Anda di halaman 1dari 34

1

BAHASA INDONESIA
Analogi
Tes Analogi digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Anda dalam penguasaan
kata dengan menggunakan nalar dan logika. Kata-kata yang tertera pada soal biasanya
bersifat sederhana dan yang perlu anda lakukan adalah mencari kata-kata setara
makna/setara sifat atau korelasi dengan kata-kata yang ada di soal. Bagian yang harus
diperhatikan adalah perlunya melakukan identifikasi arti/sifat dari kata-kata yang tersedia di
soal dan mencari jawaban yang setara.
1. Tipe Sinonim
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang memiliki arti
sama.
Contoh:
Jumbo : Besar = Kerdil : Cebol
Jumbo merupakan sinonim dari besar, sehingga jawabannya juga harus berupa pasangan
sinonim.
2. Tipe Antonim
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang memiliki arti
berlawanan.
Contoh:
Panas : Dingin = Ramai : Sepi
Dingin merupakan antonym dari kata panas, sehingga jawaban juga harus merupakan
pasangan antonym.
3. Tipe Sifat Benda
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang menjelaskan
benda dan sifatnya atau sebaliknya.
Contoh:
Api : Panas = Es : Dingin
Sifat dari benda api adalah pana, sehingga jawaban juga harus berupa pasangan yang
menjelaskan benda dan sifatnya.
4. Tipe Kelengkapan Informasi
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya terdiri dari komponen yang menjelaskan
detail informasi subyek utama.
Contoh:
Indonesia : Jakarta : Rupiah = Malaysia : Kuala Lumpur : Ringgit
Indonesia adalah suatu negara yang beribukota di Jakarta dan memiliki mata uang
rupiah, sehingga jawaban juga harus berupa pasangan yang menjelaskan detail informasi
yang serupa.

2
5. Tipe Umum-Khusus
Analogi tipe ini bisa dikatakan juga analogi bagian, dimana soal berisi tentang informasi
umum dan bagiannya yang lebih khusus.
Contoh:
Rumah : Jendela = Mobil : Setir
Jendela merupakan salah satu bagian dari rumah sehingga jawaban harus berupa analogi
yang memiliki detail serupa.
6. Tipe Khusus-Umum
Analogi tipe ini merupakan kebalian dari tepe umum-khusus.
Contoh
Jendela : Rumah = Setir : Mobil
Jendela merupakan salah satu bagian dari rumah sehingga jawaban harus berupa analogi
yang memiliki detail serupa.
7. Tipe Fungsional
Analogi tipe ini berupa analogi yang soalnya menjelaskan tentang benda dan fungsinya.
Contoh:
Pensil : tulis = pisau : potong
Pensil digunakan untuk menulis, sehingga jawabannya juga harus berupa analogi yang
serupa.
8. Tipe Berpasangan
Analogi tipe ini menempatkan dua atau lebih informasi yang berbeda, yang memiliki
pasangan pada kunci jawaban.
Contoh:
Jepang : Indonesia = Yen : Rupiah
Informasi pada soal adalah tenang negara dan mata uang. Informasi mata uang terdapat
pada kunci jawaban. Sehingga setelah digabungkan akan terbentuk suatu informasi yang
utuh bahwa mata uang Jepang adalah Yen dan mata uang Indonesia adalah Rupiah.
9. Tipe Perbandingan Seimbang
Analogi tipe ini menempatkan informasi yang memiliki suatu pola khas sehingga harus
mendapatkan analogi atau jawaban yang memiliki pola yang sama.
Contoh :
Senin : Rabu = Januari : Maret
Rabu adalah hari kedua setelah senin, sehingga jawabannya harus memiliki pola serupa,
yaitu b kedua setelah a.

paragraf
Paragraf atau alinea adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan

3
pikiran. Suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat (Keraf, 62:2001).
Menurut Akhadiah (144:1996) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam
sebuah karangan. Dalam paragraf mengandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut. Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan
bahwa paragraf merupakan bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu
yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan seluruh isi wacana.
Syarat-syarat paragraf
1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan ini berarti semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersamasama
menyatakan suatu hal atau gagasan tertentu. Semua kalimat penjelas harus
mendukung gagasan utama atau padu secara makna (koheren). Jika ada kalimat yang
tidak mendukung gagasan utama disebut kalimat tidak koheren, tidak padu atau
sumbang. Dengan kata lain satu paragraf hanya membicarakan satu pokok
permasalahan.
2. Kepaduan Bentuk (Kohesi)
Jika koheren berhubungan dengan isi, kohesi berkaitan dengan penggunaan kata-
katanya. Antara kalimat sebelum dan sesudahnya menjadi padu dengan
menggunakan kata-kata yang dinamakan alat kekohesifan, yakni:
a. pengulangan kata, sinonim , atau hiponim;
b. kata tunjuk; itu, ini, yakni, yaitu, tersebut, berikut;
c. kata ganti orang; ia, mereka;
d. kata hubung antarkalimat perlawanan; namun, sebaliknya, akan tetapi.

Unsur-unsur Paragraf
a. Gagasan UtamaGagasan utama (gagasan pokok, gagasan inti, inti masalah, pokok
pembicaraan, pokok pikiran, pikiran utama, atau ide pokok) adalah gagasan yang
menjadi dasar pengembangan paragraf. Dengan kata lain, gagasan utama
merupakan hal pokok yang diungkapkan dalam paragraf dan menjadi inti
keseluruhan isi paragraf. Gagasan utama dapat diketahui secara eksplisit maupun
implisit dalam kalimat utama. Sebuah tema atau topik bisa ditemukan dalam gagasan
utama. Tema adalah pokok permasalahan yang terdapat dalam bacaan dan menjadi
dasar sebuah karangan, sedangkan topik adalah pokok pembicaraan dalam wacana
atau paragraf.
b. Kalimat Utama
Kalimat utama atau kalimat topik adalah kalimat inti suatu paragraf yang biasanya
terdapat topik atau gagasan utama. Suatu kalimat dikatakan kalimat utama apabila
pernyataan di dalamnya merupakan rangkuman ataupun gagasan menyeluruh yang
dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain dalam paragraf itu.

4
c. Gagasan Penjelas
Gagasan penjelas, yaitu gagasan yang peranannya menjelaskan gagasan utama atau
mendukung gagasan utama. Gagasan ini terdapat di dalam kalimat penjelas.
d. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang mendeskripsikan kalimat utama. Ciri kalimat
penjelas umumnya berisi contoh-contoh, peristiwa, ilustrasi, uraian-uraian kecil,
kutipan-kutipan, dan gambaran-gambaran yang bersifat parsial.
e. Judul
Judul disebut juga titel, predikat atau kepala karangan. Judul yang baik harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. relevan, yaitu berhubungan dengan isi karangan, menggambarkan isi, dan sesuai
dengan isi karangan,
2. provokatif, yaitu dapat menimbulkan hasrat keingintahuan pembaca,
sensasional, dan “merangsang”,
3. singkat artinya judul harus mudah dipahami dan diingat,
4. spesifik dan logis, yaitu menyempit dan masuk akal.
f. Pungtuasi atau tanda baca. Paragraf haruslah menggunakan tanda baca. Bayangkan
jika paragraf tidak menggunakan tanda baca titik (.), tentunya kita akan mengalami
kesulitan.

Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


1. Paragraf Deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya diawal paragraph
kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Tennis Indoor Senayan, Jakarta, seketika penuh dengan remaja berkostum
karakter animasi Jepang. Rambut palsu berwarna-warni, pakaian dan aksesoris unik
yang dipakai, seakan mereka sedang berlomba-lomba mirip dengan karakter animasi
yang diidolakannya. Sebut saja karakter Naruto, Detektif Conan, Sailormoon, dan
Kamen Rider. Mereka meramaikan perhelatan HelloFest yang diselenggarakan mulai
22 – 23 November 2014.
(Sumber: Kompas.com, 22 November 2014)
2. Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas
kemudian diakhiri dengan kalimat utama.
Contoh:
Kalau Rianto Dewandaru, seniman kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, yang
belakangan banyak berkarya di Jepang membuka festival dengan nomor Body
Without Brain yang mengungkapkan sesuatu yang sangat mendasar dalam relasi
antara tubuh dan otak. Berbeda dengan Ote dari Jepang lewat karya berjudul Shell
menampilkan dimensi lain dari tubuh dengan tekanan pada kemungkinan estetik
yang

5
bisa lahir dari tubuh. Selama 33 menit penonton tercekam oleh gerak dan geliat
tubuh gadis belia ini yang membentuk konfigurasi-konfigurasi tak terduga. Inilah
wujud sublim dari estetika tubuh.
(Sumber: KOMPAS.com, 21 November 2014)
3. Paragraf Campuran/Variatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan akhir paragraf. Kalimat utama yang berada di akhir paragraf merupakan
penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
Ribuan lalat memenuhi ruangan berbentuk rumah berukuran 7 meter x 7 meter
setinggi 3 meter. Di depannya tertulis rearing house. Sebagian lalat hinggap di
jarring- jaring sebagai dinding, sebagian lagi menghinggapi dedaunan pisang di
ruangan itu. Itulah pasukan khusus, lalat hitam pengurai sampai organik.
(Sumber: KOMPAS.com, 21 November 2014)
4. Paragraf Naratif/Deskriptif adalah paragraf yang gagasan utamanya menyebar pada
seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Dengan kata lain
paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Jenis karangan ini umumnya dijumpai pada
karangan-karangan deskripsi dan narasi atau pada paragraf yang menceritakan suatu
hal.
Contoh:
Terkadang muncul kontras yang menarik di sela-sela helaan napas sebuah kota.
Hujan yang turun kala matahari terang benderang, telepon umum yang kesepian,
juga harum kopi yang meredam riuh menjadi hening. Musim gugur rupanya segan
menyapa dan membiarkan kehijauan terhampar bebas di Hyde Park. Daun-daun di
pepohonan menikmati kehangatan lembut mentari, menunda kodratnya untuk
berguguran. Inilah sepotong pagi yang cerah di kawasan Marble Arfch di pust Kota
London, awal Oktober lalu.
(Sumber: KOMPAS.com, 18 November 2014)

Pemahaman Wacana
Tes pemahaman wacana atau yang lebih dikenal dengan tes kemampuan memahami bacaan
dicirikan dengan adalah sebuah artikel/paragraf yang memuat informasi, cara, dan sarat
data. Hal paling penting dalam tes pemahaman wacana adalah membaca seluruh bagian
tulisan, memahami struktur tulisan, ide dan gagasan, isi bacaan, tujuan dan kesimpulan
bacaan.
Tes pemahaman bacaan merupakan salah satu bentuk tes yang pengerjaannya berdasarkan
atau berkaitan dengan bacaan atau teks yang disajikan. Tes jenis ini sering disebut juga
dengan tes bahasa Indonesia. Melalui tes ini,kemampuan dan pengetahuan seseorang
terkait ketatabahasaan, persamaan kata atau sinonim, perlawanan kata atau antonym, dan
pemahaman terhadap bacaan dapat dilihat.

6
a. Ketatabahasaan
Adapun materi yang disajikan dalam soal ketatabahasaan berkaitan dengan tata bahasa
Indonesia, seperti penggunaan tanda baca, huruf kapial, cetak tebal, cetak miring, Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD), dan sebagainya.
b. Sinonim dan antonim
Dalam bentuk soal ini, peserta tes diminta untuk menentukan persamaan atau
perlawanan dari kata yang terdapat dalam sebuah bacaan yang disediakan sebagai soal.
c. Pemahaman bacaan
Pemahaman seseorang terhadap bacaan dapat dikeahui melalui tes yang berupa
penentuan inti atau ide pokok bacaan,penentuan judul, topic, informasi yang
disampaikan, dan lain-lain.
Dalam bentuk tes ini, peserta tes dituntut untuk dapat memahami informasi yang
dikemukakan dalam bacaan,dengan waktu yang relative singkat.oleh karena itu, kecekatan
dan manajemen waktu yang tepat dapat memudahkan dalam pengerjaan tes jenis ini.

Tips dan trik mengerjakan tes pemahaman bacaan


 Perbanyak kegiatan membaca buku atau literature yang mendukung, karena melalui tes
pemahaman bacaan ini keleluasaan pengetahuan dan wawasan seseorang dapat
dilihat.
 Perbanyak perbendaharaan kosakata, karena melalui tes ini seseorang dituntut dengan
cepat dapat menyerap informasi yang disajikan secara tertulis. Dengan menguasai
banyak kosakata akan memudahkan seseorang dalam memahami dan menangkap
informasi yang disajikan.
 Pelajari materi-materi tentang ketatabahasaan bahasa Indonesia. Meskipun terkadang
terlihat sepele, hal-hal terkait tata bahasa membutuhkan kecermatan dan ketelitian.
 Iasakan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupaan
sehari-hari yang berkaitan dengan tulis-menulis.
 Perbanyak berlatih dengan mengerjakan soal-soal pemahaman bacaaan.

Contoh Tes Pemahaman Bahasa


1. Bacalah teks berikut dengan saksama!
Sebagian masalah kuno dari Provinsi Lampung diketahui justru tersimpan di
lembaga- lembaga asing di luar negeri. Penambahan koleksi benda-benda bersejarah di
museum negeri di Lampung terkendala terbatasnya dana. Hal ini diungkapkan Pulung
Swandaru, Kepala Museun Negeri Lampung Ruwai Jurai. Ia perihatin dengan kenyataan,
ternyata banyak naskah kuno Lampung serta benda bersejarah lainnya yang dikoleksi
bangsa lain.
Berdasarkan teks diatas, unsur what (apa) yang terkandung di dalamnya adalah …
a. Keprihatinan terhadap naskah kuno Lampung
b. Museum negeri Lampung menyimpan banyak naskah kuno asing
c. Naskah kuno Lampung sebagian tersimpan diluar negeri

7
d. Naskah kuno Lampung memakai bahasa asing
e. Penyesalan karena naskah kuno Lampung ada di luar negeri
Pembahasan:
Dalam sebuah teks beria, terdiiri dari unsur 5W + 1H, yaitu what, who, why, when,
where, dan how.
 What : apa yang terjadi
 Who : siapa yang terlibat
 Why : mengapa bisa terjadi
 When : kapan peristiwa itu terjadi
 Where : tempat dimana peristiwa tersebut terjadi
 How : bagaimana peristiwa yang diceritakan dalam teks berita terjadi.
Unsure what dalam teks tersebut adalah Naskah kuno Lampung sebagian tersimpan
diluar negeri.
Jawaban : C

Fakta dan Opini


a. Fakta, adalah pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya, sesuatu yang
merupakan kenyataan, dan ada buktinya. Untuk mengetahui kalimat berisi fakta, kita
mengajukan pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, dan berapa.
b. Opini, adalah pendapat seseorang yang masih diragukan kebenarannya, bisa benar
atau salah. Untuk mengetahui kalimat berisi opini, kita mengajukan pertanyaan
mengapa dan bagaimana.

Penarikan Kesimpulan
1. Penalaran
Untuk menarik sebuah simpulan diperlukan penalaran, yaitu proses bernalar dengan
cara menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada. Menarik simpulan dengan
proses bernalar itu ada dua cara, yakni deduksi dan induksi.
a. Deduksi, adalah menarik simpulan dengan proses bernalar yang bertolak dari hal
umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduksi ada
dua cara:
1) Simpulan langsung
2) Simpulan tidak langsung
b. Induksi, Induksi adalah menarik simpulan dengan terlebih dahulu menyebutkan
peristiwaperistiwa khusus. Ada tiga macam induksi sebagai berikut:
1) Generalisasi
2) Analogi
3) Kausal, terdiri atas:

8
a) Sebab-akibat, diawali dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab
kemudian sampai pada suau simpulan yang menjadi akibat.
b) Akibat-sebab, diawali dengan perisiwa yang menjadi akibat kemudian kita
mencari penyebab.

2. Membuat simpulan pada paragraf


Simpulan adalah hasil dari menyimpulkan/kesimpulan (KBBI). Simpulan haruslah
mencerminkan seluruh isi paragraf dengan runtut dan logis. Dalam membuat simpulan,
gagasan pokok paragraf termuat di dalamnya. Menyimpulkan berarti membuat
keputusan akhir berupa kalimat singkat yang diambil secara umum dari pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang bersifat khusus. Dengan perkataan lain, menyimpulkan
berarti menyarikan paragraf, pendapat, dan sebagainya berdasarkan apa yang diuraikan
dalam paragraf tersebut.
3. Ringkasan
Ringkasan adalah hasil tulisan ringkas dari beberapa uraian. Uraian-uraian pokok yang
ada dalam karangan disusun menjadi sebuah karangan baru yang ringkas, tetapi masih
memperlihatkan sosok karangan aslinya. Isi ringkasan sudah meliputi seluruh bagian
yang ada dalam karangan seperti buku, novel, artikel yang kita ringkas.
Rangkuman adalah hasil dari merangkum, yaitu cara meringkas dengan mengurutkan
setiap pokok-pokok pikiran kemudian disusun tanpa mengubah struktur tetap karangan
aslinya.
Ikhtisar merupakan hasil dari meringkas dengan menyusun pikiran-pikiran pokok lalu
pikiran-pikiran pokok tersebut dirangkai dengan cara tidak berurutan. Penulis ikhtisar
bebas mengombinasikan kata-kata asal tidak menyimpang dari inti.
Intisari adalah bagian-bagian penting dari karangan. Bagian-bagian penting tersebut
dirangkaikan bisa dengan cara meringkas model rangkuman maupun ikhtisar. Dapatlah
dikatakan bahwa ringkasan dan intisari adalah pengertian secara umum, pengertian
khususnya, yaitu merangkum dan ikhtisar.
4. Pesan dalam Karangan
Pesan adalah informasi berupa gagasan yang disampaikan penulis melalui karangannya
kepada pembaca baik secara eksplisit maupun implisit dengan maksud tertentu. Dalam
cerita rekaan, pesan disebut amanat.
5. Komentar dan Isi Karangan
Komentar menurut KBBI adalah ulasan atau tanggapan atas berita, pidato, dan
sebagainya (untuk menerangkan atau menjelaskan). Berkomentar artinya memberikan
kritik yang bertujuan untuk ‘membangun’ bukan ‘menjatuhkan’ narasumber yang
tentunya harus sesuai dengan isi tulisan karena komentar merupakan sarana
komunikasi antara penulis dan pembaca.
Tanggapan adalah komentar baik positif maupun negatif yang diberikan terhadap

9
karangan. Tanggapan tersebut bertolak dari sudut pandangan tertentu seperti agama,
sosial, moral, atau logika. Syaratnya tanggapan harus masuk akal.

Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan adalah keseluruhan sistem dan peraturan penggunaan Bahasa Indonesia berupa
penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman baik dalam penulisan maupun
pengucapan.
Ejaan yang digunakan di Indonesia, antara lain:
a. Ejaan van Ophuysen (1901—1947). Sistem ejaan latin untuk bahasa Melayu di
Indonesia yang dimuat dalam Kitab Logat Melajoe (1901) oleh Ch.A. van Ophuysen.
b. Ejaan Soewandi/Republik (19 Maret 1947—16 Agustus 1972). Sistem ejaan latin
untuk bahasa Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang dimuat dalam surat
keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Mr. Soewandi, No.
264/Bhg.A tgl 19 Maret 1947. Ejaan ini merupakan penyederhaan dari ejaan van
Ophuysen.

Pemenggalan Suku Kata


Pemenggalan suku kata digunakan jika kata terpisah oleh pergantian baris. Kaidah
pemenggalan suku kata dalan PUEBI adalah sebagai berikut.
1. Jika ditengah kata terdapat vocal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diatara kedua
vocal itu; misalnya main (ma-in). sedangkan untuk huruf vocal au, oi dan ai tidak
dilakukan pemenggalan diantara dua huruf vocal tersebut; misalnya aula (au-la, bukan
a- ula).
2. Jika ada satu konsonan ditengah kata, pemenggalan dilakukan sebagai sebelum
konsonan; misalnya ada (a-da), dan barang (ba-rang).
3. Jika terdapat dua konsonan ditengah kata, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan
pertama dengan konsonan kedua; misalnya sawasta (swas-ta), dan pabrik (pab-rik).
4. Jika ditengah kata terdapat tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama; misalnya infra (in-fra).
5. Jika terdapat kata yang memiliki imbuhan awal atau akhir, kata tersebut dipenggal
sesuai dengan kata dasarnya; misalnya makanan (makan-an), merasakan (me-rasa-kan).
6. Kata yang terdiri atas dua unsur yang dipenggal berdasarkan unsure-unsurnya; misalnya
kilogram (kilo-gram), dan biografi (bio-grafi).
7. Juka terdapat satu huruf vocal pada akhir satu kata dalam penggantian baris, maka kata
tersebut tidak boleh dipisahkan; misalnya mengalami (meng-a-lami), dan akan (a-kan).

Huruf Kapial atau Huruf Besar


1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contohnya: Dia mengantuk.

