Anda di halaman 1dari 22

FILOSOFI MINANG MEMERANGI KEMISKINAN

Sumatra Barat, dengan akar budaya Minangkabau, sangat basitungkin


mengantisipasi kemiskinan. Letak tanah di Minangkabau sebenarnya
kurang bersahabat. 1
Masa doeloe seketika tanah-tanah itu belum diolah, hanya dijadikan
tempat mencari kayu api. Paling tinggi tempat simpanan kayu pembuat
rumah atau untuk mencari akar-rotan.
Persawahan dan perladangan anak nagari adalah hasil taruko ninik
mamak. Sawah bajanjang bapamatang dan ladang babiteh babentalak. Dari
mamak turun ke kemenakan. Letaknya di sekeliling Dusun Taratak.
Bahkan, di keliling rumah tempat diam. Kemudian berkembang dusun
menjadi nagari. Nagari masuk lurah. Anak kemenakan ikut bertambah.
Rumah kecil tak mampu menampung jumlah cucu dan cicit. Bangunan
barupun ditegakkan. Tanah persawahan menjadi satu-satunya
pilihan untuk batagak rumah. Manaruko hutan menjadi sawah, tidak lagi
merupakan kebiasaan masa kini. Yang lazim terjadi adalah menjual tanah
pusaka.
Akhirnya bahaya kemelaratan datang mengancam. Berkurangnya
areal sawah menjadi lokasi perumahan. Di sini datangnya krisis bertalian
sentra pertanian dan peternakan dikaitkan dengan sumber pendapatan.
Masyarakat Minangkabau, tidak dapat dikatakan miskin dan belum
pula bisa dikatakan berada. Mereka tetap bisa hidup dan bertahan
hidup, di areal yang makin terbatas. Ini dimungkinkan, karena adanya
peran budaya Minangkabau.
Dari awal, budaya itu intensif mengantisipasi gejala kemiskinan.
Antara lain,
Karatau madang di ulu,
ba buwah ba bungo balun,
marantau-lah buyuang dahulu,
di rumah paguno balun.2
Adanya kebiasaan merantau menjadikan pemuda-pemuda
Minangkabau, mencari hidup di lahan lain. Modalnya keyakinan.
Kemauan dan tulang delapan karat. Merantau menuntut ilmu untuk hidup.

1
Prof. Emil Salim mengatakan, "Dari keseluruhan wilayah Sumatra Barat, hanya sekitar 14
persen saja yang kondisi tanahnya subur dan cocok untuk areal pertanian.". Singgalang, Rabu, 7
Juli 1993, Musyawarah Pola Dasar Pembangunan Sumbar.
2
Keratau madang di hulu. Berbuah berbunga belum. Merantau buyung dahulu. Di rumah
berguna belum.
Dinamika lahir di dukung segala kekurangan berbungkus
kemiskinan. Modal nya sangat besar. Kemauan yang kuat ingin maju.
Mengubah diri.
Di kampung, anak dara gadis Minangkabau, tidak pula dibiarkan
hidup cengeng. Mereka diajar bertani, merenda, menjahit, menyulam.
Dibekali berbagai kepandaian puteri lainnya.
Kepandaian-kepandaian semacam itu, kini mulai terasa langka.
Kalau kemiskinan, tidak dirasakan sebagai bahaya, hanya karena
pandai batenggang. Sesuai bunyi pantun;

Alah bakarih samporono,


Bingkisan rajo majopaik,
tuah basabab bakarano
pandai batenggang di nan rumik.3

Falsafah budaya ini tidak pernah menumbuhkan masyarakat statis.


Lahir dari filosofi hidup tersebut sikap jiwa digjaya. Satu iklim jiwa
(mentalclimate) yang subur.
Apabila pandai menggunakannya dengan tepat, akan banyak
membantu dalam usaha pembangunan sumber daya manusia di ranah ini.
Egoistis jarang bersua dalam budaya Minangkabau.
Membiarkan orang lain melarat, dengan menyenangkan diri
sendiri, sikap yang tak pernah diwariskan. Jika sekarang bertemu, itulah
pengaruh dari luar. Tenggang manenggang dan raso jo pareso menjadi
sikap hidup. Halusnya alur dan patut. Mengatasi masalah kemiskinan
ditengah masyarakat Minangkabau, khusus mesti terarah kepada
memakmurkan anak nagari secara lahiriyah (material). Agar untaian
pepatah menyibakkan arti kemakmuran itu dapat menjadi kenyataan.

Manjilih di tapi aie


Mardeso di paruik kanyang.4

BERENCANA DAN BERHEMAT


3
Sudah berkeris sempurna. Bingkisan raja Majapahit. Tuah bersebab berkarena. Pandai
bertenggang pada yang rumit. Artinya, hemat dan pandai melewati masa sulit akan menjadi anak
nagari kembali kepada tuah kejayaannya.
4
Menjilih (berbersih-bersih) hanya mungkin di tepi air. Merdeso (leluasa) hanya mungki di
perut kenyang. Kaleluasaan dan kemerdekaan bertindak, berpikir oleh anak nagari akan hilang
kalau perut mereka kosong. Anak nagari otomatis akan menjadi budak di tangan orang yang
memberinya makan. Bagaimana jadinya kalau yang memegang pusat-pusat kekuatan ekonomi
nagari itu adalah bangsa asing ??? Nagari Minangkabau akan tertindas kembali. Karena itu
wujudkan segera peraturan yang jelas tentang aset nagari, terutama hak ulayat mereka.
Mewujudkan kemakmuran anak nagari dengan berencana dan
berhemat. Perencanaan jangkauannya ke depan. Mengkaji potensi yang
dipunyai. Penghematan dengan memahami situasi akan mendukung hasil
dari program yang dikembangkan. Perhatian dalam makna ini, terungkap
di dalam kalimat-kalimat;
Ingek sabalun kanai
Kulimek sabalun abih
Ingek-ingek nan ka pai
Agak-agak nan ka tingga.5

Melupakan dan mengabaikan nilai-nilai luhur budaya ini, akan


berarti satu kerugian. Membangun kesejahteraan berarti mengantisipasi
lahirnya kemiskinan. Bertitik tolak pada pembinaan unsur sumber daya
manusia. Dimulai dengan cara sederhana. Dengan apa yang ada. Potensi
alam yang terbatas. Menggerakkan potensi terpendam di dalam sumber
daya manusia. Terutama di nagari-nagari. Mengembalikan kepada benih-
benih kekuatan yang ada di dalam dirinya masing-masing. Melalui usaha
terpadu (integrated), berketerusan dan menyeluruh (holistik). Dengan
mempertajam daya observasi, dan meningkatkan daya pikir masyarakat nagari
dimaksud.
Kekayaan Minangkabau tersimpan di dalam kecantikan alam dan
keindahan budaya. Di Rumah Bagonjong dan Rangkiang ada filosofi besar
untuk digali. Kemakmuran diwujudkan dengan hemat dan kerja keras.
Mau belajar kepada alam. (Foto Dok.HMA-Padangpanjang, 2002)
Selanjutnya, mendinamisir daya gerak. Memperhalus daya rasa.
Meningkatkan pengembangan daya cipta. Menumbuh bangkitkan daya
kemauan anak nagari.
Supaya dapat dikembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.
Ditumbuhkan kemauan untuk melaksanakan sikap mandiri (self help).
Sesuai bimbingan Allah:

