1
Prof. Emil Salim mengatakan, "Dari keseluruhan wilayah Sumatra Barat, hanya sekitar 14
persen saja yang kondisi tanahnya subur dan cocok untuk areal pertanian.". Singgalang, Rabu, 7
Juli 1993, Musyawarah Pola Dasar Pembangunan Sumbar.
2
Keratau madang di hulu. Berbuah berbunga belum. Merantau buyung dahulu. Di rumah
berguna belum.
Dinamika lahir di dukung segala kekurangan berbungkus
kemiskinan. Modal nya sangat besar. Kemauan yang kuat ingin maju.
Mengubah diri.
Di kampung, anak dara gadis Minangkabau, tidak pula dibiarkan
hidup cengeng. Mereka diajar bertani, merenda, menjahit, menyulam.
Dibekali berbagai kepandaian puteri lainnya.
Kepandaian-kepandaian semacam itu, kini mulai terasa langka.
Kalau kemiskinan, tidak dirasakan sebagai bahaya, hanya karena
pandai batenggang. Sesuai bunyi pantun;
6
Penggirik (pelobang) pisau siraut (yang tajam dan runcing). Bertongkat batang lintabung.
Setetes jadikan laut. Sekepal jadikan gunung. Alam terkembang jadikan guru. Belajar kealam guru
pertama manusia
ombak/Laia di kambang manantang angin/Nangkodoh ingek kamudi/padoman
nan usah dilupokan.7
Pedoman menempuh kehidupan dikiatkan dengan arif bertindak
dan memilih.
7
Biduk di kayuh menantang ombak. Layar dikembang menantang angin. Nakhoda ingat (selalu
memegang kendali) kemudi. Pedoman jangan pernah dilupakan.Maknanya ada pedoman adat dan
syarak. Ada kemudi istiadat dan budaya. Ada kendali kokoh iman dan taqwa. Modal utama orang
Minangkabau merantau. Jika di zaman ini modal itu di lupakan, mustahil generasi Minangkabau
kedepan berhasil di rantau orang. Ilmu banyak dengan iman tipis akan melahirkan generasi lemah
pendirian. Tidak tahan menghadapi cobaan hidup.
Dunia selalu berisi perubahan-perubahan. Jika manusia menjadi statis di
tengah dinamika perkembangan, maka yang timbul adalah penderitaan.
Perlu diperhitungkan obyektifitas. Manyarakat Minangkabau
mestinya berperan aktif memanfaatkan perubahan-perubahan untuk
peningkatan mutu kehidupan. Terutama di nagari-nagari. Baik di dalam
bidang material dan kejiwaan. Hasilnya banyak tergantung dari kesiapan
watak. Sangat salah apabila diperbudak perubahan. Lebih maknawi ialah
berupaya memilah perubahan (inovasi) yang datang. Tepat guna dan
bernilai guna.
Merebut manfaat nilai lebih, tanpa mengorbankan nilai-nilai positif
yang hakiki. Dengan kata lain, perubahan-dan kemajuan iptek yang
mendunia tidak boleh mengorban kan nilai-nilai adat maupun keyakinan
agama. Pengendali iptek sesungguhnya manusia itu. Peningkatan
kehidupan ekonomi, tidak perlu menghapus nilai-nilai gotong royong
yang sudah lama mengakar di dalam tata kehidupan bermasyarakat di
Minangkabau. Bahkan, nilai itu dapat di ubah menjadi pendorong kearah
pencapaian tingkat kehidupan ekonomi rakyat yang lebih mapan. Contoh
besar adalah penguasaan hak atas milik ulayat sebagai penyertaan modal
anak nagari.
Anak nagari di tengah investasi iptek yang global tidak mesti di
marginalkan. Anak nagari tidak perlu dilatih menjadi kuli di negerinya.
Tidak pula perlu dibuat tatanan baru, bahwa investor itu adalah tuan
dengan kedudukan jauh di atas.
Menata ekonomi nagari di Minangkabau mesti siap menerjemahkan
duduk sama rendah tegak sama tinggi dalam kepemilikan. Investor pemilik
modal darimanapun datangnya tidak dipersiapkan memerintah anak
nagari. Investor adalah mitra kerja bersama anak nagari.
Masyarakat nagari pemilik lahan ulayat. Ada peruntukan yang
wajar dengan pemilik modal uang dan manajemen teknologi. Demikian
ekonomi anak nagari dapat dimajukan.
Sikap jiwa saling memuliakan, tidak perlu diganti dengan egoistis.
Ketidak pedulian sesama dapat berkembang menjadi hilangnya
solidaritas sosial. Benteng kejiwaan anak nagari yang kuat adalah
terpelihara nilai keseimbangan. Mempunyai nilai tawazunitas.
Nilai budaya Minangkabau mengingatkan, "sekali aie gadang sekali
tapian barubah". Yang berubah hanya tapian tempat mandi.
Nilai kebiasaan berlaku seperti biasa. Maknanya, perubahan (aie
gadang) mesti dijaga tidak merusak tatanan adat bertepian. Perubahan
akan selalu ada. Menghadapi setiap invasi selalu diingat agar tidak
terjadi "Jalan dialih urang lalu. Tepian diasak urang mandi.".
Keteguhan sikap dan pendirian amat perlu. Kita tidak dapat
membayangkan, bentuk masyarakat macam apa jadinya, kalau nilai-nilai
(norma-norma) sudah menipis.
Mesti dipelihara kekuatan mempertahankan hak dengan kebiasaan
melaksanakan kewajiban.
Nilai agama dan budaya, pada dasarnya berisikan "Declaration of
Human Duties". Yakni piagam dasar kewajiban asasi manusia
(masyarakat).
Kini, ukuran kelayakan juga mengalami perubahan. Ukuran baik
buruk, boleh tidak, kepantasan (normatif), manusiawi, hak dan kewajiban
kemasyarakatan, harus tetap dipertahankan. Di antara ukuran di
Minangkabau adalah alur dan patut. Jiko mangaji dari alif, jiko babilang dari
aso/Jiko naik dari janjang, jiko turun dari tanggo.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, atas mulai meningkatnya
taraf kemakmuran masyarakat, dalam ukuran materi. Walau kenaikan
pendapatan masyarakat tidak sebanding dengan kebutuhan yang
meningkat tajam. Namun, memilih mana yang pokok mulai kabur.
Ukuran seragam mulai menjalari masyarakat nagari. Salah arah dalam
menentukan pilihan. Mana yang mestinya dahulu di kaburkan oleh
dorongan kemudahan melalui hutang. Kredit tanpa jaminan. Keadaan
ini, menjalar hingga ke pelosok dusun. Tanpa disadari, bayang-bayang
tidak lagi sepanjang badan.
Kemiskinan kian hari kian mendekat. Orang miskin makin
terperosok dalam kejurang hutang. Jumlah mereka setiap hari bertambah.
Di Sumatra Barat hari ini jumlahnya 700.000 orang. Penyebab utama
karena tidak ada sumber penghasilan yang tetap. Kehidupan anak nagari
yang mengandalkan pertanian, jumlah penghasilannya tetap sebesar itu
saja. Sementara harga kebutuhan meningkat dan hutangpun ikut melilit.
Penghapusan kemiskinan hanya mungkin dengan dibukanya
sumber pendapatan yang bervariasi. Misalnya perkebunan atau
peternakan.
Bagi daerah-daerah tertentu, dapat dikembangkan pertukangan,
kerajinan rumah tangga. Bahkan di pantai-pantai, dapat dibentuk nelayan,
atau perikanan.
Di beberapa wilayah, kesempatan membuka lahan usaha mulai
tampak Pasaman kini mulai bergerak ke arah perkebunan besar kelapa
sawit. Ribuan hektar banyaknya. Perusahaan besar nasional telah lama
menggarap agribisnis di daerah itu. Tanahnya adalah tanah ulayat. Di
serahkan sebagai konsesi melalui izin usaha. Bahkan ada yang langsung
dialihpindahkan haknya. Dengan jual beli. Ini akan menjadi duri dalam
daging bagi generasi di belakang. Apabila tidak ada suatu keterangan
berkejelasan dan duduk perkaranya tidak berketentuan. Namun mulai
terasa gejala mengenaskan. Tingkat penghidupan penduduk nagari
disekitar daerah perkebunan atau daerah transmigrasi, mulai menurun.