10
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contohnya: “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai se bagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contohnya: Alla, Yang Maha Kuasa, Alkitab, Quran, Weda, Islam.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contohnya: Mahapura Yamin, Sultan Hasanuddin, Andi syamsul.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contohnya : Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contohnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contohnya: Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contohnya: Hamzah Haz, Amir Syarifuddin.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama sejenis atau satuan ukuran.
Contohnya: mesin diesel, 10 volt.
7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contohnya: bahasa Indonesia,suku Sunda.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contohnya: mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contohnya: bulan Januari, hari Senin, hari Natal.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Contohnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya,
perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contohnya: Asia Tenggara, Banyuwangi Lembah Baliem.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi

11
unsur nama diri.
Contohnya: kacang bogor, pisang ambon.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan. Contohnya: Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Contohnya: Indeonesi menjadi sebuah negara republik, beberapa badan hukum.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Contohnya: Persrikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contohnya: saya telah membaca buku Dari Ave Mariake Jalan Lain ke Roma.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contohnya: Dr.  Doktor, M.A.  master of art
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Contohnya: "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto, Adik bertanya, "Itu apa, Bu?".
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contohnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contohnya: Sudahkah Anda tahu?

Huruf Miring
1. Penulisan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar.
Contoh:
Saya sudah membaca novel Layar Terkembang.
Penemu bangkai pesawat Air Asia diterbitkan dalam harian Kompas.
Arga Zamzami menjadi editor pada majalah Tempo.
2. Penulisan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan
ejaannya.
Contoh:

12
Nama ilmiah buah manggis adalah Carnicia mangostana.
Politik devide et impera dilakukan Belanda pada masa penjajahan.
Weltanshauung berarti ‘pandangan dunia’.
3. Penulisan untuk menegaskan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Carilah arti kata temberang keliling dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Catatan: Dalam tulisan tangan huruf miring diganti dengan garis bawah.

Tanda Titik (.)


1 Dipakai pada akhir kalimat yang bukan Contoh: Saya suka makan nasi.
pertanyaan atau seruan.
2 Dipakai pada akhir singkatan nama Contoh: Irwan S. Gatot
3 Dipakai pada akhir singkatan gelar, Contoh: Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi)
jabatan, pangkat, dan sapaan.

4 Dipakai pada singkatan kata atau Contoh: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan
ungkapan yang sudah sangat umum. sebagainya)
Pada singkatan yang terdiri atas tiga
huruf atau lebih hanya dipakai satu
5 Dipakai untuk memisahkan angka Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10
jam, menit, dan detik yang menit 12
menunjukkan waktu atau jangka detik) atau 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6 Dipakai untuk memisahkan bilangan Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156
ribuan atau kelipatannya. orang
7 Tidak dipakai untuk memisahkan Contoh: Nama Ivan terdapat pada halaman
bilangan ribuan atau kelipatannya 1210 dan dicetak tebal.
yang tidak menunjukkan jumlah.
8 Tidak dipakai dalam singkatan nama Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),
resmi lembaga pemerintah dan SMA (Sekolah Menengah Atas)
ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen
resmi maupun di dalam akronim
yang sudah diterima oleh
masyarakat.

13
Tanda Koma (,)
1 Dipakai di antara unsur-unsur dalam Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
suatu

2 Dipakai untuk memisahkan kalimat Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia,


setara yang satu dari kalimat setara tetapi tidak aktif.
yang berikutnya, yang didahului
oleh kata seperti, tetapi, dan
melainkan.
3 Dipakai untuk memisahkan anak Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan
kalimat dari induk kalimat apabila datang.
anak kalimat tersebut mendahului
induk kalimatnya.
4 Dipakai di belakang kata atau Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
5 Dipakai untuk memisahkan Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
6 Dipakai di antara (i) nama dan Contoh: Medan, 18 Juni 1984
alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
7 Dipakai di antara nama orang dan Contoh: Rinto Jiang, S.E.
gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.

8 Tidak dipakai untuk memisahkan Contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya
petikan langsung dari bagian lain yang Stepheen.
mengiringinya dalam kalimat jika
petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.

14
Tanda Titik Koma (;)
1 Dapat dipakai untuk memisahkan Contoh: Malam makin larut; kami belum
bagian- selesai
bagian kalimat yang sejenis dan juga.
2 Dapat dipakai untuk memisahkan Contoh: Ayah mengurus tanamannya di
kalimat yang setara di dalam suatu kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
kalimat majemuk sebagai pengganti menghafalkan nama- nama pahlawan
kata penghubung. nasional; saya sendiri asyik mendengarkan

Tanda Titik Dua (:)


1 Tanda titik dua dapat dipakai pada Contoh: Kita sekarang memerlukan perabot
akhir suatu pernyataan lengkap jika rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.
diikuti rangkaian atau perintah.
2 Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid Contoh: Tempo I (1971, 34:7)
atau nomor dan halaman, (ii) di antara Surat Yasin: 9
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
antara dua judul dan anak judul suatu Sebuah Studi, sudah terbit.
karangan, serta (iv) nama kota dan Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Cukuplah Saudara
penerbit buku acuan dalam karangan. Membina Bahasa Persatuan Kita?
Djakarta: Eresco.

Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
Anak-anak, berulang-ulang
2. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Contoh:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20x5.000)
3. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan:
1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
2) ke- dengan angka
3) angka dengan –an
4) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata
5) nama jabatan rangkap.
contoh:
se-Indonesia,se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 200-an, mem-PHK-an, sinar-X
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa

15
Asing.
Contoh:
di-smash, pen-tackle-an

Tanda pisah (--)


1. Pengapit keterangan tambahan dalam kalimat.
Contoh:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelaan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2. Menyatakan makna ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’ di antara bilangan, tanggal, dan
tempat.
Contoh:
1910—1945, tanggal 5—10 April 1970, Jakarta—Bandung

Tanda Tanya (?)


1 Dipakai pada akhir tanya. Contoh: Siapakah namanya?
Dipakai di dalam tanda kurung
untuk menyatakan bagian kalimat
2 Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
 Bersihkan meja itu sekarang juga!
 Sampai hati ia membuang anaknya!

Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contohnya: ibu percaya bahwa engkau tahu, Kantor pajak penuh sesak.

16
Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.


bergeletar dikelola penetapan.
Misalnya: bergeletar, dikelola, penetapan

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya: bertepuk tangan


3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawhi menyebarluaskan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: adipati, mahasiswa, aerodinamika, mancanegara, antarkota,
multilateral
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya:

non-Indonesia pan-Afrikanisme

(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

17
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.).
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam
lemari. Bermalam sajalah di
sini.
Di mana Siti
sekarang? Mereka
ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?

Kata Gabung
Penulisan kata gabung atau gabungan kata dalam EYD diatur sebagai berikut:
a. Dua kata dasar ditulis terpisah.
Contoh:
tanda tangan, tanggung jawab, kerja sama, garis bawah

b. Dua kata dasar yang salah satunya mendapat awalan atau akhiran maka ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya.
Contoh:
bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan, menganak sungai

c. Dua kata dasar yang mendapat konfi ks maka ditulis serangkai.


Contoh:
menggarisbawahi, penghancurleburan, menyebarluaskan, dilipatgandakan

d. Jika salah satu kata dasar hanya dipakai dalam kombinasi maka ditulis serangkai.
Contoh:
antarkota, adipati, aerodinamika, anumerta, audiogram, awahama, biokimia, catur
tunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler,
elektronik, infrastruktur, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa,
multilateral, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, pascasarjana,
pascatsunami, pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka,
purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telefon,
transmigrasi,
tritunggal, dan ultramodern.