‫ن‬َّ ِ ‫مرِ الل َّهِ إ‬


ْ
َ ‫خلْف ه يحفَظُون ه م ن أ‬
ْ ِ ُ َ ْ َ ِ ِ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬
ِ َ‫ن يَدَي ْهِ و‬ ِ ْ ‫ن بَي‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ت‬ٌ ‫معَقِّبَا‬ُ ‫ه‬
ُ َ‫ل‬
َ َ َ َ
ُ ّّ ‫م وَإِذ َا أَراد َ الل‬
‫ه‬ ْ ِ‫سه‬ِ ُّ‫ما بِأنْف‬ َّ ‫حت َّّى يُغَي ُِّروا‬َ ٍ ‫ما بِقَوّْم‬ َّ ‫ه َل يُغَي ُِّر‬ َ ّّ ‫الل‬
‫ل‬
ٍ ‫ن وَا‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ه‬ ِ ِ ‫ن دُون‬
ْ ‫م‬
ِ ‫م‬ ْ ُ‫ما لَه‬َ َ‫ه و‬ ُ َ ‫مَرد َّ ل‬ َ ‫سوءًا فََل‬ ُ ٍ ‫بِقَوْم‬
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
5
Ingat sebelum kena. Hemat sebelum habis. Ingat-ingat (hati-hati) yang akan pergi. Agak-agak
(perhitungkan) yang akan tinggal.Mencakup padanya warning, aba-aba, untuk menjaga diri,
menjaga martabat keluarga, menjaga nama nagari, menjaga anak keturunan dan seluruh aset dan
budaya Minangkabau).
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS.13, Ar
Ra'd :11)
Tidak perlu segan menyatakan bahwa anak turunan Minangkabau
seratus persen beragama Islam. Satu dua mungkin, sudah ada berpindah
keyakinan. Sebabperputaran musim dan pergantian nilai yang dianutnya.
Jalan di alih orang lalu. Cupak ditukar orang penggalas. Anak kemenakan
Minangkabau akan diperdagangkan oleh orang lain yang lebih kuat
budayanya !!! Apabila turunan Minangkabau itu tidak kokoh mengenal
budaya sendiri, maka satu natuur-wet (sunnatullah) akan berlaku seperti
itu.
Eratnya jalinan adat dan agama, melahirkan pilinan adatnya
bersendi syara', syara' bersendi Kitabullah. Islam mengajarkan nilai-nilai
ukhuwah berjalin berkulindan dengan kebiasaan luhur.
Senteng babilai/Kurang batukuak. Batuka ba anjak/Barubah basapo.
Artinya, saling menambah mana yang kurang. Saling menegur kalau ada
yang salah.
Dalam mengamalkan amar ma'ruf nahi munkar menurut syarak.
Anggang jo kekek bari makan/Tabang ka pantai ka duo nyo/Panjang jo singkek pa
ulehkan/Makonyo sampai nan dicito. Adat hidup, tolong manolong. Adat mati,
janguak manjanguak. Adat lai, bari mambari. Adat tidak, salang manyalang.
Menghidupkan hidup tolong menolong. Basalang tenggang.
Dalam kehidupan nyata berwujud perbuatan. Karajo baik ba
imbauan, Karajo buruak ba hambauan. Saling membantu di dalam senang
maupun susah.
Dalam perkembangan zaman telah terjadi pergeseran nilai.
Kebiasaan tradisi lama mengalami proses di lupakan. Diyakini, bahwa
nilai-nilai budaya Minangkabau itu, tidak hilang dan tidak pula habis.
Masyarakat Minangkabau mulai senang mengadopsi budaya lain tanpa
seleksi. Ini jelas merugikan untuk generasi Minangkabau mendatang.
Budaya merantau, membentuk silaturrahmi di dalam ikatan
keluarga di perantauan. Sedari ikatan hubungan saparuik hingga se taratak,
dusun nagari. Hingga lingkup wilayah yang luas, dari Sikiliang air Bangih,
dari ombak nan badabua, sampai ka durian di takuak rajo. Artinya meliputi
wilayah adat dan budaya Minangkabau. Pada mula sekedar ba suo suo.
Mempererat hubungan kekeluargaan. Meningkat kepada memikirkan
kampuang halaman. Berakhir dengan usaha membangun kampung
halaman.
Belum ada data akurat. Berapa perbandingan jumlah orang
Minangkabau di rantau itu. Apakah jumlahnya sama dengan jumlah yang
menetap di kampung. Atau, barangkali berlipat kali dari penghuni ranah
sendiri. Satu hal terbukti dan telah lama terjadi, bahwa orang kampung
ikut menikmati hasil orang rantau.
Sirkulasi hidup kampung sering ditentukan dari rantau. Mulai
pembinaan pribadi, keluarga, bangun rumah, tebus sawah, hingga
membangun sarana umum milik nagari.
Rencana pembangunan nagari sering tidak terlaksana tanpa
keikutsertaan dunsanak di rantau. Kenyataan ini membuktikan ada satu
potensi budaya Minangkabau yang dapat dikembangkan. Apabila dapat
dipadu dengan potensi yang ada di nagari.
Kekayaan orang rantau – termasuk pegawai negeri yang berkiprah di
kota-kota --, mungkin tidak sebanding dengan modal yang tertanam di
kampung (nagari). Rantau adalah lahan usaha. Perantau Minangkabau
umumnya bergerak dalam bidang usaha perniagaan. Sedikit sekali yang
menggarap usaha pertanian.
Karena, kalau akan bertani juga, mungkin lebih baik mengolah
lahan di kampung saja.
Lapangan pegawai atau ambtenaar kata orang saisuak, sangat
diminati orang Minangkabau. Walaupun saat ini, para perantau
Minangkabau mulai berpaling kepada managemen perusahaan swasta.
Bahkan dalam usaha mandiri, belakangan ini paling banyak digeluti.
Lapangan usaha ini menjanjikan pendapatan lumayan. Daripada menanti
ketetapan gaji bulanan. Apalagi lapangan di kantor-kantor pemerintah
makin hari makin sempit juga. Dan cepatnya gerak pembangunan bangsa,
telah membuka lapangan kerja baru.
Jeli mengkaji kesempatan. Arus mobilitas horizontal menuju
rantau, tak mudah di hempang. Kerasnya hidup di rantau, suatu
tantangan yang berat. Perlu modal. Sikap jiwa yang matang. Disamping
kemauan keras ada tulang delapan karat. Dan bekal lain, falsafah budaya
Minangkabau untuk pedoman mengarungi lautan kehidupan di rantau.
Falsafah hidup itu, disimak dalam kehidupan keseharian tanah
rantau. Panggiriak pisau si rauik, Patunggkek batang lintabung, Salodang
ambiak ka nyiru. Setitiak jadikan lauik, Sakapa (sekepal) jadikan gunuang, Alam
takambang jadi guru.6
Belajar kepada alam, mengambil pelajaran dari perjalanan hidup
yang tengah diharungi. Seiring bidal pantun; Biduak dikayuah manantang

6
Penggirik (pelobang) pisau siraut (yang tajam dan runcing). Bertongkat batang lintabung.
Setetes jadikan laut. Sekepal jadikan gunung. Alam terkembang jadikan guru. Belajar kealam guru
pertama manusia
ombak/Laia di kambang manantang angin/Nangkodoh ingek kamudi/padoman
nan usah dilupokan.7
Pedoman menempuh kehidupan dikiatkan dengan arif bertindak
dan memilih.

Hendak kayo, badikik-dikik (hemat)


Hendak tuah, batanua urai (penyantun)
Hendak mulia, tapek i janji (amanah)
Hendak luruih, rantangkan tali (mematuhi peraturan)
Hendak buliah, kuat mancari (etos kerja yang tinggi)
Hendak namo, tinggakan jaso (berbudi daya)
Hendak pandai, rajin belajar (rajin dan berinovasi)
Dek sakato mangkonyo ada (rukun dan partisipatif)
Dek sakutu mangkonyo maju (memelihara mitra usaha)
Dek ameh mangkonyo kameh (perencanaan masa depan)
Dek padi mangkonyo manjadi (pelihara sumber ekonomi)
Tidak mengherankan, bila tantangan berat di rantau mampu
diatasi.
Paling menarik, bahwa perantau sanggup mengolah pekerjaan apa
saja asal halal. Tidak memilih pekerjaan, karena motivasi hidup tinggi.
Kondisi ini membuka peluang percepatan mobilitas vertical.
Penghasilan meningkat. Kekayaan nilai-nilai ini adalah modal besar.
Memberi motivasi kuat, dalam upaya menghapuskan kemiskinan.
Sungguhpun kenyataan bahwa penghapusan itu tidak berbuah
drastis. Di atas segala itu, karena keyakinan kepada Rahmat Allah.
Ini buah utama pengajian di surau.

BAREK SAPIKUA RINGAN SAJINJIANG


Perubahan tata kehidupan di tengah perkembangan iptek memang
satu keharusan. Perubahan itu tidak bisa ditolak. Ia selalu bergerak terus.

7
Biduk di kayuh menantang ombak. Layar dikembang menantang angin. Nakhoda ingat (selalu
memegang kendali) kemudi. Pedoman jangan pernah dilupakan.Maknanya ada pedoman adat dan
syarak. Ada kemudi istiadat dan budaya. Ada kendali kokoh iman dan taqwa. Modal utama orang
Minangkabau merantau. Jika di zaman ini modal itu di lupakan, mustahil generasi Minangkabau
kedepan berhasil di rantau orang. Ilmu banyak dengan iman tipis akan melahirkan generasi lemah
pendirian. Tidak tahan menghadapi cobaan hidup.
Dunia selalu berisi perubahan-perubahan. Jika manusia menjadi statis di
tengah dinamika perkembangan, maka yang timbul adalah penderitaan.
Perlu diperhitungkan obyektifitas. Manyarakat Minangkabau
mestinya berperan aktif memanfaatkan perubahan-perubahan untuk
peningkatan mutu kehidupan. Terutama di nagari-nagari. Baik di dalam
bidang material dan kejiwaan. Hasilnya banyak tergantung dari kesiapan
watak. Sangat salah apabila diperbudak perubahan. Lebih maknawi ialah
berupaya memilah perubahan (inovasi) yang datang. Tepat guna dan
bernilai guna.
Merebut manfaat nilai lebih, tanpa mengorbankan nilai-nilai positif
yang hakiki. Dengan kata lain, perubahan-dan kemajuan iptek yang
mendunia tidak boleh mengorban kan nilai-nilai adat maupun keyakinan
agama. Pengendali iptek sesungguhnya manusia itu. Peningkatan
kehidupan ekonomi, tidak perlu menghapus nilai-nilai gotong royong
yang sudah lama mengakar di dalam tata kehidupan bermasyarakat di
Minangkabau. Bahkan, nilai itu dapat di ubah menjadi pendorong kearah
pencapaian tingkat kehidupan ekonomi rakyat yang lebih mapan. Contoh
besar adalah penguasaan hak atas milik ulayat sebagai penyertaan modal
anak nagari.
Anak nagari di tengah investasi iptek yang global tidak mesti di
marginalkan. Anak nagari tidak perlu dilatih menjadi kuli di negerinya.
Tidak pula perlu dibuat tatanan baru, bahwa investor itu adalah tuan
dengan kedudukan jauh di atas.
Menata ekonomi nagari di Minangkabau mesti siap menerjemahkan
duduk sama rendah tegak sama tinggi dalam kepemilikan. Investor pemilik
modal darimanapun datangnya tidak dipersiapkan memerintah anak
nagari. Investor adalah mitra kerja bersama anak nagari.
Masyarakat nagari pemilik lahan ulayat. Ada peruntukan yang
wajar dengan pemilik modal uang dan manajemen teknologi. Demikian
ekonomi anak nagari dapat dimajukan.
Sikap jiwa saling memuliakan, tidak perlu diganti dengan egoistis.
Ketidak pedulian sesama dapat berkembang menjadi hilangnya
solidaritas sosial. Benteng kejiwaan anak nagari yang kuat adalah
terpelihara nilai keseimbangan. Mempunyai nilai tawazunitas.
Nilai budaya Minangkabau mengingatkan, "sekali aie gadang sekali
tapian barubah". Yang berubah hanya tapian tempat mandi.
Nilai kebiasaan berlaku seperti biasa. Maknanya, perubahan (aie
gadang) mesti dijaga tidak merusak tatanan adat bertepian. Perubahan
akan selalu ada. Menghadapi setiap invasi selalu diingat agar tidak
terjadi "Jalan dialih urang lalu. Tepian diasak urang mandi.".
Keteguhan sikap dan pendirian amat perlu. Kita tidak dapat
membayangkan, bentuk masyarakat macam apa jadinya, kalau nilai-nilai
(norma-norma) sudah menipis.
Mesti dipelihara kekuatan mempertahankan hak dengan kebiasaan
melaksanakan kewajiban.
Nilai agama dan budaya, pada dasarnya berisikan "Declaration of
Human Duties". Yakni piagam dasar kewajiban asasi manusia
(masyarakat).
Kini, ukuran kelayakan juga mengalami perubahan. Ukuran baik
buruk, boleh tidak, kepantasan (normatif), manusiawi, hak dan kewajiban
kemasyarakatan, harus tetap dipertahankan. Di antara ukuran di
Minangkabau adalah alur dan patut. Jiko mangaji dari alif, jiko babilang dari
aso/Jiko naik dari janjang, jiko turun dari tanggo.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, atas mulai meningkatnya
taraf kemakmuran masyarakat, dalam ukuran materi. Walau kenaikan
pendapatan masyarakat tidak sebanding dengan kebutuhan yang
meningkat tajam. Namun, memilih mana yang pokok mulai kabur.
Ukuran seragam mulai menjalari masyarakat nagari. Salah arah dalam
menentukan pilihan. Mana yang mestinya dahulu di kaburkan oleh
dorongan kemudahan melalui hutang. Kredit tanpa jaminan. Keadaan
ini, menjalar hingga ke pelosok dusun. Tanpa disadari, bayang-bayang
tidak lagi sepanjang badan.
Kemiskinan kian hari kian mendekat. Orang miskin makin
terperosok dalam kejurang hutang. Jumlah mereka setiap hari bertambah.
Di Sumatra Barat hari ini jumlahnya 700.000 orang. Penyebab utama
karena tidak ada sumber penghasilan yang tetap. Kehidupan anak nagari
yang mengandalkan pertanian, jumlah penghasilannya tetap sebesar itu
saja. Sementara harga kebutuhan meningkat dan hutangpun ikut melilit.
Penghapusan kemiskinan hanya mungkin dengan dibukanya
sumber pendapatan yang bervariasi. Misalnya perkebunan atau
peternakan.
Bagi daerah-daerah tertentu, dapat dikembangkan pertukangan,
kerajinan rumah tangga. Bahkan di pantai-pantai, dapat dibentuk nelayan,
atau perikanan.
Di beberapa wilayah, kesempatan membuka lahan usaha mulai
tampak Pasaman kini mulai bergerak ke arah perkebunan besar kelapa
sawit. Ribuan hektar banyaknya. Perusahaan besar nasional telah lama
menggarap agribisnis di daerah itu. Tanahnya adalah tanah ulayat. Di
serahkan sebagai konsesi melalui izin usaha. Bahkan ada yang langsung
dialihpindahkan haknya. Dengan jual beli. Ini akan menjadi duri dalam
daging bagi generasi di belakang. Apabila tidak ada suatu keterangan
berkejelasan dan duduk perkaranya tidak berketentuan. Namun mulai
terasa gejala mengenaskan. Tingkat penghidupan penduduk nagari
disekitar daerah perkebunan atau daerah transmigrasi, mulai menurun.
Penduduk nagari tadinya pemilik ulayat, sekarang ada yang tidak
mempunyai sekeping tanahpun. Tidak punya lahan untuk diolah sebagai
lahan usaha. Modal pengolahan, materil dan pengetahuan kecil pula.
Kehidupan masa depan kabur dan mungkin hilang.
Proses kemiskinan bergerak lebih laju dari tumbuhnya komoditas
perkebunan di keliling mereka. Maka, mengutamakan penduduk nagari
di keliling perkebunan menjadi lebih mendesak.
Hendaknya jangan timbul penduduk “nagari siluman”, yang
memetik hasil dari ulayat nagari. Dan membiarkan penduduk di nagari
sendiri hidup merana. Maka, program PIR hendaknya lebih selektif
sasarannya. Yaitu penduduk miskin.
Program terpadu dalam upaya penghapusan kemiskinan dapat
dikembangkan pada sentra lain, seperti periklanan, nelayan,
pertukangan, home industri, atau usaha-usaha serupa. Sepanjang ranah
pesisir, mulai dari Sikilang Air Bangis hingga mendekat Muko-Muko, bisa
diperbaiki kehidupan nelayan. Warga nelayan yang miskin, secara
berangsur-angsur dapat memiliki perahu-perahu pemukat, mesin tempel
(motor boat), jaring-jaring pukat dan peralatan yang layak dipunyai
usaha nelayan. Membentuk nagari binaan menjadi langkah awal yang
perlu diwujudkan.
Keikut sertaan seluruh unsur masyarakat nagari dan rantau perlu
lebih dipadukan. Peranan informal leader amat menentukan.
Sangat penting membuat kiat mensejahterakan masyarakat yang
bermuara di nagari.
Meningkatkan pendapat masyarakat nagari, akan menjadi sumber
pendapatan baru bagi masyarakat kota. Rumus ini tidak perlu diragukan
lagi. Sesungguhnya ini adalah garisan Allah Subhanahu wa Taala.
‫ل وََل تُبَذِّْر تَبْذِيًرا‬ َّ ‫ن ال‬
ِ ‫سبِي‬ َ ْ ‫ن وَاب‬ َ ‫سكِي‬ ْ ‫م‬ ِ ْ ‫ه وَال‬ُ ‫ح َّق‬َ ‫ت ذ َا الْقُْربَى‬ ِ ‫وَءَا‬
‫ه‬
ِ ِّ ‫ن لَِرب‬ ُ ‫شيْطَا‬ َ ّ ‫ن ال‬ َ ‫ن وَكَا‬ َ ّ ‫ن ال‬ ْ ِ ‫ن كَانُوا إ‬ ُ ْ ‫ن ال‬َّ ِ ‫) إ‬26(
ِ ‫شيَاطِي‬ َ ‫خوَا‬ َ ‫ذّرِي‬ ِ َ ‫مب‬
‫جوهَا‬ َ ِّ ‫ن َرب‬
ُ ‫ك تَْر‬ ْ ‫م‬ ِ ٍ‫مة‬ َ ‫ح‬ْ ‫م ابْتِغَاءَ َر‬ ُ ُ‫ن ع َنْه‬ َّ ‫ض‬
َ ِ‫ما تُعْر‬ َّ ِ ‫) وَإ‬27( ‫كَفُوًرا‬
‫ك‬ َ ‫ق‬ ِ ُ ‫ة إِلَى ع ُن‬ ً َ ‫مغْلُول‬َ ‫ك‬ َ َ ‫ل يَد‬ْ َ‫جع‬ ْ َ ‫) وََل ت‬28( ‫سوًرا‬ َ ‫م قَوًْل‬
ُ ْ ‫مي‬ ْ ُ‫ل لَه‬ ْ ُ‫فَق‬
َّ ُ ‫سطْها ك‬
َ َّ ‫ن َرب‬
‫ك‬ َّ ِ ‫) إ‬29( ‫سوًرا‬ ُ ‫ح‬ ْ ‫م‬َ ‫ما‬ً ‫ملُو‬ َ َ ‫ط فَتَقْعُد‬ِ ‫س‬ ْ َ ‫ل الْب‬ َ ُ ْ ‫وََل تَب‬
( ‫صيًرا‬ ِ َ ‫خبِيًرا ب‬
َ ِ‫ن بِعِبَادِه‬َ ‫ه كَا‬ُ َّ ‫شاءُ َويَقْدُِر إِن‬َ َ‫ن ي‬ ْ ‫م‬ ُ ‫س‬
َ ِ ‫ط الّرِْزقَ ل‬ ُ ْ ‫يَب‬
)30
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang pantas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu
menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki
kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Al Isra’,
17:26-30)
Peralatan permodalan, peternakan dan pertukangan seperti mesin
jahit untuk sentra “home industri”, dengan sasaran kelompok miskin
sesungguhnya dapat difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Dana aspirasi anggota dewan (2000-2002) yang jumlahnya mencapai
sebelas milyar akan terasa lebih bermanfaat diarahkan kesini.