Penduduk nagari tadinya pemilik ulayat, sekarang ada yang tidak
mempunyai sekeping tanahpun. Tidak punya lahan untuk diolah sebagai
lahan usaha. Modal pengolahan, materil dan pengetahuan kecil pula.
Kehidupan masa depan kabur dan mungkin hilang.
Proses kemiskinan bergerak lebih laju dari tumbuhnya komoditas
perkebunan di keliling mereka. Maka, mengutamakan penduduk nagari
di keliling perkebunan menjadi lebih mendesak.
Hendaknya jangan timbul penduduk “nagari siluman”, yang
memetik hasil dari ulayat nagari. Dan membiarkan penduduk di nagari
sendiri hidup merana. Maka, program PIR hendaknya lebih selektif
sasarannya. Yaitu penduduk miskin.
Program terpadu dalam upaya penghapusan kemiskinan dapat
dikembangkan pada sentra lain, seperti periklanan, nelayan,
pertukangan, home industri, atau usaha-usaha serupa. Sepanjang ranah
pesisir, mulai dari Sikilang Air Bangis hingga mendekat Muko-Muko, bisa
diperbaiki kehidupan nelayan. Warga nelayan yang miskin, secara
berangsur-angsur dapat memiliki perahu-perahu pemukat, mesin tempel
(motor boat), jaring-jaring pukat dan peralatan yang layak dipunyai
usaha nelayan. Membentuk nagari binaan menjadi langkah awal yang
perlu diwujudkan.
Keikut sertaan seluruh unsur masyarakat nagari dan rantau perlu
lebih dipadukan. Peranan informal leader amat menentukan.
Sangat penting membuat kiat mensejahterakan masyarakat yang
bermuara di nagari.
Meningkatkan pendapat masyarakat nagari, akan menjadi sumber
pendapatan baru bagi masyarakat kota. Rumus ini tidak perlu diragukan
lagi. Sesungguhnya ini adalah garisan Allah Subhanahu wa Taala.
ل وََل تُبَذِّْر تَبْذِيًرا َّ ن ال
ِ سبِي َ ْ ن وَاب َ سكِي ْ م ِ ْ ه وَالُ ح َّقَ ت ذ َا الْقُْربَى ِ وَءَا
ه
ِ ِّ ن لَِرب ُ شيْطَا َ ّ ن ال َ ن وَكَا َ ّ ن ال ْ ِ ن كَانُوا إ ُ ْ ن الَّ ِ ) إ26(
ِ شيَاطِي َ خوَا َ ذّرِي ِ َ مب
جوهَا َ ِّ ن َرب
ُ ك تَْر ْ م ِ ٍمة َ حْ م ابْتِغَاءَ َر ُ ُن ع َنْه َّ ض
َ ِما تُعْر َّ ِ ) وَإ27( كَفُوًرا
ك َ ق ِ ُ ة إِلَى ع ُن ً َ مغْلُولَ ك َ َ ل يَدْ َجع ْ َ ) وََل ت28( سوًرا َ م قَوًْل
ُ ْ مي ْ ُل لَه ْ ُفَق
َّ ُ سطْها ك
َ َّ ن َرب
ك َّ ِ ) إ29( سوًرا ُ ح ْ مَ ماً ملُو َ َ ط فَتَقْعُدِ س ْ َ ل الْب َ ُ ْ وََل تَب
( صيًرا ِ َ خبِيًرا ب
َ ِن بِعِبَادِهَ ه كَاُ َّ شاءُ َويَقْدُِر إِنَ َن ي ْ م ُ س
َ ِ ط الّرِْزقَ ل ُ ْ يَب
)30
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu
menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki
kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Al Isra’,
17:26-30)
Peralatan permodalan, peternakan dan pertukangan seperti mesin
jahit untuk sentra “home industri”, dengan sasaran kelompok miskin
sesungguhnya dapat difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Dana aspirasi anggota dewan (2000-2002) yang jumlahnya mencapai
sebelas milyar akan terasa lebih bermanfaat diarahkan kesini.
8
Zakat pernah berperan membiayai perjuangan kemerdekaan. Lihatlah, bagaimana gencarnya
pengumpulan zakat, untuk pembeli senjata, pemberli pesawat udara (Seulawah satu). Dimasa kita
berjuang mencapai kemerdekaan dimasa penjajahan kolonial Belanda dahulu (1945). Jauh
sebelumnya, bahkan hingga kini, zakat merupakan satu sumber pembangunan bidang pendidikan
(agama). banyak Madrasah, pesantren, yang telah dibangun dengan “dana zakat” itu.