18
e. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh:
acapkali, adakalanya, daripada, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfi rullah, bismillah,
bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bilamana, bumiputra, daripada,
darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, kasatmata, kacamata,
kilometer, manasuka, hulubalang, mangkubumi, manakala, mangkubumi, matahari,
olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga,
saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi,
sukacita,
sukarela, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, dan wasalam

f. Kata majemuk dan istilah khusus ditulis terpisah.


Contoh:
duta besar, orang tua, kambing hitam, persegi panjang, model linear, mata pelajaran,
simpang empat, meja tulis, rumah sakit umum, dan kereta api cepat luar biasa

g. Istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian, digabung dengan


menggunakan tanda hubung.
Contoh:
alat pandang-dengar, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, dan ibu-bapak kami

Kata Serapan
Kata serapan merupakan kata-kata atau istilah yang diambil dari bahasa asing. Syarat sebuah
kata atau istilah asing bisa diserap, yaitu cocok konotasinya, lebih singkat dibandingkan
dengan terjemahan Indonesianya, dan dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika
istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Penulisan kata serapan dilakukan dengan cara adopsi, adaptasi, translasi, dan kreasi.
a. Adopsi, yaitu penyerapan dengan mengambil bentuk dan makna kata asing itu
secara keseluruhan.
Contoh:
fi lm, modern, global, supermarket, plazza, mall, dll.

b. Adaptasi, yaitu penyerapan dengan mengambil makna kata asing itu, sedangkan
ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh:
pluralization – pluralisasi
acceptability – akseptabilitas
active – aktif
19
activity – aktivitas dsb.

c. Translasi (penerjemahan), yaitu penyerapan dengan mengambil konsep yang


terkandung dalam bahasa asing itu kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
Overlap – tumpang tindih
try out – uji coba
take off – lepas landas
landing – mendarat
up to date – mutakhir
nonfat – tanpa lemak,dsb.

d. Kreasi, yaitu penyerapan dengan mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
Indonesia. Cara ini mirip dengan cara translasi, tetapi memiliki perbedaan. Cara
kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti translasi. Boleh saja kata yang
ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam satu kata, sedangkan bahasa Indonesianya
bisa dua atau tiga kata.
Contoh:
effective – berhasil guna
spare part – suku cadang

Kata Baku dan Tidak Baku


a. Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
telah ditentukan. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun
tertulis, dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
b. Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang ditentukan. Kata tidak baku digunakan dalam bahasa percakapan
sehari-hari atau bahasa tutur.

BAKU TIDAK BAKU BAKU TIDAK BAKU


Aktif Aktive, aktip Manajer Manager
Aktivitas aktifitas Manajemen managemen
Apotek apotik Mengubah Merubah
Analisis analisa mengesampingkan Mengenyampingkan
Antre Antri Menyontek mencontek

20
Asas Azas Memesona Mempesona
Asasi Azazi Mengkritik mengeritik
Atlet Atlit Metode Metoda
atmosfet atmosfir Mesti Musti
Autopsy otopsi Motif Motip
audigram odiogram Nasihat Nasehat
Aerobic erobik November Nopember
cederamata cinderamata Peletakan Perletakan
Definisi Defenisi, difinisi Putra Putera
Desain Disain Putrid Puteri
Diesel Disel Produktivitas Produktifitas
Dolar dollar Rezeki Rejeki, riski
Ekstrem ekstrim Risiko Resiko
Ekspor eksport Roboh Rubuh
Februari pebruari Saksama Seksama
Film Filem, pilem Sekretaris Sekertaris
Foto Fhoto, photo, Silakan Silahkan
Fotokopi photo copi Sistem Sistim
Formal formil Standardisasi standarisasi
Hakikat hakekat Subjektif Subyektif
hipotesis hipotesa Sejarawan Sejarahwan
Hierarki hirarki Sutera Sutra
hemoglobin haemoglobin Sumatra Sumatera
hidraulik hidrolik Survey survai
Ilmuan Ilmuwan Stasiun Setasiun
Ijazah Ijasah Syukur Sukur
Insaf Insyaf Telentang Terlentang
Isap Hisap Telepon Telfon
Izin Ijin Teoretis Teoritis
Jadwal jadual Tradisional tradisionil
Jenazah Jenasah Trotoar Trotoir
Jenderal Jendral Teknik Tekhnik
Kaidah Kaedah Terampil Trampil
Karisma Charisma Tim Team
Karier Karir Varietas Varitas
Konduite Kondite Wasalam Wassalam
Konkret Kongkrit Wujud Ujud
Khotbah Khutbah Zaman Jaman
Kualitas Kwalitas Zona Zone

21
Kuitansi Kwitansi Lubang Lobang
Lembap lembab

Morfologi
Morfologi dalam Kamus Linguistik Indonesia karya Kridalaksana adalah bidang linguistik
yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Dalam Morfologi dibicarakan
tentang seluk-beluk bentuk kata dan proses pembentukannya
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap fungsi dan artikata. (Ramlan:
1:1967)

Morfem dan Jenisnya


Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relative stabil dan yang tidak
dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Misalnya ter-, di-, pensil, dsb.Ada dua
jenis morfem, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
a. Morfem bebas adalah morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai
sebuah kata (kata dasar). Misalnya: rumah, lari, tanah, dsb.
b. Morfem terikat adalah morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri
dan selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Terbagi menjadi
dua, yakni:
1. Terikat morfologis adalah keterikatan pada bentuk lain. Contoh: Afiks (me-,ber-,
ter-, -an, ke-an, pe-an, dsb), kilitika (kau- , ku-, -mu, -nya), partikel (-lah,-tah, -kah,
-pun, per), dan unik (siur, masai, legam).
2. Terikat sintaksis adalah keterikatan pada kontruksi kalimat. Misalnya: untuk, di,
ke, dari, dll.

Afiks (Imbuhan)
Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah
makna gramatikalnya.
Macam-macam afiks:
1. Prefiks (awalan): ber-, se-, me-, di-, pe-, ke-, per-, ter-.
2. Infiks (sisipan): -em-, -el-, -er-, -in-.
3. Sufiks (akhiran): -I, -kan, -an, -nya.
4. Konfiks: me-i, me-kan, pe-an, per-kan, ke-an, ber-an.
5. Kombinasi afiks: memper-, diper-, memper-i, memper-kan, diper-i, diper-kan.

a. Kaidah KTSP
Imbuhan me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an jika dilekati dengan kata dasar yang huruf
awalnya K, T, S, dan P mengalami nasalisasi. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP.