BUKAKAN PINTU HATI

Kalau disadari, di keliling kita terserak sumber daya umat yang


besar. Banyak di antara mereka yang sedang terpelanting dan menderita.
Ada berbagai kelompok dan kedudukan.
Diantaranya, Pelajar dan Mahasiswa, bekas pegawai-pegawai Negeri
Sipil, Militer, pegawai perusahaan-perusahaan swasta dan guru-guru
sekolah partikulir (Madrasah-Madrasah), Masyarakat Tani, pedagang
kecil dan buruh kecil.
Mereka adalah sumber daya manusia (SDM) yang besar
kontribusinya. Walaupun diantaranya ada yang invalid, yang menderita
tekanan kehidupan, dhu’afak, kehilangan rumah atau pekerjaan. Ini
adalah kekuatan masyarakat yang perlu di bina. Perlu dibawa berperan
aktif dalam proses kehidupan bangsa di tengah bergulirnya roda
pembangunan (development).
Menghimpunnya, diperlukan usaha dengan berbagai upaya, baik
yang bersifat psychologis ataupun technis. Langkah pertama, adalah
bukakan “pintu hati” untuk yang memerlukan bantuan dalam rangka
pemulihan kehidupan. Tunjukkan minat dengan ikhlas dan sungguh-
sungguh.
Andaikata belum mampu memberikan bantuan sewaktu itu,
sekurang-kurangnya sokongan moril harus diberikan.
Hidupkan harapan kepada kekuatan kerahiman Ilahi. Suburkan
kepercayaan mereka kepada kekuatan yang ada pada diri mereka sendiri.
Tumbuhkan di hati mereka tulus dan ikhlas. Hati yang lebih tulus dan
pikiran yang jernih serta lega akan kembali mengisi harapan.
Upaya ini akan menambah himmah (gita dan minat) untuk bekerja
terus. Sekurang-kurangnya, menambah daya tahan umat. Agar umat
terhindar dari tindakan menyalahi hukum Syar’iy, maupun urusan
duniawi. Jangan ditinggal umat dengan bermacam-macam perasaan tak
tentu arah. Tanpa pegangan yang pasti, umat akan patah hati.
Kriteria untuk merebut keberhasilan oleh seorang pemimpin, dalam
semua level kedudukan, adalah selalu berada ditangah umat yang di
pimpinnya.
Pemikiran (ide) seorang pemimpin belum selalu komplet dan
limitatif. Menjadi tidak terbatas bila berpadu dengan pengalaman.
Pengalaman dan kearifan membaca kondisi keliling menjadi pelajaran
sangat berharga. Penggugah dan pengantar pemikiran.
Pengalaman serta daya pikir dan daya cipta bila dipadukan,
bermanfaat untuk menciptakan kesempurnaan dalam praktek. Semua
barang yang lama itu tetap akan baru, selama sesorang belum
mengerjakannya. Terpenting selalu mencoba untuk membangkitkan
kreativitas dalam berusaha. Satu upaya inovatif untuk tetap bersemangat
dalam menjalani roda kehidupan.
Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada yang
demikian barunya sehingga sukar. Rasa-rasa tak mungkin dapat
mencapainya. Moto amal itu seharusnya adalah; “Yang mudah sudah
dikerjakan orang, Yang sukar kita kerjakan sekarang, Yang “tak mungkin”
dikerjakan besok.”
Dengan mengharapkan hidayat Ilahi, mari kita sahuti panggilan
Allah SWT, “Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis
kemampuan-mu, akupun berbuat”!

