2
2. Tafsiran berisi pandangan sendiri mengenai karya yang diulas. Dalam bagian ini,
penulis membandingkan karya dengan karya lain serta menilai kekurangan dan
kelebihan karya yang diulas.
3. Evaluasi : evaluasi penulis tentang karya, penampilan, dan produksi atau
gambaran tentang detail suatu karya, misalnya bagian, ciri, dan kualitas karya.
4. Rangkuman : ulasan akhir penulis yang berisi simpulan karya tersebut.
Kaidah kebahasaan
1. Kata sifat sikap yang berhubungan dengan pengaduan suasana hati atau
perasaan. Misalnya, lembut, bahagia, benci, rindu, nakal, takut.
2. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya
(metafora), melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan
atau perbandingan. Misalnya, tulang punggung dalam kalimat Pemuda
adalah tulang punggung negara.
3. Kata rujukan merupakan ciri khas dalam teks ulasan yang merujuk
kepada partisipasi tertentu. Misalnya, dia yang merujuk pada Pak Gazali.
4. Variasi kalimat majemuk (komplek) yang terdiri atas kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.
d) Teks biografi : teks yang memuat riwayat hidup seorang tokoh dan ditulis
berdasarkan fakta peristiwa yang dialami oleh tokoh semasa hidupnya.
Struktur teks :
1. Orientasi yang berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks
biografi.
2. Peristiwa atau kejadian berisi penjelasan yang berisi peristiwa-peristiwa yang
terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya
dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hal yang menarik, mengesankan,
mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh juga diuraikan dalam
bagian peristiwa.
3. Reorientasi yang berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan.
Bagian ini berisi opsional, boleh ada dalam teks, boleh juga tidak ada dalam teks.
Kaidah kebahasaan
1. Menggunakan kata hubung intrakalimat, yaitu :
Kata hubung koordinatif yang digunakan untuk menghubungkan
dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan, serta,
tetapi
Kata hubung korelatif yang digunakan untuk menghubungkan dua
kata atau frasa yang memiliki status yang sama, biasanya
dipisahkan oleh salah satu kata atau frasa, misalnya baik ...
maupun; tidak hanya ...., tetapi juga ...
Kata hubung subordinatif yang digunakan untuk menghubungkan
dua kata atau frasa yang tidak memiliki status yang sama,
misalnya setelah, agar, sehingga, karena.
2. Menggunakan kata rujukan yang dibedakan menjadi :
Rujukan benda atau hal ( ini, itu, tersebut)
Rujukan tempat (di sini, di situ, di sana)
Rujukan personil, orang, atau yang diperlakukan seperti orang
(dia, ia, mereka, beliau)
3. Menggunakan kata kerja (verbal) yang menyatakan tindakan , misalnya
kata kata kerja menamatkan dan melanjutkan .
3
4. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan urutan waktu (1989, setelah
membentuk Komite), peristiwa ( lahir, aktif di organisasi, meninggal
dunia) , dan tempat ( Yogyakarta, STOVIA, Bangka).
e) Teks prosedur
Prosedur : tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas .
Teks cerita prosedur : petunjuk yang berisi langkah-langkah dengan tujuan tertentu.
Teks terdiri atas dua aspek yaitu bentuk dan isi.Teks prosedur memberi tahu kita
bagaimana sesuatu dikerjakan melalui serangkaian langkah atau tindakan . Informasi
dalam teks prosedur disajikan dengan urutan peristiwa yang logis.
Struktur teks.
1. Tujuan yang berisi tujuan kegiatan.
2. Bahan-bahan atau perlengkapan yang berisi bahan-bahan atau perlengkapan
demi mencapai tujuan.
3. Langkah-langkah yang berisi langkah-langkah untuk mencapai tujuan kegiatan
berdasarkan berbagai bahan atau perlengkapan yang tersedia. Langkah-langkah
harus dilakukan secara urut agar tujuan dapat tercapai atau tidak gagal
mencapai tujuan.
Kaidah kebahasaan
1. Penggunaan kata bilangan atau numeralia untuk menunjukkan urutan
dalam melakukan suatu hal. Misalnya , pertama, kedua, ketiga,
keempat.
2. Kalimat imperatif : kalimat atau kata yang menyatakan larangan atau
keharusan melakukan suatu hal. Misalnya, Pertama, carilah dahan yang
ukurannya sedang, tidak terlalu besar atau terlalu kecil !
3. Konjungsi temporal : konjungsi yang mengacu pada urutan waktu,
sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti setelah, kemudian,
selanjutnya.
f) Teks tanggapan kritis
Teks tanggapan kritis: karangan berisi tanggapan kritis terhadap masalah
Struktur teks :
- Evaluasi : bagian awal teks yang berisi pernyataan umum
tentang apa persoalan yang disampaikan penulis.
- Deskripsi teks : bagian tengah teks yang berisi informasi
tentang alasan yang yang mendukung pernyataan / pro dan
menolak pernyataan / kontra.
- Penegasan ulang : bagian akhir teks yang berisi penegasan
ulang atau simpulan terhadap apa yang sudah dilakukan dan
diputuskan.
Kaidah kebahasaan
Ungkapan tanggapan yang menguatkan atau menyetujui pikiran penulis atau
pelempar gagasan. Contoh : ide tersebut sangat tepat , pendapat yang
dikemukakan penulis sangat tepat, saya sependapat dengan hal itu.
Ungkapan tanggapan yang menolak atau tidak menyetujui pikiran penulis. Contoh :
tentu pandangan-pandangan itu dapat terbantahkan, pendapat yang menulis
ungkapan tidak berdasarkan fakta, saya tidak sependapat dengan hal itu.
Ungkapan tanggapan yang mengungkapkan sudut pandang orang lain. Contoh : dia
mengatakan bahwa, dia berpendapat bahwa, penulis menyatakan bahwa.
4
Ungkapan tanggapan yang menggambarkan simpulan dari data orang lain. Contoh :
data yang disajikan menunjukkan bahwa, simpulan tulisan itu menunjukkan bahwa,
alasan yang disampaikan penulis tidak tepat .
Ungkapan tanggapan yang menggunakan gaya bahasa/majas penghalusan .
Contoh : saya setuju dengan pendapat itu, tetapi ....; Data yang dikumpulkan sudah
cukup lengkap, tetapi; secara umum saya sepakat dengan penulis, tetapi saya
mempunyai landasan berpikir sendiri dalam hal itu.
Ungkapan tanggapan yang menggunakan kata bilangan atau informasi. Contoh :
alasan pertama adalah, alasan kedua dapat dikemukakan bahwa, dasar berikutnya
sebagai penguat pendapat saya adalah.
5
dan tidak mendukung. Untuk menyimpulkan pendapat dalam suatu teks harus membaca teks
dengan saksama dan memerhatikan pokok bahasan teks.
9. Ringkasan teks non sastra
Ringkasan (rangkuman) adalah kalimat ringkas yang merupakan ide-ide pokok dari suatu
uraian atau rangkaian kalimat yang lebih besar. Langkah-langkah meringkas isi teks adalah :
- Bacalah teks terlebih dahulu
- Catatlah gagasan utama dari setiap paragraf dengan
menggarisbawahi gagasan.
- Menuliskan ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan utama.
- Gunakan kalimat yang padat dan efektif, serta menarik
untuk merangkai ide pokok menjadi kalimat yang utuh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat ringkasan antara lain :
- Gunakan kalimat tunggal, hindari kalimat majemuk.
- Pertahankan gagasan asli penulis
- Jangan memaksakan gagasan baru di dalam ringkasan.
10. Membandingkan bahasa dan pola penyajian teks non sastra
Unsur kebahasaan : unsur yang membangun sebuah bahasa atau kalimat. Contoh unsur
kebahasaan adalah rujukan kata, konjungsi, kata berimbuhan, kelompok kata (frasa),
pengulangan (repetisi), kata ganti (pronomina), kata penghubung (transisi). Bahasa yang
digunakan teks nonsastra biasanya menggunakan bahasa baku. Akan tetapi, terkadang ada
yang tidak menggunakan bahasa baku seperti teks laporan penjelajahan.
Pola penyajian teks berita dapat diketahui dengan menggunakan pertanyaan 5 W + 1H. Pola
penyajian teks secara umum dibagi dalam beberapa jenis, antara lain :
a) Pola penyajian ruang yang biasanya ditandai dengan adanya urutan kalimat yang
didasari tempat. Misalnya pertama kami ke, setelah itu kami ke , dan seterusnya.
b) Pola penyajian waktu yang ditandai dengan urutan kalimat berdasarkan waktu.