22
Prosesnya sebagai berikut:
1. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi
huruf vokal (a,i,u,e,o) maka huruf KTSP lesap/luluh.
Contoh:
me- + pesona = memesona
me-kan + terjemah = menerjemahkan
me- + kilat = mengilat
2. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi
huruf konsonan maka huruf KTSP tidak lesap.
Contoh:
me- + proses = memproses
me- + kritik = mengkritik
3. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi
menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an.
Contoh:
Me- + bom = mengebom
Me- + cor = mengecor

b. Imbuhan me, me-kan, dan me-i


1. Imbuhan me-
Berfungsi membentuk kata kerja transitif dan intransitif. Dalam membentuk kata
berimbuhan, prefiks me- beralomorf menjadi me-, men-, mem-, meng-, meny-, dan
menge-.
Makna imbuhan me- antara lain:
1) Menyatakan menggunakan. Misalnya: menyisir, mencangkul, membajak.
2) Menyatakan menjadi seperti tersebut pada kata dasar. Misalnya: melebar,
meninggi.
3) Menyatakan mencari seperti yang tersebut pada kata dasar. Misalnya:
mendamar, merotan, merumput.
4) Menyatakan proses. Misalnya: menguning, menghijau.
5) Menyatakan dalam keadaan. Misalnya: mengantuk, menyendiri.
6) Menyatakan memberi … pada. Misalnya: mengecat, memupuk.
2. Imbuhan me-kan
Imbuhan me-kan berfungsi membentuk kata kerja transitif. Imbuhan me-kan
beralomorf sama seperti imbuhan me-.
Ada beberapa makna yang dimunculkan imbuhan me-kan antara lain:
1) Menyatakan membuat jadi (kausatif). Misalnya: melebarkan, meninggikan.

23
2) Menyatakan perbuatan untuk orang lain (benefaktif). Misalnya: membelikan,
menjualkan, membukakan.
3) Menyatakan menuju ke…. Misalnya: mendaratkan, menepikan.
4) Menyatakan menganggap sebagai. Misalnya: mendewakan, menganaktirikan.
3. Imbuhan me-i
Imbuhan me-i berfungsi membentuk kata kerja transitif. Beralomorf sama seperti
imbuhan me- dan me-kan.
Imbuhan me-i memiliki beberapa makna:
1) Menyatakan menyebabkan jadi (kausatif). Contoh: mengotori, memanasi.
2) Menyatakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang. Contoh: melempari,
menembaki. mencabuti.
3) Menyatakan memberi seperti yang tersebut pada kata dasar. Contoh:
menggarami, menggulai, menyampuli.
4) Benefaktif. Contoh: menganugerahi, menghadiahi, meminjami.
5) Menyatakan tempat. Contoh: menduduki, memasuki.

c. Imbuhan pe-an, per-an, dan ke-an


1. Imbuhan pe-an
Secara umum berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja
berawalan me-. Oleh karena itu, imbuhan pe-an beralomorf pe-an, pem-an, pen-an,
peng-an, peny-an, dan penge-an. Makna imbuhan pe-an kemunculannya sering
dipengaruhi atau ditentukan oleh kalimatnya. Beberapa makna tersebut:
1) Menyatakan proses. Contoh: pembuatan, pembentukan, peleburan.
2) Menyatakan tempat. Contoh: penggorengan, penggilingan, pengadilan.
3) Menyatakan hal. Contoh: penderitaan, perasaan.
2. Imbuhan per-an
Imbuhan per-an berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari katakerja
berawalan ber-. Alomorf dari imbuhan per-an: per-an, pe-an dan pel-an. Imbuhan
per-an memiliki makna lebih banyak daripada imbuhan pe-an. Beberapa maknanya
sebagai berikut:
1) Menyatakan proses. Contoh: perhitungan, perdebatan, pernikahan.
2) Menyatakan tempat. Contoh: perhentian, permukiman, permakamam.
3) Menyatakan hal yang abstrak. Contoh: pertunjukan, perdamaian.
4) Menyatakan hasil. Contoh: persatuan, perluasan, perlebaran.
5) Menyatakan kumpulan. Contoh: pertokoan, perumahan.
3. Imbuhan ke-an
Imbuhan ke-an fungsinya membentuk kata benda dan kata kerja pasif. Imbuhan kean
tidak memiliki alomorf. Makna yang ditimbulkan oleh imbuhan ke-an antara lain:

24
1) Menyatakan terlalu. Contoh: kependekan, ketinggian, kekecilan, kebesaran.
2) Menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Contoh: kelewatan, ketiduran.
3) Menyatakan sifat. Contoh: kemuliaan, keindahan, kepicikan.
4) Menyatakan agak atau menyerupai. Contoh: kebarat-baratan, kemerah-
merahan.

d. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis
atau gramatikal. Reduplikasi inilah yang disebut dengan kata ulang. Misalnya:
rumahrumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan
sebagainya. Berbeda dengan bentuk ulang. Bentuk ulang adalah bentuk yang
mengalami perulangan yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Misalnya: sia-sia,
laba-laba, biri- biri, kupukupu. Fungsi dari kata ulang adalah sebagai alat untuk
membentuk jenis kata dan dapat dikatakan bahwa perulangan sebuah kata akan
menurunkan jenis kata yang sama seperti bila kata itu tidak diulang. Contoh: mobil
(kata benda), mobil-mobilan (kata benda).
1) Macam-macam kata ulang
1. Dwilingga (kata ulang utuh) adalah reduplikasi seluruh bentuk dasar.Contoh:
gadis-gadis, mobil-mobil, peraturan-peraturan, permainan-permainan.
2. Dwilingga Salin Suara (kata ulang berubah bunyi) adalah pengulangan kata
penuh dengan variasi vokal. Contoh: lauk > lauk-lauk > lauk-pauk, warna >
warna-warna
> warni-warni.
3. Dwipurwa (kata ulang sebagian) adalah pengulangan sebagian atau seluruh suku
awal sebuah kata. Contoh: laki > lalaki > lelaki, tamu > tatamu > tetamu, jaka >
jajaka > jejaka.
4. Kata ulang berimbuhan. Contoh: surat-menyurat, bertanya-tanya.
5. Kata ulang semu. Contoh: kupu-kupu, gado-gado, compang-camping, anai-anai,
pura-pura, mondar-mandir, alih-alih.
2) Makna kata ulang
Kata ulang dapat bermakna sebagai berikut:
1. Menyatakan hal: masak-memasak, karang mengarang
2. Menyerupai: kekanak-kanakan, kemerah-merahan
3. Agak atau melemahkan: pening-pening, pusing-pusing
4. Serba atau seragam: putih-putih
5. Resiprok (berbalasan): bersalam-salaman, berpeluk-pelukan
6. Mengeraskan arti (intensitas):
a. Intensitas kuantitatif: siswa-siswa, guru-guru, orang-orang
b. Intensitas kualitatif: cantik-cantik, kuat-kuat, benar-benar

25
c. Intensitas frekuentatif: memukul-mukul, memeluk-meluk
d. Intensitas variatif: tetumbuhan, pepohonan, buah-buahan
3) Penulisan kata ulang
a. Gunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya, misalnya anak-anak, kupu-
kupu, dan sayur-mayur.
b. Kata majemuk berupa kata benda dilakukan dengan mengulang unsur pertama,
misalnya rumah-rumah makan, surat-surat kabar, kereta-kereta api cepat.
c. Kata majemuk yang dianggap padu diulang seluruh katanya, misalnya segitiga-
segitiga dan saputangan-saputangan.
d. Kata ulang ditulis serangkai dengan awalan atau akhiran, misalnya berhati-hati
dan perundang-undangan.
e. Kata dasar yang tidak mengalami peluluhan KTSP diulang dalam bentuk
dasarnya, misalnya mengulur-ulur (bukan mengulur-ngulur).
f. Kata dasar yang mengalami peluluhan KTSP diulang dalam bentuk luluhnya,
misalnya memanggil-manggil (bukan memanggil-panggil)
g. Tidak boleh menulis kata yang semakna dengan kata ulangnya, misalnya saling
bermaaf-maafan, saling pukul-memukul.

e. Konjungsi (Kata Penghubung)


Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Konjungsi
dikenal juga dengan nama lain kata penghubung atau kata sambung. Ada tiga jenis
konjungsi, yaitu konjungsi antarklausa (terbagi dua: konjungsi koordinatif dan konjungsi
subordinatif ), konjungsi berpasangan (konjungsi korelatif ), dan konjungsi antarkalimat.
1) Konjungsi Antarklausa
Konjungsi antarklausa adalah konjungsi yang menghubungkan klausa yang satu
dengan yang lainnya. Tentunya konjungsi ini tidak terdapat dalam kalimat tunggal,
tetapi di dalam kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa.
Jenis konjungsi antarklausa dibagi dua:
a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa yang
mempunyai status sederajat atau setara. Konjungsi jenis ini biasanya terdapat di
dalam kalimat majemuk setara. Anggota dari kelompok ini adalah:
1. Penanda hubungan penambahan; dan, serta, lagi
2. Penanda hubungan kelanjutan; lalu, kemudian
3. Penanda hubungan pemilihan; atau
4. Penanda hubungan pertentangan; sedangkan, tetapi, melainkan

26
b. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau
lebih yang tidak sederajat. Konjungsi ini terdapat dalam kalimat majemuk
bertingkat. Berikut adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif:
1. Penanda hubungan waktu (temporal): tatkala, ketika, waktu, sewaktu, sejak,
sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sementara, sambil, seraya, selagi,
selama, sehingga, sampai
2. Penanda hubungan syarat (kondisional): asal, asalkan, jika, jikalau, bilamana
3. Penanda hubungan tujuan (fi nal): biar, untuk, supaya, agar
4. Penanda hubungan berlawanan dengan klausa atasan (konsesif ): maupun,
meskipun, bagaimanapun, walaupun, kalaupun, kendatipun, andaipun,
adapun, ataupun, biarpun, sungguhpun, sekalipun
5. Penanda hubungan pemiripan/perbandingan: seperti, laksana, sebagaimana,
bagai, ibarat
6. Penanda hubungan penyebaban: sebab, karena, oleh karena
7. Penanda hubungan pengakibatan: sehingga, maka, sampai
8. Penanda hubungan atributif: yang
9. Penanda hubungan penjelasan: bahwa
10. Penandahubungan cara/alat: dengan, tanpa

2) Konjungsi Korelasi
Konjungi korelatif (konjungsi berpasangan), adalah konjungsi terdiri dari dua bagian
yang dipisahkan oleh kata, frase, atau klausa. Konjungsi ini menghubungkan dua
kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu memiliki status sintaksia yang sama.
Beberapa Kata Penghubung Korelatif
a. tidak … tetapi
b. tidak hanya … tetapi juga
c. bukan … melainkan
d. bukan hanya … melainkan juga
e. makin … makin
f. jangankan …, … pun ….
g. sebagaimana … maka
h. seperti halnya … demikian juga
i. kalau tidak … , … sekurang-kurangnya…
j. entah …. ,entah …
k. seandainya …kemungkinan
l. sedemikian sehingga …

27
3) Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengan
kalimat sebelumnya dalam satu paragraf. Konjungsi ini mempunyai ciri diawali
dengan
huruf kapital karena posisinya di awal kalimat dan diakhiri dengan tanda koma.
Konjungsi antarkalimat menyatakan makna yang berbeda-beda dalam
pemakaiannya di dalam kalimat. Berikut makna dan jenis konjungsi antarkalimat
seperti dipaparkan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
a. Menyatakan pertentangan dengan kalimat yang dinyatakan sebelumnya:
namun, akan tetapi
b. Menyatakan akibat dari kalimat sebelumnya: oleh sebab itu, oleh karena itu
c. Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya: sebelum itu
d. Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya:
sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
e. Menyatakan pewarasan (keesklusifan) dari pernyataan sebelumnya: kecuali itu
f. Menyatakan konsekuensi; dengan demikian
g. Menyatakan keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya: selain
itu
h. Menyatakan kebalikan dari pernyataan sebelumnya: sebaliknya
i. Menyatakan kondisi sebenarnya: sesungguhnya, bahwasanya
j. Menyatakan kesediaan untuk melakukan hal yang beda dari yang dinyatakan
sebelumnya: biar pun begitu, sekalipun begitu

Penulisan Gelar
aturan penulisan gelar akademik:
 setiap gelar diulis dengan tanda titik sebagaimana antara antarhuruf pada singkatan
gelar yang dimaksud
 gelar ditulis dibelakang nama orang
 antara nama orang dan gelar yang disandang, dibubuhi tandakoma
 jika di belakang nama orang terdapat lebih dari satu gelar, maka di antara gelar-gelar
tersebut disisipi tanda koma

Angka dan Lambang Bilangan


a. Angka dipakai untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, isi, (ii) satuan waktu,
(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter persegi, 10 liter, Rp5.000,00
1 jam 20 menit, pukul 15.00, tahun 2014, 33 orang
28
b. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1. Bilangan utuh, contohnya dua belas (12) dan dua puluh dua (22)
2. Bilangan pecahan, contohnya tiga perempat (3/4), seperenam belas (1/16), dan
satu persen (1%).
c. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh. Tingkat V, tingkat ke-
5,
dan tingkat kelima.
d. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
memberi suara blangko.

Singkatan dan Akronim


Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Singkatan pada umumnya, dengan beberapa pengecualian, memerlukan tanda titik di
antara setiap huruf atau di akhir singkatan. Singkatan menggunakan kapitalisasi sesuai
dengan konsep nama diri. Singkatan tidak dapat dilafalkan sebagai kata.
Ketentuan singkatan sebagai berikut:
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya, Muh. Yamin, Suman Hs.
M.B.A. - master of business administration
S.E. - sarjana ekonomi
Bpk. - Bapak
Sdr. - Saudara
Kol. - Kolonel
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:

29
DPR - Dewan Perwakilan Rakyat
GBHN - Garis-Garis Besar Haluan Negara
PT - perseroan terbatas
KTP - kartu tanda penduduk
3. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. - dan lain-lain
dsb. - dan sebagainya
dst. - dan seterusnya
Yth. - Y ang terhormat
tetapi:
a.n. - atas nama
d.a. - dengan alamat
u.b. - untuk beliau
u.p. - untuk perhatian
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Contoh:
TNT - trinitrotoluene
Cu - kuprum
cm - sentimeter
Rp - rupiah
l - liter
kg - kilogram

akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim
dapat dilafalkan sebagai kata.
Ketentuan akronim sebagai berikut:
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
TNI - Tentara Nasional Indonesia
SIM - surat izin mengemudi
PASI - Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

30
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
Bappenas - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Akabri - Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Iwapi - Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu - pemilihan umum
radar - radio detecting and ranging

sintaksis
Dalam Kamus Lingustik karya Kridalaksana, Sintaksis adalah cabang linguistik yang
mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuansatuan
yang lebih besar atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata. Subsistem bahaya yang mencakup hal tersebut
sering dianggap bagian dari gramatika. Dengan perkataan lain, sintaksis adalah bagian dari
tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat atau yang menganalisis kalimat
atas bagian-bagiannya. Sintaksis disebut juga tata kalimat.
a. Frasa
adalah kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
predikatif. Gabungan tersebut dapat rapat maupun renggang. Misalnya: Danau luas
adalah frasa karena kontruksi nonpredikatif. Berbeda dengan Danau itu luas yang
bukan frasa karena bersifat predikatif. Dengan kata lain, sebuah frase tidak boleh
melebihi batas satu fungsi kalimat. (subjek saja, predikat saja, objek saja, atau
keterangan saja).

Jenis-jenis Frasa
 Frasa Setara (Endosentris Koordinatif)
Frasa setara adalah frasa yang kedua unsurnya sederajat. Tidak mengenal pola
DM/MD. (Diterangkan-Menerangkan)
Contoh: anak istri, ayah ibu, hutan rimba, warta berita
 Frasa Bertingkat (Endosentris Subordinatif/ Atributif)
Frasa Bertingkat adalah frasa yang kedua unsurnya tidak sama derajatnya.
Mengenal pola DM/MD/MDM.
Contoh: calon mahasiswa, rumah presiden, sepasang sepatu tua, meja
gambar, baru bangkit.

31
 Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentri sadalah frasa yangterdiri dari unsur penjelas saja. Frasa ini
ditandai dengan adanya kata depan: di, ke, dari.
Contoh: ke kampus, dari perpustakaan, di kelas

Inti Frasa
Inti frasa adalah bagian frasa yang pokok atau bagian yang diterangkan.
Contoh:
a) Pengendalian harga kacang hijau (inti frasa = pengendalian)
b) Lima wanita cantik (inti frasa = wanita)

Pola Frasa
Pola frasa bisa berada dalam kalimat atau dapat pula berdiri sendiri. Hal ini berkaitan
dengan hukum DM/DM dan jenis kata.
Contoh:
Gadis cantik = makan lagi
D M D M
Kepala sekolah = ayah guru
KB KB KB KB

b. Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang sudah memiliki subjek dan predikat, tetapi belum
berintonasi akhir.
Contoh:
Ibu menyanyi (1 klausa)
Ayah tersenyum (1 klausa)
Nenek menjerit (1 klausa)

Jenis atau Sifat Klausa


 Klausa atasan disebut juga klausa pokok atau induk kalimat
 Klausa bawahan disebut juga keterangan atau anak kalimat.

Untuk menentukan klausa atasan dan klausa bawahan, klausa memiliki tanda hubung
sebagai penanda awal klausa bawahan. Kata hubung tersebut: sebab, karena; agar,
supaya;ketika, sejak, setelah, sesudah; kecuali, selain; bahwa, sehingga, meskipun.
Contoh:
Ketika berada di Ambon, Andrean menikah lagi (klausa bawahan, klausa atasan)

Semantik
32
Semantik adalah bagian tata bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan
juga dengan struktur makna. Semantik juga merupakan sistem dan penyelidikan makna
serta arti dalam suatu bahasa. Dengan demikian, secara umum, semantik adalah ilmu yang
mempelajari makna kata. Makna adalah hubungan abstrak antara kata sebagai simbol dengan
objek atau konsep yang ditunjuk atau diwakili. Hubungan itu, dalam arti kesepadanan atau
ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua
hal yang ditunjuknya.

Jenis Makna
a. Leksikal, adalah makna kata sebagai satuan yang bebas. Secara umum, maknanya
dianggap sejajar dengan makna denotasi. Biasa pula dianggap sebagai arti kata
menurut kamus.
b. Denotasi, adalah makna harfiah, arti lugas, arti sebenarnya, atau arti tersurat.
Artinya, didasarkan penunjukan secara langsung pada objek atau konsep yang
dimaksud.
c. Konotasi, adalah makna kias. Artinya, makna tersirat atau makna yang didasarkan
pada penunjukkan secara tidak langsung.

Perubahan Makna
a. Peyorasi (penurunan makna) adalah perubahan nilai rasa menjadi lebih rendah dari
yang sebelumnya. Peyorasi menggunakan kata yang merendahkan atau kasar.
Peyorasi berasal dari bahasa latin pejoi artinya jelek.
b. Ameliorasi (peninggian makna) adalah perubahan nilai rasa menjadi lebih tinggi,
lebih hormat, dan lebih disukai. Ameliorasi berasal dari bahasa latin meloi artinya
lebih baik.
c. Meluas adalah perubahan makna kata yang semula cakupan maknanya lebih sempit
dari yang sekarang. Perluasan makna terjadi apabila suatu kata lebih luas dari makna
asalnya.
d. Menyempit adalah perubahan makna dari yang semula cakupan maknanya luas kini
menjadi lebih sempit.
e. Sinestesia adalah perubahan makna karena adanya pertukaran tanggapan dua
indera yang berbeda.
f. Asosiasi adalah perubahan makna karena adanya persamaan sifat atau hubungan
makna secara tidak langsung.
Makna asosiasi juga dapat dihubungkan dengan unsur-unsur berikut:
1. Nilai Rasa, Kesan baik dan buruk atas kata tersebut. Contoh: tolol yang mengandung
nilai rasa penghinaan. tiga belas dianggap mempunyai nilai rasa kesialan.
2. Warna, Warna mempunyai sosiasi tertentu. Contoh: hitam = duka, merah = berani,
putih = suci, warna lalu lintas: merah = berhenti, kuning = hati-hati, hijau = berjalan).
3. Tempat/Lokasi. Contoh: Koruptor sedang menginap di hotel prodeo (penjara).

33
4. Waktu atau Peristiwa. Contoh: Hari kemerdekaan bangsa Indonesia = 17 Agustus.

Apelativa
a. Apelativa, yaitu makna yang muncul disebabkan:
b. anamatope atau tiruan bunyi, contoh cecak dan tokek
c. perbuatan, contoh kuli tinta
d. penemu, contoh ikan mujair dan lampu Phillips
e. tempat, contoh dodol garut
f. bahan, contoh kain sutera, karung goni
g. sifat menonjol, contoh si hitam dan si mancung

Partikel
Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak
mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya dengan kata lain
dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara lepas atau berdiri sendiri.
a. Partikel Penegas
Partikel ini, yaitu -kah, -lah, -tah, dan –pun
1. Partikel –kah, -lah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
Bacalah buku itu dengan cermat.
Apakah yang tersirat dalam bacaan itu?
2. Partikel -pun ada dua penulisan dipisah dan digabung. Partikel -pun yang dipisah,
seperti kapan pun dan apa pun, sedangkan partikel -pun yang digabung, seperti
maupun, meskipun, bagaimanapun, walaupun, kalaupun, kendatipun, andaipun,
adapun, ataupun, biarpun, sekalipun, dan sungguhpun.
Contoh:
Apa pun yang terjadi kami tetap setia pada negara ini.
Sekalipun belum memuaskan, hasil kerjanya dapat diacungkan jempol.
Adapun sebab-sebabnya sedang ditelusuri.
Walaupun miskin, ia selalu ceria.
b. –per
Partikel ini berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ’tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahuluinya atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai Negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

34

Anda mungkin juga menyukai