Kegiatan Belajar 2:
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi
A. Teks Fiksi
Teks fiksi adalah teks yang berisi kisahan atau cerita
yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang yang
diolah berdasarkan pengalaman, petualangan,
tafsiran, kecendekiaan, wawasan, dan penilaiannya
terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata
maupun peristiwa hasil rekaan.
Bahasa tulisan teks fiksi bermakna denotatif,
konotatif, asosiatif, ekspresif, sugestif, dan plastis.
Unsur-unsur pada teks fiksi yaitu tema, perwatakan,
alur, latar, amanat.
B. Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi
1. Struktur teks fiksi antara lain:
a. Orientasi yang berisi pengenalan tema, tokoh,
dan latar.
b. Komplikasi yang berisi cerita tentang masalah
yang dialami tokoh utama.
c. Resolusi yang merupakan bagian penyelesaian
dari masalah yang dialami tokoh dalam cerita.
2. Kaidah kebahasaan teks fiksi (Kosasih, 2019):
a. Menggunakan kata-kata yang menyatakan
urutan waktu.
b. Menggunakan kata kerja tindakan.
c. Menggunakan kata kerja yang
menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan para tokohnya.
d. Menggunakan kata-kata yang menggambarkan
keadaan atau sifat tokohnya.
e. Menggunakan dialog.
3. Teks fiksi terdiri dari:
a. Cerita rakyat: mite, sage, legenda, dan fabel.
b. Cerita fantasi: fabel dan legenda.
c. Cerita pendek
d. Cerita inspiratif, yaitu jenis teks narasi yang
menyajikan suatu inspirasi keteladanan
kepada banyak orang (Kosasih, 2019).
e. Puisi rakyat: puisi yang berkembang pada
kehidupan masyarakat sehari-hari. Contohnya
pantun dan syair.
f. Puisi baru yang disebut juga puisi bebas. Puisi
baru tidak terikat larik, suku kata, ataupun pola
rimanya. Kaidah kebahasaan dalam puisi baru pun
lebih bebas, tidak memiliki pola baku seperti puisi
rakyat. Kaidah-kaidah kebahasaan puisi baru
yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas,
rima.
g. Drama, yaitu cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog, yang diekspresikan dengan menggunakan
percakapan dan lakuan pada pentas di hadapan
penonton. Struktur drama berbentuk alur atau
babak dan adegan.
C. Kompetensi dasar (KD) bahasa Indonesia Kurikulum
2013 tentang teks fiksi untuk jenjang Sekolah Dasar
dapat dilihat dalam Salinan Permendikbud No. 67
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SD.
Kegiatan Belajar 3:
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks
Nonfiksi
A. Hakikat Teks Nonfiksi
Haryadi dan Zamzami (1996) membagi proses menulis
ke dalam lima tahapan, yaitu pramenulis, menulis,
merevisi, mengedit, dan mempublikasikan. Salah satu
keterampilan menulis yang harus dipelajari oleh siswa
Sekolah Dasar diantaranya menulis karangan
nonfiksi.
1. Teks nonfiksi adalah karya seni yang sifatnya
berdasarkan fakta dan kenyataan serta ada
kebenaran di dalamnya.
2. Teks nonfiksi diklasifikasikan ke dalam dua jenis:
a. Teks faksi yaitu teks yang ceritanya berbentuk
kisah berbasis kejadian sebenarnya. Jenis teks
faksi diantaranya: biografi, autobiografi, kisah
nyata, memoar, dan cerita-cerita dari kitab suci.
b. Teks nonfiksi ialah teks yang disusun
berdasarkan data valid tentang pengetahuan
tanpa mengurangi isi data tersebut. Jenis ini
antara lain: buku referensi, buku
petunjuk/panduan, buku pelajaran, kamus,
ensiklopedia, directory, dan peta.
3. Teks nonfiksi yang relevan untuk peserta didik
Sekolah Dasar yaitu teks deskriptif, teks
eksplanasi, teks prosedur/arahan, teks laporan
sederhana hasil pengamatan siswa, teks
tanggapan, teks cerita pengalaman pribadi dan
buku harian, teks paparan iklan.
B. Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks
Nonfiksi
Jenis teks nonfiksi ada lima yaitu:
1. Esai adalah bentuk tulisan lepas, yang lebih luas
dari paragraf, yang diarahkan untuk
mengembangkan ide mengenai sebuah topik.
a. Dalam menulis esai, diharuskan membaca
secara cermat, melakukan analisis, melakukan
perbandingan, menulis secara padat dan jelas,
dan memaparkan sesuatu secara seksama.
b. Struktur esai antara lain: bagian pendahuluan,
bagian inti, dan kesimpulan.
c. Fungsi esai yaitu eksploratif, persuasi, explain,
compare, showing dan describe.
d. Kaidah kebahasaan esai harus menggunakan
kata baku, memenuhi syarat sebagai kalimat
efektif, serta memiliki makna lugas.
2. Reviu Buku/Bab Buku/Artikel
adalah upaya untuk membaca secara seksama
kemudian melakukan evaluasi terhadap buku/bab
buku/artikel yang dibaca tersebut yang bertujuan
untuk menilai layak tidaknya buku/bab
buku/artikel tersebut untuk dibaca atau tidak.
a. Struktur reviu buku/bab buku/artikel terdiri
dari pendahuluan, ringkasan, inti reviu,
simpulan.
b. Fungsi reviu buku/bab buku/artikel yaitu
sebagai berikut: menunjukan pandangan
penilaian penulis reviu, memberikan informasi
kelayakan, membantu pembaca mengetahui isi
buku, memberikan informasi kelebihan dan
kekurangan yang direviu, mengetahui
perbandingan dengan karya lain, memberikan
informasi komprehensif.
c. Kaidah kebahasaan di dalam reviu buku/bab
buku/artikel yaitu penggunaan istilah,
penggunaan sinonim dan antonim, penggunaan
frasa kata benda/nomina dan frasa kata
kerja/verba, penggunaan kata
ganti/pronomina, dan kata hubung/konjungsi.
3. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah berbasis penelitian adalah bentuk
tulisan yang memaparkan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Pada dasarnya artikel jenis ini
dibagi ke dalam dua kategori, yakni (1) artikel yang
memuat kajian hasil penelusuran pustaka, dan (2)
artikel yang berisikan ringkasan hasil penelitian
yang dilakukan oleh penulis secara langsung.
a. Struktur umum artikel ilmiah mengikuti pola
AIMRaD (Abstract, Introduction, Method, Results,
and Discussion) beserta variasinya. Kemudian
setelah pembahasan adalah simpulan,
rekomendasi, atau implikasi hasil penelitian.
b. Fungsi artikel ilmiah yaitu untuk pendidikan,
penelitian, dan fungsional.
c. Kaidah kebahasaan artikel ilmiah memiliki ciri-
ciri berikut: taat asas penulisan, titik pandang
penulisan, istilah yang digunakan harus istilah
keilmuan, hindari bahasa usang, hindari
bahasa yang ekstrem, dan menekankan pada
aspek komunikasi pikiran, serta kalimat dan
alinea sedang.
d. Salah satu contoh artikel ilmiah dari jurnal
yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa
Indonesia di SD yaitu Pengaruh Metode
Steinberg terhadap Kemampuan Membaca dan
Kemampuan Literasi Siswa.
4. Teks Narasi Sejarah
Teks narasi sejarah merupakan jenis teks nonfiksi
yang berisi tentang tentang peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat pada masa lampau yang
disusun sesuai dengan rangkaian kausalitasnya
serta proses perkembangannya dalam segala
aspeknya yang berguna sebagai pengalaman untk
dijadikan pedoman kehidupan manusia masa
sekarang serta arah cita-cita pada masa yang akan
datang.
a. Struktur teks narasi sejarah terdiri dari
orientasi atau pengenalan, urutan peristiwa
atau rekaman peristiwa, reorientasi atau
penutup.
b. Fungsi teks narasi sejarah yaitu sejarah
sebagai peristiwa (in sensu lato, in broder
sense), sejarah sebagai kisah (history-as-
narative), sejarah sebagai ilmu (a body of
knowledge).
c. Kaidah kebahasaan teks narasi sejarah antara
lain: penggunaan kalimat yang menyatakan
masa lampau, kata-kata bermakna
tindakan/perbuatan, menggunakan fungsi
keterangan tempat dan waktu, menggunakan
konjungsi temporal dan konjungsi kausalitas.
5. Surat adalah sebuah alat untuk berkomunikasi
secara tertulis dengan menggunakan persyaratan
khusus sesuai dengan aturan surat-menyurat.
a. Ciri-ciri surat yang baik, yaitu:
1) Menggunakan kertas surat yang tepat dari
segi ukuran, jenis dan warna sesuai
dengan surat yang akan ditulis.
2) Menggunakan bentuk surat yang standar.
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
4) Menggunakan gaya bahasa yang lugas.
5) Menggunakan bahasa yang jelas.
6) Menggunakan bahasa yang sopan dan
hormat.
7) Menyajikan fakta yang benar dan lengkap.
8) Tidak menggunakan singkatan, kecuali
yang lazim dipakai dalam surat menyurat.
9) Tidak menggunakan kata-kata sulit dan
istilah yang belum memasyarakat atau
umum (Finoza, 2009:6).
b. Jenis surat dapat dikelompokan berdasarkan
isinya, keamanan isinya, derajat
penyelesaiannya, jangkauan penggunaannya,
dan jumlah penerimanya (Soedjito dan
Solchan, 1994).
c. Struktur surat resmi yaitu: kop surat, nomor
surat, tanggal surat, lampiran atau perihal,
salam pembuka, isi surat, salam penutup,
tanda tangan pengirim surat, tembusan.
d. Fungsi surat yaitu sebagai alat komunikasi,
alat bukti tertulis, alat bukti historis, alat
pengingat, duta organisasi, pedoman kerja.
e. Kaidah kebahasaan surat harus memenuhi
syarat-syarat penyusunan berikut: teknik
penyusunan surat yang benar, isi surat
dinyatakan secara ringkas, jelas, dan ekplisit,
bahasanya benar dan baku sesuai KBI.
6. Teks nonfiksi berfungsi untuk eksplorasi,
informasi, persuasi, perbandingan, juga
mendeskripsikan suatu fakta-fakta keilmuan.
7. Bahasa yang digunakan dalam teks nonfiksi yakni
menggunakan kata baku yang sesuai dengan
standar ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Kegiatan Belajar 4:
Apresiasi dan Kreasi Sastra Anak
A. Apresiasi dan kreasi sastra anak meliputi:
1. Hakikat Sastra Anak
mencakupi semua jenis penulisan kreatif dan
imajinatif yang khusus untuk dibaca dan
menghibur anak-anak. Secara konseptual, sastra
anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang
dewasa (adult literacy).
2. Hakikat apresiasi anak di Sekolah Dasar dibagi
dua yaitu apresiasi sastra secara reseptif dan
apresiasi sastra secara ekspresif/produktif.
3. Pendekatan dalam mengapresiasi sastra anak yaitu
sebagai berikut: pendekatan emotif, pendekatan
didaktis, pendekatan analitis.
4. Tahapan perkembangan kemampuan
mengapresiasi sastra anak, yaitu: Usia 1-2 tahun,
usia 2-7 tahun, usia 7-11 tahun (operasi konkret),
usia 11-13 tahun (operasi formal).
5. Unsur-unsur instrinsik puisi adalah tema, rasa,
nada, amanat, diksi (pilihan kata), imajeri, pusat
pengisahan atau titik pandang, gaya bahasa, ritme
atau irama, rima atau sajak.
6. Unsur-unsur intrinsik pada karya sastra
berbentuk prosa mencakup sebagai berikut: plot,
penokohan, latar atau setting, tema, pesan atau
amanat, sudut pandang, konflik.
7. Unsur intrinsik drama terbagi dua macam yaitu,
unsur pertunjukan dan unsur cerita. Yang
termasuk unsur pertunjukan antara lain: pemain
(aktor), pentas, sutradara, dan penonton.
Sedangkan unsur cerita yaitu: perwatakan atau
karakter tokoh, dialog, latar, dan alur.
8. Jenis-jenis satra anak di Sekolah Dasar yang
digunakan sebagai sumber belajar terdiri dari:
buku bergambar, fiksi realistik (realistic fiction),
fiksi sejarah, fiksi ilmiah (science fiction), cerita
fantasi, biografi, otobiografi, puisi, dan sastra
tradisional. Pemberian bahan pembelajaran
tersebut harus sesuai dengan tingkat usia anak.
9. Pembelajaran sastra anak di SD pada abad ke-21
mencerminkan empat hal yakni; kemampuan
berpikir kritis (critical thinking skill), kreativitas
(creativity), komunikasi (communication), dan
kolaborasi (collaboration).
10. Strategi pembelajaran sastra di SD yaitu bercerita,
berbicara, bercakap-cakap, mengungkapkan
pengalaman, membacakan puisi, mengarang
terikat & bebas, menulis narasi, deskripsi,
eksposisi & argumentasi, menulis berdasarkan
gambar/visual, mendramatisasikan karya sastra.
Selain itu ada juga model pembelajaran puisi yakni
stratta dan model sinektik. Sedangkan metode
yang dapat digunakan adalah metode menyimak,
membaca (nyaring, dalam hati, bersama dll),
menonton, mengarang, roleplaying, dramatisasi,
bermain drama, parafrase dan sebagainya.
2 Daftar materi 1. Materi karakteristik ragam teks.
yang sulit 2. Kekohesian dan kekoherensian teks yang dijaga
dipahami di dengan menggunakan konjungsi penghubung.
modul ini 3. Teks nonfiksi secara teoritis dan secara praktis.
4. Materi kajian media secara linguistik.
5. Proses metaforik dengan analogi.
6. Hubungan teks faksi dengan teks nonfiksi.
7. Kalimat efektif pada kaidah kebahasaan esai.
8. Pleonase, hipernim, dan hiponim.
9. Apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi
dengan komponen kebahasaan (fonologi, morfologi,
semantik, sintaksis, dan wacana).
10. Karya sastra fiksi realistik.
3 Daftar materi 1. Memproduksi teks nonfiksi dan strateginya.
yang sering 2. Penggunaan kata hubung (konjungsi).
mengalami 3. Teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan
miskonsepsi eksemplum.
4. Kalimat deklaratif, intogratif dan imperatif.
5. Tentang hubungan gagasan pokok dan kalimat
utama, serta gagasan penjelas dengan kalimat
penjelas.
6. Pemilihan pendekatan tematik disesuaikan dengan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
7. Imajeri pada unsur instrinsik puisi yang
digunakan untuk mengungkapkan kembali kesan-
kesan panca indra dalam jiwa.
8. Kaidah kebahasaan yang tidak sesuai dengan
ejaan bahasa Indonesia mengenai kata diri atau
kata ganti diri.