ilal-khair). Kedua memajukan tatanan masyarakat yang sudah baik menjadi lebih
baik (amar ma’ruf). Ketiga merubah tatanan masyarakat yang dianggap destruktif
(nahi munkar). Ketiga fokus tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan, apalagi diambil
salah satu saja. Sebab jika yang pertama diambil tanpa kedua dan ketiga, maka
dakwah yang dilakukan hanya bersifat normatif, tidak realistis, sehingga tidak ada
efek berarti secara sosial. Jika yang kedua saja tanpa yang pertama dan ketiga,
seorang da’i atau muballigh akan terlalu pragmatis, tidak menjamin keselamatan
kebijaksanaannya. Yang paling kurang tepat jika hanya mengambil bagian ketiga
saja, tanpa pertama dan kedua. Akibatnya dakwah hanya berisi melarang tanpa
memberi jalan keluar, bahkan mungkin hanya berisi maki-makian dan kutukan-
dakwahnya:
1) Tabligh al-Islam
139
mimbar atau media massa dengan sasaran orang banyak atau khalayak. Dari
segi metode (ushlub), tabligh bisa dilakukan secara lisan (khitabah) dan tabligh
2) Irsyad al-Islam
dan psikoterapi Islami dengan sasaran individu atau kelompok kecil. Irsyad
dilihat dari prosesnya lebih bersifat kontinyu, simultan dan intensif. Contoh
Islam yang ikut membantu pasien di rumah sakit, termasuk bimbingan orang
tua kepada putra-putrinya. Dari segi materi irsyad dilaksanakan atas dasar
3) Tadbir Islam
4) Tathwir al-Islam
140
dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, pendampingan, pengadaan sarana-
sebelumnya, secara umum tidak pernah kering dari sentuhan dakwah. Dakwah
yang dilakukan saat ini adalah dakwah bil lisan atau tabligh melalui majlis taklim
dengan berbagai kajian kitab kuning sebagai acuan materinya. Selain itu
(tradisi islam) yang masih dilakukan secara kontinyu. Meskipun tradisi dimaksud
telah mengalami perubahan, sebagai bagian dari adaptasi para pelakunya dengan
Islam kepada para pelakunya khususnya sejumlah umat Islam yang berpartisipasi
disajikan dalam tradisi itu berupa sumpil berbentuk limas, dan ketan. Sekarang
makanan itu diganti dengan jajanan lain yang disukai anak-anak di Desa
Krajankulon. Tradisi bubur suran, jika dahulu makanan itu berbentuk bubur
dengan dicampur tahu, tempe, telur, srundeng, saat ini ada yang mengganti bubur
dengan nasi kuning. Tradisi syawalan juga mengalami perubahan, jika dahulu
transportasi, dan komunikasi, sehingga tradisi itu dihadiri tidak hanya oleh
menjadi lebih semarak, dengan adanya pasar dadakan selama kegiatan syawalan
berlangsung.
141
Tradisi pertunjukan seni kentrungan, dan wayang kulit tidak ditampilkan
secara rutin sebagaimana pada jaman dulu. Pada event-event tertentu saja kesenian
itu dipentaskan, misalnya pada acara Festival Al-Muttaqin dan Pekan Maulid.
legitimasi, dan keberlanjutan budaya lokal. Maka munculnya kekuatan atau lebih
terhadap kearifan lokal. Selain itu persatuan dan kesatuan akan terus terpelihara
dakwah. Artinya nilai-nilai dan hasil-hasil dari kebudayaan lokal masyarakat yang
kepada para pemegang kebudayaan tersebut (da’i dan mad’u). Sehingga selalu ada
macam pengaruh dari luar yang dibawa oleh globalisasi. Secara ringkas konstribusi
142
Tabel 11
143
A. Kontribusi Pengembangan Da’i dan Mad’u
sebagai pejuang moral da’i harus menjadi rujukan moral, sekaligus ilmu bagi
masyarakatnya. Untuk itu, Syekh Ali Mahfudz (1961) dalam kitabnya Hidayatul
sebagai berikut :
a) Sanggup memerangi musuh dalam dirinya agar terus berada dalam ketaatan
terdapat sejumlah da’i yang memiliki kompetensi yang tidak diragukan dalam
hal penguasaan ilmu agama Islam. Karena mereka sekaligus sebagai pengasuh
pondok pesantrennya sendiri, baik sebagai pendiri maupun sebagai pewaris dari
pengajian rutin di majlis ta’lim. Pak Sholahudin ba’da maghrib, Pak Zainuri
144
ba’da ashar setiap hari, Pak Kyai Nidhom ba’da subuh kecuali hari jum’at, Pak
Muhib Patean setiap selasa dan sabtu, semua waktu sudah terisi semua 7 hari full
Nomor 516 tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Penyuluh
kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir batin. Penyuluh agama Islam
memiliki peran dalam membina umat, paling sedikit penyuluh agama diwajibkan
yang ingin dicapai dari penyuluhan agama pada hakekatnya ialah terwujudnya
145
dari KUA Kecamatan Kaliwungu tahun 2008, terdapat 55 orang yang berperan
da’i tersebut: KH. Khafidhin Ahmaddum, KH.Masduki Abdul Hamid, KH. Fauzi
Shodaqoh, KH.Muchsin Ghofur, KH. Ahmad Nur Fatoni, KH. Muhibudin Al-
Hafidz, K.Ahmad Khasan Aqib, KH. Ahmad Munib Abu Khair, KH.Sholahudin,
orang yang disebut kyai itu (kecuali penyebutan yang direkayasa) adalah orang-
orang yang sudah lulus (sementara) dari seleksi secara alamiah dari masyarakat
yang bersangkutan. Mereka yang sudah terpilih itu, kemudian sering menerima
legitimasi masyarakat akan peran kyai, dan juga kyai diberi kewenangan di
dalam kerangka memberi nasehat warganya. Kyai yang diberi otoritas dan
ditempatkan pada posisi tinggi dalam struktur atau susunan sosial masyarakat,
bukan saja terbatas pada masa “sugengnya” saja, tetapi pengakuan itu juga
diteruskan sampai pada masa sang kyai itu berada di alam barzah. Ini ditandai
oleh apa yang kita kenal dan rasakan dengan upacara khoul kyai (Mudjahirin,
2013). Otoritas yang dimiliki kyai, tidak hanya terbatas bidang agama. Tetapi
146
kesehatan, pendidikan. Intensitas perhatian kyai dalam berbagai bidang
otoritas kharismatik yaitu otoritas yang didasarkan pada kemampuan luar biasa
yang diberikan Tuhan. Kualitas seperti itu menarik para pengikut yang setia pada
apabila terjadi diversifikasi dalam bidang ekonomi, politik dan sosial, maka pola
beragam pula. Pada tiap-tiap bidang kehidupan masyarakat akan tumbuh suatu
golongan dengan suatu hirarkhi tersendiri, dimana setiap elit atau golongan kecil
militer berpengaruh dalam bidang militer, elit ilmu berpengaruh dalam bidang
147
Menurut Mudjahirin Thohir, otoritas kepemimpinan kyai di Krajankulon
saat ini, mulai ada pergeseran. Dalam arti otoritas yang dulunya mencakup
semua aspek kehidupan masyarakat, saat ini terbatas bidang agama dan politik.
Bidang ekonomi sudah diambil alih oleh elit ekonomi, bidang kesehatan sudah
mad’u. Dalam adat kebiasaan syawalan misalnya, da’i dan mad’u akan selalu
Di era globalisasi saat ini, ketiga nilai itu mendapat tantangan yang
terjalin karena adanya kesepakatan imbalan tertentu terhadap setiap jasa yang
Islam sebagai tugas suci. Ketulusan (ikhlas) merupakan salah satu prinsip moral
harus terpancar pada setiap umat Islam maupun dalam aktivitas dakwah. Nilai
ketulusan telah menjadi sikap mental yang melekat pada diri para nabi dalam
148
menegaskan ketulusan dirinya dalam berdakwah dengan menyatakan dirinya
tidak meminta dari mereka upah sedikitpun dari aktivitas dakwah yang
dilakukan, karena upahnya akan ditanggung oleh Allah swt. (Wahbah al-Zuhali,
“Wahai kaumku saya tidak akan meminta harta benda kepada kamu
sebagai upah bagi dakwahku. Upahku hanya dari Allah swt dan aku
sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku
memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui” (QS.11: 29).
Diantara da’i dan mad’u juga ada yang terjebak pada kehidupan yang
memberikan lecutan baru bagi para da’i dan mad’u di Desa Krajankulon untuk
segala bentuk kegiatan yang ada di dalamnya, akan selalu memberikan dorongan
kepada para da’i dan mad’u untuk meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad saw.
melekat pada diri setiap da’i dan mad’u di Krajankulon. Bagi da’i dan mad’u di
Krajankulon, keempat sifat dasar itu tidak mudah untuk diamalkan. Karena para
da’i dan tidak hanya memiliki satu peran dalam kehidupan sosialnya. Sebagian
da’i adalah pemimpin pondok pesantren, mereka juga sebagai pengurus partai
politik. Dari dua peran ini saja, cukup berat bagi mereka untuk benar-benar
149
mengamalkan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Pertentangan peran sosial yang
yang dilaksanakan.
Nilai lain yang dapat digali dari tradisi itu adalah nilai silaturahmi dan
tradisi bubur suran, dan tradisi zakat infaq dan shodaqoh di bulan ramadhan,
akan melatih kepekaan sosial dan terjalinnya komunikasi antara da’i dengan
mad’u, antar sesama da’i dan antar sesama mad’u. Misalnya dalam tradisi weh-
saudara terdekat untuk bertukar menukar makanan khas atau jajanan tertentu. Hal
ini menjadi momentum kepada semua pihak untuk saling berkomunikasi, dan
Materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri yang mecakup seluruh segi
kehidupan manusia tanpa kecuali bersumber pada kitab suci al-Qur’an, dan
Hadits. Menurut Hamka (1984: 236) materi dakwah atau topic dakwah harus
pengajaran, ilmu, tuntunan hidup, dan ideologi bernegara. Pesan dakwah yang
identitas Islam. Akhirnya, pada diri seorang muslim aka nada nilai-nilai
150
Hampir sama denga pendapat Hamka, M.Natsir menjelaskan pesan
dakwah mencakup seluruh isi al-Qur’an. Tidak boleh ada yang ketinggalan atau
M.Natsir da’i harus menyampaikan ajaran Islam secara syumul, yaitu suatu
konsep dinamis Islam. Keduanya sependapat, bahwa perlu ada prioritas dalam
untuk memerdekakan manusia, yaitu merdeka dari kekuatan kepada selain Allah
tauhid ibarat akar pada pohon. Bila akarnya kuat, maka pohon tersebut menjadi
kuat dan berbuah banyak. Pribadi muslim yang memiliki tauhid dan keimanan
yang teguh, maka akan memancarkan sinar keimanannya dalam wujud ketaatan
kepada Allah dan akhlak mulia kepada sesama manusia dan lingkungan
mad’u dominan berasal dari tradisi pesantren yaitu pengajaran kitab kuning.
Kitab kuning adalah buku-buku berbahasa arab yang dikarang oleh ulama-ulama
klasik, berisi kajian tentang fiqh, ushul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tarikh, hadits,
Muwahiddin, setiap hari ada pengajian kitab yaitu tafsir al-Qur’an, bulughul
marom, fathul majid, siroh nabi, al-kabair, riyadhus solihin, dan mulakhos
termasuk di Masjid Al-Muttaqin, setiap hari ba’da subuh ada kajian kitab klasik
yang diajar oleh pengasuh Pesantren APIP (Asrama Perguran Islam dan Pelajar).
151
menyebabkan umat Islam Krajankulon seolah banyak diajari oleh kultur dan
fatwa yang bernostalgia dengan peninggalan masa lalu. Orientasi berfikir masa
lalu ini yang menjadikan umat Islam kesulitan diajak berfikir ke masa depan
materi dakwah yang disampaikan da’i. Materi dakwah yang dimaksud antara
lain: dzikir dan sholawat, akhlak, zakat, infaq, shodaqoh, birrul walidain, taubat,
silaturrahim, puasa, nuzulul qur’an, lailatul qadr, kisah para nabi, tahun baru
kelihatan nyata.
Metode dakwah adalah cara yang dipakai oleh juru dakwah (da’i) untuk
menyampaikan ajaran agama Islam. Kejelian dan kebijakan da’I dalam memakai
hasanah (nasehat yang baik), dan metode mujadalah (metode diskusi) (Awaludin
a. Metode Hikmah
152
kebahagiaan serta merupakan dasar-dasar adab yang paripurna. Hikmah juga
mereka. Menurut Ibnu Zaid, hikmah adalah setiap perkataan yang merupakan
nasehat kepada kebaikan atau mengajak kepada kemuliaan dan mencegah dari
kejahatan.
Adalah perkataan yang melunakkan jiwa orang yang diajak bicara agar
siap melakukan kebaikan dan menerima ajakan. Oleh karena itu al- mauidhah
menyinggung ego dan melukai perasaan hati orang lain, maksimal memuaskan
perasaan hati orang lain, baik secara sengaja atau tidak. Sedangkan Sayyid
dakwah yang mampu meresap ke dalam hati dengan halus dan merasuk ke dalam
dan membuka aib atas kesalahan mad’u. Sikap halus ini pada diharapkan
mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan menjinakkan hati yang benci
bersifat perbincangan dua pihak atau bersifat dialogis, dan dituntut kemampuan
kedua belah pihak untuk mengemukakan alasan rasioanl tentang suatu masalah
153
sesuai dengan pengetahuan dan pandangannya. Metode ini cocok digunakan
pandangan yang saling menolak, kecuali dengan cara yang halus sehingga tidak
ada yang merasa kalah, merasa meggurui dan harus tetap ada penghargaan harga
berikut:
Kegiatan dakwah harian, ada yang dilaksanakan ba’da subuh, ba’da ashar, dan
ba’da isya’.
Kegiatan dakwah mingguan dilaksanakan pada hari kamis malam jum’at, dan
lebih banyak jama’ah yang diikuti gabungan dari jama’ah beberapa musholla.
peristiwa sejarah Islam seperti: Maulid Nabi Muhammad Saw, Tahun Baru
154
Kegiatan dakwah tahunan misalnya khaul KH.Asy’ari pada setiap tanggal 8
yang berpredikat kota santri (Muhammad Fadlullah, 2004: 34-36). Ada beberapa
pandangan hidup parsialistik dan dikotomis. Kedua, umat Islam kurang peka
oriented akan berakibat pada pensakralan sejarah. Umat Islam semakin lama
akan terjerumus untuk memahami sejarah Islam sebagai “sejarah suci”. Pada
metode home visit. Metode infiltrasi adalah metode yang dilaksanakan dengan
155
merasa digurui, atau didoktrin secara terbuka. Metode home visit yang berarti
demikian da’i akan lebih memahami tentang karakteristik mad’u sebagai bahan
untuk menentukan aktivitas dakwah selanjutnya. Selain itu mad’u akan merasa
radio, koran, majalah, tabloid, VCD, dan internet. Hubungan antara da’i dan
maka hubungan antara keduanya putus. Mungkin saja antara da’i dan mad’u
tidak saling mengenal, terutama jika metode dakwah yang digunakan disalurkan
kepada da’i.
Media dakwah adalah alat atau saluran yang menghubungkan ide dengan
handphone, wayang kulit, dan berbagai bentuk karya seni. Menurut Munir
156
(2006:1) media dakwah dapat dibagi menjadi 5 yaitu melalui lisan, tulisan,
a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah
dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar dan
sebagainya.
dan sebagainya.
mencerminkan ajaran Islam yang dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
yang digunakan terdiri dari media lisan, tulisan, lukisan, dan akhlak. Media lisan,
lisan ini digunakan pada kegiatan dakwah seperti ceramah, kultum, kuliah subuh.
Media tulisan, digunakan da’i untuk menyebarluaskan ajaran Islam yang berasal
dari kitab-kitab klasik sebagai acuan utama. Misalnya kuliah subuh, da’i sengaja
membaca dan mengulas kitab klasik tertentu sesuai dengan keinginan da’i, dan
atau da’i bersama dengan mad’u. Media lukisan, digunakan para da’i untuk
musholla.
157
Media akhlak, digunakan para da’i di Krajankulon dengan memberi
contoh nyata pengamalan ajaran agama Islam yang tidak terpisahkan dari
kehidupan da’i sehari-hari. Tetapi ada kelemahan para kyai dalam memberikan
contoh menepati waktu, dimana mereka selalu datang terakhir atau terlambat.
walimatul arusy :
“Para kyai selalu datang terakhir. Para kyai tidak khawatir kalau
ketinggalan sebab acara akan dimulai justru ketika mereka sudah
datang. Ketika datang, mereka dipapak banyak orang. Para peserta
undangan yang sudah datang lebih awal, sebagian berdiri,
mengungkapkan rasa hormatnya. Mereka bersalaman dengan mencium
tangannya. Kyai mencorongkan tangannya biar benar-benar dicium
tangannya. Menikmati dan mengabadikan suatu tradisi yang
menguntungkannya. Sebagian undangan yang lain acuh tak acuh. Tak
berminta melakukan hal yang serupa. Malahan merasa agak sebal
karena menunggu terlalu lama. Yang lain lagi nggedumel karena
khawatir kalau sampai terlambat untuk berangkat kerja.”
macam media yang dapat dipilih da’i sesuai dengan tujuan dakwah yang telah
(MTQ), lomba rebana, lomba blantenan, lomba kaligrafi, pengajian dan pemeran
budaya Islami. Dalam berbagai acara itu, media dakwah bisa berbentuk lisan,
tulisan, seni musih, dan karya seni. Penggunaan media yang berbeda-beda, akan
memberikan pengalaman yang lebih berkesan bagi mad’u. Agama tidak selalu
158
diarahkan untuk menyentuh dimensi-dimensi keagamaan yang lain yaitu dimensi
E. Keterbatasan Penelitian
Topik kajian yang telah dilakukan oleh peneliti, disadari memiliki ruang
lingkup yang cukup luas. Sehingga dibutuhkan perangkat metodologis yang lebih
lengkap. Peneliti menyadari jenis penelitian kualitatif yang dipilih, kurang bisa
159