula kenaikan
ekonomi umat. Kegiatan- kegiatan semacam itu bisa dikatakan selaku upaya
memakmurkan masjid, sehingga masjid betul- betul jadi salah satu pusat terutama
buat mengembalikan peradaban Islam. Sebagian besar masjid- masjid di Indonesia
dikelola jamaah secara otonom. Implikasi dari otonomi pengelolaan masjid semacam
ini merupakan terus menjadi leluasanya para pengelola, baik takmir, imam, ataupun
khatib, dalam memakmurkan masjid yang cocok dengan tingkatan uraian keagamaan
mereka. Karenanya normal apabila sebagian masjid dikira cenderung radikal serta
intoleran, sebab pengelolanya memanglah mempunyai pemikiran keagamaan
semacam itu. Jadi, wacana keislaman di masjid tidak jauh berbeda dengan pemikiran
para pengelolanya, serta perihal ini hendak mempengaruhi pada pertumbuhan
literasi keagamaan di masjid.
Fungsi utama masjid yaitu untuk beribadah sebagaimana terdapat dalam Al-
Quran Surat An-Nur 36-37
‫هّٰللا‬
‫ال‬
ِ ‫ص‬ َ ٰ ‫ت اَ ِذنَ ُ اَ ْن تُرْ فَ َع َوي ُْذ َك َر فِ ْيهَا ا ْس ُمهٗۙ يُ َسبِّ ُح لَهٗ فِ ْيهَا بِ ْال ُغد ُِّو َوااْل‬
ٍ ْ‫ۙ فِ ْي بُيُو‬
Artinya : (Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk
memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya
pada waktu pagi dan petang,
‫هّٰللا‬
َ ‫ِر َجا ٌل اَّل تُ ْل ِه ْي ِه ْم تِ َجا َرةٌ َّواَل بَ ْي ٌع ع َْن ِذ ْك ِر ِ َواِقَ ِام الص َّٰلو ِة َواِ ْيت َۤا ِء ال َّز ٰكو ِة ۙيَ َخافُوْ نَ يَوْ ًما تَتَقَلَّبُ فِ ْي ِه ْالقُلُوْ بُ َوااْل َب‬
‫ْصا ُر‬
ۙ

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 4


Artinya : orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat
Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika
hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).
Pada masa Rasulullah SAW masjid dapat digunakan untuk kepentingan sosial
(makro) selain shalat, dzikir dan i'tikaf. Misalnya sebagai tempat belajar dan
mengajarkan kebajikan (belajar ilmu), merawat orang sakit, memenuhi hukum najis
(saling melaknat), dll. Sepanjang sejarahnya, masjid berkembang pesat baik sebagai
bangunan maupun sebagai fungsi dan peran. Hampir bisa dikatakan: di mana ada
komunitas Muslim, di situ juga ada masjid. Secara makro, peran masjid sebagai
wahana pertemuan (diskusi, debat, seminar), kajian, sharing pengalaman, pusat
dakwah, kegiatan sosial, pengembangan ummat, pusat dakwah dan budaya Islam,
kaderisasi umat. Pusat-pusat, seperti pusat revitalisasi masyarakat dll.
Saat ini, masjid harus semakin banyak beroperasi, memperluas jangkauan
kegiatan dan layanan, serta beroperasi dengan organisasi dan manajemen yang baik.
Tegasnya, diperlukan langkah-langkah untuk mengimplementasikan fungsi dan
peran masjid. Meski memiliki fungsi dan peran utama sebagai tempat salat (mikro),
masjid tidak hanya menjadi tempat salat saja. Padahal, inti dari peran masjid adalah
untuk menegakkan shalat berjamaah, yang merupakan salah satu syi'ar terpenting
Islam. Sholat berjamaah merupakan indikator terpenting dari keberhasilan masjid itu
sendiri. Jadi, berhasil atau tidaknya peran dan fungsi masjid dapat dinilai dari
seberapa khusyuknya orang-orang yang mengikuti salat berjamaah. Secara mikro,
peran masjid dalam kehidupan umat Islam adalah sebagai rumah ibadah. Sesuai
dengan namanya, masjid adalah tempat sujud, zikir, i'tikaf dan ibadah sunnah
lainnya, sehingga fungsi utamanya adalah sebagai tempat shalat dan tempat ibadah,
baik secara terang-terangan maupun umum menurut ajaran Islam.
Pemuda masjid memiliki posisi dan peran yang sangat strategis dalam
memberdayakan dan memajukan pemuda muslim, serta berperan dalam
memperkaya masjid. Sebagai sebuah organisasi, pemuda masjid harus menjadi
wadah pemersatu dan mampu memberdayakan generasi muda muslim serta
mencegah mereka dari perilaku negatif atau kenakalan remaja. Sebagai masjid
pemuda sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah dan wadah pemuda muslim,
diharapkan setiap pemuda masjid di daerah ini dapat menjalankan misi dan
perannya sebagai lembaga masjid dengan sebaik mungkin. Lingkungan yang baik
juga mendorong kebiasaan yang baik, Lingkungan yang dapat mengubah kebiasaan
seseorang, lingkungan yang buruk dapat menolak kebiasaan dan pendidikan yang
sulit diatur. Kebiasaan buruk dapat menyebabkan hal-hal yang lebih rendah, yaitu.
kembali ke hal-hal yang lebih primitif. Seseorang yang hidupnya seharusnya modern,
tetapi lingkungannya primitif bisa menjadi sesuatu yang primitif. Beberapa kebiasaan
sangat sulit untuk dihilangkan, tetapi bila ada keinginan batin yang kuat untuk
menghilangkannya.
Jika berbicara tentang masjid, hal ini tidak terlepas dari peran pemuda masjid.
Dulu, peran pemuda masjid sangat penting, terutama dalam membangun generasi
dan karakter muslim, dakwah yang dipraktekkan untuk menyebarkan Islam di
nusantara terencana dengan baik dan tidak spontan. Untuk berhasil mengubah
masyarakat yang sebelumnya didominasi Hindu menjadi mayoritas Muslim tanpa
merusak nilai-nilai budaya.
Karena peran pemuda di masjid, maka masjid bisa menjadi tempat
pembentukan dan pembinaan karakter bagi masyarakat sekitar, terutama bagi

