Anda di halaman 1dari 3

Salah satu tradisi dan amalan baik yang dilakukan sejak dulu sampai sekarang oleh umat

Islam, khususnya pada bulan Muharam adalah mengusap kepala anak-anak yatim sembari
memberikan santunan kepada mereka.

Di setiap hari Asyura atau hari kesepuluh bulan Muharam, para dermawan datang
menggembirakan anak-anak yang ditinggal wafat oleh orang tuanya. Mereka dengan ikhlas
mengeluarkan hartanya demi menyenangkan hati para yatim, agar bisa hidup lebih tegar,
mandiri, dan di kemudian hari tidak bergantung kepada orang lain.

Apa yang diamalkan oleh umat Islam ini merupakan langkah positif dalam meringankan beban
penderitaan yang dirasakan oleh anak-anak yatim. Tentu tidak hanya sebatas di satu hari
saja. Sebab kebutuhan mereka juga tidak hanya di satu hari.
Di luar hari Asyura para anak yatim harus tetap kita perhatikan keadaannya, sehingga kita
akan mendapatkan keutamaan serta kemuliaan berkat sikap peduli kepada mereka.

Sangat penting untuk kita ketahui ketika kita hendak menyantuni anak yatim, seyogyanya kita
niatkan pula untuk keluarganya, tidak khusus untuk si yatim saja. Sebab, jika khusus untuk si
yatim, maka keluarganya seperti ibu/bapak atau perawatnya tidak boleh (haram) ikut
menikmatinya.

Padahal bisa jadi mereka juga termasuk membutuhkan santunan itu dan lebih bisa
memanfaatkannya agar menjadi santunan yang produktif.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah


Mari kita dalami keutamaan menyantuni anak yatim. Pertama adalah terbebas dari golongan
pendusta agama. Allah SWT berfirman :

‫ع ْال َيتِي َْم‬ ْ ‫ فَ ٰذلِكَ الَّ ِذ‬،‫ب ِبال ِ ِّدي ِْن‬


ُّ ‫ي َي ُد‬ ْ ‫اَ َر َءيْتَ الَّذ‬
ُ ‫ِي يُ َك ِ ِّذ‬

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak
yatim. ”(QS. Al-Ma’un : 2-1).

Termasuk dari sikap mendustakan agama adalah tidak semata-mata masa bodoh dengan
nasib si yatim, tapi juga tega memakan hartanya serta bersikap sewenang-wenang.

Tentang memakan harta anak yatim, Allah SWT telah menyampaikan ancaman-Nya dengan
berfirman :

َ َ‫صلَ ْون‬
‫س ِعي ًرا‬ ْ َ‫سي‬
َ ‫َارا ۖ َو‬ ُ ُ‫ظ ْل ًما إِنَّ َما يَأْ ُكلُونَ فِى ب‬
ً ‫طونِ ِه ْم ن‬ ُ ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ يَأْ ُكلُونَ أَ ْم ٰ َو َل ْٱليَ ٰتَ َم ٰى‬
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (Neraka). ”(QS. An-Nisaa ’: 10)

Terkait larangan bersikap sewenang-wenang kepada si yatim, disebutkan dalam Al-Qur’an


surah Ad-Dhuha ayat 9:

َ ِ‫فَأ َ َّما ْٱليَت‬


‫يم فَ ََل تَ ْق َه ْر‬
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”

Maka, saat kita ikut ambil bagian dalam meringankan beban hidup seorang yatim, baik berupa
harta, pakaian, makanan, minuman, atau ilmu pengetahuan, kita terbebas dari golongan para
pendusta agama.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah


Kedua, menjadi orang yang dekat dengan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Santunan anak-anak yatim
adalah kesempatan besar bagi kita yang harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Karena amalan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan posisi diri kita bisa dekat
bersama Rasul ‫ ﷺ‬di akhirat kelak. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ش ْيئًا‬ َ ‫سبَابَ ِة َو ْال ُو ْس‬


َ ‫طى َوفَ َّر َج بَ ْينَ ُه َما‬ َ ‫ َوأَش‬، ‫أَنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِ ِيم فِي ْال َجنَّ ِة َه َكذَا‬
َّ ‫َار بِال‬
“Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini. ”Beliau
mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya. ”
(HR. Bukhari).

Siapa yang tidak senang berdekat-dekatan dengan beliau di hari yang penuh gejolak dan
suasana mencekam, saat kita dibangkitkan dari alam kubur setelah Hari Kiamat? Semua
orang menginginkan kedudukan semacam ini. Jangan kita sia-siakan kesempatan untuk ikut
menyantuni sesuai kemampuan yang kita miliki.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah


Ketiga, hati menjadi lembut dan penuh welas asih. Keras dan lembutnya hati menjadi faktor
baik dan buruknya diri kita. Jika hati baik, baiklah seluruh anggota badan. Sebaliknya, jika
buruk, buruklah semua anggota badan. Mengasihi yatim akan melembutkan hati,
menghaluskan, dan menjadikannya hidup dengan kebaikan di sisi Allah SWT.

Dikisahkan, seorang sahabat datang kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, ia mengeluhkan kekerasan
hatinya. Nabi pun bertanya padanya: “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan
kebutuhanmu dapat terpenuhi?” Selanjutnya, Nabi memberikan pesan berupa amalan agar
hati menjadi lembut,
“Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.” Mengusap kepala anak yatim
adalah bentuk hubungan sosial yang merekatkan persaudaraan antara si yatim dan orang tua
asuhnya. Di dalam sikap ini terkandung cinta dan kasih sayang yang mampu menghilangkan
kegundahannya, serta dapat menarik pahala.

Rasul ‫ ﷺ‬bersabda :
“Siapa yang mengusap kepala anak yatim hanya karena Allah, maka dengan setiap rambut
yang dilewati tangannya, Allah berikan beberapa kebaikan ”…(HR. Ahmad)

Menurut Imam al-Munawi dalam Kitab Faidh al-Qadiir, cara mengusap kepala yatim dari
bagian atas kepala ke depan. Anak yatim berikutnya dengan cara yang berlawanan, dari
depan ke bagian atas kepala.

“Semoga Allah memberikan ganti atas keyatimanmu dan menjadikanmu pengganti (yang
baik) bagi ayahmu.”

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah


Keempat, sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang
diperlakukan dengan baik. Inilah rumah yang penuh berkah di mana penghuninya bersedia
menyediakan kebutuhan bagi yatim.

Ia beri makan dan minum seperti apa yang mereka makan serta minum. Ia sediakan tempat
istirahat, kesempatan untuk belajar, agar menjadi insan yang bermanfaat. Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :
“Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang
diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di
dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk. ”(HR: Ibnu Majah)

Mari kita saling membantu anak-anak umat Islam yang orang tuanya telah meninggal.
Pandanglah mereka dengan pandangan kasih sayang.

Ingat-ingatlah mereka seperti kita mengingat kehidupan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang sejak dalam
kandungan ibunya sudah ditinggal wafat oleh sang ayah. Ketika masih kecil ditinggal wafat
oleh sang bunda.

Berbagai kemuliaan akan kita raih berkat membantu anak-anak yatim di sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai