Anda di halaman 1dari 10

Bab 1

Menyusun Laporan Hasil Observasi

A. Menginterpretasi Laporan Hasil Observasi


Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun
teks lisan.
1 Mengidentifikasi Isi Teks Laporan Hasil Observasi
Marilah berlatih mendengarkan laporan hasil observasi yang dibacakan!
2 Menyusun Ringkasan Isi Teks Laporan Hasil Observasi
Untuk menyusun sebuah ringkasan, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membaca
pemahaman isi teks, kemudian menemukan pokok-pokok isi informasi di dalamnya. Pokok isi sebuah
teks dapat ditemukan dengan menemukan kalimat utamanya.
Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya memiliki pokok pikiran atau gagasan utama
yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Gagasan utama bersifat umum dan dapat
melingkupi semua isi yang ada dalam sebuah paragraf.
3 Menyimpulkan Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi
Laporan hasil pengamatan untuk memenuhi tugas mata pelajaran yang kamu susun selama ini
merupakan salah satu fungsi teks laporan hasil observasi. Hal ini berarti teks tersebut dimaksudkan
untuk memberitahukan atau menjelaskan kegiatan pengamatan yang dilakukan.
B. Merevisi Isi Teks Laporan Hasil Observasi
 Teks laporan hasil observasi disusun dengan struktur, yaitu:
1 pernyataan umum atau klasifikasi,
2 deskripsi bagian, dan
3 deskripsi manfaat.
 Melengkapi Isi Teks Laporan Hasil Observasi
Sebuah teks laporan hasil observasi harus memiliki minimal terdiri atas pernyataan umum (tentang
hal atau objek yang dilaporkan), deskripsi bagian-bagian dari objek yang dilaporkan, dan penjelasan
atau deskripsi manfaat dari objek tersebut.
 Membenahi Kesalahan Isi Laporan Hasil Observasi
Pernyataan umum biasanya disajikan dalam kalimat definisi. Kalimat definisi seringkali
mengggunakan konjungsi adalah, ialah, yakni, merupakan, dan yaitu.
1 Deskripsi Bagian
Deskripsi bagian yang baik disajikan mengikuti urutan dalam pengklasifikasian. Perhatikan
paragraf-paragraf yang merupakan deskripsi bagian secara berurutan.
Apabila pada bagian pernyataan umum terdapat kalimat definisi dan kalimat pengklasifikasian,
dalam bagian deskripsi bagian kamu akan menemukan kalimat deskripsi.
2 Deskripsi Manfaat
Teks laporan hasil observasi biasanya diakhiri dengan deskripsi manfaat. Manfaat objek yang
diobservasi tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
C. Menganalisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
Setiap teks memiliki unsur kebahasaan yang berbeda-beda, demikian pula dengan teks
laporan hasil observasi.
 Menganalisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
1. Kata serta Frasa Verba dan Nomina
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks
laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
 Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau
kata bentukan. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan,
pemajemukan, atau pengulangan. Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat
imbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata
berjenis verba dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh, kata
“minum” (verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-,
be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama
dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau
terkadang ke-an.
2. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
Contoh kalimat definisi yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi
berjudul Wayang adalah sebagai berikut.
a. Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya
asli Indonesia.
b. Wayang golek adalah wayang yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran
tokoh.
Kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut adalah sebagai berikut:
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai
dengan kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk
kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas
tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak, seperti gagrak
Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran,
Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
3. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian
kalimat yang memiliki subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya
memiliki satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula
sebagai kalimat tunggal.
D. Membenahi Kesalahan Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi
Seringkali penyusunan kalimat definisi dalam teks laporan hasil observasi kurang
tepat. Akibatnya, definisi yang diberikan pada objek menjadi tidak tepat.

 Melengkapi Gagasan Pokok dengan Gagasan Penjelas


Gagasan pertama dapat dikembangkan, dengan menambah gagasan penjelas.
Pengembangan gagasan dapat dibantu dengan format yang dapat kamu tuliskan dalam
buku kerjamu.

 Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi


Ikutilah langkah-langkah berikut.
1. Tentukan objek yang akan kamu amati!
2. Susunlah jadwal observasi yang akan kamu lakukan!
3. Lakukanlah observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau
poin- poin pengamatan terlebih dahulu!
4. Catatlah hasil observasi kamu! Bila memungkinkan, ambil foto dan videokan
observasimu.
5. Susunlah teks laporan hasil observasimu dengan memerhatikan ketepatan isi,
struktur, dan kaidah kebahasaannya.
6. Presentasikn teks laporan hasil observasimu di hadapan teman-temanmu.
7. Berilah tanggapan (kritik dan saran) terhadap teks laporan hasil observasi yang
disajikan temanmu.
8. Publikasikan teks laporan hasil observasimu di majalah dinding, majalah sekolah,
blog, atau di media cetak.
E. Melaporkan Kegiatan Membaca Buku
Kegiatan membaca sangat berguna. Dari kegiatan membaca, kita memperoleh
banyak pengetahuan, wawasan, atau informasi berharga. Banyak sumber bacaan yang
dapat kamu baca.
Akan tetapi, saat ini kamu belajar dari membaca buku nonfiksi. Salah satu jenis buku
nonfiksi adalah buku-buku pengayaan. Buku-buku ini akan memperkaya pengetahuanmu,
keterampilanmu, dan sikapmu.
Bab 2
Menyampaikan Ide Melalui Anekdot

A. Mengkritisi Teks Anekdot dari Aspek Makna Tersirat


Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot
digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti.
Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat
cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang
sebenarnya.
Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur
rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam
anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak
berasal dari kejadian nyata.
B. Mendata Pokok-pokok Isi Anekdot
Dengarkan anekdot agar dapat mendengarkan dengan baik, lakukanlah hal-hal
berikut:

1. Berkonsentrasilah pada yang akan didengarkan agar dapat mencatat pokok-pokok yang
menjadi permasalahan.
2. Selama mendengarkan anekdot, jangan melakukan aktivitas lain seperti berbicara
dengan temanmu atau menulis catatan.
3. Tutuplah bukumu dan dengarkanlah contoh-contoh berikut ini yang dibacakan oleh
gurumu atau temanmu.
C. Mengidentifikasi Penyebab Kelucuan Anekdot
Kelucuan dalam anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang singkat,
tetapi mengena.
D. Mengonstruksi Makna Tersirat dalam Sebuah Teks Anekdot
Membandingkan anekdot dengan humor pada pembelajaran sebelumnya, kamu
telah belajar bahwa anekdot adalah cerita singkat yang lucu dan menarik. Apakah semua
cerita lucu dapat dikategorikan sebagai anekdot? Seringkali orang menyamakan antara
humor dengan anekdot.
E. Menganalisis Kritik yang Disampaikan dalam Anekdot

Humor hanya berfungsi untuk menghibur, sedangkan anekdot berfungsi


untuk menyampaikan makna tersirat (biasanya berupa kritik).

Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak


disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara
pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir.

Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh
pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita
menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna
idiomatis, bukan makna sebenarnya.
F. Menyimpulkan Makna Tersirat dalam Anekdot
Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja tetapi
lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik.
G. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
 Mengidentifikasi Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot
memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
 Mengenal Berbagai Pola Penyajian Teks Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Contoh penyajian
dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih, dapat dilihat pada anekdot Dosen
yang juga menjadi Pejabat.
Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah
sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang
sama persis seperti apa yang dikatakannya.
Dari kutipan anekdot di atas kamu dapat melihat bahwa kalimat langsung memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“ ….”).
2. Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
3. Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
H. Menciptakan Kembali Teks Anekdot dengan Memerhatikan Struktur dan Kebahasaan
 Menceritakan Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda
Setelah memahami batasan anekdot, isi, struktur, dan ciri kebahasaannya, kamu akan
belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah menuliskan
kembali teks anekdot yang kamu dengar atau kamu baca..
Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita
dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda.
Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan yang berbeda. Namun, penulisan ulang ini
tetap harus memerhatikan kebahasaan dan strukturnya.
 Menyusun Teks Anekdot berdasarkan Kejadian yang Menyangkut Orang Banyak atau
Perilaku Tokoh Publik
Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut
adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot.
Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah
dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri.
 Mempresentasikan Anekdot
Setelah bekerja secara individu menyusun anekdot yang temanya kamu pilih sendiri, dengan
isi dan gaya bahasamu sendiri, sekarang saatnya mempresentasikan anekdot buatanmu di depan
kelas.
Bab 3
Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita
Rakyat

