Anda di halaman 1dari 5

KEGIATAN HAUL MEMPERINGATI 41 TAHUN MENINGGALNYA “OMPU AMADUDUHI

KAIYARO PARABELA/MOJI LABAHAWA 18 TAHUN MENINGGALNYA INA DUDUHI


I. A. Acara haul merupakan acara sakral yang senatiasa dilakukan masyarakat Indonesia untuk
memperingati hari kematian seseorang. Acara ini biasanya dilaksanakan setelah proses pemakaman
dan kemudian berlangsung dari hari ke-7, 40 , hingg ke-100 hari. Selanjutnya acara dilaksanakan
setiap tahun pada hari kematian almarhum atau disebut dengan istilah “Haul”, yang berarti Tahun
dalam Bahasa Arab. Jadi pengertian haul adalah suatu peringatan yang diadakan setahun sekali
bertepatan denga wafatnya seseorang yang ditokohkan masyarakat, baik tokoh perjuangan, tokoh
agama, maupun cendikiawan dengan tujuan utamanya yaitu mendoakan ahli kubur agar semua amal
ibadah yang dilakukan dapat diterima oleh Allah SWT sekaligus mengenang keteladanan semasa
hidup dari tokoh tersebut.

Sehubungan dengan pelaksanaan haul para ulama menyatakan bahwa peringatan haul tidak dilarang
oleh agama bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatwa Al-Kubra Juz II hlm. 18 menjelaskan bahwa
para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi
mayyit atau ahli kubur .

B. Tujuan peringatan Haul, yaitu:

1. Untuk mengenang jasa seseorang yang sudah tiada. Tentunya ini akan menjadi ibrah atau
pelajaran bagi setiap orang bahwa hendaknya kita menjadi insan yang memberikan kesan baik
semasa hidup agar kelak menjadi perbincangan baik ketika sudah tiada, maka sangat dianjurkan agar
senantiasa berperilaku baik semasa hidup:” Innamal mar’u haditsun ba’dahu, fakun haditsun hasanan
liman wa’a, walaysal mar’u yuuladu’ aliman”: “Manusia akan menjadi perbincangan setelah ia tiada,
maka, bagi orang yang berakal ia akan berusaha menjadi perbincangan yang baik, maka jadilah
pribadi yang baik agar dapat memberikan kesan baik setelah tiada”.

2. Untuk memperkuat silaturahim antar keluarga atau ukhuwah antar warga. Dengan kegiatan haul
ini dapat menjadi sarana untuk berkumpul dalam ikatan kekeluargaan untuk memperkuat silaturahim
antar sesama maka yang demikan ini akan mempermudah dan memperlancar urusan rizki bahkan
dapat memperpanjang umur sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “ Man sarrohu ayyubsato lahu fii
rizqihi wa ayyunsa’a lahu fii atsarihii fal yasir rohimahu”: Barang siapa yang ingin
dikekalkan/ditambahkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung
silaturrahim.

3. Untuk mendoakan arwah agar memperoleh ampunan dari Allah SWT. Tentunya, bahwa orang
yang sudah meninggal berada di alam barzah, alam pemisah antara dunia dan akhirat. Karena,
sesungguhnya arwah itu masih bisa melihat kita, maka salah satu kewajiban orang hidup adalah
mendoakan mereka. Ketika Rasulullah SAW ditanya seorang anak” Bagaimana cara berbakti pada
orang tua yang sudah meninggal? Kata Rasulullah: “ Asholaytu alayhima”. Artinya Doakan keduanya.
Maka, diantaranya Membacakan surat yasin, kirimkan surat fatihah dan bersedekah atas nama
keduannya. Insya Allah pasti sampai. Hal ini Sebagaimana yang dijelaskan oleh ahli hadits Prof. KH.
Quraish Shihab.
C. Manfaat dari pelaksanaan Haul:
1. Untuk mengambil hikmah dari kematian seseorang, bahwa tidak ada yang kekal dan abadi di
dunia dengan demikian kita diharuskan berbuat baik dan meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Untuk meneladani sikap dan perilaku Almarhum semasa hidup sehingga pada akhirnya anak
cucunya dapat mengikuti sikap baik tersebut.
3. Untuk menjelaskan nasab atau silsilah keturunan kepada anak cucu untuk generasi selanjutnya.
agar silsilah atau nasab keturunan tetap terjaga.

D. Rangkaian Kegiatan yang dilaksanakan dalam acara “Haul”, yaitu:

1. Ziarah ,Yasinan dan Tahlilan


2. Undangan Resepsi penyerahan santunan
3. Pengukuhan Pocuno Kaumu Amaduduhi

E. Anggaran
Sumber dana atau anggaran dari kegiatan “Haul” bersumber dari seluruh anak cucu Amaduduhi
dengan besar anggaran yang terkumpul lebih kurang Rp 25.000.000

II. MANAKIB ATAU RIWAYAT HIDUP


Amaduduhi lahir di Labahawa sekitar Tahun 1890 dari pasangan Bapak Awaidede dan Ibu
Nawaidede. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara. Walaupun terlahir dari keluarga
sederhana tetapi memiliki semangat yang tinggi. Hal ini tercermin dari pribadi yang rajin, ulet, jujur,
dan bertanggungjawab. Salah satu sikap tersebut tercermin dari keseharian beliau dari masa kanak-
kanak hingga wafat. Betapa tidak, sejak masih muda beliau sudah menuntut ilmu “ Kalebe” dimana
pada saat itu Pendidikan formal belum ada dan kalaupun ada tentunya itu sangat jauh dari tempat
tinggal. Maka, salah satu yang ditempuh pada saat itu adalah mencari keilmuan dengan harapan
bahwa dengan ilmu tersebut dapat berguna ditengah-tengah masyarakat. Salah satu ilmu yang harus
dicari adalah Ilmu Kalebe, harapanya dengan ilmu tersebut dapat bermanfaat bagi seluruh
masyarakat. Tentunya, dalam riwayatnya, untuk mendapatkan ilmu tersebut tidak mudah, harus
bekerja keras, tekun, rajin dan sabar, karena belajar ilmu khususnya ilmu “kalebe” di masa itu sangat
susah, kecuali orang -orang yang bersabar yang mendapatkannya. Dan, alhamdulillah dengan tekad
beliau yang kuat sehingga pada akhirnya dapat menjadi seorang” lebe”sebuah profesi yang mulia dan
jarang dimiliki oleh semua orang. Untuk dapat diketahui salah satu dari guru beliau adalah ompu
Amsaiba, semoga Allah SWT merahmati beliau dan diampunkan segala kesalahannya. Selanjutnya
untuk menyempurnakan ilmunya beliau juga pernah berguru pada seorang tokoh dari luar kampung,
menurut cerita ia pernah bertukar ilmu dengan orang wakaokili kalau ini benar adanya semoga Allah
SWT memberikan pahala kebajikan kepadanya.

Satu hal yang membanggakan Ketika beliau dilantik menjadi seorang lebe kala itu masih bujang dan
belum menikah. Seiring perjalanan waktu beliau melepaskan masa bujang dengan menikahi seorang
perempuan cantik yang konon kecantikannya serupa dengan artis. Perempuan itu adalah kalambe
dari Kombeli yang Bernama “Wa Anduma” putri dari Bapak Amtambahu dan Ibu Natambahu , Konon
kisah cintanya tidak kalah menarik seperti dalam kisah cinta abadi .Bagaimana tidak seorang Wanita
cantik rela melepaskan cintanya dengan lelaki lain dan memillih kepada seorang lelaki yang tidak
begitu tampan . Tapi, karena profesi yang disandangnya waktu itu sebagai seorang “ lebe” mampu
mengalahkan semua laki-laki. Iya, seperti kisah di sinetron kurang lebih begitu. Dan, dari perkawinan
tersebut, Alhamdulillah lahirlah anak-anak beliau yang berjumlah 12 orang terdiri laki-laki lima orang
dan perempuan enam orang. Dari 12 anak tersebut 3 orang meninggal semasih kecil. Dan dalam
perjalanan waktu beliau juga menikahi seorang perempuan bernama Wa Natu (Na Satia) dan
dikaruniani dua orang anak. Dari dua pernikahan tersebut lahirlah anak-anak beliau yang terhitung
banyak. Lantaran begitu banyak anak sehingga ada pihak keluarganya berseloroh dalam ucapan “
Adhim Kato’aruno anano Amaduduhi dhia mbasalam kule karore”. Tapi ungkapan tersebut beliau
tidak ambil hati bahkan menjadi penyemangat untuk bekerja keras terbukti disetiap ala’ano hamota
beliau berkebun dengan area yang luas. Dan, Alhamdullilah seiring berjalanya waktu dari beliau
lahirlah keturunan yang tersebar di beberapa daerah dengan berbagai profesi dan pekerjaan yang
disandangnya. Dan, kalau diurut sekarang sudah masuk turunan ketiga (ompu-ompu cu’u).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Panitia Keluarga tercatat 233 yang merupakan keturunan
langsung ompu Amaduduhi ini pun belum terhitung mei mia humende.

Satu yang perlu diteladani dalam melaksanakan tugasnya sebagai lebe beliau sangat tegas berpegang
pada “Kabori”, yaitu hukum adat yang berlaku dimasyarakat. Dalam menjalankan tugas beliau sangat
paham dan meletakkan “Kabori” pada tempatnya, “ Cia, na, pakae’e cia nakolabi” . Sikap beliau yang
tegas dan paham adat ini sehingga beliau diangkat menjadi seorang “ Moji”. Ketaatan beliau sebagai
seorang tokoh terbukti kala itu, ada perintah bahwa harus ada perwakilan desa setiap Bulan Suci
Ramadhan untuk melaksanakan shalat Tarawih di Pasarwajo ia tetap laksanakan dan ditemani teman
karibnya, teman seperjuangan ( andea samateno), yaitu Bapak Amaujungi mereka berdua selalu
Bersama-sama bahkan keduanya sangat dekat, begitu dekat, ibaratnya, A kalulu kambose no
pobongkae. Itulah gambaran pertemanan dan perjuangan mereka berdua dikala itu. Tokoh yang patut
dicontoh dan diteladani oleh siapa pun. Termasuk dari kami anak-anaknya. Mudah-mudahan mereka
berdua mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Dalam perkembangan selanjutnya, beliau diangkat menjadi parabela. Jabatan Ka moji dan parabela
beliau emban silih berganti. Hal ini terjadi karena beliau dipercaya sebagai tokoh adat senantiasa
bersikap adil dalam memutuskan perkara adat. Demikian juga dalam pelayanan beliau tidak
membeda-bedakan masyarakat. Ketegasan beliau selalu berpegang teguh pada pada apa yang telah
digariskan oleh leluhur dalam penerapan hukum adat (Kabori) ia pegang teguh bahkan menyangkut
perkara terhadap keluargannya sekalipun. Sehubungan dengan hukum adat ( Kabori) ia pernah
berpesan untuk “Ta, matangkaisie kanea mei adati. Ane cia ta matangkaisie nake kanea mei
adatiana ,maka awaktu hankano kanea I’ labahawa ana ‘ ta’ me’enaisiemo I’kokampono”.

Terlepas sebagai tokoh masyarakat beliau adalah kepala rumag tangga yang bertanggungjawab,
santun, dan dermawan. Dalam kisah kedermawanan beliau tercermin Ketika beliau memberi bantuan
kepada orang tidak pilih kasih. Pada kondisi dimana kekurangan bahan makanan beliau tidak segan-
segan memberikan bantuan baik kepada kerabat sendiri maupun orang lain dan dalam memberi
bantuan pun beliau selalu menjaga perasaan orang . Pernah ditanya oleh salah seorang anaknya,
Ketika membantu salah seorang kerabatnya yang kekurangan makanan, ia memberinya di malam
hari, Ketika ditanya alasanya kenapa harus memberinya di malam hari, secara kemanusiaan ia
menjawab untuk menjaga perasaan dan martabat keluarganya. Tujuannya supaya tidak ditahu oleh
orang. Tentunya, sikap seperti ini tercermin sebagaimana sabda Rasulullah sebai-baik bersedekah
adalah kepada kerabat terdekat telebih dahulu” Bersedakah lah kalian baik secara sembunyi-
sembunyi maupun secara terang-terangan karena sesungguhnya tangan diatas lebih baik dari tangan
di bawah”. Bahkan ia berpesan kepada anak cucunya agar senantiasa membantu kepada orang yang
membutuhkan.