MULAI DENGAN MENGGERAKKAN POTENSI UMAT

Selalu menjadi pertanyaan agak sulit di jawab, darimana bisa


diambilkan dana bagi penghapusan kemiskinan. Pertanyaan selanjut,
siapa yang berkompeten melaksanakan usaha penghapusan kemiskinan
tersebut. Bagaimana memulainya. Apakah kira-kira usaha itu akan
berhasil segera.
Banyak lagi pertanyaan lain yang mungkin tumbuh sesudah itu.
Penghapusan kemiskinan tidak pekerjaan mudah. Tidak semudah
mengucapkannya. Hasilnya, juga tidak bisa cepat, drastis dan sekali jalan.
Secara berangsur-angsur. Sesuai hukum alam, “sunnatullah” yang
telah digariskan. Yaitu, “thabaqan ‘an thabaq”, atau “selangkah demi
selangkah”.
Jika tidak seluruhnya bisa berhasil, bukan berarti pula seluruhnya
tidak dikerjakan. Kerjakan lebih dahulu mana yang mungkin. Inilah dasar
dari optimisme cita luhur itu.
Pandangan Islam lebih tegas. Setiap muslim, tidak bebas
membiarkan tetangganya kelaparan di sampingnya. Sementara dia tidur
kekenyangan.
Maka, membuat untuk orang lain lapangan kerja yang membuka
sumber penghasilan menjadi beban setiap Muslim yang berada.
Fii amwalihim haqqun ma’luum. Dalam hartanya ada hak orang lain.
Untuk diserahkan dalam upaya menghilangkan kelaparan (kemiskinan).
Hak itu berupa infaq, shadaqah dan zakat. Zakat adalah
sumber dana umat.8
Tidak hanya untuk pembuatan Masjid dan Mushalla. Dapat juga
diguna kan untuk pembuatan toko, kebun, kapal atau pabrik. Dengan
memanfaatkan uang zakat.
Hasil pengelolaan zakat untuk kepentingan orang melarat atau
miskin. Untuk melakukan studi banding, beberapa negeri tetangga
telah lebih dahulu melakukannya. Mesir, sudah lebih dari seribu tahun
mengelola uang zakat. Termasuk menguasai tanah produktif (pertanian)
dan sarana-sarana ekonomi (perdagangan, dan pabrik-pabrik), yang
berasal dari dana zakat dan wakaf. Sampai hari ini, hasil pengelolaan
uang zakat tersebut berguna menyantuni lembaga pendidikan tertua Al
Azhar. Tidak berlebihan bila disebut bahwa Institut Al Azhar Mesir
adalah institut terkaya. Pengelola harta waqaf dan zakat.

8
Zakat pernah berperan membiayai perjuangan kemerdekaan. Lihatlah, bagaimana gencarnya
pengumpulan zakat, untuk pembeli senjata, pemberli pesawat udara (Seulawah satu). Dimasa kita
berjuang mencapai kemerdekaan dimasa penjajahan kolonial Belanda dahulu (1945). Jauh
sebelumnya, bahkan hingga kini, zakat merupakan satu sumber pembangunan bidang pendidikan
(agama). banyak Madrasah, pesantren, yang telah dibangun dengan “dana zakat” itu.
Tentang sumber zakat (muzakki) di negeri kita memang belum
terdata dengan benar.
Umpamanya saja para kontraktor. Sudahkah zakat dikeluarkan
seperti petani. Bahkan masih dipersoalkan bahwa mereka terikat beban
hutang dengan bank.
Selanjutnya bagaimana dengan bank-bank, yang telah menjadi
perusahaan (PT). Adakah zakat di keluarkan.
Pertanyaan berikut pegawai negeri. Jika dihitung, ada yang
mendapatkan gaji, diatas Rp. 12 juta per tahun. Bahkan ada yang lebih
dari 20 juta sampai 100 juta. Yang menengah saja, sekitar Rp 9 juta
setahun.
Masihkah diperdebatkan bahwa mereka masih dihimpit hutang.
Hutang pembeli mobil pada dealer-dealer, umpamanya.
Padahal, kadangkala, kenderaan miliknya sudah berjumlah dua
atau tiga buah. Dan tidak pernah pula zakat hartanya itu dibayar.
Secara sederhana, dana yang mungkin dikumpulkan dari zakat
sudah mulai dapat menghitung. Berapa besar APBD pemerintah daerah
Sumbar tahun ini. Pekerjaan fisik bangunan jelas dikerjakan kontraktor
(perusahaan). Kalau 2,5 persen dari keuntungan dikeluarkan zakat, dan
dikordinir, akan dapat dikumpul dana milyaran rupiah.
Jika 2,5 persen dari keuntungan perusahaan besar BUMN dan
BUMD, seperti PT Semen Padang, PT Bank-bank lainnya dikeluarkan
zakatnya, dapat pula dipakai untuk meringankan beban kaum dhu’afak.
Menghitung, memungut, mengeluarkan, membagi dengan adil
adalah kerja Badan Amil Zakat (BAZ).
Badan ini dapat disempurnakan menjadi lembaga keuangan umat
atau BAITUL MAAL.
Dapat menghimpun sumber dana dari infaq dan shadaqah.
Badan Amil Zakat (BAZ) mestinya menjadi perencana,
penghitung, pembagi, dan penggerak dari amal zakat anak nagari.
Menjadi badan perencana pembangunan di dalam menghapus
kemiskinan di nagari.
Badan Amil Zakat dapat menjadi penyedia sumber pendapatan
bagi orang yang perlu diangkat martabatnya. Yakni para dhuafak.
Dengan menyediakan kegiatan usaha.
Satu cita-cita yang perlu dikembangkan sampai kenagari-nagari di
Minangkabau.
Anak Nagari dapat berperan mulai dari kampung dan dengan
dukungan dari rantau. Badan amil zakat di nagari-nagari dapat bertindak.
Menjadi penggerak untuk mewujudkan Nagari-nagari Binaan.
“Allahumma zidha ‘ilman”. Wahai Allah, tambahlah ilmu kami.
Ilmu yang bermanfaat yang bisa dikembangkan, menjadi kenyataan.
Firman Allah menyebutkan,

‫خيًْرا كَثِيًرا‬ ُ ِ ْ ‫ت ال‬ ِ ْ ‫ُي ؤ ْتِي ال‬


َ ِ ‫ة فَقَد ْ أوت‬
َ ‫ي‬ َ ْ ‫حك‬
َ ‫م‬ َ ْ ‫ن يُؤ‬
ْ ‫م‬
َ َ‫شاءُ و‬َ َ‫ن ي‬
ْ ‫م‬َ ‫ة‬ َ َ ْ ‫حك‬
َ ‫م‬
َ ُ َ َ
ِ ‫ما يَذ ّك ُّر إ ِ ّل أولُو اْللْبَا‬
‫ب‬ َ ‫َو‬
Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Alquran dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah). (QS.2, al-Baqarah : 269)

Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat muslim. Dalam


kehidupannya, adat dan agama Islam berjalin-berkelindan. Adatnya
bersendi syara’, dan syara’ bersendi Kitabullah (Alquran). Masjid dan
Mushalla, serta Lembaga-lembaga Agama Islam, di nagari-nagari dapat
menjadi ujung tombak “pengumpul zakat”. Dengan itu, masyarakat
Minangkabau dapat memberi mutu kepada umat Islam sendiri. Mass-
media dapat diminta partisipasi dalam pengumuman dan pelaporan.
Setiap kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan dana-dana umat,
secara berkala dipertanggung jawab. Anak nagari mana yang akan
memulai kerja besar ini.
Menggerakkan potensi umat dengan mengharap ridha Allah. Ini
tujuan utama. Ini pula beban suluah bendang di nagari.
Untuk mencapai keberhasilan lebih, dapat diajak kerjasama “Bank
Syari’ah” membentuk syarikat usaha. Berbagi hasil pada berbagai tugas
dan kerjaan.
Mungkin pula mengeluarkan obligasi syariah. Ajak pihak
berpunya menanamkan modalnya untuk kesejahteraan anak kemenakan
di kampung halaman.

MEMERANGI KEBODOHAN

Penghapusan kemiskinan secara bersama sungguh usaha mulia.


Agama Islam sesuai Alquran dan Sunnah Rasulullah memberikan
perhatian besar kepada masalah sosial ini. Ajaran Alquran amat
memperhatikan usaha-usaha penanggulangan kemiskinan. Ayat pertama
dalam Mashhaf Alquran, memberikan ciri sifat dan sikap seorang
Muttaqin. Di antaranya, percaya kepada Allah, mendirikan shalat dan
mengeluarkan hartanya untuk kemaslahatan umat. Artinya, memberi
perhatian penuh terhadap kehidupan orang miskin.
َ
َّ ‫) ال ّذِي‬2 ( ‫ن‬
‫ن‬ َّ ‫متَّقِي‬
ُ ْ ‫ب فِيهِّ هُدًى لِل‬ َ ّْ ‫ب َل َري‬ُّ ‫ك الْكِتَا‬َ ِّ ‫) ذَل‬1( ‫الم‬
)3( ‫ن‬ ْ ُ‫ما َرَزقْنَاه‬
َ ‫م يُنْفِقُو‬ ِ ‫صَلة َ َو‬
َّ ‫م‬ َّ ‫ن ال‬ َ ‫مو‬
ُ ‫ب وَيُقِي‬ِ ْ ‫ن بِالْغَي‬ ِ ْ ‫يُؤ‬
َ ‫منُو‬
Alif Laam Miim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. (QS.2, Al Baqarah, : 1-3)
Seorang Muslim tidak perlu segan berusaha menghapus
kemiskinan. Alquran memberikan pelajaran kepada setiap Muslim
tentang cara yang dapat dilakukan menghapus kemiskinan umat. Alquran
menceritakan. Di kala seorang kafir dimasukkan kedalam neraka, ditanya
; Apa penyebab mereka tercampak ke dalam Neraka.
Jawab mereka tidak shalat, tidak memberi makan orang miskin, tidak
berusaha menghapus kebathilan dan mendustakan hari pembalasan (hari
akhirat).
Keterangan tersebut diterangkan Allah dengan jelas di dalam Firman
Nya,

‫م ف ِي‬ ْ ُ ‫سلَكَك‬ َ ‫ما‬ َ )41 ( ‫ن‬


َ ‫مي‬ِ ِ‫جر‬ ْ ‫م‬ُ ْ ‫ن ال‬ِ َ ‫) ع‬40( ‫ن‬ َ ‫ساءَلُو‬ ٍ ‫جنَّا‬
َ َ ‫ت يَت‬ َ ‫ف ِي‬
ُ ِّ‫ك نُطْع‬
‫م‬ ُ َّ ‫م ن‬ْ َّ ‫) وَل‬43 ( ‫ن‬ َ ‫صل ِّي‬
َّ ‫م‬ ُ ْ ‫ن ال‬َّ ‫م‬ ِ ‫ك‬ُ َّ ‫م ن‬ ْ َّ ‫) قَالُوا ل‬42( ‫سقََر‬ َّ
‫م‬
ِ ْ‫ب بِيَو‬ ِ َ ‫) وَكُنَّا نُك‬45( ‫ن‬
ُ ّ‫ذ‬ َ ‫ضي‬ِ ِ ‫خائ‬َ ْ ‫معَ ال‬ َ ‫ض‬ ُ ‫خو‬ ُ َ ‫) وَكُنَّا ن‬44( ‫ن‬ َ ‫سكِي‬ ِ ْ ‫ال‬
ْ ‫م‬
َ
)47(‫ن‬ ُ ‫قي‬ِ َ ‫حتَّى أتَانَا الْي‬ َ )46 ( ‫ن‬ ِ ‫دّي‬
ِ ‫ال‬
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,
kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang
(keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam
Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin,
dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang
membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga
datang kepada kami kematian. (QS. 74, Al Muddatsir : 40 – 47)
Perbincangan menghapus kemalaratan. Menerjemah kan kalimat
memberi makan orang miskin. Ruang lingkupnya luas sekali.
Termasuk menyiapkan sumber atau usaha untuk si miskin. Mereka
mempunyai harapan hasil dari garapan kerja yang tersedia. Mereka tidak
lagi sibuk mengumpul sesuap nasi untuk makan hari ini. Mereka sudah
mempunyai sumber usaha. Menghasilkan makan setiap hari. Dengan
membanting tulang. Tidak dengan menampung tangan. Hasil itu dapat
dinikmati untuk diri dan keluarganya. Artinya, lahir kemandirian.
Mereka diangkat dari dhaif lemah kepada kuat berdaya
(empowerment).
Secara konvensional, miskin adalah peminta-minta. Dia tidak
punya kerja. Kecuali meminta-minta. Sungguhpun mereka memiliki hak
untuk meminta-minta kepada orang yang berpunya. Tapi orang berpunya
mesti mengetahui bahwa di tangan mereka ada kewajiban
menyejahterakan orang fakir dengan usaha.
َ َ
‫ت‬ ٌّ ‫)وَفِّي الْر ضِّ ءَايَا‬19(ِّ‫حُروم‬ َ ْ ‫ل وَال‬
ْ ‫م‬ َّّ ‫حق ٌّّ لِل‬
ِ ِ ‫سائ‬ َ ‫م‬ْ ِّ‫موَالِه‬ْ ‫وَفِّي أ‬
َّ ّ ‫)وَفِ ّي ال‬21(‫ن‬ َ ُ ‫)وف ي أَنفُ ّسك‬20(‫لِل ْموقنِي ن‬
ِ‫ماء‬ َ ‫س‬ ِ ّ ْ ‫م أفَل تُب‬
َ ‫صُرو‬ ْ ِ ْ ِّ َ َّ ِ ُ
َ َ َ
َ ْ ‫مث‬
‫ل‬ ِ ٌّّ ‫حق‬
َ ‫هل‬ُ ّّ ‫ماءِ وَالْر ضِّ إِن‬ َ ‫ب ال‬
َ ّّ‫س‬ ِّ ّ ‫)فَوََر‬22(‫ن‬ َّ ‫ما تُوعَدُو‬ َ َّ‫م و‬ْ ُّ ‫رِْزقُك‬
َ
)23(‫ن‬ َ ‫م تَنْطِقُو‬ ْ ُ ‫ما أنَّك‬
َ
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. Dan di bumi itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada
dirimu sendiri.
Maka apakah kamu tiada memperhatikan? Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan
langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan
terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS.51,al-Dzariyat : 19-23)
Tidak bermartabat, membiarkan diri selalu menjadi peminta-minta.
Tidak mulia tindakan orang kaya yang memupuk kebiasaan agar orang
selalu memelas kasih darinya. Dalam sebuah ajaran Rasululah SAW.
ditegaskan, “Mencari kayu api ke hutan, mengikatnya dan kemudian
menjualnya, (berusaha dengan tangan sendiri, memeras keringat), kemudian
hasilnya kamu terima, dan kamu makan berserta keluarga di rumah, lebih
bermartabat, dari kamu berkeliling menengadahkan tangan meminta-minta,
diberi ataupun tidak diberi oleh orang lain. Allah lebih senang kepada tangan
yang di atas daripada tangan yang di bawah (peminta-minta).”
Pelunturan kadar umat Islam tersebab wabah kebodohan. Walaupun
sinyal Alquran menyebut posisi umat Islam pada papan atas.
ْ
‫ن‬ِ َّ ‫ن ع‬
َ ّْ‫ف َوتَنْهَو‬ َ ْ ‫ن بِال‬
ِّ ‫معُْرو‬ َّ ‫مُرو‬ ُ ‫ت لِلنَّا سِّ تَأ‬ ّْ َ ‫ج‬
َ ِ‫خر‬ْ ُ ‫مةٍ أ‬
َّ ُ ‫خيَْر أ‬ َ ‫م‬ ْ ُّ ‫كُنْت‬
َ
ْ ُّ‫خيًْرا لَه‬
‫م‬ َ ‫ن‬ َّ ‫ب لَكَا‬
ِّ ‫ل الْكِتَا‬ ُ ْ‫ن أه‬ َّ ‫م‬ َ ‫ن بِالل ّّهِ وَلَوْ ءَا‬َّ ‫منُو‬ ِ ْ‫منْكَرِ وَتُؤ‬ ُ ْ ‫ال‬
َ
‫ن‬
َ ‫سقُو‬ ِ ‫م الْفَا‬ ُ ُ‫ن وَأكْثَُره‬ َ ‫منُو‬ ِ ْ ‫مؤ‬ُ ْ ‫م ال‬
ُ ُ‫منْه‬ ِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.(QS.3, Ali Imran : 110)
Artinya, umat terbaik tampil di tengah kehidupan manusia dengan
mengajak kepada yang ma’ruf dan menegah dari yang munkar, serta
beriman kepada Allah.
Shibghah "umat terbaik" itu, tidak akan terwujud bila kadar umat
tersungkup oleh kemelaratan fisik, materiil, dan keyakinan atau keimanan
kepada Allah.
Kadar umat luntur tersebab kebodohan yang membelit. Kebiasaan
meniru tanpa memilih. Tidak memilah kerangka pikiran yang diterapkan
dalam hidup. Berpandangan dan berpolah tingkah yang tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam.

