Anda di halaman 1dari 13

Modul .

2
LK 2: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA


MODUL 2
“SEMANTIK DAN WACANA”

Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan Bentuk dan Makna


2. Eufimisme
3. Wacana
4. Pragmatik

No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
KB.1
HUBUNGAN BENTUK DAN MAKNA

1 Daftar peta
konsep Hubungan Bentuk dan Makna
(istilah dan
A. Jenis Makna
definisi) di
1. Makna leksikal
modul ini 2. Makna gramatikal
3. Makna referensial
4. Makna nonreferensial
5. Makna denotatif
6. Makna konotatif
7. Makna litreral
8. Makna figuratif
9. Makna primer
10.Makna sekunder

B. Hubungan Bentuk dan Makna


1. Sinonim
2. Antonim
Jenis-jenis antonim :
a. Antonim mutlak
b. Antonim bergradasi
c. Antonim relasional
d. Antonim hierarkial
e. Antonim resiprokal
3. Homonin
4. Polisemi
5. Ambiguitas
6. Redundansi

Istilah dan definisi

1. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya


kesamaan makna antara satu kata dengan kata lainnya.
2. Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau
kontras antara yang satu dengan yang lainnya.
3. Homonim adalah suatu kata yang memiliki relasi makna yang
berbeda tetapi mempunyai kesamaan dal.am hal fonologis atau
ortografis (tulisan)
4. Polisemi adalah relasi makna antarkata yang sering digunakan
dalam beberapa kalimat atau konteks yang berbeda.
5. Signifie mengacu pada konsep atau makna dari suatu tanda
bunyi.
6. Signifiant mengacu pada bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-
fonem dalam bahasa yang bersangkutan.
7. Fonem atau bunyi bahasa yaitu unsur bahasa yang terkecil dan
dapat membedakan arti atau makna.
8. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Morfem tidak bisa dibagi ke dalam bentuk bahasa yang
lebih kecil lagi yang dapatb atau tidak dapat berdiri sendiri.
9. Kata yaitu unit bahasa yang berisikan arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem. Kata bisa diartikan sebagai elemen terkecil
dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan
merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran
yang dipakai dalam berbahasa.
10.Frasa atau frase adalah gabungan kata yang bersifat non-
predikatif. Artinya, frasa hanya terdiri dari salah satu fungsi, nisa
terdiri dari subjek saja, bisa juga hanya terdiri dari verba atau
bisa diawali dengan preposisi.
11.Klausa dalam tata bahasa adalah sekumpulan kata yang terdiri
dari subjek dan predikat, walau dalam beberapa bahasa dan
beberapa jenis klausa subjek dari klausa mungkin tidak tampak
secara eksplisit.
12.Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata
yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
13.Paragraf adalah suatu gagasan yang berbentuk serangkaian
kalimat yang saling berkaitan satu sama lain.Nama lain dari
paragraf adalah wacana mini.
14.Wacana adalah kesatuan makna antarbagian di dalam suatu
bangun bahasa. Wacana berisikan pembahasaan tentang topik
atau hal tertentu yang ingin disampaikan.Wacana disusun secara
berkelanjutan atau berkesinambungan.
15.Arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut. Tidak ada hubungan yang
wajib antara bentuk dan makna.
16.Konvensional adalah menunjukkan adanya kesepakatan bersama
antarpenutur.
17.Referen dalam linguistik berarti unsur luar bahasa yang ditunjuk
oleh unsur bahasa.
18.Hiponim atau kata khusus adalah sebuah kata atau frasa yang
gugus semantiknya atau artinya tercakup di dalam kata lain yaitu
hipernimnya atau kata umumnya. Dengan kata lain, suatu
hiponim merupakan jenis dari suatu hipernim.
19.Redundansi atau kelebihan makna yaitu berlebih-lebih hanya
penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Ukuran
untuk menyatakan suatu kata itu disebut redundan atau tidak
adalah berubahlah informasi yang terkandung dalam suatu ujaran
apabila kata tersebut dihilangkan.
20.Antonim mutlak adalah pertentangan bentuk bahasa yang
bersifat mutlak.
21.Antonim bergradasi disebut juga dengan oposisi
kutub.Pertentangan antonim jenis ini tidak bersifat mutlak atau
relatif.
22.Antonim relasional ini merupakan salah satu jenis dari antonim
yang didapt dari kedua kata yang saling berhubungan atau juga
saling berkaitan satu dengan yang lain.
23.Antonim hierarkial merupakan jenis antonim yang dengan
perlawanan katanya di dalam suatu posisi yang bertingkat atau
mempunyai tingkatan. Antonim jenis ini terdapat dalam satuan
waktu, berat, panjang, jenjang kepangkatan, dan jenjang yang
lainnya.
24.Antonim resiprokal adalah antonim yang bersifat timbal balik.
Makna dalam antonim ini saling bertentangan, namun secara
fungsional keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan
bersifat timbal balik.
25.Ambiguitas adalah terjadinya tafsiran lebih dari satu makna. Hal
ini dapat terjadi baik dalam ujaran lisan maupun tulisan.
26.Dikotomis memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat
sehingga dikotomis dapat mengubah kata benda atau kata ganti,
biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih
spesifik.
27.Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalaam kamus.
Makna leksikal ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat
dasar. Makna jenis ini merujuk pada arti sebenarnya dari suatu
bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri tanpa melihat
konteks.
28.Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi
bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian
bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat ucap manusia.
29.Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Morfem tidak bisa dibagi ke dalam bentuk bahasa yang
lebih kecil lagi, yang dapat atau tidak dapat berdiri sendiri.
30.Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata.
31.Leksem adalah satuan kata terkecil dalam sebuah bahasa dan
biasa dimasukkan sebagai entri atau lemma dalam sebuah
kamus. Leksem merupakan bahan dasar pembentuk kata. Untuk
menjadi kata dalam satuan gramatikal, leksem diolah melalui
proses morfologi.
32.Leksikon adalah keseluruhan leksem yang terdapat pada suatu
bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari, leksikon dianggap sebagai
sinonim kamus atau kosakata, tetapi dengan penjelasan yang
singkat dan praktis.
33.Gramatikal adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang
mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari
bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik.
34.Referensial berarti berkenaan dengan referensi. Sedangkan kata
referensi dalam KBBI diartikan sebagai sumber acuan atau
rujukan. Makna referensi adalah makna yang berkaitan langsung
dengan referensi atau acuan yang digunakan.
35.Makna nonreferensial merupakan kebalikan dari makna
referensial. Jika dalam makna referensial diharuskan dalam
kalimat atau kata tersebut memiliki acuan namun sebaliknya
dalam makna nonreferensial merupakan makna yang tidak
memiliki acuan. Misalnya dalam kata sambung (konjungsi) dan
preposisi.
36.Makna denotatif adalah makna dengan pengertian objektif dan
apa adanya. Maksud dari apa adanya adalah tidak disertai dengan
perasaan dan pemikiran tanpa menimbulkan nilai rasa tertentu.
Secara sederhana denotasi atau denotatif adalah makna yang
bersifat umum.
37.Makna konotatif adalah sebuah kata yang mengandung makna
kias atau bukan kata sebenarnya. Konotatif adalah kata yang
mempunyai makna lain di baliknya atau sesuatu makna yang
berkaitan dengan sebuah kata.
38.Makna literal atau makna harfiah adalah arti kata sebagaimana
aslinya/asalnya. Karena arti ini terdaftar pada kamus sebagai
leksem, arti ini dapat pula disebut arti/makna leksikal arti yang
paling mendasar.
39.Makna figuratif berbeda dengan makna literal, makna figuratif
adalah makna yang menyimpang dari referennya. Dalam makna
figuratif, makna satuan disimpangkan dari referen yang
sesungguhnya.
40.Makna primer adalah makna yang dipelajari sejak kecil dan
terkandung dalam sebuah kata jika kata itu digunakan sendiri.
Makna primer merupakan makna pertama yang muncul dalam
pikiran dan cenderung mempunyai referensi ke situasi fisik.
Makna primer dapat dikatakan secara sederhana sebagai makna
yang sebenarnya, maka makna yang dapat digolongkan sebagai
makna primer ada tiga, yaitu makna leksikal, makna denotatif,
dan makna literal.
41.Makna sekunder sering disebut sebagai makna kedua yaitu
makna satuan kebahasaan yang hanya dapat diidentifikasikan
lewat konteks pemakaian bahasa. Makna yang dapat digolongkan
sebagai makna sekunder antara lain adalah makna gramatikal,
makna konotatif, dan makna figuratif.

KB.2
EUFIMISME
1. Daftar peta A. PERUBAHAN MAKNA
konsep
(istilah dan Bahasa sebagai bagian dari kehidupan manusia terus mengalami
definisi) di perkembangan. Jika suatu bahasa mengalami perubahan yang sangat besar dan
modul ini penting, baik itu perubahan kosakata maupun bunyi dan strukturnya, bahasa
tersebut dapat berubah menjadi bahasa baru atau bahasa lain,

1.Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan makna

1) faktor kebahasaan
2) faktor kesejarahaan
3) faktor sosial
4) faktor psikologis
5) pengaruh bahasa asing
6) kebutuhan kosakata baru

ad.1. Faktor Kebahasaan


Perubahan makna karena faktor kebahasan berkaitan dengan cabang
linguistik, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Contoh :
kata bermain mengalami perubahan makna ketika 32 diubah menjadi
bermain-main. Kata bermain bermakna ‘melakukan sesuatu untuk bersenang-
senang’, sedangkan bermain-main bermakna ‘melakukan sesuatu tidak dengan
sungguh-sungguh; berkelakar’.
(1) Adzkia bermain sepeda di belakang rumah.
(2) Dhifa hanya bermain-main saja, tidak perlu ditanggapi.

ad.2. Faktor Kesejarahan


Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan
perkembangan kata.
Misalnya:
Kata”wanita” berasal dari kata “betina”Kata betina berhubungan identik
dengan jenis kelamin hewan, misalnya “sapi betina”. Kata betina mengalami
perkembangan menjadi batina, kemudian mengalami perubahan lagi menjadi
watina dan berubah lagi menjadi wanita.

ad.3. Faktor Sosial


Perubahan ini disebabkan karena perkembangan makna kata dalam
penggunaannya di masyarakat. Karena dipengaruhi faktor sosial, makna kata
dapat mengalami perubahan.
Misalnya,
kata “gerombolan” pada awalnya bermakna ‘orang yang berkumpul;
kerumunan orang’, tetapi pada saat ini memiliki makna negatif yang
berhubungan dengan ‘pemberontak’ atau ‘pengacau’.

ad.4. Faktor Psikologis


Karena faktor psikologis penutur, sebuah kata dapat berubah maknanya.

Misalnya
kata “anjing”, “babi”, “monyet” pada awalnya kata-kata tersebut merujuk
pada nama-nama hewan. Nama-nama binatang tersebut kemudian berubah
maknanya ketika digunakan dalam makian.

ad.5.Pengaruh Bahasa Asing


Untuk keperluan berkomunikasi, kebutuhan penutur akan kosakata yang
beraneka ragam kadang diperlukan.
Misalnya
dalam bahasa Belanda terdapat kata akkoord menjadi akur, horloge menjadi
arloji.

ad.6. Kebutuhan Kosakata Baru


Walaupun setiap bahasa memiliki ribuan atau jutaan kosakata, namun
kadangkala untuk mengungkapkan suatu konsep baru seorang penutur tidak
menemukan dalam bahasanya.
Misalnya,
kata anda digunakan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi.
Kata ini bersifat netral. Untuk menunjukkan rasa hormat kata anda diganti
dengan saudara.
Jenis-jenis perubahan makna:
1) perluasan makna
2) penyempitan makna
3) peninggian makna
4) penurunan makna
5) pertukaran makna
6) metafora

ad.1. Perluasan Makna


Salah satu perubahan yang terjadi dalam bahasa adalah perluasan makna.
Indikator perluasan makna dapat dilihat bahwa makna sekarang lebih lusa
daripada makna terdahulu.
Perhatikan perubahan makna meluas berikut ini.
Kata Makna Lama Makna Baru
Adik saudara kandung yang kata sapaan kepada laki
lebih muda’ (laki-laki laki atau perempuan
atau perempuan) lebih muda’

ad.2. Penyempitan Makna


Penyempitan makna berkebalikan dengan perluasan makna.Penyempitan
makna terjadi ketika sebuah kata yang pada awalnya mempunyai makna yang
luas kemudian maknanya berubah menjadi lebih sempit.

Perhatikan Penyempitan Makna berikut ini.


Kata madrasah, pendeta, sarjana, sastra adalah kosakata yang mengalami
penyempitan makna.
Kata Makna Lama Makna Baru
Pendeta ‘orang pandai; petapa’ ‘pemuka atau pemimpin
agama atau jemaah
(dalam agama Hindu
atau Protestan);
rohaniwan; guru agama’
ad.3. Peninggian Makna
Peninggian makna atau ameliorasi berhubungan dengan nilai rasa yang
lebih baik atau sopan.
Perubahan ini akan membuat kosakata atau ungkapan menjadi lebih halus,
tinggi, hormat daripada kosakata pilihan yang lainnya.

Perhatikan kalimat berikut.


- Susilo Bambang Yudhoyono mantan Presiden RI.
- Susilo Bambang Yudhoyono bekas Presiden RI.

ad.4. Penurunan Makna


Penurunan makna atau peyorasi berkebalikan dengan ameliorasi.Proses
perubahan makna ini dapat dilihat dari makna kata atau yang mempunyai
makna lebih rendah, kasar, atau kurang sopan.
1. Pemuda itu menjadi jongos di mewah itu.
2. Selama bekerja sebagai pelayan toko, ia tidak pernah pulang ke
kampung.

ad.5.Pertukaran Makna
Pertukaran makna disebut sinestesia. Perubahan makna ini disebabkan
karena pertukaran tanggapan indra, seperti pendengaran, pengecapan, dan
penglihatan.

Contoh pertukaran makna:


1. Sikapnya sangat dingin ketika peristiwa itu terjadi.
2. Terlalu banyak kenangan manis di kota pelajar ini.
3. Analisisnya begitu tajam terhadap permasalahan bangsa ini

ad.6. Persamaan Makna


Persamaan makna disebut juga dengan asosiasi. Persamaan makna yang
dimaksud di sini adalah makna yang berupa perumpamaan karena kesamaan
sifat.
Perhatikan kalimat berikut.
4. Para pejabat tidak akan memberikan amplop untuk perkara ini.
5. Jangan sampai pemerintahan sekarang ini mendapat nilai merah dari
rakyat.

Ad.7. Metafora
Metafora berkaitan dengan pemakaian kata kiasan yang memiliki
kemiripan makna. Metafora digunakan untuk menggambarkan perbandingan
analogis pada dua hal yang berbeda. Kata-kata yang digunakan bukan makna
yang sebenarnya.

Perhatikan kalimat berikut ini.


- Rumahnya berada di kaki gunung.
- Kecelakaan itu terjadi di mulut jurang.
- Harimau kecil itu beresembunyi di mulut gua.

B. EUFIMISME
Salah satu akibat adanya perubahan makna adalah eufimisme. Konsep
eufimisme mengacu pada penggantian suatu bentuk yang bernilai rasa kasar
dengan bentuk yang dirasa lebih halus dan sopan.

