1. Penggunaan Ejaan
a. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada
awal kalimat, nama Tuhan, agama, kitab suci, nama
orang, nama gelar kehormatan yang diikuti nama
orang, nama depan bin atau binti, nama jabatan,
instansi, atau nama tempat, singkatan nama orang,
huruf pertama nama orang, bangsa, suku bangsa,
bahasa, nama tahun, bulan, hari, nama peristiwa
sejarah, nama negara, lambang resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, nama dokumen resmi, nama
judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah,
singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, huruf
pertama petikan langsung, kata penunjuk hubungan
kekerabatan, dan kata Anda dalam sapaan.
b. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring dalam Ejaan Yang
Disempurnakan dalam ketikan menggunakan jenis
huruf italic. Jika ditulis dengan tulisan tangan,
huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
c. Huruf Cetak Tebal
Penggunaan huruf cetak tebal digunakan untuk
menegaskan bagian seperti judul buku, bab, sub
bab, daftar isi, daftar tabel, daftar pustaka, indeks
maupun lampiran. Huruf cetak tebal digunakan
juga untuk menuliskan tema dan subtema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang
menyatakan polisemi dalam kamus.
2. Penggunaan Tanda Baca
Penggunaan tanda baca meliputi penggunaan tanda
titik (.), penggunaan tanda koma (,), penggunaan tanda
titik koma (;), penggunaan titik dua (:), penggunaan
tanda hubung (-), penggunaan tanda tanya (?),
penggunaan tanda seru (!), penggunaan tanda petik
tunggal (‘...’), penggunaan tanda petik dua (‘’…’’),
penggunaan tanda kurung ( (… ) ), penggunaan tanda
garis miring (/).
C. Kategorisasi Kata
1. Kategori verba
Kata verba merupakan kata yang menyatakan makna
perbuatan, pekerjaan,tindakan, proses atau keadaan.
a. Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri
tanpa afiks. Verba ini dapat dipakai dalam klausa
atau kalimat, baik bahasa formal maupun
nonformal.
b. Verba turunan adalah verba yang dibentuk melalui
transposisi,pengafiksasian, reduplikasi
(pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan).
2. Kategori Nomina
Kata nomina sering disebut kata benda.
a. Nomina dasar terdiri dari satu morfem
b. Nomina turunan dapat terbentuk melalui afiksasi,
perulangan, atau pemajemukan.
3. Kategori Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang berfungsi
memberikan keterangan khusus untuk nomina
dalam kalimat. (Alwi, dkk 2010: 177)
a. Adjektiva predikatif adalah adjektiva yang
dapat menempati posisi predikat dalam klausa,
misalnya mahal.
b. Adjektiva atribut yaitu adjektiva yang
mendampingi nomina dalam frase nominal.
4. Kategori Adverbia
Adverbia atau kata keterangan merupakan kata yang
menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
a. Adverbia kualitatif yaitu menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau
mutu.
b. Adverbia kuantitatif yaitu menggambarkan makna
yang berhubungan dengan jumlah.
c. Adverbia limitatif yaitu kata keterangan yang
maknanya berhubungan dengan pembatasan.
d. Adverbia frekuentatif yaitu kata yang maknanya
berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya
sesuatu.
e. Adverbia waktu yaitu kata yang maknanya
berhubungan dengan waktu terjadinya peristiwa.
f. Adverbia cara yaitu kata keterangan yang maknanya
berhubungan dengan cara sesuatu peristiwa
berlangsung atau terjadi.
5. Kategori Preposisi merupakan kata penunjuk arah atau
tempat.
a. Preposisi dasar yang sebagai preposisi tidak dapat
mengalami proses morfologis.
b. Preposisi turunan terbagi atas gabungan preposisi
dan preposisi, kemudian gabungan preposisi dan
nonpreposisi
6. Kategori Konjungsi
Konjungsi merupakan kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotasis,
dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih
dalam konstruksi.
a. Konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang
menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata,
frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.
b. Konjungsi ekstrakalimat terbagi atas konjungsi
intratekstual dan konjungsi ekstratektual.
7. Kategori pronomina
Pronomina merupakan kata yang dipakai untuk mengacu
pada nomina lain.
8. Kata tugas merupakan istilah bagi kelas kata yang yang
tidak termasuk kelas kata verba, nomina, adjektiva, dan
numeralia.
a. Interjeksi adalah kategori yang bertugas
mengungkap perasaan pembicara.
b. Artikula kategori yang mendampingi nomina
dasar.
c. Partikel adalah kata tugas yang tidak dapat
diterjemahkan secara pasti apa maksudnya.
d. Interogatif atau kata-kata tanya.
E. Jenis-Jenis Klausa
Berdasarkan kategori tertentu, klausa dapat dibagi
menjadi beberapa jenis. Penggolongan klausa
didasarkan pada:
1. Struktur intern
2. Ada tidaknya kata negatif
3. Kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
P.
G. Jenis-Jenis Kalimat
1. Kalimat perintah bertujuan meemberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
2. Kalimat berita merupakan kalimat yang sekadar
memberikan informasi.
3. Kalimat tanya bertujuan memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban).
4. Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan
untuk mengungkapakan perasaan ‘yang kuat’ atau
ungkapan untuk peristiwa mendadak.
H. Penggolongan Kalimat
1. Berdasarkan Pengucapan
a. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara
cermat menirukan ucapan orang.
b. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang
menceritakan kembali ucapan atau perkataan
orang lain.
2. Berdasarkan Struktur Gramatikal (jumlah klausa)
a. Kalimat tunggal adalah kalimat yang
memiliki satu klausa dan terdiri atas satu
subjek serta satu predikat
b. Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih
kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi.
- Kalimat majemuk setara
(KMS)Kalimat ini terbentuk dari dua atau
lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap
kalimat sederajat.
c. Kalimat majemuk bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu
suku kalimat bebas dan satu suku kalimat
yang tidak bebas.
3. Berdasarkan Unsur Kalimat
a. Kalimat lengkap sekurang-
kurangnya terdiri dari satu subjek dan satu
predikat.
b. Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang
tidak sempurna karena hanya memiliki
subjek saja, atau predikat saja, atau objek
saja, atau keterangan saja.
4. Berdasarkan Susunan Subjek-Predikat
a. Kalimat inversi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya.
b. Kalimat versi adalah kalimat yang susunan
dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-PO-
K).
KB 4. Kalimat Efektif
KB 2 Eufimisme .
A. Perubahan Makna
1. Faktor Penyebab Perubahan Makna
a. Faktor Kebahasaan, berkaitan dengan
cabang linguistik, seperti fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Misal: kata sahaya
menjadi saya.
b. Faktor Kesejarahan, berkaitan dengan
perkembangan kata. Misal: kata betina
(hewan) dan kata wanita (manusia).
c. Faktor Sosial, disebabkan karena
perkembangan makna kata dalam
penggunaannya di masyarakat. Misal: kata
gerombolan (dulu ‘orang yang berkumpul,
sekarang bermakna negatif, pemberontak).
d. Faktor Psikologis, disebabkan oleh penutur
itu sendiri. Misal: Kata anjing (dulu merujuk
pada hewan, sekarang digunakan dalam
makian).
e. Pengaruh Bahasa Asing, berkaitan dengan
kebutuhan penutur. Misal: kata akkord
menjadi akur.
f. Kebutuhan Kosakata Baru, disebabkan
karena penutur perlu menciptakan kata/
konsep baru yang dibutuhkan. Misal: kata
canggih digunakan untuk menyebut
perkembangan teknologi yang serba
modern, rumit, dan ruwet.
2. Jenis-Jenis perubahan Makna
a. Perluasan Makna yaitu makna sekarang
lebih lusa daripada makna terdahulu. Misal:
kata adik, berarti saudara kandung yang
lebih muda (makna lama) dan sapaan untuk
laki-laki/ perempuan yang lebih muda
(makna sekarang).
b. Penyempitan Makna yaitu kebalikan dari
perluasan makna; terjadi ketika sebuah kata
yang awalnya mempunyai makna luas
kemudian berubah menjadi sempit. Misal:
kata madrasah yang berarti sekolah (makna
lama) dan sekolah agama Islam (makna
baru).
c. Peninggian Makna (Ameliorasi) yaitu
berhubungan dengan nilai rasa yang lebih
baik atau sopan, sehingga menjadi lebih
halus, tinggi, hormat daripada kosakata lain.
Misal: kata mantan lebih halus daripada kata
bekas.
d. Penurunan Makna (Peyorasi) yaitu
perubahan kata yang mempunyai makna
lebih rendah, kasar, atau kurang sopan.
Misal: kata jongos bernilai rasa kasar/
kurang sopan, dapat digantikan kata asisten
rumah tangga.
e. Pertukaran Makna (Sintesia), disebabkan
karena pertukaran tanggapan indra
(pendengaran, pengecapan, dan penglihatan)
Misal: Ucapannya begitu pedas. Kata dingin
merujuk pada indra pengecapan.
f. Persamaan Makna (Asosiasi) yaitu makna
yang berupa perumpamaan karena
kesamaan sifat. Misal: Menu ayam geprek
mulai menjamur.
g. Metafora yaitu berkaitan dengan
pemakaian kata kiasan yang memiliki
kemiripan makna (perbandingan analogis
dua hal berbeda). Misal: Kecelakaan itu
terjadi di mulut jurang.
B. Eufimisme
1. Eufimisme bermakna berbicara dengan
menggunakan perkataan yang halus dan sopan
sehingga memberikan kesan yang baik.
2. Kosakata tabu adalah kosakata yang tidak
boleh diucapkan karena memiliki kekuatan
supranatural yang dapat menyebabkan bahaya.
3. Referen Eufimisme
Referen eufimisme antara masyarakat satu
dengan yang lain berbeda.
4. Manfaat Eufimisme
a. Menghaluskan Tuturan
b. Sarana Pendidikan
c. Alat Berdiplomasi
d. Merahasiakan Sesuatu.
e. Penolak Bahaya
C. Disfemisme
Disfemisme adalah tuturan yang kasar dan juga
menyakitkan mitra tutur.
KB 3 Wacana
A. Konsep Wacana
Wacana merupakan wujud penggunaan bahasa
dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan
unsur segmental dan nonsegmental atau tidak hanya
menggunakan seperangkat alat linguistik, seperti:
fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat,
tetapi juga memperhatikan konteks tuturan.
B. Kohesi
Kohesi merupakan aspek formal dalam sebuah teks
dan digunakan sebagai penanda hubungan
antarkalimat dalam teks.
1. Kohesi leksikal dapat berupa kata/ frasa bebas
yang dapat mempertahankan hubungan kohesif
antarkalimat.
a. Repetisi (Pengulangan), digunakan untuk
menghubungkan antara topik kalimat yang
satu dengan yang lainnya.
- Pengulangan Penuh
- Pengulangan Bentuk Lain
- Penggulangan dengan Penggantian
(substitusi)
- Pengulangan dengan Hiponim
b. Kolokasi berkaitan dengan penggunaan dua
kata atau lebih secara bersama-sama untuk
membentuk kesatuan makna. Misalnya,
pasien akan berhubungan dengan dokter.
2. Kohesi Gramatikal merupakan hubungan
semantis antarunsur yang ditandai dengan
penggunaan alat-alat gramatikal.
a. Referensi yaitu berkaitan antara kata dan
benda yang mewakilinya.
- Referensi eksofora
- Referensi endofora
- Referensi anafora dan katafora
b. Substitusi adalah penggantian suatu unsur
bahasa dengan unsur yang lain; digunakan
unruk menghidari pengulangan bentuk yang
sama.
- Substitusi Nomina
- Substitusi Verba
- Substitusi Klausa
c. Konjungsi adalah salah satu alat yang
memiliki fungsi menghubungkan antara
gagasan satu dengan yang lain.
- Konjungsi Aditif
- Konjungsi Adversatif
- Konjungsi Kausal
- Konjungsi Temporal
d. Elipsis berhubungan dengan pelesapan yang
terdapat pada kalimat.
- Elipsis Nomina
- Elipsis Verbal
- Elipsis Klausal
C. Koherensi
Koherensi merupakan pertalian atau jalinan
antarkata, klausa, atau kalimat dalam sebuah teks.
KB 4 Pragmatik
A. Konsep Pragmatik
1. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yaitu bagaimana satuan bahasa itu digunakan
dalam komunikasi.
2. Konsep pragmatik adalah studi tentang makna
yang disampaikan oleh penutur atau penulis
dan ditafsirkan oleh mitra tutur atau pembaca
(Yule, 1996: 3).
C. Prinsip Kesantunan
1. Maksim Kearifan (Tact Maxim) merupakan
sebuah kegiatan tuturan dimana penutur
diharapkan agar dapat meminimalkan kerugian
atau memberikan keuntungan kepada orang lain
sebesar mungkin.
2. Maksim Kedermawanan (Generocity
Maxim) merupakan sebuah kegiatan tuturan
dimana dalam penutur berkomunikasi, maksim
kedermawanan digunakan untuk menghormati
mitra tutur, salah satu cara untuk menghormati
orang lain adalah mengurangi keuntungan bagi
dirinya dan memaksimalkan keuntungan bagi
orang lain.
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
merupakan sebuah kegiatan tuturan dimana
penutur memberikan pujian kepada mitra
tuturnya (mengatur agar penutur sedikit
memberikan kecaman pada orang lain dan
sering memuji orang lain).
4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
merupakan sebuah kegiatan tuturan dimana
penuturharus bersikap rendah hati, yaitu
mengurangi pujian terhadap diri sendiri.
Prinsip maksim kerendahan hati adalah pujilah
diri sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri
sendiri sebanyak mungkin.
5. Maksim Kesepakatan/ Kecocokan
(Agreement Maxim) merupakan sebuah
kegiatan tuturan dimana penuturharus berusaha
agar kesepakatan antara diri sendiri dan orang
lain sebanyak mungkin. Dengan kata lain,
peserta tutur harus meminimalkan
ketidaksepakatan antara diri sendiri dan orang
lain terjadi sekecil mungkin.
6. Maksim Simpati (Symphaty Maxim)
merupakan sebuah kegiatan tuturan dimana
penuturharus berusaha mengurangi antipati
antara diri sendiri dan orang lain dan
meningkatkan rasa simpati antara diri sendiri
dan orang lain
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Hubungan bentuk dan makna
di modul ini 2. Perubahan makna
3. Referensi eksofora dan endofora
4. Perbedaan mendasar kohesi dan makna konjungsi
5. Konsep pragmatik
B. Unsur Drama
1. Alur (plot/kerangka cerita) merupakan
jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga
akhir yang merupakan jalinan konflik antara
dua tokoh yang berlawanan. (Waluyo
(2001))
- Tahap eksposisi disebut pula tahap
perkenalan. (Wiyanto (2002))
- Tahap konflik merupakan tahap mulai
munculnya insiden (kejadian).
(Wiyanto (2002))
- Tahap komplikasi merupakan tahap
mulai timbulnya konflik-konflik yang
semakin banyak dan rumit. (Wiyanto
(2002))
- Tahap krisis (klimaks) merupakan
tahap memuncaknya konflik (titik
pertikaian paling ujung yang dicapai
pemain protagonis dan pemain
antagonis. (Wiyanto (2002))
- Tahap resolusi merupakan
penyelesaian konflik (jalan keluar
penyelesaian konflik-konflik yang
terjadi sudah mulai tampak jelas).
(Wiyanto (2002))
- Tahap keputusan merupakan tahap
akhir dimana pada tahap ini semua
konflik berakhir dan sebentar lagi cerita
selesai. (Wiyanto (2002))
2. Tokoh adalah pelaku yang menggerakkan
alur drama. (Wiyanto (2002))
- Tokoh protagonis adalah tokoh yang
mendukung cerita. (Waluyo (2003))
- Tokoh antagonis adalah tokoh
penentang cerita. (Waluyo (2003))
- Tokoh tritagonis adalah tokoh
pembantu, baik untuk tokoh protagonis
maupun untuk tokoh antagonis. (Waluyo
(2003))
3. Latar adalah setting atau tempat kejadian
dalam cerita. (Waluyo (2001))
4. Tema adalah pikiran pokok yang mendasari
lakon drama, yang dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi cerita
yang menarik. (Wiyanto (2002))
5. Amanat merupakan pesan yang disampaikan
seorang pengarang kepada penontonnya
dalam pentas drama. (Waluyo (2003))
6. Ragam bahasa dialog adalah bahasa lisan
komunikatif dan bukan bahasa tulis.
(Waluyo (2003))
7. Lakuan merupakan gerak-gerik pemain di
atas pentas yang berkaitan dengan alur dan
watak tokoh.
8. Teks samping atau petunjuk teknis
(kramagung) adalah sebuat teks yang berfungsi
memberikan petunjuk teknis tentang tokoh,
waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar
masuknya pemain, keras lemahnya dialog, warna
suara, perasaan yang mendasari dialog yang
membantu sutradara dan para pemain dalam
menafsirkan naskah biasanya ditulis dengan
tulisan yang berbeda dari dialog, seperti huruf
besar, huruf miring, dalam kurung dan kurung
tutup. (Waluyo (2003))
C. Jenis Drama
1. Drama tradisional (drama rakyat) adalah
drama yang lahir dan diciptakan masyarakat
tradisional yang digunakan untuk kegiatan
sosial dan keagamaan seperti menyambut
datangnya panen, menyambut tamu, sarana
ritual atau mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan. (Siswanto (2008))
2. Drama modern adalah drama yang lahir
pada masyarakat industri. (Siswanto (2008))
D. Apresiasi Drama
Menginterpretasi drama merupakan
kegiatan menafsirkan makna drama yang
dibaca atau pementasan drama yang ditonton.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Menentukan materi pembelajaran pada sastra yang
modul ini relevan
2. Menulis puisi (pemilihan diksi)
3. Menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi covid 19
3 Daftar materi yang sering 1. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam
mengalami miskonsepsi pembelajaran sastra
2. Menentukan skor dan kriteria penilaian dalam
pembelajaran drama
3. Pada materi jenis drama antara drama tradisional dan
modern
4. Unsur pembangun puisi, terutama unsur fisik (imaji
dan gaya bahasa)
Modul 4 : Keterampilan Berbahasa Reseptif
B. Tujuan Membaca
Tujuan membaca adalah untuk mencari
dan memperoleh informasi, mencakup isi
dan makna bacaan.(Tarigan (2015:9-11))
D. Jenis-Jenis Membaca
1. Membaca nyaring sebagai suatu aktivitas
atau kegiatan yang merupakan alat bagi
pembaca atau pendengaruntuk menangkap
serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan penulis.( Tarigan)
2. Membaca dalam hati sesuai namanya adalah
kegiatan membaca yag dilakukan tanpa
bersuara.
- Membaca ekstensif berarti membaca
secara luas, yaitu membaca sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang singkat.
- Membaca sekilas atau skimming
adalah jenis membaca yang membuat
mata kita bergerak cepat melihat,
memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari serta mendapatkan informasi.
- Membaca intensif pada hakikatnya
adalah kegiatan membaca yang
bertujuan untuk memahami secara
mendalam isi atau informasi dalam
bacaan.
3 Daftar materi yang sering 1. Menentukan metode dan strategi yang dapat
mengalami miskonsepsi digunakan dalam pembelajaran membaca di
sekolah.
2. Jenis-jenis membaca
3. Membedakan antara menyimak terapeutik, kritis
dan apresiatif
Modul 5 : Keterampilan Berbahasa Produktif
KB 3 Keterampilan Menulis
1. Konsep Dasar Menulis
- Menulis merupakan kemampuan seseorang
menuangkan ide, gagasan atau gambaran yang ada
di dalam pikiran manusia dalam bentuk karya tulis
yang dapat dibaca, dipahami dan dimengerti orang
lain.
2. Ragam dan Faktor-Faktor Pendukung Menulis Ragam
karya tulis dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ragam fiksi (sastra), misalnya novel, cerpen, puisi,
cerita rakyat dsb.
2) Ragam nonfiksi berdasarkan strukturnya dibedakan
menjadi dua yaitu ragam ilmiah dan faktual.
2) Teks Hikayat
Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang
artinya "memberitahu" dan "menceritakan".
3) Novel
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 2017), novel diartikan sebagai karangan
prosa yang panjang, mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat setiap pelaku.
- Struktur teks adalah bagian-bagian terpisah
yang menusun sebuah teks hingga menjadi
sebuah teks yang utuh. Adapun struktur teks
novel meliputi:
a) Abstrak (gambaran atau ringkasan awal
cerita)
b) Orientasi (pengenalan tokoh)
c) Komplikasi (masalah mulai muncul)
d) Evaluasi (masalah mulai memuncak)
e) Resolusi (penyelesaian masalah)
f) Koda (pesan penulis)
- Kaidah kebahasaan teks novel
sebagai berikut:
a) Bahasa bermakna denotatif yaitu makna
sebenarnya.
b) Bahasa bermakna konotatif atau asosiatif
yaitu makna tidak sebenarnya.
c) Bahasa bersifat ekspresif yaitu memberi
bayangan suasana pribadi pengarang.
d) Bahasa bersifat sugestif yaitu bersifat
memengaruhi pembaca.
e) Bahasa bersifat plastis yaitu bersifat indah
untuk menggugah perasaan pembaca.
f) Gaya bahasa ironi atau sindirian adalah
gaya bahasa yang dikatakan kebalikan dari
apa yang sebenarnya.
g) Gaya bahasa sinisme, yakni sindiran yang
lebih kasar dari ironi untuk mencemooh.
h) Gaya bahasa sarkasme, yakni sindiran
yang sangat tajam dan kasar hingga
kadangkadang menyakitkan hati.