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 5


remaja yang sangat peka terhadap interaksi sosial dunia nyata. Di sanalah banyak
dari kita bergabung dengan klub remaja bermasalah yang pantas mendapatkan
bimbingan dan arahan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti B.
kurangnya upaya masyarakat sekitar untuk mengembalikan moral dan karakter
anak, serta peran masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan karakter.
Sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan dakwah dan wadah pemuda
muslim, pemuda masjid diharapkan dapat menunaikan misi dan perannya sebagai
lembaga masjid. Sehingga kegiatan pondok pemuda menjawab kebutuhan
masyarakat dan dapat berlangsung secara efektif (efisien) dan efektif. Salah satu
tugas pemuda masjid adalah membina pemuda muslim, dengan pemuda muslim di
sekitar masjid menjadi sumber daya manusia (SDM) yang sangat mendukung
kegiatan organisasi, sekaligus tujuan utama dakwah (mad'u).
Kesuksesan masjid tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada yang
merawatnya. Salah satu peserta yang paling diharapkan keberadaan masjid tersebut
adalah kehadiran para pemuda masjid. Seperti yang diharapkan, kehadiran pemuda
masjid di masjid harus sukses. Masjid remaja tidak terjadi begitu saja. Namun,
muncul karena adanya upaya penyelenggaraan kegiatan masjid dan kemudian
dibentuklah organisasi kepemudaan masjid. Pemuda Masjid adalah perkumpulan
pemuda muslim yang mengamalkan Masjid untuk kesuksesan, pengaktifan,
penghidupan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Masjid. Pemuda masjid
menjaga masjid seperti yang diinginkan. Keberhasilan masjid ini merupakan bagian
dari program dakwah bil hal (transformasi piagam). Dakwah bil hal adalah kegiatan
dakwah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan
manusia baik dalam kehidupan rohani maupun jasmani.
Peran remaja untuk kemakmuran masjid sangat berperan penting. Karena
remaja merupakan ujung tombak kemajuan dan pembangunan bangsa. Remaja
dengan fisiknya yang kuat, pengetahuan yang inovatif, dan kreativitas yang tinggi
disebut sebagai aktor pembangunan. Baik buruknya suatu Negara dapat dinilai dari
kualitas pemudanya, tanpa adanya peranan pemuda Indonesia maka bangsa
Indonesia akan mengalami kesulitan dalam hal kemajuan, pembangunan, perubahan,
bahkan identitas bangsa akan memudar dengan sendirinya. Peran yang dimainkan
oleh seseorang harus dipisahkan dari posisinya dalam interaksi sosial. Kedudukan
seseorang dalam masyarakat (social position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan kedudukan seseorang dalam organisasi masyarakat. Peran lebih
berkaitan dengan tindakan, pengaturan diri dan sebagai proses. Jadi seseorang
menempati posisi dalam masyarakat dan menjalankan peran. Levinson mengatakan
peran itu mengandung tiga hal, yaitu:
 Peran meliputi norma-norma yang berkaitan dengan kedudukan atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam pengertian ini adalah seperangkat aturan
yang memandu seseorang dalam kehidupan sosial.
 Peran adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat
sebagai suatu organisasi.
 Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang dianggap penting menurut
struktur sosial masyarakat
Berdasarkan ketiga hal di atas, maka fasilitas menjadi hal yang sangat penting
kemampuan seseorang atau kelompok untuk memenuhi kewajibannya. Pranata
sosial yang ada merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan peluang
bagi pemenuhan peran seseorang atau kelompok.

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 6


Masa remaja merupakan masa transisi dimana terjadi perubahan fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Perubahan psikologis yang terjadi
pada remaja meliputi kehidupan intelektual, emosional dan sosial. Perubahan fisik
meliputi alat kelamin, yaitu alat kelamin sudah matang dan mulai berfungsi dengan
baik.

Muagman dalam Sarwono mendefinisikan pemuda berdasarkan definisi


konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan pemuda
berdasarkan tiga (tiga) kriteria, yaitu: biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
 Masa remaja adalah periode di mana seorang individu berkembang dari gejala
seksual sekunder pertamanya hingga mencapai kematangan seksual.
 Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis
dan pola identifikasi dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
 Masa remaja merupakan masa peralihan dari keadaan yang sepenuhnya bergantung
secara sosial ekonomi ke keadaan yang relatif lebih mandiri.
Peran pemuda sangat sering dikaitkan dengan kemajuan bangsa. Di Indonesia
pun peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak perlu diragukan
lagi. Peran pertama kaum muda dapat dilihat dari peran kaum muda sebagai agen
perubahan. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan generasi muda dalam
mendukung perubahan lingkungan masyarakat di tingkat nasional dan daerah
menuju masa depan yang lebih baik. Kemajuan suatu bangsa ditunjukkan oleh
keberhasilan generasi mudanya dalam mengimplementasikan perubahan-perubahan
positif yang dapat dilakukan dan menjawab segala tantangan.
Dengan era globalisasi saat ini, juga mengikuti masuknya budaya asing di
Indonesia. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan pesat, hal ini
tentunya dipengaruhi oleh kecepatan dan kemudahan komunikasi serta akses berita.
Di era yang serba menuntut ini, perkembangan teknologi modern tidak berjalan
seiring dengan masuknya budaya asing yang positif. Budaya asing memasuki negara
tanpa hambatan dan tanpa filter. Masyarakat Indonesia pada umumnya terbuka
terhadap inovasi dalam kehidupannya, namun tidak dapat membedakan mana yang
sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku dan mana yang tidak sesuai dengan
aturan dan standar yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. .
Dilihat dari perkembangan zaman, karena banyak remaja yang mengikuti
trend, urbanisasi, maupun tergerus dengan dunia luar menyebabkan sedikitnya
remaja yang memberdayakan masjid. Jarang terlihat remaja yang memakmurkan
masjid, namun banyak sekali remaja yang nongkrong di caffe untuk sekadar ngobrol,
main game, pacaran, dll. Bukan hanya terlihat banyak nongkrong saja namun banyak
remaja yang kebanyakan menggunakan untuk hal-hal yang kurang baik. Memang
dalam hal penggunaan teknologi bisa dalam hal positif maupun negatif. Tidak semua
yang menggunakan teknologi negatif, namun dengan adanya hal tersebut
mengakibatkan banyaknya remaja yang jarang datang ke masjid. Sangat kentara
terlihat ketika melewati masjid banyak yang sepi namun area-area umum seperti
kafe, restauranya, warkop banyak sekali yang menandatanginya.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi remaja dalam pemberdayaan
masjid. Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah pola asuh dari orang tua yang
tidak mendidik anaknya untuk aktif dalam kegiatan masjid seerti solat lima waktu,
mengaji, kajian, dll. Hal ini berimbas pada usia remajanya yang menjadi cenderung
acuh dan juga menghindari masjid. Dalam pengamatan yang dilakukan, banyak orang
tua yang tidak membetikan contoh terhadap anak-anaknya karena orang tua terlalu

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 7


sibuk dengan pekerjaan, waktu solat yang tidak terurus, kemampuan mengajinya
dibawah rata-rata, orang tua pun jarang yang mengikuti pengajian. Banyak orang tua
yang mengikuti pelajaran namun jika dilihat dari banyak sekali yang tidak mengikuyi
pengajian. Selain itu juga bisa tefjadi karena faktor ekonomi yang dimana orang tua
tidak sempat untuk datang pada pengajian dan juga tidak sempat untuk mengajarkan
anak-anaknya untuk memakmurkan masjid. Dilihat juga jamaah solat terlihat dari
beberapa masjid sangat sepi. Kalaupun ada yang berjamaah hanya terdapat satu dua.
Juga yang terlihat yang berjamaah dan sering datang pengajian adalah kebanyakan
orang tua yang memang sudah tua. Sangat kentara jika dilihat dari sepanjang jalan
yang dimana banyak orang yang berbondong-bondong datang ke mall, dan tempat
wisata lain namun sebaliknya jika dilihat yang datang ke masjid.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat juga, tentunya
remaja banyak yang mengikuti kajian secara online. Karena memang untuk saat ini,
ilmu tidak hanya didapat dengan secara offline dengan dagang ke masjid. Tapi juga
bisa dengan mengakses ilmu melalui media smartphone saja. Sekarang banyak kajian
yang disiarkan dengan secara live melalui media-media elektronik. Di era digital,
telah terjadi pergeseran generasi remaja. Perubahan tersebut terlihat dalam
kehidupan sehari-hari, seperti minimnya interaksi tatap muka melalui gawai. Setiap
orang menghadapi tantangan. Kemajuan teknologi membantu memfasilitasi
komunikasi antar perangkat. Alat komunikasi seluler telah menjadi kebutuhan pokok
di era digital, menjalin hubungan komunikasi jarak jauh dibandingkan dengan
menggunakan surat atau telegram yang membutuhkan waktu lebih lama untuk
menyampaikan pesan (Nasrullah, 2014). Ternyata saat ini karena pesatnya
perkembangan teknologi informasi, begitu mudahnya mendapatkan informasi terkini
(Fauziyah & Rina, 2020).
Di era digital ini, akses internet mudah dan cepat, serta penggunaan gawai
juga sudah berubah. Ini membuat orang tertidur dan bekerja di perangkat mereka
sendiri. Perkembangan teknologi telah menyebabkan orang bertemu secara
langsung. Semua kebutuhan interaktif dapat dipenuhi dengan menggunakan
teknologi. Dilihat dari permasalahan yang sudah di bahas tentunya sudah terlihat
bahwasannya dalam pemakmuran masjid belum sepenuhnya ikut berkontribusi
dalam pemakmuran masjid. Bukan hanya belum sepenuhnya tapi memang banyak
sekali remaja yang tidak ikut berkontribusi dalam pemakmuran masjid. Ada banyak
juga yang peduli terhadap kemakmuran masjid namun hanya sebagian yang dimana
juga itu banyak yang dari organisasi, pesantren, dll.
Pentingnya menanamkan nilai-nilai spiritual merupakan pondasi yang
memberikan anak landasan untuk menghadapi perubahan zaman saat ini.
Pengembangan diri semua orang harus menjadi pribadi untuk menetralkan
perubahan yang telah terjadi.
Dakwah di masjid dianggap kurang menarik bagi kalangan muda muslim,
khususnya generasi milenial. Sebuah studi baru-baru ini oleh sebuah universitas
Islam di Jakarta menemukan bahwa kaum milenial mulai menjauh dari dakwah
tradisional. Milenial Muslim semakin banyak yang menyukai kajian agama online.
Temuan UIN Jakarta yang dimuat dalam buku “Masjid di Era Milenium” Februari ini:
Arah Baru Literasi Keagamaan” mengatakan bahwa para pemuda ini tidak lagi
tertarik dengan dakwah yang diajarkan di masjid. Muslim Milenial kini mendapatkan
jawaban yang lebih rinci atas permasalahan hidup mereka secara online. Dengan
kajian secara online, tentunya akan menjadi lebih praktis karena tidak harus

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 8


berangkat ke suatu majlis. Namun, walaupun begitu masih banyak remaja yang
mengikuti kajian dengan secara langsung di masjid.
Dalam prakteknya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
refleksi langsung bagi orang tua, guru, dosen dan personalia yang mempengaruhi
remaja dalam pemakmuran masjid yang efektif. Studi ini juga memberikan
rekomendasi yang tepat bagi individu yang walaupun kajian bisa dilakukan dengan
secara online, namun lebih baik bisa dilakukannya dengan secara offline di suatu
majlis agar lebih jelas dan juga bisa bersilaturrahmi dan bersosialisasi.
Riset ini juga akan bermanfaat bagi Orang tua remaja sebagai panduan untuk
membekali anak dengan memakmurkan masjid dengan cara ikut kegiatan-kegiatan
yang bisa membangun hal-hal positif di masjid. Selain itu, diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi para remaja masjid dalam
mengembangkan program-program yang sesuai untuk remaja dengan menjaga
silatirrahim.
KESIMPULAN
Masjid tidak semata- mata berperan selaku pusat aktivitas buat beribadah
serta dakwah, tetapi pula jadi sarana- sarana yang lain. Kegiatan- kegiatan semacam
itu bisa dikatakan selaku upaya memakmurkan masjid, sehingga masjid betul- betul
jadi salah satu pusat terutama buat mengembalikan peradaban Islam. Dengan
memakmurkan masjid tentunya memiliki peranan remaja karena tentunya remaja
sangat berperan penting dalam memakmurkan masjid. Peranan remaja dapat dilihat
dari peran kaum muda sebagai agen perubahan. Hal ini dapat dicapai dengan
melibatkan generasi muda dalam mendukung perubahan lingkungan masyarakat di
tingkat nasional dan daerah menuju masa depan yang lebih baik. Kemajuan suatu
bangsa ditunjukkan oleh keberhasilan generasi mudanya dalam
mengimplementasikan perubahan-perubahan positif yang dapat dilakukan dan
menjawab segala tantangan. Namun dalam pemakmuran masjid, remaja masih
kurang berkontribusi karena terjadinya perubahan zaman dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat yang sehingga menyebabkan remaja lebih menyukai
kajian dengan secara online dari pada berangkat ke majlis.
DAFTAR PUSTAA
Abdul Wahid, et al. (2019). MASJID DI ERA MILENIAL: Arah Baru Literasi
Keagamaan.
Adiarsi, G. R., & Silsa, H. (2018). Fenomena Bergabungnya Anak Muda Jakarta ke dalam
Organisasi Sinergi Muda Secara Suka Rela. Profetik: Jurnal Komunikasi, 11(2), 99.
https://doi.org/10.14421/pjk.v11i2.147 4
Aminah, Andayani, & Karyanta. (2014). Jurnal Fakultas Kedokteran Program Studi
Psikologi Universitas Sebelas Maret : Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir)
Terhadap Perceraian Orangtua Dan Konsekuensi Psikososial Yang
Menyertainya.
Heri Budianto. (2019). “Peran Remaja Islam Masjid (RISMA) Dalam Pembinaan
Perilaku Keagamaan Remaja Di Era Millenial”, Bengkulu, IAIN Bengkulu Kafi,
Jamaluddin, 1993. Psykologi Dakwah. Jakarta: Depag
Rizqi, M. & Pradana, B. C. S. A. (2018). Literasi Dampak Penggunaan Smartphone bagi
Kehidupan Sosial di Desa Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Communicare, 5(2), 15-
30. https://doi.org/https://doi.org/10.37535/ 101005220182
Saleh, G. & Pitriani, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram dan WhatsApp Terhadap
Pembentukan Budaya “Alone Together.” Jurnal Komunikasi, 10(2).

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 9


https://doi.org/10.24912/jk.v10i2.2673
Kahdijah, (2019). Perkebangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja. Jurnal AL-Taujih, Vol.5,
No.2, Kahmad, Dadang, 2000. Metode Penelitian Agama,Bandung: Pustaka
Setia
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/agama/islam/item248?
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51697/1/Editor%20Buku
%20Masjid%20di%20Era%20Milenial.pdf
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/abdimas/article/view/41
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/komunika/article/download/130/104
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/fiqih-masjid.pdf
http://repository.radenintan.ac.id/1076/3/BAB_II.pdf
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/14361/Peran-Pemuda-
Masa-Kini.html
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC/article/download/15550/9057/47352
https://www.tempo.co/abc/3680/dianggap-kuno-dakwah-masjid-mulai-ditinggalkan-
milenial-indonesia
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2728-Full_Text.pdf

Penulis 1, Penulis 2: [Judul Singkat] 10

Anda mungkin juga menyukai