Tentunya, bahwa tidak ada yang abadi, karena pemilik keabadian hanya milik Allah SWT., maka pada
tanggal 26 september 1981 beliau meninggal dunia. Satu hal yang paling ditekankan kepada
keluarganya sepeninggal beliau adalah memegang teguh rasa persatuan harus “poangke-angke-
poremban-remba lalono atombu akaumu, kolie kapoga’a-ga’a”. Bahkan begitu pentingnya rasa
persatuan ini beliau berpesan untuk menghindari hal-hal yang bisa merusak hubungan kekeluargaan.
Beliau pernah mengatakan “ Ane cuka mihamota kolie kaposabangka’aso hamota. Hal ini beliau
paham betul bahwa hal-hal yang bisa merusak hubungan kekeluargaan.

Dan, sebagai bentuk tanggung jawab dari anak-anak-cucu, dan cicit Amaduduhi atau yang telah
menjadi bagian dari keturunan amaduduhi baik sebagai keturunan langsung ataupun melalui ikatan
perkawinan yang sudah menjadi bagian “Keluarga besar Amaduduhi” agar senantiasa menjaga rasa
persatuan dan persaudaraan dengan baik karena, sesungguhnya beliau tidak membedaka-
membedakan antara “koompu mei mia nirato” semua sama dalam pandangan beliau. Inilah yang
menjadi amanat terhadap anak keturunannya. Dari sinilah benih disemaikan hingga beranak cucu
memenuhi empat penjuru bumi. Cucuran rahmat dan rezki senantiasa tercurah limpahkan sampai 7
turunan hingga tersambung hari kiamat keturunan Ompu Amaduduhi semoga terselamatkan dan
akan tetap berguna terhadap pikampoa, agama, bangsa dan negara dimapun mereka berada. Aamin.

Dan, marilah di momentum yang palin sakral ini saya mengajak kepada seluruh hadirin untuk
mendoakan Ompunto Amaduduhi, Ina Duduhi dan Nasatia serta sahabat karibnya Bapak Amaujungi,
Amasiguntu dan Guru beliau Amsaiba dengan mengirimkan surat alfatihah semoga diampunkan
segala kesalahan mereka dan ditempatkan yang terbaik disisi Allah SWT. Aamin. Syaulillahi lahumal
fatihah.
SUSUNAN ACARA HAUL

MEMPERINGATI 41 TAHUN MENINGGALNYA OMPU AMADUDUHI IYARONA MOJI-LABAHAWA

1. PEMBUKAAN
2. PENGAJIAN AYAT SUCI ALQURAN YANG AKAN DIBAWAKAN OLEH IBU JUMARANI PENYULUH
AGAMA KEC. PASARWAJO,
3. LAPORAN KETUA PANITIA SEKALIGUS PEMBACAAN MANAKIB ATAU RIWAYAT HIDUP ALMARHUM
YANG AKAN DISAMPAIKAN OLEH BAPAK KAMALUDDIN, S.Pd
4. PENGUKUHAN POCUNO KAUMU SIINO AMADUDUHI YTH. AMANTO LAGURUSI SELAKU POCUNO
KAUMU YANG TERPILH BERDASARKAN HASIL MUSYAWARAH KELUARGA BESAR AMADUDUHI
DITANDAI DENGAN PENYERAHAN 2 BILAH KERIS, YANG KAMI BERINAMA KERIS LAMANDE. YANG
AKAN DISERAHKAN OLEH AMANTO LAKONISI SELAKU IYARONO POCUNO KAUMU AMADUDUHI.
DUA BILAH KERIS ATAU TOBO MENGANDUNG MAKNA KERIS PERTAMA WEKO 12 MENANDAKAN
ANAK BELIAU DARI IBU NADUDUHI BERJUMLAH 12 ORANG DAN KERIS KEDUA WEKO 2
MENANDAKAN BAHWA ANAK BELIAU DARI IBU NASATIA BERJUMLAH 2 ORANG.
5. SAMBUTAN:
1. YANG MEWAKILI KELUARGA BESAR AMADUDUHI YANG AKAN DISAMPAIKAN OLEH BAPAK LA SAIRI
2. YANG MEWAKILI TOKOH MASYARAKAT YANG DISAMPAIKAN OLEH AMANTO PAK AMSIY
6. PENYERAHAN SANTUNAN SECARA SIMBOLIS
7. PEMBACAAN DOA
8. ISTIRAHAT
9. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai