Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diawali dengan pendapat Sigmund Freud bahwa suatu pendekatan
pendidikan dan bermain merupakan teknik-teknik penyembuhan dengan cara
bermain dan dapat dilihat melalui analisa kejiwaan. Caplan pada tahun 1974
berpendapat bahwa terapi permainan bisa dilakukan dengan cara menggunakan
alat yang tidak berbahaya, misal : Buku cerita yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan pola komunikasi antara siswa dengan gurunya.
Bermain merupakan hal yang penting bagi anak-anak. Jika diibaratkan
bermain adalah bahasa dari anak-anak, maka mainan-mainannya adalah kata-
katanya. Melalui kegiatan bermain anak dapat bereksplorasi, mengekspresikan
kehendaknya, mengungkapkan batin mereka serta menguji berbagai situasi dan
perilaku dalam sebuah lingkungan yang mendukung. Penerimaan yang positif
serta tidak bersyarat mendorong anak agar merasa cukup aman untuk dapat
bereksplorasi sesuai kehendaknya tanpa hambatan. Dalam kondisi bermain anak
akan mencoba peran yang berbeda, belajar melalui konflik yang terjadi, antara
pikiran dan emosinya, selalu ingin tahu dan mencoba mencari tahu seperti apa
dunia ini. Anak juga dapat membentuk relasi dengan orang lain dan melalui relasi
ini anak akan belajar mengembangkan kepercayaan, harga diri serta self-efficacy.
Dalam pada itu, maka terapi bermain akan menjadi sarana yang tepat
untuk digunakan dalam memahami permasalahan yang sedang dihadapi oleh si
anak. Karena mereka dapat mengungkapkan segala uneg-unegnya tanpa ada rasa
takut atau merasa ada tekanan dari luar yang menyebabkan mereka
menyembunyikan lagi uneg-unegnya itu. Anak-anak sering kali merasa tidak bisa
mengontrol atas situasi yang ada dalam hidup mereka. Dalam terapi bermain
anak-anak dapat beraktivitas melalui pengalaman-pengalaman yang mampu
mereka kontrol. Perasaan kontrol ini sangat penting untuk perkembangan
emosional mereka serta kesehatan mental positif.

1
Terapi bermain adalah suatu terapi interaksi sosial yang menyediakan
kesempatan untuk belajar keterampilan sosial-emosional dan meningkatkan
ketahanan emosional. Sementara kebanyakan anak belajar keterampilan sosial dari
mengamati orang lain atau melalui instruksi yang eksplisit, yang lain belum
belajar atau tidak menerapkan keterampilan sosial pro dan membutuhkan
pengajaran tambahan, latihan dan pembinaan. Kecenderungan alami anak-anak
untuk bermain menyediakan cara yang sangat memotivasi untuk melibatkan
mereka dalam belajar keterampilan sosial pro. Anak-anak cenderung dengan
pribadi yang menyelesaikan masalah dengan agresi, kurangnya persahabatan,
manajemen kemarahan dan pembohong.
Membangun hubungan baik bisa rumit, terutama jika seorang anak oposisi
dan tidak menghargai perhatian ekstra yang disediakan. Permainan dapat
memotivasi anak-anak dengan cepat, terutama jika anak tersebut berada pada
sekelompok kecil dengan teman-teman. Beri mereka sebuah dadu dan beberapa
kotak di papan tulis dan mereka akan bermain dengan Anda sebagai teman
seusianya.1
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam
pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa
terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat
menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat. (Sukinah, 2007)

B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana konsep terapi bermain?
2 Bagaimana penerapan dan langkah-langkah terapi bermain dalam
psikoterapi?

1
Subandi, psikologi agama & kesehatan mental, (cet. 1; Yogyakarta: pustaka pelajar,
2013), h. 149

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Terapi Bermain


1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim kegiatan bermain
adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar”.
Bermain secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan
pasif (“hiburan”). Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif.
Proporsi waktu yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak
bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari
masing-masing kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol
pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa
puber, namun hal itu tidak selalu benar.2

2. Pengertian Terapi Bermain


Play Therapy adalah suatu terapi interaksi sosial yang menyediakan
kesempatan untuk belajar keterampilan sosial-emosional dan meningkatkan
ketahanan emosional. Sementara kebanyakan anak belajar keterampilan sosial dari
mengamati orang lain atau melalui instruksi yang eksplisit, yang lain belum

2
Muhammad Rusydi Rasyid, Bermain Dan Berfantasi Pada Anak,(cet; Makassar: UIN
Alauddin Makassar,2013), h.4-5

3
belajar atau tidak menerapkan keterampilan sosial pro dan membutuhkan
pengajaran tambahan, latihan dan pembinaan. Kecenderungan alami anak-anak
untuk bermain menyediakan cara yang sangat memotivasi untuk melibatkan
mereka dalam belajar keterampilan pro-sosial.
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat
kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain( Soetjiningsih, 2004).
Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia
tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat
dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu
kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk
mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya.3
Menurut Thompson dan Henderson (2007 : 415) Terapi bermain adalah
penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses
interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapetik
dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah atau
mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal.
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam
pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa
terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat

3
Dian Adriana, Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.(cet. 1; Jakarta: Selemba
Medika. 2013), h. 34

4
menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat (Sukinah, 2007).
Sukinah berpendapat bahwa definisi dari Terapi Bermain adalah sebagai berikut :
a. Teknik penyembuhan terhadap anak berkebutuhan khusus, dengan
menggunakan media berbagai macam bentuk permainan, baik tanpa
maupun memakai alat yang tidak membahayakan dirinya, dan dapat
dilaksanakan di alam terbuka sepanjang membantu program pembelajaran.
b. Semula terapi bermain diterapkan berdasarkan ajaran dan pola kerja dari
sigmund freud dengan titik tolaknya pada analisa kejiwaan sebagai alat
untuk kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan :
berbicara, rasa interest, kebenaran mengungkapkan “perasaan diri”.
c. Terapi bermain berkembang menjadi suatu terapi yang menitik beratkan
pada gerak seseorang (psychomotor performance) dengan alatnya berbagai
bentuk permainan. Bentuk permainan ini pun diharapkan dapat memacu
anak yang bersangkutan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya :
kegiatan toilet training.4

Bermain dapat digunakan sebagai terapi karena selama bermain perilaku


anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah
sudah terberi pada seorang anak. Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan
pendidikan dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh
dilakukan sembarangan.

3. Tujuan Terapi Bermain


Adapun tujuan terapi bermain adalah untuk menunjang beberapa aspek
dibawah ini :
a. Keterampilan mengurus diri sendiri (Self help skills)
b. Kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu,kemampuan sensorik
motorik kasar dan halus (psycho-motor performance).

4
Kili astarani, hospitalisasi & terapi bermain anak, (cet. 1; nganjuk: adhue media
nusantara,2017), h. 41

5
c. Penyesuaian diri terhadap lingkungannya (social adaptation).
d. Keterampilan diri bagi kesiapan kerja di masyarakat (prevocational skills).
e. Meningkatkan kemampuan berpikir.
f. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
g. Meningkatkan kemampuan sosial-emosional.
h. Meningkatkan dan mengembangkan percaya diri.
i. Meningkatkan dan mengembangkan kemandirian.
j. Meningkatkan dan mengembangkan perasaan seni.
k. Memperbaiki penyimpangan perilaku.
l. Meningkan dan mengembangkan pengindraan.

B. Penerapan Dan langkah-langkah Terapi Bermain Dalam Psikoterapi

Play therapy digunakanuntuk diagnosis, kesenangan, aliansi, terapi,


ekspresi diri, peningkatan ego, kognitif dan sosialisasi. Dalam hal ini kognitif
yang dimaksud adalah menjelaskan tentang keterampilan, seperti konsentrasi,
memori, mengantisipasi konsekuensi dari perilaku seseorang, dan pemecahan
masalah secara kreatif yang dapat di kembangkan melalui play therapy5

1. Langkah awal
a. Membangun kepercayaan melalui active listening and reading
situation (mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan anak)
dan unconditional acceptance (penerimaan tanpa syarat), mencoba
memberikan bantuan pada anak dan berkomunikasi penuh kesabaran
dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman (2005) orang yang
memberikan terapi harus berusaha masuk secara total dalam dunia
anak, sehingga anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya
sebagai sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan
menyediakan berbagai permainan yang digemari anak.
b. Mengidentifikasi karakteristik anak berkebutuhan khusus yang akan
diberi terapi
5
Kili astarani, hospitalisasi & terapi bermain anak. H. 50

6
c. Menentukan permainan yang sesuai dengan karakteristik anak dan
menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
d. Menentukan target behavior atau tujuan yang ingin dicapai dalam
terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran mitigasi bencana
secara perlahan, terstruktur dan berkesainambungan. Bagilah target
behavior dalam beberapa sesi.
e. Membuat jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama dengan
anak. Tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Langkah pertengahan
a. Memulai terapi
b. Memberikan informasi kepada ABK mengenai tujuan dari terapi
bermain yang akan diberikan
c. Mengeksplorasi dan mengobservasi cara anak bermain, sehingga
dengan cara ini konselor juga dapat membantu anak untuk
mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti kemampuan
bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan
emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.
3. Langkah akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana seorang terapis
mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a. Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia dapatkan
dari permainan yang dilakukan.
b. Terapi bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan
dalam berbagai bentuk perilaku positif, khususnya tujuan dari
diberikannya terapi bermain ini dan berikan penegasan terhadap apa
yang anak kemukan dengan benar tentang tujuan terapi permainan ini.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. Konsep Terapi Bermain


Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam
pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa
terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat
menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta
menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan
mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat

B. Penerapan Dan Langkah-Langkah Terapi Bermain Dalam Psikoterapi

Play therapy digunakanuntuk diagnosis, kesenangan, aliansi, terapi,


ekspresi diri, peningkatan ego, kognitif dan sosialisasi. Dalam hal ini kognitif
yang dimaksud adalah menjelaskan tentang keterampilan, seperti konsentrasi,
memori, mengantisipasi konsekuensi dari perilaku seseorang, dan pemecahan
masalah secara kreatif yang dapat di kembangkan melalui play therapy.
Langkah-langkah dalam terapi bermain ada 3 tahapan yaitu: tahap
pertama, tahap pertengahan dan tahap akhir

8
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika. 2013

Astarani, Kili hospitalisasi & terapi bermain anak, nganjuk: adhue media
nusantara,2017

Rusydi Rasyid, Muhammad Bermain Dan Berfantasi Pada Anak, Makassar: UIN Alauddin
Makassar,2013

Subandi, psikologi agama & kesehatan mental, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2013

Anda mungkin juga menyukai