Misal, pukul 06.00, pada siang hari, sore harinya, dan seterusnya.
c) Pola penyajian peristiwa yang didasarkan pada peristiwa yang terjadi. Misal,
kejadian pertama, setelah itu terjadi, dan seterusnya.
d) Pola penyajian umum-khusus dan khusus-umum.
e) Pola penyajian kausalitas adalah penyajian berdasarkan sebab-akibat atau akibat-
sebab. Misal pola sebab-akibat, yaitu karena malas pergi ke sekolah, ia akhirnya
mendapat nilai jelek. Sebaliknya, pola akibat-sebab, yaitu ia mendapat nilai jelek
karena malas pergi ke sekolah.
11. Memetakan isi teks (mengubah teks menjadi peta konsep yang sesuai isi)
Pemetaan bertujuan untuk memudahkan dalam memahami suatu hal. Pemetaan dapat
dilakukan dengan membuat peta konsep.
Peta konsep : alat yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Dalam peta konsep dapat diamati
bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain.
Peta konsep biasanya dibuat dengan cara menempatkan kata di dalam sebuah kotak
ataupun oval dan menggunakan tanda atau garis sebagai penghubung antarakata atau
antarkotak tersebut.
12. Mengomentari isi teks
6
Komentar : tanggapan yang ditujukan kepada tulisan seseorang yang tujuannya hanya untuk
menerangkan atau menjelaskan karya seseorang tersebut.
Komentar yang diberikan terhadap suatu teks harus bersifat objektif disertai dengan alasan
pendukung dan ditulis dengan kalimat efektif.
Komentar dilihat dari cara penyampaian terbagi dua, yaitu:
Komentar secara lisan. Contoh siswa mengomentari kelompok yang sedang
presentasi di depan kelas, siswa mengomentari apa saja yang dibicarakan guru.
Komentar tulisan. Contoh komentar tertulis adalah komentar di media internet.
Komentar dilakukan dengan sopan agar tidak menyinggung perasaan orang yang dikomentari.
Tanggapan atau komentar disampaikan secara logis atau masuk akal dan disertai alasan yang
jelas.
Jenis komentar ada tiga, yaitu :
a) Pujian : suatu pengakuan dari seseorang atas kelebihan atau kebaikan pada suatu
karya. Biasanya pujian diikuti dengan kata hebat, luar biasa,wah, dan sebagainya.
b) Saran : pendapat dari seseorang mengenai karya yang dibuat oleh seseorang. Saran
berisikan tentang usulan-usulan dari seseorang yang perlu dipikirkan atau
dipertimbangkan lagi. Saran umumnya diikuti dengan kata-kata seharusnya,
sebaiknya, dan sebagainya.
c) Kritik : kecaman yang diikuti argumen/alasan dan bukti/fakta.
13. Keunggulan/kelemahan teks
Karya sastra : ungkapan pribadi manusia yang dapat membangkitkan pesona dengan
alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jenis karya sastra antara lain :
- Narasi ( sebuah karya prosa, seperti novel, atau cerita
pendek)
- Buku (penilaian keunggulan dan kelemahan buku
dinamakan resensi.
Kritik sastra : analisis untuk menilai suatu karya sastra. Menikmati karya sastra
merupakan suatu kegiatan memberikan apresiasi terhadap karya tulis format sastra sebagai karya
mulia tentang preferensi hakikat hidup dan kehidupan manusia. Resensi : ulasan/penilaian mengenai
kelebihan atau kekurangan suatu karya. Unsur-unsur resensi meliputi :
- Identitas karya (buku) seperti : judul buku, pengarang,
penerbit, tahun penerbitan, tebal halaman, dan harga buku.
- Tujuan pengarang karya (buku) yang dapat dilihat pada
pendahuluan atau pengantar buku.
- Tujuan resensator yang berhubungan dengan media
publikasi resensi dan juga dengan publik (pembaca) resensi
tersebut.
- Sinopsis : ringkasan atau isi singkat buku yang diresensi.
Sinopsis ini diperlukan untuk pembaca yang belum
membaca buku yang diresensi agar mempunyai gambaran
isi buku yang dibahas.
- Kepengarangan yang berisi latar belakang penulis buku atau
latar belakang buku yang diresensi secara ringkas.
- Keunggulan dan kelemahan
7
- Simpulan dan saran
Simpulan sebuah resensi biasanya berisi ajakan resensator
kepada pembaca untuk memiliki buku tersebut setelah
resensator memberi kesimpulan bahwa buku tersebut layak
untuk dibaca, dan layak dimiliki.
8
4) Penokohan (karakter/karakteristik) : pemberian sifat pada pelaku-pelaku
cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan
pandangan tokoh terhadap ssesuatu.
5) Latar: keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana terjadinya
peristiwa pada sebuah karya sastra
6) Sudut pandang : posisi pengarang pada sebuah cerita.
Sudut pandang dibedakan menjadi:
Sudut pandang orang pertama, penulis di dalam cerita. Sudut
pandang orang pertama dibedakan menjadi :
a. Orang pertama sebagaipelaku utama
b. Orang pertama sebagai pelaku sampingan
Sudut pandang orang ketiga, penulis di luar cerita. Sudut pandang
orang ketiga dibedakan menjadi:
a) Orang ketiga serba tahu
b) Orang ketiga terbatas/pengamat
7) Amanat : pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada
pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasihat, kritik, dan
sebagainya.
Unsur intrinsik cerpen mengacu pada nilai-nilai kehidupan, meliputi : nilai
moral, nilai sosial, nilai budaya, nilai agama, dan nilai estetika.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen:
Logika cerita
Konflik cerita
Struktur cerita
Ketepatan eyd
Penggunaan majas
Fabel : cerita fiksi (atau khayalan) yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku seperti
manusia sebagai lambang pengajaran moral
9
Fabe sering digunakan sebagai cerita dalam rangka mendidik masyarakat.
Ciri-ciri fabel :
Menggunakan tokoh hewan dalam penceritaannya. Hewan yang sebagai tokoh utama dapat
bertingkah laku seperti manusia.
Menunjukkan penggambaran moral atau unsur moral dan karakter manusia dan kritik
tentang kehidupan di dalam ceritanya
Penceritaan yang pendek
Menggunakan pilihan kata yang mudah
Dalam cerita fabel, paling baik yang diceritakan adalah antara karakter manusia yang lemah
dan kuat
Menggunakan setting alam
Pembagian fabel :
a) Tradisional
Cerita sangat pendek, tema sederhana, ,kental petuah/moral, sifat hewani masih
melekat (tidak pakai baju, habitat alami, sifat juga khas spesiesnya).
b) Modern
Cerita bisa pendek atau panjang, tema lebih rumit, kadang merupakan epik atau
saga, karakter masing-masing tokoh unik, tidak mengikuti kehewanannya, walaupun
tetap sebagai binatang.
Di Indonesia, fabel yang terkenal misalnya Cerita Tantri, Si Kancil dan Buaya, Hikayat
Pelanduk Jenaka, Burung Gagak dan Serigala, Anjing yang Loba, Burung Bangau dan
Ketan, Perlombaan Kancil dan Siput, dan lain-lain.
Kaidah kebahasaan :
1. Penggunaan kata sifat untuk mendeskripsikan
pelaku, penampilan fisik, atau kepribadian.
2. Penggunaan kata kerja untuk menunjukkan
peristiwa yang dialami para pelaku
3. Penggunaan kata sandang si dan sang yang
terpisah dengan kata yang diikutinya atau kata
sapaan (pak,kak,Bu).
4. Penggunaan kata keterangan tempat (di) dan
keterangan waktu (pada) untuk menghidupkan
suasana.
10
5. Penggunaan kata hubung lalu dan kemudian
sebagai penghubung antarkalimat dan
intrakalimatserta kata akhirnya untuk
menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam
paragraf atau dalam teks.
6. Penggunaan sudut pandang orang ketiga.
Pencerita tidak terlibat dalam cerita yang
disampaikan.
7. Lebih banyak menggunakan kalimat tak langsung.
8. Menggunakan kalimat aktif maupun pasif.
Puisi
Puisi : bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, Rima, dan penyusun bait dan
baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Ada dua jenis puisi, yaitu :
1. Puisi modern
Ciri-ciri puisi modern :
Tidak ada aturan terhadap jumlah suku kata, kata, baris, Rima )sajak)
atau jumlah bait dalam pembuatannya.
Bentuk tertulis rapi dan simetris.
Mempunyai sajak yang teratur.
Biasanya penulisnya diketahui namanya.
2. Puisi lama (rakyat)
Puisi lama masih terikat oleh irama, rima, bait, dan baris. Jenis puisi lama
antara lain adalah pantun, gurindam, dan syair.
a. Ciri-ciri gurindam
4. Terdiri atas dua baris dalam sebait
5. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
6. Tiap baris memiliki Rima sama atau berdahak a-a,b-
b,c-c, dan seterusnya.
7. Merupakan satu kesatuan yang utuh
8. Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian.
9. Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama (isi atau maksud
gurindam terdapat pada baris kedua)
10. Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup
atau kata-kata mutiara.
b. Ciri-ciri pantun
5. Tiap bait terdiri atas empat baris (larik)
6. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
7. Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b
8. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran
9. Baris ketiga dan keempat merupakan isi
c. Ciri-ciri syair
9. Setiap bait terdiri dari empat baris
10. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata
11. Bersajak a-a-a-a
12. Semua baris adalah isi
13. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan
11
Drama
Drama : suatu teks yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah
laku (akting) yang dipentaskan. Ciri utamadrama sebagai berikut :
10. Berupa cerita
11. Berbentuk dialog
12. Bertujuan untuk dipentaskan
Unsur-unsur drama :
14. Alur yang mencakup pengenalan cerita, konflik
awal, perkembangan konflik, penyelesaian.
15. Tokoh
Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh :
b. Tokoh utama : tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan
drama.
12
Berdasarkan wataknya tokoh cerita dibagi :
Protagonis : tokoh yang mendukung cerita
dan berwatak baik.
Antagonisme : tokoh yang menentang
cerita dan menentang tokoh protagonis
Karakter atau watak : sifat batin yang tampak dan mempengaruhi segenap pikiran,
perilaku, Budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Karakter tidak
dapat diubah. Karakter yang biasa ditemui dalam kehidupan adalah pemarah, penyabar, ceria,
pemaaf, bijaksana, pendiam, sombong, pemalas, dan lain-lain.
Sifat/perilaku manusia : sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh man
usia juga dapat diubah dan dipengaruhi oleh manusia juga dapat diubah dan dipengaruhi oleh sikap,
adat istiadat, nilai, emosi, etika, kekuasaan, persuasi, dan lain-lain.
4. Latar : sesuatu atau keadaan yang melingkupi
pelaku dalam sebuah cerita.
Macam-macam latar :
Latar tempat : latar di mana pelaku
berada atau cerita terjadi (di sekolah, di
kota, di taman, dan lain-lain)
Latar waktu : kapan cerita itu terjadi (pagi,
siang, malam, kemarin, dan lain-lain).
Latar suasana : keadaan dimana cerita
terjadi ( sedih, gembira, dingin, damai,
sepi, dan lain-lain)
5. Sudut pandang : cara pandang mengisahkan
sebuah cerita. Sudut pandang dibedakan menjadi :
Sudut pandang orang pertama, tokoh
utama menggunakan aku atau saya.
Sudut pandang orang kedua, orang
pertama sebagai pelaku sampingan dalam
cerita.
Sudut pandang orang ketiga,
menggunakan kata ganti dia, ia, atau
nama orang.
Sudut pandang campuran. Pengarang
menggunakan sudut pandang orang
pertama dan sudut pandang orang ketiga.
6. Gaya bahasa : cara pengarang menggunakan
bahasa dalam mengekspresikan sebuah cerita.
7. Amanat : nasihat atau petuah yang akan
disampaikan pengarang kepada para pembaca.
15. Makna simbol dalam cerpen
Simbol dalam karya sastra hadir karena penulis ingin menyampaikan pikiran, dan
keinginannya melalui bahasa yang khas. Simbol : tanda yang terbentuk secara konvensional
karena kesepakatan. Pemaknaan simbol diserahkan kepada pembaca yang membaca karya
sastra tersebut. Misalnya, burung merpati simbol perdamaian, melati putih simbol cinta suci,
dan mawar simbol cinta yang membara.
13
16. Isi tersirat dalam karya sastra
Makna tersirat (makna implisit) : makna/arti/frasa/kalimat yang ditulis secara gamblang.
Untuk mengetahuinya, pembaca perlu memahami keseluruhan isi (baik kalimat utama
maupun kalimat penjelasnya). Makna tersirat dalam cerpen kadang-kadang tidak hanya
terlihat dalam kata, tetapi juga terlihat dalam unsur intrinsiknya.
17. Pola pengembangan cerpen
Pola pengembangan cerpen dapat dilihat dari :
a. Alur : rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Alur
cerpen terbagi tiga, yaitu :
Alur maju
Alur mundur
Alur campuran
b. Latar : keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa pada sebuah karya sastra.
c. Amanat : pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya
kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan,
nasihat, kritik, dan sebagainya.
d. Nilai-nilai
- Nilai moral : nilai yang berhubungan dengan akhlak / budi
pekerti atau susila/ baik buruknya tingkah laku seseorang.
-
e. Sudut pandang : posisi pengarang pada sebuah cerita
f. Tema : pokok pembicaraan yang mendasari cerita.
g. Percayakan/penokohan : pemberian sifat pelaku-pelaku cerita.
h. Struktur :
- Orientasi / pengenalan : berisi pengenalan tokoh dan
latarnya
- Komplikasi : masalah yang dihadapi tokoh. Bagian ini terdiri
atas dua bagian, yaitu masalah/konflik dan puncak masalah
(klimaks)
- Resolusi : penyelesaian masalah yang dialami tokoh.
Biasanya terdiri dari dua tahap, yaitu tahap peletakan
masalah dan tahap penyelesaian.
Cara menentukan konflik : menentukan kehadiran masalah dalam cerita.
Cara menentukan penokohan :
Teknik analitik , karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang
Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui :
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
- Penggambaran tata kebahasaan tokoh
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh
- Penggambaran oleh tokoh lain
- Penggambaran melalui dialog tokoh
18. Penggunaan bahasa cerpen
Kaidah kebahasaan teks cerpen :
14
1. Diksi : pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan.
2. Gaya bahasa/ majas, digunakan untuk
meningkatkan efek dengan cara memperkenalkan
serta membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda yang hal lain yang lebih
umum.
3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan
waktu. Misalnya, kemarin malam, pagi hari, sore
tadi, kini, akhirnya.
4. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan
sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para
tokohnya. Misalnya, tersenyum, mengecewakan,
menyenangkan, menatap lembut, menghela
napas.
5. Menggunakan kata-kata yang menggambarkan
keadaan atau sifat seorang tokoh. Misalnya,
sedang sedih, gelisah, takut, bersabar.
6. Menggunakan kalimat langsung dan tak langsung
7. Menggunakan kalimat aktif dan pasif
19. Kata/istilah dalam kalimat
15
23. Kesalahan penggunaan kata, kalimat, kepaduan paragraf
Huruf kapital
I.F.1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
I.F.2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
16
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru,
dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan (1) penjelasan "termasuk julukan" pada I.F.2., misalnya Jendral Kancildan Dewa Pedang; serta
(2) penjelasan "yang bermakna 'anak dari'" pada catatan kedua. Kedua tambahan ini tampaknya bertujuan untuk memperjelas
pedoman sebelumnya.
I.F.3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
I.F.4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata
ganti untuk Tuhan
Misalnya:
Islam
Alquran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
I.F.5.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik
yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
17
I.F.5.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama
jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
I.F.6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
I.F.7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf
awal kapital.
Misalnya:
I.F.8.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
I.F.8.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
18
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Jakarta
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Amerika Serikat
Bukit Barisan
Jawa Barat
Dataran Tinggi
Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi
Gunung Semeru
Ngarai Sianok
Jazirah Arab
Selat Lombok
Lembah Baliem
Sungai Musi
Pegunungan Himalaya
Teluk Benggala
Tanjung Harapan
Terusan Suez
Kecamatan Cicadas
Gang Kelinci
Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
19
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama diri (proper name) dan nama
jenis (common name).
I.F.10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama
negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden
dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
I.F.11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulangsempurna) di dalam judul buku,
karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
I.F.12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
20
Catatan
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan sebagai penyapaan ditulis dengan
huruf kapital, misalnya Kutu Buku.
Catatan:
Misalnya:
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
21
b
22
dip
aka
i
seb
aga
i
hur
uf
per
tam
a
uns
ur
sin
gka
Ny.
nyonya
Sdr.
saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14.
b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan
misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan
dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada EYD pasal I B, I C, I E, dan II F15).
23
d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
g. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk kata ulang
sempurna) dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas
dan kata penghubung.
h. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Tanda baca digunakan untuk memperjelas dan mempertegas isi bacaan yang disampaikan kepada
pembaca. Fungsi tanda yang baca yang sering digunakan :
1. Tanda baca titik (.) digunakan pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan.
2. Tanda koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan,
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya
atau memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
3. Tanda petik (“....”) digunakan untuk mengapit petikan langsung berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
4. Tanda baca titik dua (:) digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap diikuti rangkaian atau
pemerian.
5. Tanda hubung (-) digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang, merangkaikan se-
dengan kata awal berhuruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
24