Mengevaluasi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi
3.4
dalam novel berdasarkan kaidah-kaidah baik melalui lisan maupun tulisan
Menginterpretasi makna teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan
4.1 cerita fiksi dalam novel baik secara lisan maupun tulisan
Memproduksi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi
4.2
dalam novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik secara lisan
maupun tulisan
4.3 Menyunting teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi
dalam novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan
maupun tulisan
Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olah
imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman
batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.Teks cerita fiksi merupakan
salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil imajinasi pengarang. Imajinasi
pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran,
kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata
maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Cerita fiksi adalah cerita rekaan buatan yang dibuat pengarang, dimana cerita di
dalamnya menjadi bermakna dikarenakan daya khayal, angan angan atau fantasi olah fikir ide
kreatifitas penulis.
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Umumnya sebuah
novel bercerita tentang tokoh tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari hari,
dengan menitikberatkan pada sisi sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari
bahasa italia 'novella' yang berarti kutip sebuah kisah, sepotong berita kutip. Dan novel
memiliki cerita yang lebih kompleks dari novel.
C. KAIDAH KEBAHASAAN
(1) Unsur Intrinsik Cerita
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau permasalahan yang mendasari isi cerita.
Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra. Karya sastra dari segi peranan atau tingkat
pentingnya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Sedangkan
penokohan berkaitan dengan bagaimana sifat-sifat tokoh itu digambarkan dalam cerita
tersebut oleh pengarang.
3. Latar/setting
Dalam arti luas, latar meliputi latar tempat, latar waktu, latar suasana saat kejadian atau
peristiwa itu terjadi.
Latar tempat merupakan gambaran tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita.
Latar suasana adanya suasana disekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring
atau latar belakang kejadian.
4. Alur
Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalam suatu cerita. Dalam teks cerita fiksi,
terdapat 3 jenis alur yaitu alur maju, alur mundur, alur kilas balik. Pada teks cerita fiksi, tidak
selalu satu jenis alur yang digunakan, terkadang penulis sengaja mencampurkan dua jenis alur
dalam ceritanya.
5. Sudut pandang
Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang digunakan oleh pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, latar, tindakan, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya cerita fiksi kepada pembaca.
Sebuah cerita disampaikan bukan oleh seorang tokoh yang ada dalam cerita, tapi oleh
penulis yang berada di luar cerita, maka tokoh cerita disebut dia atau ia.
MODUL/DIKTAT BIN XII SEMESTER 2 Halaman 2
6. Amanat
Amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca yang disampaikan melalui karya berupa
teks cerita fiksi tersebut.
(bahasa latin, "untuk" dan verbum, "kata") adalah kelas kata yang memberikan
keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang
bukan nomina (kata benda). Contoh adverbia misalnya sangat, amat, tidak.
Cara penggolongan kata keterangan keterangan bermacam-macam tergantung dari
sumber rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara pembagian kata keterangan.
1. Kata keterangan alat. Misalnya: dengan.
2. Kata keterangan kesertaan. Misalnya: bersama.
3. Kata keterangan perlawanan. Misalnya: meskipun.
4. Kata keterangan tujuan. Misalnya: untuk.
5. Kata keterangan sebab. Misalnya: karena.
6. Kata keterangan akibat. Misalnya: maka.
7. Kata keterangan waktu. Misalnya: kemarin, besok.
8. Kata keterangan tempat. Misalnya: sana, sini.
9. Kata keterangan syarat. Misalnya: jika.
10. Kata keterangan derajat. Misalnya: sedikit, banyak.
11. Kata keterangan keadaan. Misalnya: sungguh-sungguh.
12. Kata keterangan kepastian. Misalnya: mungkin.
(3) Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah
pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek
tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas
bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.
Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun
penggantian. Dalam majas perbandingan, dikenal beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya
manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk
segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan
dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut.
Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras
keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang
lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel.
a. Paling
Contohnya adalah paling cantik, paling indah, paling tampan dan lain sebagainya.
b. Lebih
Contohnya adalah lebih cantik, lebih indah, lebih tampan dan lain sebagainya.
c. Kurang
Contohnya adalah kurang cantik, kurang indah, kurang tampan dan lain sebagainya
Kata sifat (adjektiva) dapat ditambahkan atau diberikan dengan kata keterangan
penguat yang menggunakan dari kata seperti berikut dibawah ini :
a. Benar
Contohnya adalah menawan benar, indah benar, dermawan benar dan lain sebagainya.
b. Sekali
Contohnya adalah menawan sekali, indah sekali, dermawan sekali dan lain sebagainya.
c. Terlalu
Contohnya adalah terlalu menawan, terlalu indah, terlalu dermawan dan lain sebagainya
Kata sifat (adjektiva) bisa diingkari/ditolak dengan kata “tidak”. Contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak pandai.
b. Tidak buruk.
c. Tidak benar.
d. Tidak tampan.
e. Tidak dermawan.
f. Tidak sabar.
g. Tidak ramah.
Kata sifat (adjektiva) bisa diulang-ulang (kata pengulangan) dengan diawali (se-) dan
diakhiri dengan (-nya). Contohnya adalah seperti berikut :
a. Sebaik-baiknya.
b. Setulus-tulusnya.
c. Semulus-mulusnya.
d. Selancar-lancarnya.
e. Sebanyak-banyaknya.
f. Seburuk-buruknya.
g. Secantik-cantiknya.
h. Setampan-tampanya dan lain sebagainya.
Kata sifat (adjektiva) terdapat didalam kata-kata tertentu yang menggunakan akhiran
seperti berikut :
a. Akhiran –er
Contohnya adalah karier, honorer, kaskuser, hijaber dan lain sebagainya.
b. Akhiran –wi
Contohnya adalah manusiawi, duniawi, surgawi, kimiawi dan lain sebagainya.
c. Akhiran -iah
Contohnya adalah alamiah, islamiah, ilmiah dan lain sebagainya.
d. Akhiran –if
Contohnya adalah naif, positif, aktif, pasif, naratif, konsumtif dan lain sebagainya.
e. Akhiran –al
Contohnya adalah normal, formal, struktural, fungsional, netral dan lain sebagainya.
f. Akhiran –ik
Contohnya adalah elektrik, munafik, menarik dan lain sebagainya.
Kata sifat (adjektiva) bisa diingkari/ditolak dengan kata “tidak”. Contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak pandai.
b. Tidak buruk.
c. Tidak benar.
d. Tidak tampan.
e. Tidak dermawan.
f. Tidak sabar.
g. Tidak ramah.
Dia ingat lelaki itu, lelaki pemberani dan misterius. Lelaki yang mau melawan badai,
membunuh beruang bahkan ketika usianya sendiri belum sepuluh tahun dan melawan
kekuatan apapun yang dianggapnya salah dan merugikan orang lain.
(NSdI, 2004:1—2)
“...Tetapi Yang Mulia, apakah kita juga harus membiarkan ketika masyarakat kecil
yang seharusnya mendapatkan perlindungan hukum, diperlakukan tidak adil oleh hukum yang
justru melindungi pihak lain dengan memakai kata sebagai aset pemerintah? Bahwa hukum
yang dibenarkan itu hanya untuk melindungi kelompok kecil yang memiliki modal dan bisa
membayar semuanya? Apakah banjir bandang yang selalu datang setiap tahun yang sering
menelan korban rakyat kecil, tidak bisa menjadi alasan bahwa semua itu adalah akibat dari
eksplorasi hutan yang berlebihan di daerah sekitar? Mengapa kita harus menyebutnya bahwa
itu hanya sebuah bencana alam yang diberikan oleh Tuhan...?” (NSdI, 2004:9)
Kalid divonis setahun dua bulan oleh hakim. (NSdI, 2004:12)
Ketika hakim selesai membaca keputusan, kembali, mereka kalap dan mengatakan
bahwa hukuman itu tidak adil untuk Kalid. “Yang pantas dihukum itu Dedi Chandra dan
antek-anteknya!” teriak mereka. “Hakim telah dibayar oleh Dedi Chandra!” teriak yang lain.
(NSdI, 2004:12)
Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir yang hingga kini masih
seperti itu ketika aku meninggalkannya hampir tujuh tahun lalu. Kemiskinan bukan lagi hal
baru, dan itu yang terus menerus kami lawan. Tetapi kemiskinan itu semakin bertambah
dengan penderitaan yang kami, orang kampung, sulit mencari solusinya. Bahkan, saking
bodohnya, engkau tentu tahu kisah tentang Fatimah dan Ipah, dua wanita yang dikorbankan
kepada penunggu Sungai Indragiri ketika musim panas melanda kampung kami selama
berbulan-bulan. Itu bukan sebuah bagian dari budaya, Alia, tetapi itu adalah bentuk ironis dari
kebodohan kami. (NSdI, 2004:18)
Mulanya, dengan inisiatif sendiri, aku datang ke kantor Dinas Kehutanan di Rengat
ketika libur kuliah dan mengatakan kepada mereka bahwa aktivitas PT Riau Maju Timber di
kampung kami harus dihentikan. Sebab, lambat-laun hutan di kampung kami habis dan banjir
selalu datang menenggelamkan kampung kami. Tapi apa jawaban mereka? “Tidak hanya di
kampungmu hutan ditebang, tetapi mengapa hanya kamu yang melapor? Itu bukan urusan
kamu, pemerintah yang memberi izin!” (NSdI, 2004:19)
Namun, aku benar-benar terpukul ketika musim hujan di bulan September, aku
kehilangan abah. Aku tak bisa pulang ketika itu, karena permukaan Sungai Indragiri naik dan
B. KAIDAH KEBAHASAAN
1. UNSUR INTRINSIK
(1) Tema :
Tema Khusus :balas dendam karena penebangan ilegal yang dilakukan oleh PT
Riau Maju Timber
Bukti : di depan beberapa pemusa, suatu malam, aku menjelaskan bagaomana
tamaknya perusahaan- perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya.
“kapitalis modern tak membutuhkan.... (NSdl,2004:25)
B) Penokohan
Kalid Anwar
a. Ciri Fisik
1. Kalid adalah seorang yang berperawakan keras dengan pori wajah
yang agak kasar dan rahang yang menyembul.
2. Khalid memiliki kumis, cambang, dan jenggot yang panjang.
3. Khalid berambut gondrong dan awut-awutan dan hampir seluruh
mukanya tertutup bulu.
4. Khalid memiliki tatapan mata yang sangat tajam.
5. Khalid memiliki ekspresi yang dingin.
Bukti :
1. Dia senang bisa memandang lelaki itu; melihat dari dekat wajahnya
yang tidak terlalu halus-pori-porinya terlihat dan rahangnya yang
menyembul.... (NSdI, 2004:4)
2. Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjang, juga rambutku,
supaya tak ada orang yang mengenaliku, meskipun aku yakin tak ada
orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku dimuat di beberapa
koran. (NSdI, 2004:63)
3. Rambutnya gondrong awut-awutan, hampir seluruh mukanya ditutupi
bulu lebat.... (NSdI, 2004:75)
4. Tetapi aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa tatapan matanya yang
sangat tajam ketika kami pertama kali bertemu-bukan bertemu, aku
yang memandangnya dari kejauhan-menjelang senja beberapa waktu
sebelum huru hara itu, telah mengubah seluruh tatanan pemikiranku
selama ini. (NSdI, 2004:60)
5. Aku juga pergi tanpa kata-kata, tetapi sekilas aku bisa melihat ekspresi
Kalid yang dingin. Betul-betul dingin dan beku. (NSdI, 2004:6)
b. Psikologis
1. Emosional
Dedi Candra
a. Sosial Ekonomi
1. Kaya
Bukti :
hanyalah sebuah akibat dari sebuah keputusan pemerintah ketika
menerbitkan SK HPH untuk PT Riau Maju Timber yang sahamnya
mayoritas dimiliki DC. (NSdI, 2004:8).
b. Alur
1. Mundur
Bukti :
Bulan April 1998, sekilas, dari siaran radio yang aku dengar, keadaan
politik memang memburuk akibat jatuhnya harga rupiah. Tetapi bagi
kami, naiknya dolar malah melambungkan harga getah karet, dan harga
kayu juga naik drastis. Inilah yang kemudian memulai segalanya. (NSdI,
2004:22)
2. Sebab - Akibat
Contoh pada teks :
1) ...., hanyalah sebuah akibat dari sebuah keputusan pemerintah ketika menerbitkan SK HPH untuk PT Riau
Maju Timber yang sahamnya mayoritas dimiliki DC. (Paragraf 5)
2) ...., tidak bisa menjadi alasan bahwa semua itu adalah akibat dari eksplorasi hutan yang berlebihan di
daerah sekitar? (Kalimat 3, paragaraf 6)
3) Bulan April 1998, sekilas, dari siaran radio yang aku dengar, keadaan politik memang memburuk akibat
jatuhnya harga rupiah. (Kalimat 1, paragraf 12)
4) Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang dilakukan membuat bencana itu selalu
datang. (Kalimat 1, paragraf 29)
5) Dia telah menghancurkan semuanya, banjir dan kekeringan karena hutan di sekitar kampungku habis, abah
terbawa aliran sungai dan jasadnya pun aku tak pernah melihatnya.... (kalimat 3, paragraf 41)
3. Adverbia waktu
1) Bulan April 1998, sekilas, dari siaran radio yang aku dengar, keadaan politik memang memburuk akibat
jatuhnya harga rupiah.
4. Majas
Contoh pada teks :
1) Tidak semua koran menulis tentang peristiwa itu, hanya beberapa. (Majas personifikasi) (hal: 1)
2) Aku tak bisa pulang ketika itu, karena permukaan sungai Indragiri naik dan gemuruh alirannya seperti
ombak yang bergulung berwarna kuning. (Majas personifikasi) (hal: 21)
3) Tak ada yang bisa menyelamatkan basecamp iti dari amukan api. (Majas personifikasi) (hal: 30)
4) Bangunan yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu tersebut menjadi makanan empuk api yang kemudian
membumbung dan menjadi bola api raksasa terlihat dari jauh yang memecah kesunyian kampung itu.
(Majas Hiperbola) (hal:30)
5) Suara gemuruh datang seperti air bah yang menggulung, atau bunyi ombak badai di lautan ganas. (Majas
Asosiasi) (hal: 49-50)
6) Aku berjalan kaki beberapa jam dan tiba di Lintas Timur ketika hawa dingin menusuk tulang, dan aku tak
tahu harus kemana. (Majas Hiperbola) (hal: 63)
5. Kata Sifat (Adjektiva)
Contoh pada teks :
1) Dia ingat lelaki itu, lelaki pemberani dan misterius. (Kalimat 1, paragraf 1)
2) ......, diperlakukan tidak adil oleh hukum yang justru melindungi pihak lain dengan memakai kata aset
pemerintah? (Kalimat 1, paragraf 6)
3) Malam yang kering pada 12 Agustus 1998 itulah, aku merasa menjadi manusia yang berani melawan
melawan sesuatu yang memang harus dilawan. (Kalimat 4, paragraf 15)
4) Kedua penjaga itu terkejut dan dia lebih terkejut lagi karena pada saat yang bersamaan, semua pagar
keliling sudah menyala dan beberapa saat setelah itu seluruh bangunan di dalam kompleks itu menyala.
(Kalimat 1, paragraf 18)
5) Yang ada dalam pikiranku sejak aku mulai memahami pedihnya menjadi orang miskin adalah bagaimana
supaya kami semua di kampungku diperhatikan, sekolah dibangun dengan layak, jalan dan jembatan
dibuat..... (kalimat 1, paragraf 19)
(1) Maka berhentilah Nurbaya sebentar : bertutur, karna hendak menyapu ari matanya, yang
keluar tiada dirasainya. (2) Samsu tiadalah dapat berkata kata, sebab sedih mengdengar nasih
adiknya ini. “oleh sebab tiu, kupinta padamu , Sam” kata Nurbaya pula, “Bila engkau kelak
beranak perempuan, jangan sekali kali kau paksa kawin dengan laki laki yang tidak
disukainya. (3) karna telah kurasai sendiri sekarang ini, bagaimana sakitnya, susahnya dan
tak enakya, duduk dengan suami yang tidak disukai. Tak heran aku, bila perempuan, yang
bernasib sebagai aku ini melakukan pekerjaan yang tak baik, karna putus asa. (4) Aku ini,
sudahlah : sebab terpaksa akan menolong ayahku. Tetapi perempuan yang tiada semlang aku,
aku janganlah dipaksa, menurut kehendak hati ibu-bapak, sanak saudara sahaja, tentang
perkawinannya, dengan tiada mengindahkan kehendak, kesukaan, umur, kepandaian, tabiat
dan kelakuan anaknya.
Bukti bahwa Nurbaya adalah anak berbakti kepada orang tuanya terdapat pada
nomor….
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
Kutipan Novel 2
Di tengah jalan tergeletak bangkai burung. Kupacu lagi kudaku. Di tempat lain tampak
bangkai burung lagi. Pada setiap jarak tertentu selalu ada bangkai –bangkai burung sahabatku.
Aku tahu. Semua ini adalah perbuatan jahat Matropik.
Perbedaan karakteristik kedua novel tersebut ialah……
A. Tokoh- tokohnya tidak jelas.
Ada tokoh protogonis dana ada tokoh antagonis.
B. Alurnya Runtut
Alurnya tidak runtut
C. Watak disajikan dalan dialog
Watak dijelaskan oleh penulis
D. Latarnya tampak
Latarnya tidak tampak.
E. Bahasa yang digunakan sulit dipahami
Bahasa yang digunakan mudah dipahami
8. Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali memberi hadiah untuk
Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu hanya diam
ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat itu, ibu sedang
duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam. Diamnya
ibu merupakan pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi sadar, sejak
ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus hidup hemat.
MODUL/DIKTAT BIN XII SEMESTER 2 Halaman 19
“Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku?”, Gumam Andi
seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya.
Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia mengambil
secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni. Tangannya mulai mencorat-coret. Kini,
ada senyum menghiasi bibirnya, “besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Tommy.”
Bukti bahwa peristiwa tersebut terjadi pada malam hari adalah…
A. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy
kemarin.
B. Saat itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai
tenggelam.
C. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar.
D. Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Tommy.
E. “Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku?”, Gumam Andi
seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan.
9. “Tidak, tidak, tak boleh engkau ber buat begitu,” seru Wak Katok, “Apa dosaku, maka
aku di siksa serupa ini?”
“Dosa Wak Katok?” kata Buyung. “Dengarlah, dosa-dosa Wak Katok dahulu kami
lakukan, dosa Wak Katok hendak membunuh kami dan telah membunuh Pak Haji, kami
maafkan, biarkan hakim mengadili Wak Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat
untuk dosa-dosa itu semuanya. Tetapi, Wak Katok telah menipu orang banyak. Wak
Katok katanya guru dan pemimpin,tetapi Wak Katok telah memberi pelajaran
palsu,mantra palsu, jimat palsu. Dalam hati Wak Katok selama ini bukan manusia yang
bersarang, tetapi harimau yang buas. Kamu hanya hendak mengumpan harimau dengan
harimau. . . .”
(Harimau! Harimau!. Mochtar
Lubis)
Amanat penggalan novel tersebut adalah . . . .
Saya sepakat melepaskan tanah saya yang akan menjadi pabrik itu karena di pabrik itu
tidak hanya dibutuhkan kantor, ruang meja, halaman, dan seterusnya, pasti juga harus ada
mesjid. Tapi bahkan para pekerja tidak diberi jam istirahat untuk bersembahyang, karena
itu saya menuntut ... .
Unsur intrinsik novel yang paling dominan pada penggalan novel di atas adalah ....
A. Latar
B. Tema
C. Alur
D. Tokoh
E. Amanat
15. Betapa apiknya Mangunwijaya menelusuri latar keturunan tokoh Atik. Ayahnya, Pak
Ansana, adalah pecinta alam. Maka, tidak menherankan apabila anaknya, Atik kemudian
menjadi ahli biologi. Atik senang buku, ia satu dengan buku. Ia membuat karirnya
dengan buku. Keistimewaan Mangunwijaya lagi bahwa ia menampilkan penutur-penutur
sesuai dengan tingkat sosial dan lingkungannya.
Masalah yang disoroti dalam penggalan resensi novel di atas adalah...
A. Kelebihan pengarang (Mangunwijaya) dalam menggambarkan latar.
B. Cara Mangunwijaya bercerita dalam novel.
C. Latar belakang kehidupan tokoh Atik.
D. Pemaparan keturunan tokoh Atik.
E. Kepandaian Mangunwijaya dalam menulis cerita.
16. Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaannya, harus diakui bahwa buku pertama
seorang “yogi buku” ini merupakan karya yang memikat.Bahkan cara dan gaya
pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang
cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya.
Sumber: Majalah Matabaca, Agustus 2002.
Pernyataan yang tepat untuk penutup resensinovel tersebut adalah...
A. Penutup tersebut sangat tepat.
B. Pada bagian penutup seharusnya mengajak untuk membaca buku karena sangat
bermanfaat.
C. Pada bagian penutup seharusnya mengajak pembaca untuk memikirkan,
merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul
dalam sebuah buku.
Kutipan 1
Demikianlah dari waktu ke waktu kami selalu memperlakukan Mahar tanpa perasaan.
Kami lebih melihatnya sebagai seorang bohemian yang aneh. Kami dibutakan tabiat
orang pada umumnya, yaitu menganggap diri paling baik, tidak mau mengungguli
keunggulan orang, dan mencari-cari kekurangan orang lain untuk menutupi
ketidakbecusan diri sendiri...
(Laskar Pelangi, Andrea Hirata)
Kutipan 2
Tatkala aku masuk sekolah, demikian fasih lidahku dalam bahasa Belanda sehingga
orang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira aku anak
Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda,
sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya
sepenuh daya menyesuaikan dengan lenggak-lenggok orang Belanda.
(Kenang-kenangan, Abdul Gani A.K.)
Pagi hari musim kemarau di tengah belantara hutan jati adalah kelengangan yang tetap
terasa purba. Senyap yang selalu membuat aku merasa terpencil dan asing. Padahal ibarat
ikan, hutan jati dan semak belukar yang mengitarinya sudah bertahun-tahun menjadi lubuk
tempat aku dan teman-temanku hidup dan bertahan. Sepi yang terasa menyimpan
ketidakpastian membuat aku dan teman-temanku harus selalu waspada. Atau kewaspadaan
adalah darah kami sendiri; sebab tanpa kewaspadaan yang tinggi aku dan teman-temanku bisa
habis oleh tembakan para penyergap yang bersembunyi di balik batang-batang jati atau
belukar. Malah lebih dari itu, tanpa kewaspadaan yang terus melekat, bahkan ular bedudak
yang banyak berkeliaran bisa merampas nyawa kami dengan cara yang begitu mudah. Sudah
dua orang teman kami mati sia-sia karena patukan ular yang sangat berbisa itu.
Bapak? Mengapa Bapak segan menatap aku? Anaknya sendiri. Dan bumi di bawah
kakinya terasa goyah. Kampung nelayan ini telah kehilangan perlindungan yang meyakinkan
baginya. Sementara itu, di belakang terus mengikuti mata-mata Bendoro yang tak dapat
dibebaskan dari bayang-bayangnya. Ia masih kenal benar siapa-siapa yang menjemputnya—
tetangga-tetangganya. Ada yang dulu menjewernya. Ada yang mendongenginya. Ada yang
pernah mengangkat dan menggendongnya sewaktu habis jatuh dari pohon jambu. Ada yang
sering dibantunya menunggu dapur. Dan ada bocah-bocah kecil yang digendongnya dulu.
Antara sebentar ia dengar kata “Bendoro Putri! Bendoro! Bendoro! Bendoro Putri!” kata itu
mendengung memburu. Mengiris dan meremas di dalam otaknya. Bendoro! Bendoro Putri!
Bendoro! Bendoro Putri! Dan berpasang-pasang mata yang menunduk hormat bila tertatap
olehnya seakan menyindirnya: semu, semu, semua semu!
42. Ringkasan berikut yang tepat sesuai kutipan novel tersebut adalah …
A. Seorang Raja sedang melakukan musyawarah mengenai seseorang yang telah
dianggapnya sebagai putrinya sendiri.
B. Seorang nelayan yang dihadapkan kepada penguasa oleh masyarakat atas
kesalahan yang telah dilakukannya di tengah-tengah masyarakat.
C. Seorang anak yang kehilangan kepercayaan dari sang bapak dan masyarakat karena
telah melakukan suatu kesalahan.
D. Seorang pemimpin yang sedang mengadili masyarakatnya yang telah melakukan
kesalahan secara adat di masyarakatnya.
E. Sekelompok masyarakat sedang menghadapkan seseorang kepada pemimpinnya
karena melakukan kesalahan dan harus diadili.
43. Kalimat kritik yang sesuai dengan kutipan novel tersebut adalah …
A. Sistem sosial masyarakat Jawa tidak semuanya buruk.
B. Latar belakang yang diungkapkan terlalu dibuat-buat.
C. Masyarakat Jawa sebagian besar termasuk golongan proletar.
D. Penghapusan feodalisme Jawa agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial.
E. Priyayi harus dihormati karena memiliki kedudukan paling tinggi pada masyarakat
Jawa.
44. Bacalah kutipan novel berikut dengancermat!
Lagu bahagia itu samar-samar terdengar di telinga Juna. Ia sengaja menjauh dari
kerumunan anak-anak yang merayakan ulang tahun Mada.
Latar tempat dan suasana yang tepat untuk memvariasikan latar tempat dan
suasana pada kutipan novel tersebut adalah ….
Latar tempat Latar suasana
A pemakaman sore hari
B rumah makan gelombang panas
C panti jompo siang hari
D rumah rehabilitasi petir menyambar
E penjara anak badai menerpa
Bacalah kutipan novel berikut dengancermat untuk menjawab soal nomor 45-46!
Kebodohan berbentuk seperti asap, uap air, kabut. Dan ia beracun. Ia berasal dari sebuah
tempat yang namanya tidak pernah dikenal manusia. Jika ingin menemui kebodohan maka
berangkatlah dari tempat di mana saja di planet biru ini dengan menggunakan tabung roket
atau semacamnya, meluncur ke atas secara vertikal, jangan pernah sekalipun berhenti.
….
…. ia akan membuat analogi buang hajat cacing itu pada sistem eksresi protozoa dengan
anatomi vakuola kontraktil yang rumit itu, ….
45. Kalimat kritik yang tepat terhadap penggunaan bahasa pada kutipan novel tersebut
adalah …
A. Novel Laskar Pelangi memiliki penggunaan bahasa yang cukup rumit karena
dipenuhi istilah-istilah, tetapi tetap komunikatif.
B. Pembaca Novel Laskar Pelangi dihadapkan pada model berbahasa yang berlaku di
dunia akademis, terutama penggunaan istilah.
C. Penggunaan istilah dalam Novel Laskar Pelangi agak mengganggu karena tidak
semua pembaca memahami makna istilah tersebut.
D. Secara tidak langsung, Andrea Hirata telah menentukan masyarakat yang akan
membaca karyanya melalui pemanfaatan istilah pada novelnya.
E. Kebebasan dan hasrat baca masyarakat terbatasi dalam menikmati novel ini karena
adanya penggunaan istilah-istilah akademis.
46. Kalimat kritik yang tepat terhadap penokohan
pada kutipan novel tersebut adalah …
A. Kutipan novel tersebut menampilkan penokohan yang sederhana dan mudah
dipahami.
B. Pembaca kutipan novel tersebut dihadapkan pada model penokohan yang tidak
lazim.
C. Penggambaran tokoh dalam kutipan novel tersebut agak sulit dipahami.
D. Kutipan novel tersebut menggambarkan tokoh dengan agak berbelit-belit dan susah
dipahami.
E. Andrea Hirata kurang sukses dalam menggambarkan tokohnya sehingga
menyulitkan pembaca.
47. Yang terberat ialah jika ia memikirkan konsekuensi perkaw inan. Isterinya tentu akan
hamil dan akan melahirkan
anak. Menurut penelitiann ya, ongkos sekali periksa wanita hamil sama dengan dua hari
gajinya. Biaya bersalin
akan menelan gajinya sebulan, belum lagi kalau dihitung pengeluaran untuk pe rawat
bayi sejak popok, gurita, dan
tempat tidur yang mungil. Kesimpulan Badri, ia tidak bisa menikah untuk selama-
lamanya. Terkecuali kalau ia
mau bertingkah laku seperti rekan-rekannya yang lain.