1. Referen Eufimisme
Penggunaan eufimisme dalam tuturan dapat dijadikan cermin penutur atau
masyarakat tuturnya.

Referen eufimisme adalah sebagai berikut:


1) menghaluskan tuturan,
2) sarana pendidikan,
3) alat berdiplomasi,
4) merahasiakan sesuatu,
5) penolakan bahaya.

Manfaat eufimisme:
1) menghaluskan tuturan,
2) sarana pendidikan,
3) alat berdiplomasi,
4) merahasiakan sesuatu,
5) penolakan bahaya.

Kebalikan eufimisme adalah disfemisme. Disfemisme berhubungan


dengan pengasaran, tuturan yang dapat menyakitkan mitra tutur. Pengasaran ini
terjadi ketika seorang penutur berada dalam situasi yang 50 tidak ramah atau
situasi yang tidak diinginkan. Keadaan tersebut membuat seseorang jengkel dan
memancing emosi untuk bertutur kasar.
ad.1. Menghaluskan Tuturan
Secara umum fungsi eufimisme adalah untuk menghaluskan tuturan.
Agar tidak terjadi konflik sosial antarpenutur, kata-kata atau ungkapan kasar,
ungkapan yang berkonotasi rendah, tidak menghormati keadaan sesorang, serta
ungkapan yang sekiranya dapat menyinggung perasaan seseorang harus
dihindari.

Kata “pembantu rumah tangga” pada saat ini berkonotasi rendah dan tidak
terhormat. Untuk menjaga perasaan pemilik profesi tersebut, maka diganti
dengan “asisten rumah tangga”.

Ad.2. Sarana Pendidikan


Bertutur secara halus dan sopan dapat berdampak positif bagi seseorang.
Ungkapan-ungkapan yang halus perlu diajarkan kepada anak-anak sejak mereka
masih kecil. Mereka adalah calon penerus bangsa di masa yang akan datang.
Sebagai sarana pendidikan, eufimisme dapat digunakan untuk
mengungkapkan beberapa aktivitas, misalnya membuang kotoran. Kata berak
dapat diganti dengan eek, kencing diganti dengan pipis.

Ad.4. Alat Berdiplomasi


Bahasa dapat digunakan dalam berbagai bidang. Hampir semua kegiatan
yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah berhubungan dengan
bahasa. Bahasa juga digunakan untuk berbagai macam kepentingan, salah
satunya sebagai alat berdiplomasi.
Bentuk eufimisme digunakan untuk menyamarkan ungkapan atau istilah
yang dianggap kasar.

sAd.5. Merahasiakan Sesuatu


Pemakaian bentuk eufimisme dapat digunakan untuk merahasiakan
sesuatu, misalnya digunakan oleh komunitas-komunitas tertentu.
Kata kucing digunakan untuk menyamarkan nama profesi yang dianggap
hina.

ad.6. Penolak Bahaya


Fungsi eufimisme sebagai penolak bahaya saat ini memang jarang
digunakan. Tidak semua masyarakat percaya dengan menggunakan eufimisme
akan terhindar dari bahaya.
Kata harimau diganti dengan kata nenek atau datuk. Kata ular diganti
dengan akar atau oyot. Masyarakat Jawa menyebut tikus dengan istilah den
bagus,

C. DISFENISME

Jika eufimisme berhubungan dengan penghalusan, disfemisme


berhubungan dengan pengasaran.
disfemisme adalah tuturan yang kasar dan juga menyakitkan mitra tutur.
Kata “kampungan” memiliki nilai rasa kasar jika diucapkan. Istilah ini
merujuk pada tindakan yang tidak sopan, tidak berpendidikan, atau kurang ajar.
Kita sebenarnya dapat menggantinya dengan istilah lain untuk
menggantikan istilah tersebut, misalnya dengan istilah “terbelakang” atau
“belum modern.”

KB.3.
WACANA
1 Daftar peta 1.Wacana melibatkan unsur segmental dan nonsegmental
konsep 2.Kohesi merupakan aspek formal dalam sebuah teks
(istilah dan 1. Kohesi Leksikal Alat-alat yang digunakan dalam kohesi
leksikal dapat berupa kata atau frasa bebas yang dapat
definisi) di
mempertahankan hubungan yang kohesif antarkalimat.
modul ini a. Repetisi (Pengulangan) digunakan untuk menghubungkan
antara topik kalimat yang satu dengan yang lainnya.
b. Kolokasi berkaitan dengan penggunaan dua kata atau
lebih secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan
makna.
2. Kohesi Gramatikal merupakan hubungan semantis antar
unsur.
a. Referensi hubungan kata dengan bendanya
1. Referensi eksofora
2. Referensi endofora
b. Subsitusi adalah penggantian suatu unsur bahasa dengan
unsur bahasa yang lain.
1. Subsitusi Nomina
2. Subsitusi Verba
3. Subsitusi Klausa
c. Konjungsi salah satu alat kohesi gramatikal yang memiliki
fungsi menghubungkan antara gagasan yang satu dengan
lainnya.
1. Konjungsi Aditif
2. Konjungsi Adservatif
3. Konjungsi Kausal
4. Konjungsi Temporal
d. Elipsis berhubungan dengan pelepasan yang terdapat pada
kalimat.
1. Elipsis Nomina
2. Elipsis Verbal
3. Elipsis Klausal
Koherensi merupakan pertalian atau jalinan antar kata,klausa,atau
kalimat dalam sebuah teks.
KB.4.
PRAGMATIK
1. Daftar peta 1. Konsep Pragmatik
konsep Chomsky (dalam Nababan, 1987: 1) memberi arti
(istilah dan istilah pragmatik dengan mengetengahkan istilah competence dan
definisi) di performance.Menurutnya, pragmatik lebih dekat dengan istilah
modul ini performance. Performance
adalah tingkatan berbahasa orang-orang yang didasarkan atas
competence,sedangkan competence adalah seperangkat aturan bahasa.
Konsep pragmatik menurut Yule (1996: 3) adalah studi tentang
makna yangdisampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh
mitra tutur atau pembaca.
YAN Lin-qiong (2007: 1)dalam jurnalnya yang berjudul Pragmatic
Interpretation of Humor Production andComprehension menjelaskan
bahwa pragmatik digunakan untuk memahami sebuah
tuturan. Sementara itu, Parker (dalam Wijana, 1996: 2) menjelaskan
bahwa“Pragmatics is distinct from grammar, which is the studi of the
internal structureof language. Pragmatics is the study how language is
used to communicate.”
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskanbahwa pragmatik
berbeda dengantata bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik yang mempelajari
struktur bahasa secara internal, sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu
bahasayang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu
bagaimana satuan bahasa
itu digunakan dalam komunikasi.
Fasold (dalam Gunawan, 1994: 83)yang beraliran kontinental menjelaskan
bahwa kajian pragmatik tidak hanyamengkaji struktur kalimat dan tata
bahasa (tradisi Anglo-Amerika), tetapi lebih luasyang meliputi analisis
wacana, etnografi komunikasi, beberapa aspek
psikolinguistik dan bahkan telaah tentang sapaan. Dengan demikian,
pragmatikdigunakan untuk mengkaji maksud ujaran atau daya (force).
Levinson (1985: 1) menjelaskanbahwa pragmatik adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara lambang denganpenafsirannya.
2. Prinsip Kerja Sama
Grice (melaluiLeech, 1983: 8) menyatakan ada empat aturan percakapan
atau empat maksim yangsecara umum dipandang sebagai prinsip atau
dasar kerja sama.
Jenis-Jenis Maksim dalam Prinsip Kerja Sama
1. Maksim Kuantitas. Informasi yang diberikan harus sesuai dengan
yangdibutuhkan
2. Maksim Kualitas. Informasi yang diberikan harus benar atau sesuai
fakta
3. MaksimRelevansi.Informasi yang diberikan memiliki hubungan
ataurelevansi dengan topik
4. Maksim Cara Informasi yang diberikan mudah dimengerti.Sumber:
Leech (1983)
Berikut ini adalah penjelasan maksim yang terdapat
dalam prinsip kerja sama.
a. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)
Terdapat dua aturan yang harus diperhatikan oleh penutur dan mitra
tuturdalam maksim kuantitas ini, yaitu berikan informasi secukupnya dan
jangan
memberikan informasi melebihi yang diperlukan.
b. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)
Maksim kualitas mengatur penutur untuk tidak mengatakan sesuatu
yangmenurutnya salah atau keliru. Selain itu, penutur jangan mengatakan
sesuatu yang
tidak ada buktinya. Dengan kata lain, penutur yang terlibat dalam sebuah
tuturantidak boleh berbohong, tidak ikut terlibat dalam tuturan jika tidak
mempunyai buktiyang memadai terkait apa yang sedang dibicarakan.
c. Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance)
Agar komunikasi berjaan dengan baikdanlancar,peserta tutur diharapkan
memberikan informasi yang relevan dan mudah dimengerti. Dengan kata
lain, agar komunikasi berjalan dengan lancar, tuturan yang satu dengan
yang lainnya harusada keterkaitan satu sama lain.
d. Maksim Pelaksanaan/ Cara (The Maxim of Manner)Maksim cara
mengatur agar para peserta tutur menghindari pernyataanpernyataanyang
samar, menghindari ketaksaan, dan mengusahakan agar
pernyataan yang disampaikan ringkas, teratur, tidak berpanjang lebar dan
berteletele.
3. Prinsif Kesantunan
Prinsip kesopanan(the politeness principle) menurut Nababan (1987: 33)
dipandang sebagaipelengkap bagi prinsip kerja sama.
Kata kesantunan memilikikata dasar santun. Kata ini biasanya
disandingkan dengan kata sopan. Lalu, apa
perbedaan kedua kata ini. Djatmika (2016: 75) membedakan dua kata
ini.Menurutnya, orang yang santun kemungkinan besar akan bersikap
sopan.
Akan tetapi, orang yang sopan belum tentu santun.
Konsep sopan berkaitan dengan penghormatan kepada orang lain
yangtidak direalisasikan dalam tindakan verbal.
Salah satu ahli bahasa yang menjelaskan prinsip kesantunan adalahBrown
dan Levinson (1978). Dalam teorinya, ia mengatakan bahwa
kesantunanberbahasa itu berkaitan dengan nosi muka (face). Nosi
iniberkaitan dengan citradiri yang universal dan setiap orang selalu ingin
memilikinya.Dalam bahasa Indonesia,konsep nosi muka ini berhubungan
denganungkapan menyelamatkan muka,kehilangan muka, dan menjaga
muka (Chaer, 2010: 49). Lebih lanjut Brown danLevinson (1987)
menjelaskan bahwa secara alamiah terdapat berbagai macamtuturan yang
tidak menyenangkan (Face Threatening Act) atau tindakan
yangmengancam muka. Oleh karena itu, untuk mengurangi ancamam
muka diperlukan
prinsip kesopanan dan kesantunan. Prinsip ini digunakan untuk
menghindari
konflik antarpeserta tutur ketika berkomunikasi.
Ahli bahasa lain yang menjelaskan mengenai kesantunan adalah Leech
(1983). Teori kesantunan yang dikemukakan olehnya adalah prinsip
kesantunan
(politenees principles). Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech
(1983)
direalisasikan ke dalam enam maksim, yaitu maksim kearifan,
kedermawanan,
pujian, kerendahan hati, dan kesepakatan.
a. Maksim Kearifan (Tact Maxim)
Aturan yang terdapat dalam maksim ini adalah agar penutur
meminimalkankerugian pada atau memberikan keuntungan kepada orang
lain sebesar mungkin.
b. Maksim Kedermawanan (Generocity Maxim)
Maksim kedermawanan disebut juga maksimkemurahan hati. Dalam
kegiatan berkomunikasi, maksim kedermawanan digunakan untuk
menghormatimitra tutur. Salah satu cara untuk menghormati orang lain
adalah mengurangikeuntungan bagi dirinya dan memaksimalkan
keuntungan bagi orang lain.
c. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Salah satu ciri seseorang dianggap santun dalam berbahasa adalah ketika
iamemberikan pujian kepada mitra tuturnya ketika berkomunikasi.
Maksim ini
mengatur agar penutur sedikit memberikan kecaman pada orang lain.
Tuturan yangdiharapkan dalam maksim ini adalah agar penutur sering
memuji orang lain.
d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Maksim kerendahaan hati mengatur peserta tutur untuk bersikap
rendahhati, yaitu mengurangi pujian terhadap diri sendiri.
e. Maksim Kesepakatan/ Kecocokan (Agreement Maxim)
Maksim kesepakan disebut juga maksim kecocokan. Aturan yang
terdapatdalam tuturan ini adalah setiap peserta tutur berusaha agar
kesepakatan antara diri
sendiri dan orang lain sebanyak mungkin. Dengan kata lain, peserta tutur
harusmeminimalkanketidaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain
terjadi sekecil
mungkin.
f. Maksim Simpati (Symphaty Maxim)
Aturan yang terdapat dalam maksim ini adalah mengurangi antipati antara
diri sendiri dan orang lain dan meningkatkan rasa simpati antara diri
sendiri dan
orang lain. Sikap antipati terhadap perilaku orang lain dianggap sebagai
perbuatanyang tidak santun.
2 Daftar 1,KB.1. Penggunaan jenis-jenis makna
materi yang 2.KB.2. Eufemisme,Disfemisme
sulit 3.KB.3. Penggunaan Kohesi dan Koherensi
4.KB.4. Penggunaan Maksim
dipahami di
5.KB.4. Penggunaan Pragmatik
modul ini

3 Daftar 1. Hubungan bentuk dan makna


materi yang 2. Konsep Pragmatik
sering 3. Pragmatik dengan istilah Competence dan Perpormance.
4. Pragmatik, ilmu yang mempelajari lambang dan penafsirannya.
mengalami
miskonsepsi
Gbr. PETA KONSEP MODUL – 2 “ SEMANTIK DAN WACANA”

JENIS-JENIS MAKNA HUBUNGAN BENTUK DAN


MAKNA

KB.1
Hubungan
Bentuk leksikal gramatika referensial nonrefer denotatif konotasi literal figuratif primer sekunder sinonim antonim homonim (polisemi hiponim rudundansi
dan
ensial
Makna ambiguit
as

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EUFIMISME DISFENISME


PERUBAHAN MAKNA
KB.2
Eufimisme
kebahasaan kesejarahaa psikologis kosakata Referen Manfaat
sosia bahas
n
baru Eufimisme
l a Eufimisme
asing
1) menghaluskan tuturan, 1) menghaluskan tuturan,
2) sarana pendidikan, 2) sarana pendidikan,
3) alat berdiplomasi, 3) alat berdiplomasi,
4) merahasiakan sesuatu, 4) merahasiakan sesuatu,
5) penolakan bahaya 5) penolakan bahaya.
SEMANTIK

DAN

WACANA
KONSEP WACANA KOHESI KOHERENSI

KB.3 Piranti Piranti Antarkata Klausa Kalimat


Wacana Kata Kalimat Paragraf
Kohesi leksikal Kohesi gramatikal

PRINSIP PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA


KB.4 KONSEP
Pragmatik PRAGMATIK
Maksim Maksim Maksim Maksim Maksim Maksim Maksim Maksim

Kuantitas Kualitas Relevansi Cara Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas

Anda mungkin juga menyukai