Anda di halaman 1dari 35

H.

Mas’oed Abidin
bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo

Lahir : 11 Agustus 1935 di Koto Gadang, Bukittinggi


Jabatan : Ketua Umum Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sumbar,
Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Perwakilan Sumbar di Padang, Ketua MUI Sumbar Membidangi
Dakwah, Sekretaris Dewan Pembinan ICMI Orwil Sumbar.
Direktur Eksekutif PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan
Minangkabau) Sumbar.
Alamat : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),
Fax/Telepon 52898, Tel: 58401
Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Mail to : masoedabidin@yahoo.com
masoedabidin@hotmail.com
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 1
Implementasi Pemahaman
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah
dalam- asas
(‘Musyawarat’ Perilaku Masyarakat
demokrasi -, Sebagai Dasar Mengembangkan
‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’)
Minangkabau
Oleh
H. Mas’oed Abidin

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 2


Pendahuluan
Prakarsa ummat di Ranah Minang untuk membina anak nagari, terutama di
dalam berprilaku beradat, amat signifikan. Bahkan sangat dominan sepanjang
sejarah Ranah Bundo ini. Apabila di runut sedari pengupayaan dan pembinaan
ummat itu sangatlah besar. Buktinya bertebaran pada setiap nagari. Bahkan
sampai kepelosok kampung, dusun dan taratak.

Perilaku beradat itu,tampak pada ungkapan ;


Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo
malu, bak kayu lungga pangabek
Dan kata-kata bidal selanjutnya,
Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka pakan baso, malu jo sopan kalau lah
hilang, habihlah raso jo pareso.

Sejalan dengan kaedah adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah di


Ranah Minang, syarak mangato adat memakai.
Didorong hendak mengamalkan Firman Allah,

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 3


‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ف‬
َ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫و‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬ ‫ة‬ َ ّ ‫ف‬ ‫ا‬َ ‫ك‬ ‫روا‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ْ ‫ؤ‬ ‫م‬ ْ ‫ن ال‬ َ ‫ما كَا‬
ْ ِ َ َ ْ ً ُ ِ ْ َ ِ َ ُ ِ ُ َ َ‫و‬
‫ن‬ ‫ي‬ّ ‫د‬
ِ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫وا‬َُ ّ ‫ف‬
‫ه‬ ‫ق‬ َ َ ‫ت‬َ ‫ي‬ِ ‫ل‬ ‫ة‬ ٌ ‫ف‬
َ ِ ‫ائ‬ َ‫م ط‬ ْ ُ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ٍ ‫ة‬ َ ‫ق‬‫ر‬ ِ ‫ف‬ ّ
‫ل‬ ُ ‫ك‬
ِ ْ ِ
َّ َ
ْ ُ‫م لعَله‬
‫م‬ ْ ِ‫جعُوا إِلَيْه‬ َ ‫م إِذَا َر‬ ْ ُ‫مه‬ َ ْ‫وَلِيُنْذُِروا قَو‬
َ ‫حذَُرو‬
.‫ن‬ ْ َ‫ي‬
Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap
prilaku dan tindakan dengan kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali
kepadanya – kekampung halamannya --, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
(QS.IX, at Taubah, ayat 122).
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 4
Memperkuat Ummat dengan Menghormati
Perbedaan
Merosotnya peran kelembagaan adat dan syarak, di Minangkabau dalam
bentuk surau, dan lemahnya pagar adat di lingkungan kekerabatan masyarakat
telah menjadi penyebab hilangnya saing pemuka adat dan agama dalam peran
pembinaan anak nagari.

Pokok permasalahan yang amat perlu diamati; peran serta bagaimana yang
dituntut kepada masyarakat kini ?

Rasanya tidak adil kalau pihak pemerintah menuntut lebih banyak dari
masyarakat. Khususnya dalam bidang dana dan daya (tenaga pengajar,
tuanku dan imam khatib di nagari-nagari). Apalagi kalau kita melihat
selama ini perhatian lebih banyak diberikan kepada membedakan
kesamaan di tengah realitas muthlak adanya perbedaan itu, atau adat
salingka nagari .

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 5


ُ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ َ
‫م‬ ْ ‫جعَلنَاك‬ َ َ‫ن ذَكر ٍ وَأنْث ى و‬ ْ ‫م‬ ِ ‫م‬ ْ ‫خلْقنَاك‬ َ ‫س إِن ّا‬ ُ ‫يَاأي ّه َا الن ّا‬
ُ َ َّ ُ ْ َ َّ ِ ‫ل لِتَعَاَرفُوا إ‬ َ ِ ‫شعُوبًا وَقَبَائ‬ ُ
‫م‬
ْ ‫قاك‬
َ ‫ت‬
ْ ِ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫الل‬ َ ْ ِ ْ َ َ ‫نأ‬
‫د‬ ‫عن‬ ‫م‬ ‫مك‬ ‫ر‬ ‫ك‬
َّ َ
‫خبِيٌر‬
َ ‫م‬ ٌ ‫ه عَلِي‬ َ ‫ن الل‬ ّ ِ‫إ‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan
berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat
Nabi
: 13) Muhammad SAW memesankan bahwa “Perbedaan ditengah-
tengah umatku adalah rahmat” (Al Hadist). Dan sebuah lagi, “innaz-
zaman qad istadara”, bahwa sesungguhnya zaman berubah masa
berganti (Al Hadist).
Untaian kata hikmah di Minangkabau mengungkapkan “Pawang biduak nak rang
Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Disinan
api mangko hiduik”.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 6


Tuntutan Zaman
Seiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan
berkualitas (quality education). Ada dorongan keras untuk memproduk SDM
yang bisa dibeli pasar tenaga kerja. Satu hal perlu di pahami pada awal abad
18, para ulama dan ninikmamak di nagari-nagari berperan menjadi penggagas dan
pengasuh masyarakatnya. Mereka melengkapi diri dengan perguruan surau
(madrasah) yang memiliki jalinan hubungan yang kuat dengan masyarakat.
Kokoh di dalam satu hubungan saling menguntungkan (symbiotic
relationship).
Surau menjadi kekuatan perlawanan membisu (silent opposition)
terhadap penjajahan budaya dari luar. Dari surau ini lebih jelas respon
pemimpin dan komunitas Muslim menantang penjajahan budaya luar. Ummat
kuat dan berdaya. Masyarakat Minangkabau sangat akomodatif, terhadap
pendidikan di sekolah negeri, seiring pemahaman syariat di dalam membentuk
watak anak nagari. Sungguhpun ada dikotomi antara sekolah agama negeri dan
surau, dalam sebutan ambtenaren dan orang surau, perbedaannya teramat kecil.
Bahkan sikap akomodatif masyarakat Minangkabau ini, telah menjadi pendorong
lebih maju, sangat dinamis.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 7


Sistim pemerintahan lokal yang khas --Nagari di Minangkabau– dapat
dilaksanakan secara serentak dengan diberlakukannya UU 22 tahun 1999.

Kembali ke Nagari => kembali banagari.

Kenapa kembali banagari:


Perubahan cepat yang sedang terjadi, apakah karena sebab derasnya
gelombang arus globalisasi, atau penetrasi budaya luar (asing) telah membawa
akibat bahwa perilaku masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan
wilayah dan asset, serta perkembangan norma dan adat istiadat di banyak
nagari di Sumatera Barat mulai tertinggalkan.
Perubahan perilaku tersebut tampak dari lebih mengedepannya
perebutan prestise yang berbalut materialistis dan individualis. Akibatnya,
perilaku yang kerap terjadi adalah kepentingan bersama dan masyarakat
sering di abaikan.
Menyikapi perubahan-perubahan sedemikian itu, acapkali idealisme
kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Indikasinya terlihat sekali
pada setiap upaya pencapaian hasil kebersamaan (kolektif dan bermasyarakat)
menjadi kurang diacuhkan dibanding pencapaian hasil perorangan (individual).

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 8


Nagari dalam daerah Minangkabau
(Sumatera Barat) seakan sebuah republik
kecil.
Mini Republik ini memiliki sistim
demokrasi murni, pemerintahan sendiri,
asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat
masyarakat sendiri, sumber penghasilan
sendiri, bahkan hukum dan norma-norma
adat sendiri
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 9
Memahami bimbingan syarak dalam kaedah adat

Kaedah-kaedah adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah,


memberikan pelajaran-pelajaran antara lain:

Mengutamakan prinsip hidup keseimbangan

َّ َّ
ُ َ‫لَغ‬
‫فوٌر‬ َ ‫الل‬
‫ه‬ َ‫ن‬
ّ ِ ‫صوهَا إ‬
ُ ‫ح‬
ْ ُ ‫ت‬ ‫ل‬ ِ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫ة‬
َ ‫م‬
َ ْ ‫ع‬ِ ‫ن‬ ‫وا‬ُ ّ ‫ن تَعُد‬
ْ ِ ‫وَإ‬
‫م‬
ٌ ‫حي‬ِ ‫َر‬
Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
maha Penyayang”
Rumah (QS.16,
gadang gajah An Nahl :Lumbuang
maharam, 18). baririk di halaman, Rangkiang
tujuah sajaja, Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak
kamanakan. Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 10


Kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah.

‫ض‬
ِ ‫ر‬ ْ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫روا‬ ُ ‫ش‬
ِ َ ‫ت‬ْ ‫ن‬ ‫ا‬َ ‫ف‬ ُ ‫ة‬ َ
‫صل‬ ّ ‫ال‬ ‫ت‬
ِ َ ‫ضي‬ِ ُ ‫ق‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ِ ‫إ‬َ ‫ف‬
َ َّ ُ َ ّ
‫ه كثِيًرا‬ َ ‫الل‬ ‫روا‬
ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬ ‫ا‬َ ‫و‬ ِ ‫ه‬ ‫ض ِل الل‬ ْ َ‫م ْن ف‬ ِ ‫وَابْتَغُوا‬
ُ َّ َ
‫ن‬
َ ‫حو‬ُ ِ ‫فل‬ْ ُ‫م ت‬ ْ ‫لعَلك‬
Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping
itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan. (QS.62, Al
Karatau
Jumu’ah : 10). madang dihulu babuah babungo balun.
Marantau buyuang dahulu dirumah paguno
balun.
Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-
tingga.
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 11
Mencari nafkah dengan "usaha sendiri".

Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu
bakar untuk dijual pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu
dari pada berkeliling meminta-minta. (Hadist).

Tawakkal dengan bekerja dan tidak boros.

Tawakkal, bukan "hanya menyerahkan nasib" dengan tidak berbuat apa-apa,


"Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal" (Atsar dari Shahabat). Tak
ada kebun tempat bertanam, tak ada pasar tempat berdagang. Tak kurang, setiap pagi
terbang meninggalkan sarangnya dalam keadaan lapar, dan setiap sore kembali dalam
keadaan "kenyang".

َ ْ َ
َ ْ ‫جعَلْنَا الل ّي‬
(11)‫شا‬
ً ‫معَا‬ َ َ‫(و‬10)‫سا‬
َ ‫جعَلنَا الن ّهَاَر‬ ً ‫ل لِبَا‬ َ َ‫و‬
Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang
untuk kamu mencari nafkah hidup. (QS.78, An Naba’ : 10-11).

“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak


mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih – putuih,
Lah salasai mangko-nyo sudah”
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 12
 Kesadaran kepada ruang dan waktu

َ ْ َ
َ ْ ‫جعَلْن َا الل ّي‬
ً ‫معَا‬
‫شا‬ َ َ‫( و‬10) ‫سا‬
َ ‫جعَلن َا الن ّهَاَر‬ ً ‫ل لِبَا‬ َ َ‫و‬
(11)
Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang
untuk kamu mencari nafkah hidup. (QS.78, An Naba’ : 10-11)
Ka lauik riak mahampeh,
Ka karang rancam ma-aruih,
Ka pantai ombak mamacah.
Jiko mangauik kameh-kameh,
Jiko mencancang, putuih – putuih,
Lah salasai mangko-nyo sudah
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 13
Konsep tata ruang yang jelas

Basasok bajarami,
Bapandam bapakuburan,
Balabuah batapian,
Barumah batanggo,
Bakorong bakampuang,
Basawah baladang,
Babalai bamusajik
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 14
Ba-balai (balairuang atau balai-balai adat) tempat musyawarah
dan menetapkan hukum dan aturan ;
“Balairuang tampek manghukum, ba-aie janieh basayak landai, aie
janiah ikan-nyo jinak, hukum adie katonyo bana, dandam agiae
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”.

Ba-musajik atau ba-surau tempat beribadah,


“Musajik tampek ba ibadah, tampek balapa ba ma’ana, tampek
balaja al Quran 30 juz, tampek mangaji sah jo batal”

Adanya balairuang dan musajik (surau) menjadi lambang


utama terlaksananya hukum -- kedua lembaga – balairung dan mesjid –
ini merupakan dua badan hukum yang disebut dalam pepatah :
“Camin nan tidak kabuah, palito nan tidak padam”

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 15


“Pariangan manjadi tampuak tangkai,
Pagarruyuang pusek Tanah Data,
Tigo Luhak rang mangatokan.
Adat jo syara’ jiko bacarai,
bakeh bagantuang nan lah sakah,
tampek bapijak nan lah taban”
“Tasindorong jajak manurun,
tatukiak jajak mandaki,
adaik jo syara’ kok tasusun,
bumi sanang padi manjadi”
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 16
Konsep tata-ruang ini adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat
berharga di nagari dan bukti idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk
di dalam mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah ulayat

“Nan lorong tanami tabu,


Nan tunggang tanami bambu,
Nan gurun buek kaparak,
Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandam pakuburan,
Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau,
Nan rawang ranangan itiak”
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 17
Pendukung sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih
 Ninikmamak (yakni penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut
ninikmamak nan gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung
tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.)
 Alim ulama (juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau
pemimpin agama Islam. Gelaran ini lebih menekankan kepada pemeranan
fungsi ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak nagari)
 Cerdik pandai (dapat saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan
pemerintahan, para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan, dermawan)
 Urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan
capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo)
 Bundo kanduang (terdiri dari kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya
ditangan mereka terletak garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan
masih berlaku hingga saat ini, lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan
Penghulu

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 18


Bundo Kanduang di Minangkabau, adalah:

“limpapeh rumah nan gadang,


umbun puruak pegangan kunci,
pusek jalo kumpulan tali,
sumarak dalam nagari,

nan gadang basa batuah”

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 19


Nagari di Minangkabau tidak sebatas pengertian ulayat hukum
adat. Lebih mengedepan dan utama adalah wilayah kesepakatan antar
berbagai komponen masyarakat di dalam nagari . Spiritnya adalah ;

 Kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi),


ditemukan dalam pepatah ;
“Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo,
Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito.”

 Keterpaduan (barek sa-pikua ringan sa-jinjiang) atau hidupnya


prilaku ditengah masyarakat dengan ;
“Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak,
Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”.

Basalang tenggang, artinya saling meringankan. Kesediaan


memberikan dukungan terhadap kehidupan bersama. “Karajo baiak
ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-an”

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 20


 Musyawarah (bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mupakat).
“Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo”
 Keimanan kepada Allah SWT menjadi pengikat spirit yang menjiwai
sunnatullah dalam setiap gerak mengenali alam keliling.
“Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan
lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru ”
 Kecintaan ke nagari adalah perekat yang sudah dibentuk oleh perjalanan
waktu dan pengalaman sejarah. Menjaga dari pada melewati batas-batas
yang patut dan pantas. Tidak terbawa hanyut materi dan hawa nafsu yang
merusak. Menghendaki keseimbangan rohani dan jasmani.
Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-ungkapan
pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari awak, tatungkuik
samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
“Jiko mangaji dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang,
Jiko turun dari tango”.
“Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai
jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah urang nan ma-ungkai,
Tibo nan punyo rarak sajo”,

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 21


Masyarakat nagari sesungguhnya tidak terdiri dari satu keturunan (suku) saja tetapi
terdiri dari beberapa suku yang pada asal muasalnya berdatangan dari berbagai daerah asal
di sekeliling ranah bundo.
Sungguhpun berbeda, namun mereka dapat bersatu dalam satu kaedah
hinggok mancangkam tabang basitumpu atau hinggok mencari suku dan tabang
mencari ibu. Hiyu bali balanak bali, ikan panjang bali dahulu. Ibu cari dunsanak
cari, induak samang cari dahulu.
Yang datang dihargai dan masyarakat yang menanti sangat pula di
hormati. Dima bumi di pijak, di sinan langik di junjuang, di situ adaik bapakai.
Disini tampak satu bentuk perilaku duduk samo randah tagak samo tinggi,
sebagai prinsip egaliter di Minangkabau.
Kalau bisa dipertajam, inilah prinsip demokrasi yang murni dan otoritas masyarakat
yang sangat independen.

Langkah-langkah yang harus ditempuh:

 Menguasai informasi substansial

 Mendukung pemerintahan yang menerapkan low-enforcment


07/06/08 H. Mas'oed Abidin 22

 Memperkuat kesatuan dan Persatuan di nagari-nagari


ُ َ ‫فظُون‬
‫ه‬ َ ‫ح‬ ِ ْ ‫خل‬
ْ َ ‫فه ِ ي‬ َ ‫ن‬ ‫م‬
ِ
ْ َ ‫و‬ ِ ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫د‬َ ‫ي‬ ‫ن‬
ِ ْ ‫ي‬َ ‫ب‬ ‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ت‬
ٌ ‫ا‬َ ‫ب‬ ‫ق‬
ّ ِ َ ‫ع‬ ‫م‬
ُ ‫ه‬
ُ َ ‫ل‬
َ َّ َ َّ َ
‫حت ّى يُغَي ُِّروا‬ ‫م‬ ‫قو‬ َ ‫ب‬ ‫ما‬
َ ٍ ْ ِ َ ُ ِّ َ ُ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ه‬
َ ‫الل‬ ‫ن‬ ‫إ‬
ّ ِ ِ ‫ه‬ ‫الل‬ ِ ْ ‫نأ‬
‫مر‬ ْ ‫م‬ ِ
َ‫ه‬ َ َ ّ َ َ
ُ ‫مَرد ّ ل‬ َ ‫سوءًا فَل‬ ُ ٍ ‫قوْم‬ َ ِ‫ه ب‬ ُ ‫م وَإِذَا أَراد َ الل‬ ْ ِ‫سه‬ ِ ‫ف‬ ُ ْ ‫ما بِأن‬ َ
(11 :‫ل )الرعد‬ ‫ا‬ ‫و‬
ٍ َ ْ ‫ن‬‫م‬ِ ِ ‫ه‬ِ ‫ون‬ُ ‫د‬ ‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫م‬
ْ َ
ُ ‫ما ل‬
‫ه‬ َ َ‫و‬
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah Subhanahu
Wata'ala tidak merobah keadan sesuatu kaum, kecuali mereka mau merubah keadaan
yang ada dalam dirinya masing-masing .... Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap satu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”(QS.13, Ar Ra’du : 11).

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 23


Memperkuat posisi nagari
Tugas kembali kenagari adalah menggali potensi dan asset nagari
yang terdiri dari budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Apabila
tidak digali, akan mendatangkan kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari.
Dimulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat
nagari. Gali kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri masing-
masing. Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya
geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya
dibangkitkan. Upaya ini akan berhasil dengan menumbuhkan atau
mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.

“Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai,


Handak mulia tapek-i janji, Handak luruih rantangkan
tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo tinggakan
jaso, Handak pandai rajin balaja.
Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju,
Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo
manjadi.”.
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 24
َ‫( إل ابْتِغَاء‬19) ‫جَزى‬
ْ ُ ‫مةٍ ت‬
َ ْ‫ن نِع‬
ْ ‫م‬
ِ ُ‫عنْدَه‬
ِ ٍ ‫حد‬
َ ‫ما ل‬َ َ‫و‬
(20) ‫جهِ َرب ِّهِ العْلَى‬
ْ َ‫و‬
Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi karena
“Alah
hendakbakarih samporono,
mencapai keredhaan Bingkisan
Tuhan-Nya rajo Majopahik,
Yang Maha Tinggi. Tuah
(QS.al-Lail :19- 20)
basabab bakarano, Pandai batenggang di nan rumik”.

Perlu disegerakan upaya-upaya:


 Meningkatkan Mutu SDM anak nagari, dan memperkuat Potensi yang
sudah ada melalui program utama:
o Menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi cukup, meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama terapan)
o Mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari menjadi sehat
rohani
o Menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat, sehingga anak
nagari menjadi masyarakat beradat yang beragama (Islam).

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 25


 Menggali potensi SDA di nagari, selaras perkembangan global dengan
memperkuat ketahanan ekonomi rakyat. Membangun kesejahteraan bertitik
tolak pembinaan unsur manusia. Dari menolong diri sendiri kepada mutual
help.
 Memperindah nagari dengan menumbuhkan contoh di nagari. Indicator
utama adanya moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi
nan indah baso”. Efisiensi organisasi dengan reposisi dan refungsionisasi
semua pemeranan fungsi dari elemen masyarakat.

َ َّ َ ‫وَابْت َ ِغ فِي َما آتَا‬


‫س‬
َ ْ ‫خَرة َ وَل تَن‬ ِ ‫ه الد ّاَر ال‬ ُ ‫ك الل‬
َ
َ‫ه إِلي ْك‬ َ
ُّ ‫ن الل‬ َ َ َ ُ َ َ ‫صيب‬
َ ‫س‬
َ ‫ح‬
ْ ‫أ‬ ‫ما‬
َ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ‫س‬
ِ ‫ح‬
ْ ‫أ‬َ ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ن‬ ّ ‫ن الد‬ َ ‫م‬ ِ ‫ك‬ ِ َ‫ن‬
ُ‫ب‬ َّ َ ْ
ّ ‫ح‬ ِ ُ‫ه ل ي‬ َ ‫الل‬ ‫ن‬ ّ ‫إ‬
ِ ِ ْ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ َ ‫د‬ ‫سا‬
َ ‫ف‬
َ ‫وَل تَب ْ ِغ ال‬

07/06/08 H. Mas'oed Abidin


‫سدِين‬ ِ ‫ف‬ ْ ‫م‬ُ ْ ‫ال‬
26
"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah berbuat baik
Hakikat Syarak Mangato di MINANGKABAU
Peran syarak di Ranah Minang sekarang ini adalah menyadarkan
ummat akan peran mereka dalam membentuk diri mereka sendiri.

َ َ َّ َّ ِ ‫إ‬
‫م‬
ْ ِ‫سه‬
ِ ‫ف‬
ُ ْ ‫ما بِأن‬
َ ‫حت ّى يُغَيُِّروا‬
َ ٍ ‫قوْم‬
َ ِ ‫ما ب‬ َ ‫الل‬
َ ‫ه ل يُغَي ُِّر‬ ‫ن‬
“…Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga kaum itu
sendiri yang berusaha merobah sikap mereka sendiri…" (QS.Ar-Ra’du: 11).

Pencapaiannya mesti melalui gerakan dakwah ilaa Allah. Da'wah


adalah satu kata, di dalam Al-Qur'an, bermakna ajakan atau seruan. Maka
seruan atau ajakan itu, tidak lain adalah seruan kepada Islam. Yaitu agama
yang diberikan Khaliq untuk manusia, yang sangat sesuai dengan fithrah
manusia itu. Islam adalah agama Risalah, yang ditugaskan kepada Rasul, dan
penyebaran serta penyiarannya dilanjutkan oleh da'wah, untuk keselamatan
dan kesejahteraan hidup manusia.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 27


Perintah melaksanakan tugas da'wah secara kontinyu adalah:
o Supaya menyeru kejalan Allah, dengan petunjuk yang lurus

