Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk
bekerja dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat dipenuhi. Untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut maka memerlukan kebutuhan jasmani yang
sehat. Karena apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu
tersebut akan terganggu. Menurut WHO (World Health Organization) sehat
adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh
bukan semata-mata hanya terbatas dari penyakit dan keadaan lemah tertentu.
Apabila mantal dan jasmani individu tersebut sehat tentunya akan sedikit
kemungkian terjadinya gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika
mental individu tersebut dapat terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit
jiwa, sehingga ia dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki.
Dengan keadaan mental yang sehat a idividu tersebut dapat berkembang secara
optimal. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan
Bimbngan Penyuluhan perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat
menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat
segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (Sakit mental) yang
membahas tentang kesehatan mental.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri mental yang sehat?


2. Bagaimana konsep kesehatan mental untuk mencapai ketenangan hidup?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KESEHATAN MENTAL
1. Pengertian Kesehatan Mental
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, taitu “mens” atau
“ments” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan
terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan
mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental). Menurut
Kartini Kartono dan Jenny Andry dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan
adalah ilmu yang mempelajari gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi,
dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan
kesehatan jiwa rakyat.1
Zakiah Drajat memberikan pengertian kesehatan mental sebagai berikut:
1) Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose).
2) Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri dengan oraang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup
dan berinteraksi
3) Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang ada dengan semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan
penyakit jiwa.
4) Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa
serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang
biasa terjadi dan merasakan secara positif kebhagiaan dan kemampuan diri.2

1
Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, MA, Kesehatan Mental (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019)
Cet. 1, hlm 1
2
Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, MA, Kesehatan Mental (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019)
Cet. 2, hlm 13

2
Jadi dalam hal ini kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian
antara seluruh aspek psikologis yang dimiliki oleh seseorang untuk dikembangkan
secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-kehidupannya sesuai
sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku untuk individu,
kelompok maupun masyarakat luas sehingga sehat baik secara mental maupun
secara sosial.
2. Ciri-ciri Mental Yang Sehat
Mental yang sehat memiliki ciri-ciri tertentu secara psikologis, antara lain:
a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat
mengenal diri sendiri dengan baik.
b. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik.
c. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan
pandangan, dan tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi.
d. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari
dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta
memiliki empati, dan kepekaan sosial.
f. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya
secara baik.3
Menurut pendapat yang lain, manifestasi mental yang sehat secara
psikologis adalah sebagai berikut:
1) Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai).
2) Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang
memadai)
3) Adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan
perasaan yang memadai, dengan orang lain)
4) Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan
realitas)

3
Yuda kons, “Konseling Islami”, http://ayoindonesiamengkonseling.blogspot.com
/2015/11/makalah-kesehatan-mental-ciri-ciri.html, hlm. 2.

3
5) Adequate bodily desires and ability to grafity them (keinginan-
keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk
memuaskannya)
6) Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang
wajar)
7) Integration and concistency of personality (kepribadian yang utuh dan
konsisten)
8) Adequate life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar)
9) Ability to learn from experience (kemampuan untuk belajar dari
pengalaman)
10) Ability to satisfy the recuirements of the group (kemampuan
memuaskan tuntutan kelompok).
11) Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai
emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya).4

B. KETENANGAN JIWA
1. Pengertian Ketenangan Jiwa
Kata ketenangan jiwa terdiri dari kata ketenangan dan jiwa. Sedangkan
kata ketenangan itu sendiri berasal dari kata tenang yang mendapat sufiks ke-an.
Tenang berarti diam tak berubah-ubah (diam tak bergerak-gerak); tidak gelisah,
tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tenteram (tentang perasaan hati,
keadaan dan sebagainya). Tenang, ketenteraman hati, batin, pikiran.
Sedangkan jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia yang menjadi
unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai penggerak
manusia dan menjadi simbol kesempurnaan manusia (yang terjadi dari hati,
perasaan, pikiran dan angan-angan). Kata ketenangan jiwa juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain,
masyarakat dan lingkungan serta dengan lingkungan di mana ia hidup. Sehingga

4
Yuda kons, “Konseling Islami”, http://ayoindonesiamengkonseling.blogspot.com
/2015/11/makalah-kesehatan-mental-ciri-ciri.html, hlm. 3.

4
orang dapat menguasai faktor dalam hidupnya dan menghindarkan tekanan-
tekanan perasaan yang membawa kepada frustasi.5
Orang yang tenang jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan
dan keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang
terintegrasi dengan baik, dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada,
mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan
keberanian serta dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya.
Jadi orang yang tenang jiwanya adalah orang yang fungsi-fungsi jiwanya
dapat berjalan secara harmonis dan serasi sehingga mumunculkan kepribadian
yang terintegrasi dengan baik, sebab kepribadian yang terintegrasi dengan baik
dapat dengan mudah memulihkan macam-macam ketegangan dan konflik-konflik
batin secara spontan dan otomatis, dan mengatur pemecahannya menurut prioritas
dan herarkinya, sehingga dengan mudah akan mendapat kan keseimbangan batin,
dan jiwanya ada dalam keadaan tenang seimbang.

2. Konsep Kesehatan Mental Untuk Mencapai Ketenangan Hidup


Semua orang ingin menjalani kehidupannya dengan penuh kebahagiaan
dan ketenangan lahir dan batin. Adapun jiwa yang tenang, sebagaimana yang
diungkapkan dalam al-Qur’an surat AL-Fajr ayat 27-28:
}28-27 :‫ج {الفجر‬.ً‫ضيَّة‬
ِ ْ‫ضيَّةً َّمر‬ ْ ‫يآيُّهَاالنَّ ْفسُ ْال ُم‬
َ ِ‫ ارْ ِج ِع ْى ا‬،‫ط َمئِنَّة‬
ِ ‫لى َربِّكَ َرا‬
Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya.(QS. al-Fajr: 27-28)
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa manusia yang memiliki jiwa yang
tenang akan mendapatkan kebahagiaan di sisi Allah SWT., dan akan dimasukkan
ke dalam surga-Nya, dengan demikian segala yang dilakukannya hanya
semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT., serta apa yang dilakukannya
dipikir dahulu, apakah sudah sesuai dengan perintah Allah SWT atau tidak,
sehingga semua perbuatannya akan bermanfaat karena disandarkan dengan niat
untuk mencari ridha Allah SWT semata. Ia lebih menginginkan hal-hal yang
bersifat rohaniah, yang bisa mengisi jiwanya dan tidak cenderung mengejar

5
 Zakiah  Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), cet. 9, hlm. 11-12. 

5
kelezatan duniawi yang bersifat jasmaniah. Orang semacam ini jika dikaruniai
kekayaan, tidak mengambil selain apa yang menjadi haknya sendiri, dan apabila
ditimpakan kepadanya musibah bersabar serta bertawakkal kepada Allah SWT.
Menurut imam Ghazali jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan
sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Di antaranya adalah sifat-sifat
syukur, sabar, taklut siksa, cinta Tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan
pahala dan memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain.
Sifat-sifat yang menyebabkan selamat.6
Menurut Zakiah Daradjat dan Kartini Kartono ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketenangan jiwa di mana orang yang ingin mencapai ketenangan
jiwa harus memenuhi beberapa faktor tersebut antara lain:
a. Faktor agama
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur
dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.
Demikian juga dalam agama ada larngan yang harus dijauhi, karena di dalam
nya terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia.
b. Terpenuhinya Kebutuhan Manusia
Ketenangan dalam hati dapat dirasakan apabila kebutuhan-kebutuhan
manusia baik yang bersifat fisik maupun psikis terpenuhi. Apabila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan kegelisahan dalam jiwa yang
akan berdampak pada terganggunya ketenangan hidup.7
Menurut Zakiah Daradjat ada enam kebutuhan jiwa di mana jika tidak
terpenuhi akan mengalami ketegangan jiwa. Kebutuhan jiwa tersebut adalah:
1) Rasa kasih sayang
Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi
manusia oleh karenanya apabila rasa kasih sayang itu tidak didapatnya dari
orang-orang disekelilingnya maka akan berdampak pada keguncangan
jiwanya. Tetapi bagi orang yang percaya kepada Allah SWT yang Maha

6
Ibnu, “Ketenangan Jiwa”, https://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/04/ketenangan
-jiwa.html#axzz5iRuWXMAD, hlm 3.
7
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental.cet. IV, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), hlm. 52.

6
Pengasih dan Penyayang maka kehilangan kasih sayang dari manusia tidak
menjadikan jiwa gersang.
2) Rasa Aman
Rasa aman juga kebutuhan jiwa yang tidak kalah pentingnya. Orang
yang terancam, baik jiwanya, hartanya, kedudukannya ia akan gelisah yang
berujung pada stres. Apabila ia dekat dengan Allah SWT tentu rasa aman akan
selalu melindungi dirinya.
3) Rasa harga diri
Rasa harga diri juga merupakan kebutuhan jiwa manusia, yang jika
tidak terpenuhi akan berakibat penderitan. Banyak orang merasa diremehkan,
dilecehkan dan tidak dihargai dalam masyarakat terutama dalam hal harta,
pangkat keturunan, dan lain sebagainya itu tentu perlu dipenuhi. Namun
sebenarnya hakekat itu terletak pada iman dan amal soleh seseorang
4) Rasa bebas
Rasa ingin bebas termasuk kebutuhan jiwa yang pokok pula. Setiap
orang ingin mengungkapkan perasaannya dengan cara yang dirasa
menyenangkan bagi dirinya. Namun semua itu tentunya ada batas dan aturan
yang harus diikutinya agar orang lain tidak terganggu haknya. Kebebasan
yang sungguh-sungguh hany terdapat dalam hubungan kita dengan Allah
SWT
5) Rasa sukses
Rasa sukses yang merupakan salah satu kebutuhan jiwa. Kegagalan
akan membawa kekecewaan bahkan menghilangkan kepercayaan seseorang
kepada dirinya. Islam mengajarkan agar orang tidak putus asa. Tidak
tercapainya suatu keinginan belum tentu berarti tidak baik. Bahkan kegagalan
itu akan lebih baik kalau manusia mengetahui sebab serta dapat mengambil
hikmah dari kegagalan itu.

7
6) Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu juga termasuk kebutuhan jiwa yang pokok yang jika
terpenuhi akan berdampak pada tingkah laku. Orang akan merasa sengsara
apabila tidak mendapatkan informasi atas ilmu yang dicarinya. Namun tidak
semua ilmu itu dapat diketahuinya karena keterbatasan yang ada pada dirinya.8

8
Zakiah Daradjat, Kebahagiaan, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1990), hlm. 33-35.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa,
kesejahteraan jiwa, atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang,
tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-
fungsi jiwanya atau orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun
sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan
kebahagiaan hidup. 
Menurut Zakiah Daradjat dan Kartini Kartono ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketenangan jiwa di mana orang yang ingin mencapai ketenangan
jiwa harus memenuhi beberapa faktor tersebut antara lain:
a. Faktor agama
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan
mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.
b. Terpenuhinya Kebutuhan Manusia
Ketenangan dalam hati dapat dirasakan apabila kebutuhan-kebutuhan
manusia baik yang bersifat fisik maupun psikis terpenuhi. Apabila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan kegelisahan dalam jiwa yang akan
berdampak pada terganggunya ketenangan hidup.
Menurut Zakiah Daradjat ada enam kebutuhan jiwa di mana jika tidak
terpenuhi akan mengalami ketegangan jiwa. Kebutuhan jiwa tersebut adalah:
a) Rasa kasih sayang
b) Rasa aman
c) Rasa harga diri
d) Rasa bebas
e) Rasa sukses
f) Rasa ingin tahu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alang, M. Sattu. Kesehatan Mental. Makassar: UIN Alauddin Makassar. 2019.


Alang, M. Sattu. Kesehatan Mental. Makassar: UIN Alauddin Makassar. 2011.
Daradjat, Zakiah. Kebahagiaan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam Ruhama,
1990.
Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. 1982.
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang. 1982.
Ibnu, “Ketenangan Jiwa”, https://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/04/ketenangan-
jiwa.html#axzz5iRuWXMAD.
Kons, Yuda. “Konseling Islami”, http://ayoindonesiamengkonseling.
blogspot.com/2015/11/makalah-kesehatan-mental-ciri-ciri.html.

10

Anda mungkin juga menyukai