MENUMBUHKAN HARGA DIRI

Umar bin Khattab, memberikan arahan lebih keras. Tatkala


dilihatnya seorang pemuda, menengadah tangan meminta rezeki tanpa
meninggalkan dinding Ka’bah dari pagi hingga malam, dengan nada
memelas. “Wahai Tuhan, berilah aku rezeki harta”. Dengan nada keras,
sembari mengancam dengan mata pedangnya, Umar mengingatkan,
“Wahai pemuda. Janganlah sekali-kali kamu hanya pandai menengadahkan
tangan, meminta-minta diturunkan rezeki harta. Kamu harus tahu, sejak langit
berkembang, Allah tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak. Gerakkan
tanganmu! Allah akan beri kamu rezeki.”
Peringatan keras ini adalah ajaran yang dalam. Larangan meminta-
minta. Tumbuhkan sikap berusaha. Lahirkan etos kerja yang tinggi.
Sebagai pembuka jalan bagi pintu rezeki. Di sini satu kunci
menghapuskan kemiskinan melalui “pemberian pelajaran”.
Menumbuhkan “harga diri”.
Melahirkan “rasa malu untuk menjadi beban orang lain. Harus ada
program jelas untuk mengubah kebiasaan.
Orang miskin adalah orang yang serba kekurangan. Orang yang
kekurangan lantaran tidak mempunyai apapun. Tidak memiliki mata
pencaharian. Tidak mempunyai kepandaian dalam mencari nafkah.
Mereka perlu dibantu dan diangkatkan derajatnya.
Dicarikan baginya lahan dan lapangan pekerjaan. Dibuatkan untuk
mereka sumber pengidupan. Dididik mereka untuk bisa berusaha untuk
hidup. Ajarkan mereka arti dan makna “madiri” dalam bentuk perbuatan
dan kenyataan.
Lebih halus ta’rif Rasul SAW menurut riwayat Bukhari Muslim.
“Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta (sebagai
pemulung), agar diberikan kepadanya sesuap nasi atau sebuah dua biji korma.
Tapi orang miskin itu, adalah mereka yang hidupnya tidak layak
berkecukupan. Kemudian mereka diberi sedekah, dan sesudah itu mereka tidak
pergi lagi meminta-minta kepada orang lainnya.”
Hadist lainnya menyebutkan; “Orang miskin itu, hanyalah orang yang
menjaga kehormatannya.” Bahkan, orang fakir tidak selamanya orang
peminta-peminta.
َ ُ َ
‫ضْرب ًا ف ِي‬
َ ‫ن‬ َ ‫ستَطِيعُو‬ ْ َ ‫ل الل ّهِ َل ي‬ ِ ‫سبِي‬
َ ‫صُروا ف ِي‬ ِ ‫ح‬ ْ ‫نأ‬ َ ‫لِلْفُقََراءِ ال ّذِي‬
َ ُ ‫ال َر ض يح سبهم ال ْجاه‬
‫مل‬ ْ ُ‫ماه‬َ ‫سي‬ ْ ُ ‫ف تَعْرِفُ َه‬
ِ ِ‫م ب‬ ِ ُّ ‫ن التَّعَف‬َ ‫م‬ِ َ‫ل أغْنِيَاء‬ ِ َ ُ ُُ َ ْ َ ِ ْ
َ ‫ي‬
‫م‬ َ ّ ‫ن الل‬
ٌ ‫ه بِهِ عَلِي‬ َّ ِ ‫خيْرٍ فَإ‬َ ‫ن‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ما تُنْفِقُوا‬ َ ْ ‫س إِل‬
َ َ‫حافًا و‬ َ ‫ن النَّا‬ َ ‫سألُو‬ ْ َ
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan
Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS.2, al Baqarah :273).
Mereka perlu mendapatkan perhatian. Terhadap nasib mereka
perlu ditumbuhkan kepedulian yang tinggi.
Kemelaratan musuh besar kemanusiaan. Mestinya kekuatan harus
disusun rapi dan kuat untuk melenyapkan kemelaratan umat di nagari.
Karena, "hampir saja kefakiran (kemelaratan) itu yang membuka peluang untuk
kufur (durhaka dan menolak kebenaran ajaran agama".
Kemelaratan adalah hasil perbuatan manusia juga. Memenuhi
kebutuhan melalui riba. Hilangnya ukuran pantas dan patut.
Kemelaran lahir karena hilangnya etos kerja. Berperangai malas dan
lalai (syaithaniyah). Menjadi amat berbahaya di tengah umat tatkala
berdampingan dengan kebodohan.
Menjadi bencana dikala umat menyantap riba. Riba berakibat
"meningkatnya harga barang yang normal menjadi sangat tinggi".
Berpengaruh besar terhadap neraca pembayaran antar bangsa. Melejitnya
laju inflasi. Akibatnya akan dirasakan pada semua orang pada semua
tingkah penghidupan.
Karena itu, riba mesti di jauhi. Riba adalah haram.
َ َ
َ ّّ ‫ة وَاتَّقُوا الل‬
‫ه‬ ً َ‫ضاعَف‬َ ‫م‬ ُ ‫ضعَافًّا‬
َ
ْ ‫رب َّا أ‬ ِ ّ ‫منُوا ل تَأْكُلُوا ال‬َ ‫ن ءَا‬َّ ‫يَاأَيُّهَّا ال ّذِي‬
َ َ
(‫ن‬ ِ ِ‫ت لِلْكَاف‬
َّّّ ‫ري‬ ْ َّّّّ ‫عد‬ِ ُ ‫)وَاتَّقُوا النَّاَر ال ّت ِّّّي أ‬130(‫ن‬ َّّ ‫حو‬ ُ ِ ‫م تُفْل‬ ْ ُّّّ ‫لَعَل ّك‬
َ َ َ
)132(‫ن‬ َ ‫مو‬ُ ‫ح‬
َ ‫م تُْر‬ ْ ُ ‫ل لَعَل ّك‬ َ ‫سو‬ َ ّ ‫)وَأطِيعُوا الل‬131
ُ ‫ه وَالَّر‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir. Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi
rahmat. (QS.3, Ali Imran: 130-132).