ِّ َ ‫مب‬
‫شًرا وَنَذِيًرا‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫شا‬َ َ
‫ك‬ ‫ا‬ ‫ن‬ْ ‫سل‬ ‫ر‬َ ‫ي إنَا أ‬ُ ‫ب‬َ ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬‫ه‬ ُ ‫ي‬َ ‫ياأ‬
ُ َ ً ِ َ َ ْ ِّ ّ ِّ َّ َ
َ
(46)‫منِيًرا‬ ُ ‫جا‬ ً ‫سَرا‬ِ َ‫عيًا إِلَى الل ّهِ بِإِذْنِهِ و‬ ِ ‫( وَدَا‬45)
o Supaya menyembah Allah. Tidak boleh musyrik. Agar hanya meminta
kepadaNya. Mempersiapkan diri untuk kembali kepadaNya (46-45 :‫)الحزاب‬

َ‫ت إِلَي ْك‬ َ ُ ْ َ ّ َ َ ُ


ْ ِ ‫ل‬‫ز‬ ْ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ذ‬ِ ‫إ‬ َ ‫د‬ْ ‫ع‬َ ‫ب‬ ِ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬َ ‫َاي‬ ‫ء‬ ‫ن‬
ْ َ ‫ع‬ ‫ك‬ ّ ‫ن‬ ّ ‫صد‬
ُ َ ‫وَل ي‬
‫ن‬
َ ‫شرِكِي‬ ْ ‫م‬ ُ ْ ‫ن ال‬ َ ‫م‬ ِ ‫ن‬ َّ َ ‫ك وَل تَكُون‬ َ ِّ ‫وَادْعُ إِلَى َرب‬

07/06/08 H. Mas'oed Abidin (87 :‫ )القصص‬28


Bimbingan syara’ mengatakan bahwa al haqqu bi-laa
nizham yaghlibuhu al baathil bin-nizam. Maknanya, yang
hak sekalipun, tidak berperaturan (organisasi) akan
dikalahkan oleh kebathilan terorganisir.

Allah menghendaki kelestarian Agama dengan


kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak
berlaku bersitegang.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 29


Bahasa Syarak adalah bahasa kehidupan
Koordinasi sesama akan mempertajam faktor-faktor
pendukungnya, membuka pintu dialog persaudaraan (hiwar
akhawi). Kaedah syara’ akan menjadi pendorong dan anak kunci
keberhasilan da'wah untuk menghidupkan adagium adat basandi
syarak, syarak basandi Kitabullah.

Aktualisasi Kitabullah, nilai-nilai Al-Qur'an, hanya dapat


dilihat melalui gerakan amal nyata yang berkesinambungan
(kontinyu). Terkait dengan seluruh segi dari aktivitas kehidupan
manusia, seperti kemampuan bergaul, mencintai, berkhidmat,
menarik, mengajak (da'wah), merapatkan potensi barisan (shaff)
dalam mengerjakan amal-amal Islami secara bersama-sama
(jamaah) --, sehinga membuahkan agama yang mendunia.

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 30


Khulasah
Kembali kenagari bukanlah kembali kepada pemerintahan nagari
dizaman penjajahan, yang dalam banyak hal mungkin tidak sesuai dengan
alam kemerdekaan dan reformasi.
Kepala Pemerintahan Nagari (angku palo) dimasa penjajahan tidak
jarang telah menjadi ujung tombak kekuasaan penjajah untuk menekan anak
nagari.
Bahkan sering pula terjadi bahwa kapala negari yang bersandar dengan
besluit gubernemen disalah gunakan untuk kepentingan kekuasaan semata,
maka akan terjadi sistim memerintah otoriter tanpa mengindahkan peran
lembaga kerapatan negari (tungku tigo sajarangan).
Lebih parah lagi kalau Kapalo Nagari adalah jabatan turun temurun
yang diterima dan mesti berjalan, walaupun masyarakat nagari tidak berkenan
menerimanya. Hal tersebut akan berdampak dikebirinya prinsip musyawarah
(demokrasi), yang pada dasarnya prinsip musyawarah adalah pondasi
mendasar dan utama dari adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Kembali kenagari haruslah bermula dengan kesediaan untuk rujuk kepada
hukum adat (norma yang berlaku di nagari) dan kesetiaan melaksanakan hukum
positf (undang-undang negara).

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 31


 Muara pertama terdapat pada supra struktur pemerintahan nagari, dimana
kepala pemerintahan negari (kepala negari) akan berperan sebagai kepala
pemerintahan di nagari dan juga pimpinan adat.
Sebagai kepala pemerintahan terendah dinagari memiliki hirarki yang
jelas dengan pemerintahan diatasnya (kecamatan atau kabupaten).
Sebagai kepala adat harus berurat kebawah yakni berada ditengah komunitas
dan pemahaman serta perilaku adat istiadat yang dijunjung tinggi anak nagari
(adat salingka nagari). Minangkabau tetap bersatu, tetapi tidak bisa disatukan.

 Muara kedua, dukungan masyarakat adat (kesepakatan tungku tigo


sajarangan yang terdiri dari ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo
kanduang dan kalangan rang mudo), dan mendapat dukungan dalam satu
tatanan sistim pemerintahan (perundang-undangan).
Anak nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya.
Konsepnya tumbuh dari akar nagari itu sendiri, bukanlah suatu pemberian dari
luar.
Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai,
satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhus sintak, Jaranglah
urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo.
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 32
Tugas kembali kenagari, sesungguhnya adalah, menggali kembali potensi
dan asset nagari. Bila tidak digali, akan mendatangkan kesengsaraan baru bagi
masyarakat nagari itu.
Dimulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia,
masyarakat nagari. Kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri
masing-masing, untuk kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya
ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan, dengan menumbuhkan atau mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri.
Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i
janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak
namo tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja. Dek sakato mangkonyo ado,
Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi
mangkonyo manjadi.

َ
‫( إِل ّ ابْتِغَا َء‬19) ‫جَزى‬ َ
ُْ ‫مةٍ ت‬ ‫ع‬ِ
َ ْ ْ ‫ن‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ه‬
ُ َ ‫د‬ْ ‫عن‬
ِ ٍ ‫د‬ ‫ح‬
َ ِ ‫ما ل‬َ َ‫و‬
َ َ
(20) ‫جهِ َربِّهِ اْلعْلى‬ ْ َ‫و‬
Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi karena hendak
mencapai keredhaan Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi. (Q.S. Al Lail, 19 - 20)
07/06/08 H. Mas'oed Abidin 33
Walaupun didepan terpampang kendala-kendala, namun optimisme banagari
mesti selalu dipelihara. Alah bakarih samporono, Bingkisan rajo Majopahik,
Tuah basabab bakarano, Pandai batenggang di nan rumik.

Untuk hal tersebut, maka:


 Tingkatkan Mutu SDM anak nagari
 Perkuat Potensi yang sudah ada melalui program utama
 Menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi cukup,
 Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama
terapan),
 Mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari menjadi sehat
rohani,
 Menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat, sehingga anak
nagari menjadi masyarakat beradat yang beragama (Islam).
 Gali potensi SDA yang ada di nagari, yang diselaraskan dengan
perkembangan global yang tengah berlaku

 Perkuat ketahanan ekonomi rakyat

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 34


 Perindah nagari dengan menumbuhkan percontohan-percontohan di
nagari, yang tidak hanya bercirikan ekonomi tetapi indikator lebih utama
kepada moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan
indah baso”
 Efisienkan organisasi pemerintahan nagari dengan reposisi (dudukkan
kembali komponen masyarakat pada posisinya sebagai subyek di nagari)
dan refungsionisasi (pemeranan fungsi-fungsi elemen masyarakat).
 Perkuat SDM bertujuan membentuk masyarakat beradat dan beragama
sebagai suatu identitas yang tidak dapat ditolak dalam kembali kenagari.

‫صدق الله العظيم‬

07/06/08 H. Mas'oed Abidin 35

Anda mungkin juga menyukai