Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Nama:
NIM:

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis
telah berhasil menyelesaikan Tugas Makalah Hukum Ketenagakerjaan.
Disamping untuk penambah nilai UTS, hal itu juga dilaksanakan untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan Hukum
Ketenagakerjaan dan memperluas serta memperdalam pengetahuan. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada pembaca pada umumnya. Dan penulis
mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini serta penulis
harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Jambi, 25 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah negara hukum, hal ini tentunya kita telah mengetahuinya karena dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 1 ayat (3) telah
menyatakan demikian. Sebagai negara hukum segala aspek kehidupan bangsa Indonesia diatur
oleh hukum termasuk dalam hubungan industrial yang menyangkut tenaga kerja. Pengaturan ini
demi terpenuhinya hak para tenaga kerja agar tidak terjadi eksploitasi dan pelanggaran terhadap
Hak Asasi Manusia tenaga kerja. Hukum ketenagakerjaan menurut Imam Soepomo diartikan
sebagai himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah. Pengertian itu identik dengan
pengertian hukum perburuhan. Ruang lingkup hukum ketegakerjaan saya lebih luas dari pada
hukum perburuhan. Hukum ketenagakerjaan dalam arti luas tidak hanya meliputi hubungan kerja
dimana pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan pengusaha, tetapi juga pekerjaan yang dilakukan
oleh swapekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri. Di Indonesia
pengaturan tentang ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Disebutkan dalam undang-undang itu bahwa hukum ketenagakerjaan
ialah himpunan peraturanmengenai segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian tersebut diketahui bahwasanya
hukum ketenagakerjaan meliputi 3 hal yaitu, :
1. Sebelum masa kerja
2. Selama masa kerja
3. Sesudah masa kerja

Hal tersebut berarti bahwa Undang Undang Ketenagakerjaan kita mengacu pada pengertian
hukum ketenagakerjaan yang lebih luas. Tujuan dari hukum ketenagakerjaan itu sendiri ialah
sebagai berikut :
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Sumber hukum ketenagakerjaan antara lain :


1. Peraturan perundang-undangan
2. Kebiasaan
3. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial
4. Traktat
5. Perjanjian, terdiri atas perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, dan perjanjian perusahaan.
Sifat hukum ketenagakerjaan sendiri dapat privat maupun publik. Privat dalam arti bahwa hukum
ketenagakerjaan mengatur hubungan antara orang dengan orang atau badan hukum, yang
dimaksudkan di sini ialah antara pekerja dengan pengusaha. Namun, hukum ketenagakerjaan
juga bersifat publik, yaitu negara campur tangan dalam hubungan kerja dengan membuat
peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa bertujuan untuk melindungi tenag kerja
dengan membatasi kebebasan berkontrak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan
2. Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
3. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Ketenagakerjaan
4. Hubungan Ketenagakerjaan Atau Pengawasannya
5. Upah Tenaga Kerja

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Hukum Ketenagakerjaan
2. MengetahuiKetentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.
3. Mengetahui Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Ketenagakerjaan
4. Mengetahui Hubungan Ketenagakerjaan Atau Pengawasannya
5. Mengetahui yang mengenai Upah Tenaga Kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Ketenagakerjaan


Istilah hukum ketenagakerjaan merupakan istilah baru dalam bidang ilmu hukum pada
umumnya dan bidang hukum perburuhan pada khususnya, karena istilah itu timbul dari akibat
dari tuntutan hukum perburuhan itu sendiri serta perkembangan hukum nasional yang didasarkan
pada sumber dari segala sumber hukum yaitu pancasila dan UUD 1945.
Hukum ketenagakerjaan berdasarkan definisi para ahli:
 A.H. Nolenhaar
Hukum ketenagakerjaan atau arteidrecht adalah bidang dari hukum yang berlaku yang pada
pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan penguasa serta antara tenaga kerja dengan
tenaga kerja.
 M.G. Levenbach
Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang berkaitan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan
itu dilakukan dibawah pimpinan denga keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut
dengan hubungan kerja
 Neh Van Esveld
Hukum Ketenagakerjaan Tidak hanya meliputi hubungan kerja, dimana pekerjaan dilakukan
dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh semua pekerja yang
melakuakn pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.
 Mr. Smok
Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakuakn
dibawha pimpinan orang lain dan dengan penghiduan yang langsung berkaitan dengan pekerjaan
itu.
 Prof. Imam Soepomo
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian dalam seorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
 Prof. Imam Soepomo dan M.G. Levenbach
Memberikan penjelasan bahwa hukum ketenagakerjaan dalam beberap hal telah mulai berlaku
juga sebelum terjadinya hubungan antar buruh dan majikan.

2.2 Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.


Dalam pelaksanaannya secara opersional, tenaga kerja dibagi menjadi 3:

A. Pra employment (sebelum masuk kerja)


Aturan pelaksanaan:
a. UU no7 Tahun 1981 tentang wajib laor tenaga kerja diperusahaan.
b. Keputusan Presiden no 4. tahun 1980 tentang wajib lapor lowongan pekerjaan
Setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib melaporkan secara tertulis setiap ada atau
akan ada lowongan pekerjaan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk, yang memuat:
 Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
 Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan
 Jenis kelamin
 Usia
 Pendidikan, keterampilan, keahlian atau pengalaman.
 Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
c. Peraturan Menteri no. 4 tahun 1970 tentang Pengerahan Tenaga Kerja.
Pengerahan ternaga kerja dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari suatu
daerah atau ari luar negeri dengan memindahkannya dari daerah yang kelebihan tenaga kerja.
Pengerahan dilarang bila tidak ada ijin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk
Ijin pengerahan tenaga kerja ini antara lain memuat:
 Jumlah tenaga kerja yang dikerahkan
 Cara pengarahnya
 Tempat penampungannya
 Biaya pengerahan dan penampungannya
 Perjanjian kerja yang berisi tentang: upah, cuti, jam kerja/lembur, perumahan, tunjangan-
tunjangan, dll.
d. Latihan Kerja.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan latihan kerja diatur didalam keputusan
presiden no 34 tahun 1972 dan instruksi presiden no. 15 tahun 1974.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah melalui latihan keja baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Dengan latihan kerja dimaksudkan untuk
menyiapkan tenaga kerja dengan memberikan serta meningkatkan keterampilan dan keahlian
guna membentuk sikap kerja, mutu kerja dan produktivitas kerja.
e. Dalam GBHN bahwa perluasan dan pemerataan tenaga kerja, peningkatan mutu dan
perlindungan tenaga kerja adalah kebijaksanaan yang menyeluruh disemua sektor, sasaran utama
meningkatkan perluasan tenaga kerja, diarahkan pada usaha penanggulangan-penanggulangan.
Pengngguran sebagi akibat tingakt pertumbuhan tenaga kerja cukup tinggi dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih belum seimbang atas dasar masalah penanganan
tenaga kerja dititik beratkan pada upaya penempatan tenaga kerja melalui jalur-jalur kesempatan
kerja sebagai berikut:
 Pendaftaran pengangguran
 Bursa tenaga kerja
 AKAD (Antar Kerja Antar Daerah)
 AKAN (Antar Kerja Antar Negara)
 PKGB ( Padat Karya Gaya Baru)

B. During Employment (Dalam Hubungan Kerja)


Sejak campur tangan pemerintah dalam masalah hubungan kerja, maka hukum ketenagakerjaan
yang mengatur semua aspek hubungan ketenagakerjaan bergeser arahnya dari hubungan privat
menjadi hubungan publik, akan tetapi tetap menjamin kebebasan tenaga kerja dalam bidang
ketenagakerjaan, seperti memilih bidang kerja yang sesuai.
Perjanjian kerja merupakan pangkal tolak dari pada perkembangan hukum ketenagakerjaan deasa
ini dan untuk masa yang akan datang, mendewasakan asas demokrasi yang berintikan
musyawarah dan mufakat.
Perjanjian kerja antara tenaga kerja dengan pengusaha ini sangat diperlukan untuk:
 Memberikan landasan pada jiwa dan falsafah pancasila
 Memberikan arah agar perjanjian kerja benar-benar menciptakan kondisi yang lebih mantap dalam

C. Post Employment (Sesudah Bekerja)


Yang dimaksud dalam post employment ini antara lain tabugan hari tua atau pension, yang
merupakan bagian dari Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jaminan Sosial tenaga
kerja ini secara keseluruhan meliputi asuransi kecelakaan kerj, tabungan hari tua dan asuransi
kematian.
Iuaran tabungan hari tua ini ditanggung secara bersama antara tenaga kerja dengan pengusaha
atau perusahaan. Besarnya iuran tabungan hari tua untuk masing-masing adalah:
 Iuran dari pengusaha sebesar 1,5% dari upah tiap bulan.
 Iuran dari tenaga kerja sebesar 1 % dari upah tiap bulan.
Tabungan hari tua ini dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga kerja dalam hal:
a. Tenaga kerja yang bersangkuan mencapai usia 55 tahun
b. Tenaga kerja yang bersangkutan mengalami cacat total/tetap menurut keterangan dokter yang
ditunjuk oleh perusahaan (dokter perusahaan ).
c. Dalam hal tenaga kerja tersebut meninggal dunia sebelum usia 55 tahun, maka tabungan hari tua
itu dibayarkan kepada ahli warisnya.
Dasar perhitungan jaminan hari tua yang dipakai untuk menentukan besarnya jaminan pension
ialah : besarnya iuran yang telah dibayarkan perusahaan/ pengusaha dan tenagaa kerja kepada
badan penyelenggara/ ASTEK pada bulan terakhir dimana tenaga kerja diberhentikan dengan
hak menerima jaminan pensiun / meninggal dunia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jaminan pensiun, yaitu:


1. Usia
2. Masa kerja
3. Lama kepersetaan mengikuti program jaminan
Bilamana tenaga kerja yang meninggal dunia tersebut tidak mempunyai istri atau suami, maka
hak menerima jaminan beralih pada anaknya dan jaminan ini disebut jaminan pensiun yatim
piatu. Hak untuk mendapatkan jaminan hari tua / pensiun menjadi hilang dalam 2 peristiwa,
yaitu:
1. Berakhirnya karena suatu peristiwa
2. Dibatalkan karena suatu keadaan atau perbuatan.
Berakhirnya jaminan pensiun karena suatu peristiwa apabila duda/ janda penerima pensiun
tersebut menikah lagi, duda atau janda tersebut meninggal dunia sedangkan tidak terdapat lagi
anak yang berhak menerima jaminan pensiun sebagai pensiunan yatim piatu. Hak untuk
mendapatkan jaminan pensiun dapat dibatalkan karena:
 Apabila pada waktu mengajukan permintaan jaminan pensiun tersebut ternyata terdapat suatu
pemalsuan, baik pemalsuan surat-surat maupun pemalsuan orangnya
 Apabila penerima jaminan pensiun tenaga kerja dengan seijin pemerintah menjadi anggota
tentara atau tenaga kerja suatu Negara asing
 Apabila penerima jaminan pensiun tenaga kerja tersebut janda atau duda berdasarkan Keputusan
Pejabat Pemerintah atau Badan yang berwenang dinyatakan salah melakuakn tindakan atau
terlibat dalam suatu gerakan yang menentang pemerintah.

2.3 Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Ketenagakerjaan


Guna mewujudkan hubungan kerja atau industrial yang harmonis UU no 13 tahun 2003
melibatkan beberapa pihak, yaitu:

A. Pekerja
Istilah pekerja buruh pada jaman feodal atau jaman penjajahan belanda dahulu yang dimaksud
dengan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, mandor, tukang dll.
Dan orang-orang ini oleh belanda disebut blue collar. Sedangkan orang-orang yang mengerjakan
pekerjaan halus atau dibelakang meja disebut white collar, bisanya yang termasuk golongan ini
adalah para bangsawan yang bekerja dikantoran.
Pembedaan ini dilakukan oleh pemerintah belanda sebagai taktik untuk memecah belah orang-
orang Indonesia.

Pengaruh dari marsisme, buruh selalu dianggap membuat atau menghancurkan majikannya.
Menurut UU No. 13 tahun 2003, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang mendapatkan
imbalan atau upah dalam bentuk lain (pasal 1 ayat 3).
Yang termasuk ikatan kerja adalah perusahaan serikat pekerja atau buruh adalah wakil dari
buruh-buruh yang sudah terhimpun di perusahaan.
Hak-hak menjadi serikat pekerja diatur dalam UUD 1945, telah diratifikasi oleh pemerintah,
konvensi ILO 1987 dan 1998.
Kedua konvensi tersebut dujadikan dasar oleh buruh untuk berorganisasi untuk mendirikan
serikat pekerja.

B. Serikat Pekerja Atau Buruh


Serikat buruh atau pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh dan untuk buruh baik didalam
maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab membela dan mempertahankan hak-hak para pekerja.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa serikat buruh memiliki sifat bebas, terbuka,
demokratis dan bertanggung jawab:
1. Bebas artinya sebagai organisasi melaksanakan hak dan kewajiban serikat buruh dan tidak
mendapatkan tekanan dari pihak lain.
2. Terbuka artinya serikat buruh atau serikat pekerja dalam menerima anggota atau
memperjuangkan serikat buruh tidak membedakan agama, suku, bangsa dan jenis kelamin.
3. Mandiri artinya bahwa dalam mendirikan, mengembangkan organisasi, ditunjukan dengan
kekeuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain diluar organisasi.
4. Demokratis artinya pemilihan pengurus dalam memperjuangkan hak dan kewajiban sesuai
dengan prinsip demokrasi
5. Bertanggung jawab artinya bahwa dalam mencapai tujuan dan melaksanakan serikat buruh,
bertanggung jawab kepada masyarakat dan Negara.

Asas tujuan dan fungsi serikat buruh atau serikat pekerja


Asas tujuan:
 Tujuan keluar yaitu meningkatkan kesejahteraan buruh dan keluarga
 Tujuan kedalam yaitu memberikan perlindungan pada buruh dan keluraga.

Fungsi serikat kerja/federasi serikat kerja atau konfederasi serikat kerja:


1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian bersama
2. Sebagi wakil pekerja atau buruh dalam bidang ketenagakerjaan
3. Sebagai penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kewajiban anggota
4. Sebagai penanggungjawab pemogokan
5. Sebagai wakil pekerja buruh dalam kepemilikan saham diperusahaan.

Menurut purwo sujipto hubungan hukum antara pemiik perusahaan dan pengurus perusahaan:
a. Hubungan perburuhan (subordinasi)
Antara pekerja dengan buruh yang memerintah dengan yang diperintah, meningkatkan dirinya
untuk menjalankan perusahaan (buruh), sedangkan meningkatkan upah buruh (buruh)
b. Hubungan pemberi kuasa
Pengusaha atau pemilik perusahaan sebagai pemberi kuasa sedangkan pimpinan perusahaan
sebagai penerima kuasa. Penerima kuasa meningkatkan atau menjalakan perintah pemberi kuasa
sedangkan pemberi kuasa berusaha meningkatkan upah penerima kuasa.

C. Organisasi Pengusaha

a. KADIN
Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan pembangunan, maka
pemerintah melalui UU No.49 tahun 1973 maka memebentuk Kamar Dagang dan industry
(KADIN). KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang
perekonomian.
Tujuan KADIN adalah:
1. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha Indonesia di
bidang usaha Negara, usaha koperasi dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-
pelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha
nasional yang sehat dan tertib berdasarkan Pasal 33 UUD 1945.
2. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan keikutsertaan yang
seluas-luasnya bagi pengusaha Indonesia sehingga dapat nerperan serta secara efektif dalam
pembangunan nasional.
b. APINDO
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) adalah organisasi pengusaha yang khusus mengurus
masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan juga merupakan suatu wadah kesatuan para
pengusaha yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui
kerjasama yang terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha dan pekerja. APINDO lahir
didasari atas peran dan tanggung jawabnya dalam pembangunan nasional dalam rangka turut
serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pengusaha Indonesia harus ikut serta
secara aktif mengembangkan peranannya sebagai kekuatan sosial dan ekonomi
Tujuan APINDO menurut pasal 7 anggaran dasar adalah:
1. Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan layanan kepentingannya didalam
bidang sosial ekonomi.
2. Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan kerja dalam lapangan
hubungan industrial dan ketenagakerjaan
3. Mengusahakan peningkatan produktivias kerja sebagai program peran serta aktif untuk
mewujudkan pembangunan nasional menuju kesejahteraan sosial, spiritual dan materiil.
4. Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan kebijaksanaan atau
ketenagakerjaan dari para pengusaha yang disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah.

D. Lemabaga Kerjasama atau Bipartied


Lembaga kerjasama:
1. Bipartied
Kerjasama yang hanya dilakukan oleh pengusaha dan pekerja
2. Tripartied
Kerjasama antara pengusaha, pekerja dan pemerintah. Bila terjadi masalah didalam hubungan
bipartied tidak dapat diselesaikan secara bipartied maka dapat diselesaikan secara tripartied.

Unsur-unsur tripartied:
1. Komunikasi
2. Konsultasi
3. Musyawarah
Jenis-jenis tripartied:
1. Tripartied Nasional
2. Tripartied Provinsi
3. Tripartied Kabupaten
4. Tripartied Kodya
5. Tripartied Sektoral

Untuk mencapai tujuan tripartied:


1. Mengadakan konsultasi dengan pemerintah, organisasi buruh, organisasi pengusaha dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
2. Mengolah keinginan-keinginan dan unsure-unsur
3. Membina kerjasama sebaik-baiknya dengan pemerintah, member bantuan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
4. Membuat keputusan bersama yang bisa menjadi pedoman tiga pihak.

E. Pemerintah atau Penguasa


Imam soepomo memisahkan antara penguasa dan pengawasan sebagai para pihak yang berdiri
sendiri. Dalam hukum perburuhan/ketenagakerjaan, namun menurut Lalu Husni antara
keduannya merupakan suatu kesatuan, sebab pengawasan bukan merupakan konstitusi yang
bberdiri sendiri tetapi merupakan bagian (bidang dalam Depnaker)
Secara normative pengawas perburuhan diatur dalam UU No 23 tahun 1948 jo UU No 3 tahun
1951 tentang pengawasan perburuhan. Dalam UU ini pengawas perburuhan yang merupakan
pendidik pegawai negeri sipil memiliki wewenang:
a) mengawasi berlakunya UU dan peraturan-peraturan perburuhan pada khususnya.
b) mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan
perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat UU dan peraturan perburuhan lainnya.
c) Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Sebagai penyedik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Ps 182 ayat 2 ) penyidik pegawai negeri sipil ini berwenang :
a) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana dibidang
ketenagakerjaan.
b) Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang
ketenaga kerjaan.
c) Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum, sehubungan dengan tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan
d) Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan
e) Melakukan pemeriksaan atas surat dan/ atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan
f) Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan.
g) Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya
tindak pidana di bidang ketenagakerjaan

2.4 Hubungan Ketenagakerjaan Atau Perjanjian Kerja


2.4.1 Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu yaitu buruh mengikatkan dirinya
untuk bekerja pada pihaklainnya yaitu majikan untuk selama waktu tertentu dengan menerima
upah (pasal 106 a bw / kuh per)
Dari pengertian / perumusan di atas oleh sendjum h. Manulang, s.h. dijabarkan sebagai berikut:
1. Perjanjian antara seorang pekerja (buruh) dengan pengusaha untuk melakukan pekerjaan.
2. Dalam melakukan pekerjaan itu pekerja harus tunduk dan berada di bawah perintah penguasa/
pemberi kuasa
3. Sebagai imbalan dari pekerjaan yang dilakukan, pekerja berhak atas upah yang wajib dibayar
oleh penguasa/ pemberi kerja.
Hubungan kerja pada dasarnya meliputi:
a. Pembuatan perjanjian kerja
b. Kewajiban buruh
c. Kewajiban majikan / pengusaha
d. Berakhirnya hubungan kerja
e. Cara penyelesaian antara piha-pihak yang bersangkutan

A. Syarat-syarat sahnya Perjanjian Kerja


Sesuai dengan pasal 1320 kuhperdata, syarat-syarat sahnya perjanjian kerja, yaitu:
1. Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut
2. Adanya kemampuan / kecakapan pihak-pihan untuk membuat perjanjian
3. Suatu hal tertentu, artinya bahwa isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum maupun kesusilaan

B. Bentuk Perjanjian Kerja


Bentuk perjanjian kerja adalah bebas, artinya perjanjian kerja tersebut dapat dibuat secara:
a. Tertulis
b. Lisan atau tidak tertulis
Pengecualian : perjanjian kerja laut, perjanjian kerja akad (antar kerja antar daerah), dan
perjanjian kerja akan (antar kerja antar negara), harus di buat secara tertulis
Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis lebih menjamin adanya kepastian hukum

C. Jenis Perjanjian Kerja


1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
Perjanjian kerja yang jangka waktu berlakunya ditentukan dalam perjanjian kerja tersebut
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
Jangka waktu berlakunya tidak disebutkan dalam perjanjian kerja, tidak menyebutkan untuk
beberapa lama tenaga kerja harus melakukan pekerjaan tersebut
Perjanjian kerja untuk jangka waktu tidak tertentu berakhir, apabila:
 Pihak buruh memasuki masa waktu pension tertentu
 Pekerja buruh meninggal dunia
 Adanya putusan pengadilan yang menyatakan buruh melakukan tindak pidana

D. Berakhirnya hubungan Kerja


Ada beberapa cara yang dapat mengakibatkan berakhirnya atau putusnya hubungan kerja, yaitu:
1. Putus Demi Hukum (Hubungan Kerja Putus Dengan Sendirinya)
Hubungan kerja putus demi hukum apabila:
a. Buruh meninggal dunia
b. Hubungan kerja atau perjanjian kerja yang diadakan untuk waktu tertentu dan waktu yang
ditentukan itu telah berkhir atau lampau
2. Diputuskan Oleh Pengusaha/ Majikan
Pemutusan hubungan kerja oleh majikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tanggang waktu pernyataan pengakhiran
b. Dasar-dasar untuk memilih buruh manakah yang akan dihentikan atau dihemat
c. Cara-cara mendapatkan pertimbangan atau perundingan sebelum pemutusan kerja boleh
dilakukan
Alasan – alas an yang dapat membenarkan suatu pemberhentian atau pemutusan kerja (PHK),
yaitu:
a. Alsan-alasan yang berhubungan atau melekat pada pribadi buruh
b. Alas an yang berhubungan dengan tingkah laku buruh
c. Alas an yang berkenaan dengan jalannya perusahaan

3. Diputuskan Oleh Pihak Tenaga Kerja/ Buruh


Seorang buruh yang akan mengakhiri hubungan kerja harus mengemukakan alasan-alasan
mendesak kepada pihak majikan. Alsan-alasan yang mendesak, antara lain:
a. Apabila majikan menganiaya, menghina secara kasar atau melakukan ancama yang
membahayakan si buruh atau anggota keluarganya
b. Apabila majikan membujuk buruh atau keluarganya untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan undang-undang atau tata susila
c. Majikan tidak membayar upah pada waktunya, dan sebagainya
4. Karena Keputusan Pengadilan
Pemutusan oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang bersangkutan (majikan atau
buruh) berdasarkan alasan kepentingan.

2.4.2 Perjanjian Kerja Bersama


Perjanjian kerja bersama ini adalah semua perjanjian tertulis sehubungan dengan kondisi –
kondisi kerja yang diakhiri dengan penandatangan oleh pengusaha, kelompok pengusaha atau
satu atau lebih organisasi pengusaha disatu pihak dan pihak lain oleh perwakilan
organisasi pekerja atau perwakilan dari pekerja yang telah disyahkan melalui peraturan dan
hukum nasional (ILO Recommendation No. 91 paragraf 2).

Tujuan dari perjanjian kerja bersama adalah:


(1) menentukan kondisi – kondisi kerja dan syarat – syarat kerja;
(2) mengatur hubungan antara pengusaha dengan pekerja;
(3) mengatur hubungan antara pengusaha atau organisasi pengusaha dengan organisasi
pekerja/serikat pekerja.

2.5. Upah Tenaga Kerja


Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya
merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya
yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah tenaga kerja yang diberikan
tergantung pada:
a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.
b) Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR).
c) Produktivitas marginal tenaga kerja.
d) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha.
e) Perbedaan jenis pekerjaan.
Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga
yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah
yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:
 Upah Nominal
yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para
pekerja.
 Upah Riil
adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan
barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari
pertukaran tersebut.

Teori Upah Tenaga Kerja


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan pembentukan harga upah tenaga
kerja, berikut akan dikemukakan beberapa teori yang menerangkan tentang latar belakang
terbentuknya harga upah tenaga kerja.
 Teori Upah Wajar (alami) dari David Ricardo
Teori ini menerangkan:
a. Upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan
keluarganya.
b. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah
menurut kodrat.
Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.
 Teori Upah Besi
Teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi
yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen.
Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah “Teori Upah Besi”.
Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah
agar dibentuk serikat pekerja.
 Teori Dana Upah
Teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah
tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja
tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk
pembayaran upah.
Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak
sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.
 Teori Upah Etika
Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan para
pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,
merupakan suatu tindakan yang tidak “etis”. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain
dapat memberikan upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan
tunjangan keluarga. Pendapatan adalah nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang
dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti
keadaan semula, pendapatan merupakanbalas jasa yang diberikan kepada pekerja atau buruh
yang punya majikan tapi tidak tetap.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang berkenaan dengan kejadian dalam seorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.
2. Dalam pelaksanaannya secara opersional, tenaga kerja dibagi menjadi 3, yaitu:
 Pra Employment (Sebelum Memasuki Hubungan Kerja)
 During Employment (dalam Hubungan Kerja)
 Post Employment (Sesudah Bekerja)
3. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Ketenagakerjaan
 Pekerja
 Serikat Pekerja atau buruh
 Organisasi Pengusaha
 Lembaga Kerjasama atau Bipartied
 Pemerintah atau penguasa
4. Hubungan Ketenagakerjaan Atau Perjanjian Kerja
Merupakan perjanjian antara serang pekerja dengan pengusaha untuk melakuakn pekerjaan,
dimana dalam melakuakn pekerjaannya itu pekerja harus tunduk dan berada dibawah perintah
pengusaha atau pemberi kerja, sebagai imbalan dari pekerjaan yang dilakukan pekerja berhak
atas upah yang wajib dibayar oleh pengusaha atau pemberi kerja
5. Upah Tenaga Kerja
Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya
merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya yang telah
disumbangkan dalam kegiatan produksi
DAFTAR PUSTAKA

H. Manulang, Sendjun, 2001, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Jakarta:


PT. Rineka Cipta
Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum KetenagaKerjaan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja

Anda mungkin juga menyukai