Benih malas mewarnai bangsa melarat dan bodoh. Tumbuh subur


generasi yang tidak memiliki kemampuan mengatur diri sendiri
(mandiri).
Pada gilirannya terpaku pada konsepsi orang yang lebih kuat.
Generasi yang malas dan bodoh mustahil diharapkan memimpin
bangsanya karena tidak memiliki aset apa-apa. Berpeluang diutak-atik
orang lain. Inilah problema yang di hadapi di abad ini.
Kebodohan dan keterbelakangan yang mendera umat Islam
diberbagai belahan dunia. Sangat wajar dipulangkan kepada umat Islam
sendiri. Umat ini harus menjadikan ajaran Allah sebagai sumber
keberkatan kehidupannya. Menjadikan Alquran benar-benar pedoman
hidup. Untuk mencapai kesejahteraan di dunia maupun di akhirat.
Apabila kita sadari bahwa pelunturan kadar umat Islam di negara
ini, akan berakibat fatal bagi hilangnya kekuatan nasional. Lebih dari 85
prosen penduduk negeri tercinta Indonesia adalah umat Islam.
Kalau umat Islam masih "mendua", tidak sepenuh hati menjadikan
Alquran pedoman hidup, selama itu pula umat Islam akan ditimpa
berbagai macam kegelisahan dan penderitaan. Sebab, umat Islam yang
menderita itu, tidak bisa dilepaskan dari keingkaran kepada kebenaran
ayat-ayat Alquran. Fakir dan miskin, adalah bayangan kehidupan yang
berbahaya. “Hampir-hampir kefaqiran yang membawa kekufuran”. Walaupun
tidak selamanya orang kufur adalah orang fakir.
Terminologi sosialnya, bahwa kekufuran terbuka pada pintu fakir.
Mengatasi kefakiran dan kemiskinan, bermakna menghambat peluang
kufur. Disini terletak satu peran utama setiap muslim yang mampu. Ini
pula yang mestinya disosialisasikan oleh Imam khatib Adat Suluah bendang
di Nagari di Ranah Minangkabau.
Kewajiban asasi “hablum minan saasi”, yaitu hubungan horizontal
antara sesama manusia (Muslim).
Ali bin Abi Thalib berkata, “Andaikata, kefakiran atau kemiskinan
mewujudkan dirinya dalam sosok tubuh seperti manusia, niscaya aku akan cabut
pedangku. Aku tebas batang lehernya. Sehingga kemiskinan (kefakiran) itu tidak
sempat hidup ditengah kehidupan manusia banyak.”. Ungkapan Ali bin Abi
Thalib ini dapat dimaknai sebagai – Maklumat Kepala Negara -- untuk
perang melawan kemiskinan (kefakiran).
Umar bin Khattab, langsung menghapuskan kemiskinan di
zamannya.
Dalam satu kisah populer, Umar bin Khattab selalu melakukan
perjalanan incognito, ke pelosok-pelosok nagari, ke gubuk-gubuk reot.
Melihat dan meneliti keadaan kehidupan masyarakat kalangan bawah.
Di suatu malam, Umar bin Khattab mendengar suara tangisan
anak-anak dari sebuah gubuk. Terdengar pula dendangan ibu
menentramkan tangisan anak itu.
Setelah mendekat, Umar bin Khattab meminta izin kepada sang Ibu
agar diperbolehkan masuk.
Dalam dialog pendek, dari sang ibu didapat penjelasan, bahwa dia
berusaha menenangkan tangisan anaknya yang tengah kelaparan. Untuk
menghibur dan menenangkan anak menjelang tidur. Ibu itu sengaja
merebus batu.
Umar bertanya kepadanya, “Wahai ibu, kenapa ibu tidak datang
saja kepada Amirul Mukminin (Umar bin Khattab), untuk meminta
pangan. Sehingga tidak perlu berbohong terhadap anakmu”.
Sang Ibu menjawab, “Seharusnya Amirul Mukminin tahu tentang
nasib rakyatnya.”
Umar segera bangkit dan pamit dengan wajah duka. Di dalam
hatinya berkecamuk rasa iba dan tanggung jawab. Memang
kewajibannya, membela rakyatnya yang miskin.
Dia kumpulkan gandum yang ada dirumahnya. Dimasukkannya
ke dalam karung. Dipikulnya sendiri dengan pundaknya. Dibawanya juga
di malam hari itu, ke rumah ibu yang merebus batu untuk anaknya yang
kelaparan. Dia masak sendiri gandum bawaannya hingga matang. Siap
dihidangkan sebagai makanan yang layak. Dia berikan kepada anak yang
tengah kelaparan itu. Diapun bergurau dengan anak itu sampai sang anak
tertidur. Tidur bukan karena lapar. Tapi tidur dengan perut berisi.
Demikian salah satu bentuk upaya nyata bagaimana Umar bin
Khattab menghapuskan kemisikinan di zamannya.9
9
Kita barangkali dapat menirunya di zaman serba maju dalam abad informasi ini dengan
mendirikan satu lembaga amil zakat yang dikelola secara modern berisikan data-data
Yang dapat dipetik dari upaya ini, usaha penghapusan kemisikinan,
perlu dilakukan secara nyata dan tidak boleh hanya sebatas keinginan dan teori
belaka.
Umar bin Khattab menjadi orang yang pertama dalam banyak hal.
Mendirikan baitul-maal, pembagian warisan. Mengirimkan bahan
makanan melalui Laut Merah dari Mesir ke Madinah. Menetapkan
pengenaan zakat atas ternak kuda. Menyediakan gudang-gudang yang
berisi gandum, bahan pangan bagi orang-orang yang kehabisan bahan
makanan, fakir miskin.

JANGAN BERPANGKU TANGAN


Bencana akan menimpa apabila golongan pemimpin, besar ataupun
kecil, disaat seperti sekarang ini asyik merawati diri. Lalu mendandani
kehidupan masing-masing. Kemudian larut dan membiarkan umat
tenggelam di dalam nasibnya tanpa pegangan yang pasti.
Memang ada bedanya, bagi yang sudah dianggap orang sebagai
pemimpin dari orang ‘awam, karena memiliki beberapa keutamaan.
1. Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
2. Daya-pikir dan daya-cipta,
3. Cara hidup yang bersih,
4. Akhlaq dan budi pekerti yang baik,
5. Rasa cinta kepada Agama, Nusa dan Bangsa pada umumnya,
6. Rasa setia kawan yang telah pernah terhimpun dalam hubungan
persaudaraan, sebagai pembawaan sejarah dan persamaan
pandangan hidup khususnya.
Yang dimiliki itu modal dan tenaga pendorong. Ada modal di luar
kita. Pada diri umat, yakni kemauan, kecakapan menurut bakat masing-masing,
dan ketabahan hati menghadapi kesukaran, yang sudah tidak asing dalam
kehidupan mereka selama ini.
Memperindah nagari dengan menumbuhkan contoh di nagari dengan
indikator utama moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan
indah baso”.
Mengefisienkan organisasi pemerintahan nagari dengan
mendudukkan kembali komponen masyarakat pada posisi sebagai subyek
di nagari dan refungsionisasi pemeranan fungsi-fungsi elemen masyarakat.
Memperkuat SDM dengan membentuk masyarakat beradat dan
beragama. Satu identitas yang tidak dapat ditolak dalam kembali
kenagari.

selengkapnya tentang bagaimana menghitung zakat, kepada siapa telah di bagikan dan berapa sisa
yang tersedia, dalam lingkungan kecil kemudian menjangkau lingkungan besar. Bukan sebaliknya.
‫م نَّ الدُّنْي َّا َو‬ِ ‫ك‬َ َ ‫صيْب‬ َ ّْ ‫خَرة َ وَل َ تَن‬
ِ َّ ‫س ن‬ ِ ‫ك الل ُهّ الدَّاَر ال‬ َّ ‫ما آتَا‬ َ ّْ ‫وَابْت َِّغ فِي‬
‫ه‬ َّ ِ ‫ساد َ ف ِي اْلَْر ض إ‬ ْ ‫ك وَل َ تَب ْغ ال‬
َ َ ‫ه إِل‬ َ َ‫ن ك‬ َ‫أ‬
َ ‫ن الل‬ ِ َ َ ‫ف‬ ِ ْ ‫ي‬ ُ ‫الل‬ ‫ن‬َ ‫س‬
َ ‫ح‬
ْ ‫أ‬ ‫ما‬َ ْ ‫س‬ِ ‫ح‬
ْ
.‫ن‬
َ ْ ‫سدِي‬ ِ ْ‫مف‬ ُ ْ ‫ب ال‬ ُّ ‫ح‬ِ ُ‫ل َ ي‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS.28, Al Qashash : 77).
Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai