Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

PERANAN SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

OLEH :

1. ULFIANISA ALAM 50200117009


2. NURHANUDDIN SYUKUR 50200117008

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

DARING 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Sosial dengan judul makalah “Peranan Sekolah Terhadap Perkembangan
Sosial Anak”.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman


yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca.

Parigi, 09 Mei 2020

Penulis

Kelompok X

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Konsep Dasar Sekolah ............................................................................. 2


B. Sifat, Fungsi, Dan Peranan Lembaga Pendidikan Sekolah ...................... 4
C. Perkembangan Anak di Lingkungan Sekolah .......................................... 5
D. Peranan Sekolah Terhadap Perkembangan Sosial Anak .......................... 7

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang mendidik orang-orang demi


tercapainya kecerdasan berpikir dan bermoralitas. Orang-orang yang terhimpung
dalam lembaga akademik ini, berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada
yang berasal dari keluarga yang tingkat perekonomiannya sudah mapan, sebagaian
dari perekonomian menengah, dan bahkan ada yang berasal dari keluarga dengan
tingkat perekonomia kelas bawah.

Fakta menyebutkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kontak sosial


sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang disebutkan di atas. Dapat dikatakan bahwa
sebuah korelasi dalam kehidupan sosial turut dipengaruhi oleh latar belakang
seseorang. Berhadapan dengan masalah ini, sekolah sebagai lembaga akademik
harus serius dalam memperhatikan hal ini. Sekolah bukan hanya menjadi sarana
demi tercapainya kaum cerdik pandai, melainkan juga mendidik orang agar bisa
bermoral dengan baik dan benar, dan bisa bersosialisasi dengan yang lain.

Manusia adalah makhluk sosial. Karena kesosialannya, dan berdasarkan


kodratnya, maka ia tidak pernah hidup seorang diri. Manusia membutuhkan orang
lain untuk bisa berinteraksi. Memerlukan orang lain adalah sebuah kebutuhan
mendasar dalam hidup manusia demi tercapainya kebutuhan yang lain. Peserta
didik dalam sebuah lembaga pendidikan pun harus mengalami dan melalui hal
yang sama. Dalam menjalankan tugas utamanya ia juga harus berinteraksi dengan
orang lain, baik itu dengan para pendidik, maupun dengan sesama rekan
seperjuangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan anak dalam lingkungan sekolah ?
2. Apa peranan sekolah terhadap perkembangan sosial anak ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Sekolah


1. Pengertian Sekolah

Kata sekolah berasal dari bahasa latin; skhole, scola, scolae atau schola
yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu skolah
adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan
utama mereka, yaitu bermain dan mengahbiskan waktu untuk menikmati masa
anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari
cara berhitumg, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi
pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-
anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk
menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di sekolah.

Saat ini kata sekolah berubah arti menjadi; merupakan bangunan atau
lemabaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima atau memberi
pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Jumlah wakil ketua
kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya.
Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia
dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Karena ketersediaan sarana dalam
suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksanya proses pendidikan.

Sekolah adalah sebuah lembaga pengajaran untu para siswa / murid di


bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan
formal yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan
melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah. Nama-nama untuk
sekolah bervariasu menurut negara dan daerah, tetapi umumnya termasuk
sekolah dasar untuk anak-anak mudan dan sekolah menengah untuk remaja
yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.

2
2. Jenis-Jenis Sekolah
Sekolah menurut jenisnya terbagi beberapa jenis yaitu; sekolah
konvensional, sekolah terbuka, sekolah kejar paket, dan sekolah rumah dan
alternatif.
a) Sekolah Konvensional
Sekolah konvensional yakni sekolah yang kita kenal selama ini. Ada
wujud gedung yang dibangun khusus untuk keperluan penyelenggaraan
pendidikan. Siswa dari jenis sekolah ini biasanya masuk pada jam-jam
tertentu dan telah ditetapkan oleh pihak pengelola sekolah. Siswa
diarahkan masuk kelas masing-masing untuk melaksanakan
pembelajaran dan kemudian pulang ke rumah masing-masing setelah
mendapat pemebelajaran sesuai jam yang telah ditentukan. Namun,
adapula sekolah jenis ini yang siswanya di asramakan, misalnya
sekolah-sekolah di lingkungan pondok pesantren. Hingga saat ini,
sekolah konvensional seprti halnya SD/MI, SMP/MTs,
SMU/SMA/MA yang dikemas dalam satu unit lingkungan sekolah,
dinilai sebagai bentuk sekolah yang paling ideal oleh sebagian
pemerhatin sekolah.
b) Sekolah Kejar Paket
Kelompok belajar dan kejar paket adalah jalur pendidikan non-formal
yang difasilitasi oleh pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak
melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar di sekolah yang
berbasis kurikulum non-pemerintah seperti Cambridge dan IB
(International Baccalureate). Kegiatan belajar fleksibel, maksudnya
tidak belajar seminggu penuh, hanya dengan pertemuan tiga kali dalam
seminggu.
c) Sekolah Rumah dan Sekolah Alternatif
Yang termasuk dalam sekolah jenis ini adalah lembaga-lembaga kursus
atau bimbingan belajar untuk bidang tertentu saja. Kursus adalah
lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan non-
formal.

3
B. Sifat, Fungsi, Dan Peranan Lembaga Pendidikan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga yang bersifat


formal namun tidak kodrati. Kendatipun demikian banyak orang tua (dengan berbagai
alasan) menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah. Dari kenyataan
tersebut, maka menurut Hasbullah (1999) sifat-sifat dari pendidikan sekolah tersebut
adalah:

1. Tumbuh Sesudah Keluarga (pendidikan kedua)


Dalam sebuah keluarga tidak selamanya tersedia kesempatan dan kesanggupan
memberikan pendidikan kepada anaknya, sehingga keluarga menyerahkan
tanggung jawabnya kepada sekolah. Di sekolah, anak-anak memperoleh kecakapan
seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu yang lain. Di
samping itu juga diberikan pelajaran menghargai keindahan, membedakan benar
dan salah serta pendidikan agama. Materi-materi tersebut jelas sangat sulit
diselenggarakan di lingkungan keluarga.
2. Lembaga Pendidikan Formal
Dinamakan lembaga pendidikan formal, karena sekolah mempunyai bentuk yang
jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan
ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pengajaran, jam
pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk sekolah secara
keseluruhan.
3. Lembaga Pendidikan yang Tidak Bersifat Kodrati
Lembaga pendidikan didirikan atas dasar hubungan darah antara guru dan murid
seperti halnya di keluarga, tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat formal.
Murid juga secara kodrat harus mengikuti pendidikan sekolah tertentu, karena itu
sekolah merupakan pendidikan yang tidak bersifat kodrati. Dalam hal ini sudah
barang tentu hubungan antara pendidik dan anak didik di sekolah tidak seakrab
hubungan di dalam kehidupan keluarga, sebab di antara guru dan murid tidak ada
ikatan berdasarkan hubungan darah, di samping itu terlalu banyak murid yang
harus dihadapi oleh guru.

Sekolah berfungsi dan bertujuan sebagai lembaga untuk memproses perkembangan


anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Santrok dan

4
Yussen, sekolah dilukiskan sebagai masyarakat kecil bagi anak yang memiliki budaya,
norma dan aturan, serta tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian sekolah
mendefinisikan dan membatasi prilaku, perasaan, dan sikap anak.
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka
sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah
laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara dalam perkembangan
kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum, antara lain yaitu,
1. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
2. Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
3. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara. Jelasnya bisa dikatakan bahwa sebagian besar
pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari
pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini
menunjukkan, betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.

C. Perkembangan Anak Di Lingkungan Sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak,


walaupun sekolah hanya merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab
atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam perilaku sosialnya
setelah ia masuk ke sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan anggota keluarga
yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga d an anak-anak
tetangga. Susana di rumah bercorak informal dan banyak tindakan yang diizinkan
menurut susana di rumah.

Anak itu mengalami suasana yang berbeda di sekolah. Ia bukan lagi anak
istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah
seorang di antara puluhan murid lainnya di dalam kelas. Dengan suasana kelas
demikian, anak itu melihat dirinya sebagai salah seorang di antara anak-anak
lainnya. Jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial yang baru yang memperluas keterampilan sosialnya. Ia juga berkenalan

5
dengan anak yang berbagai ragam latar belakang dan belajar untuk menjalankan
peranannya dalam struktur sosial yang dihadapinya di sekolah.

Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak


memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan
anak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin dan
kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk
mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.

Sekolah berfungsi dan bertujuan sebagai lembaga untuk memproses


perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut Santrok dan Yussen, sekolah dilukiskan sebagai masyarakat kecil bagi
anak yang memiliki budaya, norma dan aturan, serta tuntutan-tuntutan tertentu.
Dengan demikian sekolah mendefinisikan dan membatasi prilaku, perasaan, dan
sikap anak.

Dalam lingkungan sekolah juga terdapat struktur dan iklim kelas. Yang
dimaksud struktur kelas ialah sebagai pola-pola hubungan yang dikembangkan
dalam proses interaksi aktifitas kelas. Sedangkan, iklim kelas menyangkut suasana
emosional yang berkembang dan dialami oleh anggota kelas, khusunya anak, di
saat kegiatan kelas berlangsung.

Sementara itu, cara pembelajaran di lingkungan sekolah yang hanya


menekankan unsur-unsur pengetahuan dan bersifat verbalistik akan
mengakibatkan proses pembelajaran hanya berkenaan dengan pengayaan
pengetahuan namun kurang bermakna bagi anak sehingga hasilnya akan sangat
mudah untuk dilupakan oleh anak. Kurangnya anak diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah, berdiskusi, dan berinteraksi dengan temannya
menyebabkan aspek-aspek pribadi anak kurang dikembangkan.

6
D. Peranan Sekolah Terhadap Perkembangan Sosial Anak

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, tempat peserta didik


belajar dan guru mengajar. Di sekolah, peserta didik tidak sekadar menimbah ilmu,
tetapi dididik, dibimbing, dan didewasakan. Peserta didik dibekali dengan nilai-
nilai luhur, tata tertib, sopan santun, tata krama, budi pekerti, serta adat dan budaya.
Semua itu merupakan program nasional yang sudah diteliti dan dipelajari
kebenarannya. Pada masa lalu, sekolah memiliki nilai plus pada status yang tinggi.
Orang yang sekolah, sangat dihormati dan disegani. Guru dihormati oleh peserta
didik dan masyarakat. Namun jaman sudah berubah. Meskipun ada program
pemerintah wajib belajar, tetapi masih banyak peserta didik yang kurang serius
belajar. Banyak juga peserta didik menjadikan sekolah hanya sebagai formalitas.

Berdasarkan kenyataan di atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus


serius membenah diri, supaya akhirnya hadir sebagai lembaga yang mapan dalam
menanamkan nilai-nilai. Dengan demikian peserta didik dapat belajar dengan baik,
demikian juga para peserta didik dapat belajar bersosialisasi antara yang satu
dengan yang lain. Efek lanjutnya adalah jika sekolah benar-benar menggembleng
siswanya secara baik, maka penyimpangan sosial dapat dihindari atau diatasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial merupakan hal penting.


Artinya kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan
seseorang dengan yang lain. kegiatan belajar di sekolah, juga merupakan sebuah
bentuk interaksi. Selanjutnya interaksi sosial merupakan bentuk pelaksanaan
kedudukan masyarakat sebagai makhluk sosial. Artinya berbagai bentuk pergaulan
sosial menjadi bukti betapa manusia membutuhkan kebersaman dengan orang lain.

Interaksi sosial itu terjadi sejak manusia lahir di dunia. Hal ini erat kaitannya
dengan naluri manusia untuk selalu hidup bersama orang lain dan ingin bersatu
dengan lingkungan sosialnya.

Sekolah harus hadir sebagai sarana yang dapat mengarahkan peserta didik
agar dapat bersosialisasi dengan orang di luar dirinya secara tepat dan benar. Ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap interaksi sosial. Pertama, imitasi.

7
Imitasi adalah tindakan sosial yang meniru sikap, tindakan atau penampilan fisik
seseorang secara berlebihan sebagai suatu proses. Adakalanya imitasi berdampak
positif, apabila yang ditiru tersebut adalah individu-individu yang baik. Imitasi
juga bisa berdampak negatif, apabila yang ditiru itu adalah individu-individu yang
karakternya berlawanan. Kedua, sugesti, adalah pemberian pengaruh atau
pandangan dari satu pihak ke pihak yang lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi
tergerak mengikuti pengaruh/pandangan itu.

Ketiga, identifikasi, adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk


menjadi sama dengan orang lain. Orang yang menjadi sarana identifikasi disebut
idola (sosok yang dipuja). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses
imitasi dan sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Misalnya seorang remaja
mengidentifikasikan dirinya dengan penyanyi terkenal yang dikagumi. Lalu ia
berusaha mengubah penampilannya agar sama dengan idolanya.

Keempat, simpati, adalah sebuah proses dimana seseorang merasa tertarik


dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-
keinginan untuk memahami pihak lain, yakni memahmi perasaannya. Bila
dibandingkan dengan ketiga faktor interaksi sebelumnya, simpati terjadi melalui
proses yang lebih lambat. Agar simpati dapat berlangsung, diperlukan adanya
saling pengertian antara kedua belah pihak.

Di samping itu, adapun syarat-syarat interaksi sosial. Syarat-syarat tersebut


adalah kontak dan komunikasi. Kontak, hanya bisa berlangsung apabila kedua
belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan masing-masing. Artinya kontak
memerlukan kerja sama kedua belah pihak. Di masa modern ini, dengan bantuan
sarana yang semakin canggih, seperti telepon, telegram, radio, surat, sampai
internet, kontak dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Sedangkan komunikasi
itu sendiri adalah suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak yang
lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata, yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti, maka
komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan. Misalnya:

8
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Akan tetapi, komunikasi
dapat efektif apabila pesan yang disampaikan, ditafsirkan sama oleh pihak
penerima pesan tersebut.

Dari uraian di atas, maka sekolah sebenarnya mempunyai peran yang sangat
penting dalam kehidupan sosial peserta didiknya; karena di sana seseorang akan
mempelajari hal baru yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah tidak saja
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi
perkembangan intelektual anak, tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti
kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Robert Dreeben berpendapat bahwa
di sekolah seorang anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah seorang anak
mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai pekerjaan, maka
di sekolah sebagian besar tugas harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa
tanggung jawab.

9
BAB III

KESIMPULAN

1. Sekolah berfungsi dan bertujuan sebagai lembaga untuk memproses


perkembangan anak secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Menurut Santrok dan Yussen, sekolah dilukiskan sebagai
masyarakat kecil bagi anak yang memiliki budaya, norma dan aturan, serta
tuntutan-tuntutan tertentu. Dengan demikian sekolah mendefinisikan dan
membatasi prilaku, perasaan, dan sikap anak.
2. sekolah sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
sosial peserta didiknya; karena di sana seseorang akan mempelajari hal baru
yang tidak diajarkan dalam keluarga. Sekolah tidak saja mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan
intelektual anak, tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti kemandirian,
tanggung jawab, dan tata tertib. Robert Dreeben berpendapat bahwa di sekolah
seorang anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah seorang anak
mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai pekerjaan,
maka di sekolah sebagian besar tugas harus dilakukan sendiri dengan penuh
rasa tanggung jawab.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muryati, Kun, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.

https://allberstukwata.blogspot.com-sekolahdalamperkembangansosialsiswa

https://wikipedia.org-Sekolah

https://www.sabah.edu.my-SejarahSekolah

https://ramliberbagiilmu.blogspot.com-perkembangananakdisekolah

11

Anda mungkin juga menyukai