A. Mengidentifikasi Nilai-nilai dan Isi Hikayat


Cerita rakyat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah hikayat. Hikayat merupakan
cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian
tokoh-tokohnya. Kegiatan mendengarkan hikayat memiliki banyak manfaat. Kamu akan
mengetahui tentang budaya, moral, dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kita dapat
memetik nilai- nilai kehidupan sebagai cermin bagi kehidupan kita.
 Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita Hikayat dengan Bahasa Sendiri
Hikayat termasuk ke dalam teks narasi. Kamu akan dapat mendengarkan pembacaan hikayat
berikut ini. Gurumu atau salah satu temanmu akan membacakan cerita tersebut di kelasmu.
Untuk dapat mendengarkan dengan baik, lakukanlah hal-hal berikut.

 Mengidentifikasi Karakteristik Hikayat


Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun lain
karakteristik hikayat antara lain:
(a) Terdapat kemustahilan dalam cerita,
(b) kesaktian tokoh-tokohnya,
(c) anonim,
(d) istana sentris, dan
(e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
 Mengidentifikasi Nilai-nilai dalam Hikayat
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa
nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika
(keindahan).

 Menjelaskan Kesesuaian Nilai-nilai dalam Hikayat dengan Kehidupan Saat ini


Pada bagian terdahulu, kamu sudah mempelajari teks eksposisi yaitu teks yang
digunakan untuk menyampaikan suatu pendapat disertai dengan argumen yang
mendukung.
Dalam bagian ini, kamu akan belajar menjelaskan kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat
dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. Kamu dapat
menggunakan nilai-nilai yang telah kamu identifikasi dalam kegiatan pembelajaran
sebelumnya.
B. Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Hikayat dengan Cerpen
 Mengidentifikasi Karakteristik Bahasa Hikayat
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu klasik. Ciri bahasa yang
dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungi pada setiap awal kalimat
dan penggunaan kata arkais (hubungan dengan masa lalu atau tua atau kuno).
Lantas bagaimana dengan cerpen (cerita pendek)? Hikayat dan cerpen sama-sama
merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrinsik yang sama yaitu
tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur.S ekarang kamu
akan mempelajari perbandingan bahasa dalam cerpen dan hikayat. Kaidah bahasa yang
dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan
konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.

a. Penggunaan Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih
menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas.
Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di
antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas
antonomasia (majas yang menyebutkan nama orang lain dengan ciri khas atau sifat yang
dimiliki; contoh si cerewet itu siswa yang pintar), metafora (gaya bahasa yang
menggambarkan suatu objek dengan perbandingan langsung; contoh kita harus lapang
dada dengan adanya musinbah ini artinya lapang dada), hiperbola (gaya bahasa
berlebihan; contohnya perasaanku teriris-iris melihat kau jalan dengannya), dan majas
perbandingan (majas yang membandingkan).
b. Penggunaan Konjungsi
Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan
peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut,
keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian.
 Membandingkan Nilai dalam Teks Hikayat dan Nilai Cerpen
Pada pembelajaran yang telah lalu, kamu telah memahami bahwa banyak nilai dalam
hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan masa kini.
C. Mengembangkan Cerita Rakyat ke dalam Bentuk Cerpen

 Membandingkan Alur Cerita dalam Hikayat dan Cerpen


Salah satu unsur intrinsik yang sangat menentukan keberhasilan sebuah cerpen atau
hikayat dalam menyampaikan cerita adalah alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang
mempunyai hubungan sebab akibat yang membentuk satu rangkaian cerita yang utuh.
Salah satu karekteristik alur dalam hikayat selain beralur maju adalah menggunakan
alur berbingkai. Alur mundur dalam sebuah cerita berarti cerita dimulai dari masa lalu
ke masa kini, atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
Alur berbingkai artinya di dalam cerita ada cerita lain. Alur berbingkai dalam
hikayat biasanya disajikan dengan menghadirkan tokoh lain yang bercerita tentang
suatu kisah.

 Menceritakan Kembali Isi Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen


Kamu telah membandingkan isi dan kaidah kebahasaan hikayat dan cerpen,
berikutnya kamu akan belajar mengubah isi cerita hikayat ke dalam bentuk cerpen.
Berikut ini hal yang perlu kamu perhatikan ketika mengubah isi cerita hikayat ke dalam
cerpen.
1. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.
2. Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
3. Menggunkan gaya bahasa yang sesuai.
4. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat

Anda mungkin juga menyukai