Tentang sumber zakat (muzakki) di negeri kita memang belum
terdata dengan benar.
Umpamanya saja para kontraktor. Sudahkah zakat dikeluarkan
seperti petani. Bahkan masih dipersoalkan bahwa mereka terikat beban
hutang dengan bank.
Selanjutnya bagaimana dengan bank-bank, yang telah menjadi
perusahaan (PT). Adakah zakat di keluarkan.
Pertanyaan berikut pegawai negeri. Jika dihitung, ada yang
mendapatkan gaji, diatas Rp. 12 juta per tahun. Bahkan ada yang lebih
dari 20 juta sampai 100 juta. Yang menengah saja, sekitar Rp 9 juta
setahun.
Masihkah diperdebatkan bahwa mereka masih dihimpit hutang.
Hutang pembeli mobil pada dealer-dealer, umpamanya.
Padahal, kadangkala, kenderaan miliknya sudah berjumlah dua
atau tiga buah. Dan tidak pernah pula zakat hartanya itu dibayar.
Secara sederhana, dana yang mungkin dikumpulkan dari zakat
sudah mulai dapat menghitung. Berapa besar APBD pemerintah daerah
Sumbar tahun ini. Pekerjaan fisik bangunan jelas dikerjakan kontraktor
(perusahaan). Kalau 2,5 persen dari keuntungan dikeluarkan zakat, dan
dikordinir, akan dapat dikumpul dana milyaran rupiah.
Jika 2,5 persen dari keuntungan perusahaan besar BUMN dan
BUMD, seperti PT Semen Padang, PT Bank-bank lainnya dikeluarkan
zakatnya, dapat pula dipakai untuk meringankan beban kaum dhu’afak.
Menghitung, memungut, mengeluarkan, membagi dengan adil
adalah kerja Badan Amil Zakat (BAZ).
Badan ini dapat disempurnakan menjadi lembaga keuangan umat
atau BAITUL MAAL.
Dapat menghimpun sumber dana dari infaq dan shadaqah.
Badan Amil Zakat (BAZ) mestinya menjadi perencana,
penghitung, pembagi, dan penggerak dari amal zakat anak nagari.
Menjadi badan perencana pembangunan di dalam menghapus
kemiskinan di nagari.
Badan Amil Zakat dapat menjadi penyedia sumber pendapatan
bagi orang yang perlu diangkat martabatnya. Yakni para dhuafak.
Dengan menyediakan kegiatan usaha.
Satu cita-cita yang perlu dikembangkan sampai kenagari-nagari di
Minangkabau.
Anak Nagari dapat berperan mulai dari kampung dan dengan
dukungan dari rantau. Badan amil zakat di nagari-nagari dapat bertindak.
Menjadi penggerak untuk mewujudkan Nagari-nagari Binaan.
“Allahumma zidha ‘ilman”. Wahai Allah, tambahlah ilmu kami.
Ilmu yang bermanfaat yang bisa dikembangkan, menjadi kenyataan.
Firman Allah menyebutkan,
MEMERANGI KEBODOHAN
selengkapnya tentang bagaimana menghitung zakat, kepada siapa telah di bagikan dan berapa sisa
yang tersedia, dalam lingkungan kecil kemudian menjangkau lingkungan besar. Bukan sebaliknya.
م نَّ الدُّنْي َّا َوِ كَ َ صيْب َ ّْ خَرة َ وَل َ تَن
ِ َّ س ن ِ ك الل ُهّ الدَّاَر ال َّ ما آتَا َ ّْ وَابْت َِّغ فِي
ه َّ ِ ساد َ ف ِي اْلَْر ض إ ْ ك وَل َ تَب ْغ ال
َ َ ه إِل َ َن ك َأ
َ ن الل ِ َ َ ف ِ ْ ي ُ الل نَ س
َ ح
ْ أ ماَ ْ سِ ح
ْ
.ن
َ ْ سدِي ِ ْمف ُ ْ ب ال ُّ حِ ُل َ ي
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS.28, Al Qashash : 77).
Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri
masing-masing.