Anda di halaman 1dari 34

Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
BAHASA INDONESIA
Ide Pokok, Artikel, dan
Teks Editorial

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami konsep dasar wacana dan paragraf.
2. Memahami konsep dasar artikel dan editorial (tajuk rencana).
3. Memahami ide pokok tiap paragraf.
4. Menidentifikasi informasi dalam teks editorial.
5. Menganalisis struktur dan kebahasaan teks editorial dan artikel.
6. Menganalisis kebahasaan artikel.

A. Wacana dan Paragraf


1. Wacana
Wacana merupakan terjemahan dari bahasa Inggris discourse. Pengertian Wacana
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): (1) keseluruhan tutur yang merupakan
suatu kesatuan, (2) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk
karangan atau laporan utuh seperti buku, novel, artikel, pidato atau khotbah, (3)
kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis dan kemampuan atau proses
pertimbangan berdasarkan akal sehat.

Menurut Harris, Pike dalam Kamus Linguistik yang disusun Kridalaksana, wacana
adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa
amanat lengkap.
Wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain sehingga membentuk kesatuan.
Konteks wacana berupa situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Syarat wacana, yaitu kohesi dan
koherensi dan di dalamya terdapat topik, tema, dan judul. Definisi tersebut terdapat
dalam wikibook Indonesia.

Dari definisi wacana di atas, dapatlah disimpulkan arti dari wacana adalah satuan
gramatikal tertinggi atau terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau
laporan utuh seperti buku, novel, artikel, dan yang didalamnya terdapat topik, tema,
judul dan paragraf yang memenuhi syarat kohesi dan koherensi. Wacana disebut
juga bacaan, karangan, atau komposisi.

2. Paragraf
a. Definisi Paragraf
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragraphos ‘tertulis di samping’. Nama lain
paragraf, yaitu alinea yang berasal dari bahasa Latin, a linea “merujuk pada pilcrow(¶)“
yang menandakan paragraf baru.

Pengertian paragraf dan alinea dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI); paragraf
adalah bagian bab dalam satu karangan yang mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru; Alinea adalah bagian wacana yang
mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu ide pokok dalam ragam tulis
yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang
lebih. Dalam Kamus Linguistik, paragraf adalah bagian wacana yang mengungkapkan
pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh
wacana; dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan.
(Kridalaksana, 2008: 173 ).

Dengan demikian, paragraf adalah bagian dari wacana yang mengandung satu ide
pokok atau satu pikiran lengkap yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana
yang terjadi, dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan dan ditandai
oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih.

Ada dua model paragraf, yakni (1) model balok, antarparagraf dipisahkan dengan
jarak spasi berbeda, lurus seperti balok, dan (2) model tekuk, paragraf baru ditandai
dengan baris pertama menjorok ke dalam 5—7 ketuk.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 2


Paragraf A: model balok Paragraf B: model tekuk

b. Syarat-Syarat Paragraf
Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1.) Kesatuan (Unity)


Satu paragraf hanya membicarakan satu pokok permasalahan atau satu ide
pokok. Seluruh kalimat penjelas harus menjelaskan atau mendukung ke satu ide
pokok. Dengan kata lain kalimat penjelas harus padu atau koheren, kepaduan
makna yang berhubungan dengan keutuhan isi. Kalimat penjelas yang tidak
mendukung ide pokok disebut kalimat tidak koheren atau tidak padu alias
sumbang ‘nggak nyambung’. Jika sebuah paragraf tidak memiliki kepaduan itu,
pembaca akan bingung dan mengalami kesulitan untuk memahaminya karena
tidak jelas ujung pangkalnya.
2.) Kepaduan
Dalam satu paragraf, kalimat yang satu dengan lainnya harus berkaitan atau
mempunyai kepaduan bentuk (kohesi). Apabila kepaduan makna berhubungan
dengan isi, kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya.
Agar paragraf padu secara bentuk dibutuhkan alat kekohesifan.
Alat kekohesifan tersebut adalah kata yang mempunyai hubungan:
leksikal, yaitu kohesi ditandai oleh pengulangan kata baik utuh maupun
sebagian dan sinonim atau hiponim.
penunjukan, yaitu kohesi ditandai oleh kata tunjuk (itu, ini, yakni, yaitu,
tersebut, berikut).
pergantian, yaitu ditandai oleh kata ganti orang (ia, mereka, engkau, Anda).
perangkaian, yaitu ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian.
perlawanan, yaitu ditandai oleh konjungsi antarkalimat (namun, sebaliknya,
akan tetapi).
Bisa saja paragraf itu padu secara makna (koherensi), tetapi belum tentu
paragraf itu padu secara kata (kohesi) bahkan sebaliknya. Paragraf yang baik
adalah paragraf yang kohesi juga koherensi.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 3


B. Wacana dan Paragraf
Ide pokok adalah salah satu unsur paragraf yang menjadi hal pokok yang diungkapkan
dalam paragraf dan menjadi inti keseluruhan isi paragraf. Sebutan lainnya untuk ide
pokok, yaitu gagasan pokok, pokok pembicaraan, pokok pikiran, pikiran utama, gagasan
utama, gagasan inti, inti masalah. Ide pokok dapat diketahui secara eksplisit dan implisit
dalam kalimat pokok. Secara eksplisit terdapat pada kalimat inti (inti subjek dan inti
predikat) yang terdapat di kalimat pokok/utama.

Unsur-unsur paragraf lainnya selain ide pokok adalah sebagai berikut.

1. Topik dan tema: Topik berasal dari kata Yunani topoi ‘tempat’. Topik diartikan sebagai
pokok pembicaraan karangan. Tema berasal dari kata Yunani tithenai ‘menempatkan’.
Tema diartikan sebagai suatu perumusan yang dijadikan landasan penyusunan
karangan.

2. Kalimat pokok adalah kalimat inti suatu paragraf yang pernyataan di dalamnya
merupakan gagasan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain
dalam paragraf itu. Sebutan lain untuk kalimat pokok, yakni kalimat utama atau
kalimat topik.
Ciri-ciri kalimat pokok:
biasanya dapat ditemukan ide pokok;
berisi permasalahan yang potensial (topik) untuk diuraikan lebih lanjut;
kalimat pokok adalah kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri; dan
kalimat pokok mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan kalimat lain.
3. Gagasan penjelas adalah gagasan yang peranannya menjelaskan ide pokok. Gagasan
penjelas terdapat di dalam kalimat penjelas

4. Kalimat penjelas adalah kalimat yang mendeskripsikan kalimat utama. Di dalam


kalimat penjelas bisa diketahui gagasan penjelas.
Ciri-ciri kalimat penjelas:
makna atau arti kalimat penjelas akan jelas jika dihubungkan dengan kalimat lain
dalam suatu paragraf;
pembentukan kalimat penjelas dengan menggunakan kata penghubung
(konjungsi); dan
isi kalimat penjelas tentunya menjelaskan dan mendukung kalimat pokok.

5. Judul merupakan bagian wacana atau paragraf yang memayungi karangan. Judul
disebut juga titel, predikatif, atau kepala karangan.
Syarat-syarat judul adalah sebagai berikut.
Harus sesuai dengan isi: dengan membaca sebuah judul, pembaca sudah
mempunyai gambaran terhadap isi karangan.
Provokatif: judul memengaruhi pembaca untuk segera membaca isi karangan.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 4


Sensasional: judul dibuat berbeda untuk menarik minat pembaca.
Singkat: berbentuk frasa mudah diingat. Jika judul dibuat panjang kurang
mendapat perhatian pembaca.
Logis dan spesifik: judul haruslah masuk akal dan spesifik.

6. Pungtuasi: paragraf atau wacana haruslah menggunakan tanda baca.

Ide pokok dapat diketahui secara eksplisit dan implisit dalam kalimat pokok atau kalimat
utama. Oleh karena itu, harus diketahui terlebih dahulu letak kalimat pokok di dalam
paragraf. Kalimat pokok dalam paragraf terdapat di awal paragraf, akhir paragraf, awal
dan akhir paragraf. Ada baiknya kita mengenal jenis paragraf berdasarkan posisi kalimat
pokok karena pokok bahasan selanjutnya pada materi ini adalah mencari ide pokok
dalam artikel dan editorial (tajuk rencana).

C. Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat Pokok/Utama


1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi kalimat utamanya di awal paragraf
kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:

Pulau ‘hantu’, Hashima, tak berpenghuni ini terletak di lepas Pantai Nagasaki,
Jepang. Pulau yang disebut-sebut angker itu pun telah lama ditinggalkan.
Dengan penampakkan pulaunya yang mirip kapal perang, tak heran jika Pulau
Hashima umumnya dikenal sebagai Gunkanjima atau pulau perang. Selama
hampir satu abad (1887—1974) pulau itu merupakan tempat pertambangan
batu bara yang menampung ribuan pekerja.
(Liputan6.com, Jepang 16 Februari 2015)

2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi kalimat utamanya di akhir paragraf
yang diawali kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:

Menikmati minuman bersoda pada siang hari dan cuaca terik menjadi hal yang
menyenangkan. Terlebih jika minuman bersoda itu masih dingin. Seperti yang
dilansir En. Rocketnews24, Kamis (12/2/2015). Apakah Anda masih tertarik
untuk meminum minuman bersoda jika minuman tersebut memiliki rasa
bawang putih? Kini minuman bersoda dengan rasa bawang putih benar-benar
hadir di negeri Sakura, Jepang. Minuman bersoda dengan rasa bawang putih
ini kemudian diberi nama Jats Takkola.
(Liputan6.com, 12 Februari 2015

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 5


3. Variatif (Deduktif-Induktif)
Variatif (deduktif-induktif) adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan akhir paragraf.
Contoh:

Harga beras di bulan Februari kembali mengalami kenaikan cukup tinggi. Di


Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur misalnya, seluruh jenis beras mulai dari
beras jenis standar hingga beras premium naik rata-rata 30%. Billy Hartanto
salah seorang pedagang beras Pasar Induk Cipinang mengungkapkan,
kenaikan beras terjadi secara bertahap mulai 9 Februari 2015. Harga beras
terus naik hingga hari ini tanggal 19 Februari 2015.
(detik.com, 19 Februari2015)

4. Paragraf Naratif dan Deskriptif


Paragraf naratif dan deskriptif adalah paragraf yang ide pokoknya menyebar pada
seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Semua kalimat penjelas
menjadi penting. Dengan demikian, paragraf ini dapat dikatakan tidak memiliki
kalimat utama. Jika ada pendapat yang mengatakan jenis ini adalah seluruhnya
kalimat utama tentu secara penamaan salah, karena yang utama pasti satu tidak
banyak. Paragraf jenis ini dijumpai pada karangan-karangan deskripsi dan narasi.

Contoh:

Dari kejauhan, seorang anak laki-laki membelah angin. Senyumnya


mengambang, dengan percaya diri, ia menyapa setiap orang yang dijumpainya.
Para wanita terpesona dengan keramahannya.
“Mamoru!” temannya memanggilnya, namanya Mamoru. Berumur 14 tahun
dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Hana, SMP Kageyo. Mamoru
mendekati Hoshi, sahabat karibnya. Hoshi merengut. Rambut Mamoru yang
awalnya merah kecoklatan, kini disulap menjadi bewarna hitam ...
(cerpen “Hana dan Mamoru”. Micheaelyamin.net.)

D. Artikel
Artikel menurut definisi yang terdapat di KBBI adalah karya tulis lengkap misalnya
laporan berita, atau esai dalam majalah, surat kabar, dsb. Dengan kata lain, artikel adalah
karangan ilmiah yang bersifat faktual dan lengkap dengan panjang karangan tertentu
yang ditulis untuk dipublikasikan lewat media massa dan bertujuan menyampaikan
gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur pembaca.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 6


1. Jenis-Jenis Artikel
Jenis-jenis artikel dibagi berdasarkan penulisnya, fungsi, dan kepentingannya.
(Tartono, 2005:85-86)
a. Berdasarkan Penulisnya
Artikel redaksi adalah artikel yang ditulis redaksi dengan tema tertentu.
Artikel yang ditulis umum.
b. Berdasarkan Fungsi dan Kepentingannya
Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi.
Artikel sponsor adalah artikel yang membahas dan memperkenalkan sesuatu.

2. Model-Model Penulisan Artikel


a. Model Penulisan Populer
Tulisan popular biasanya ditulis ringan, tidak rumit, dan bersifat hiburan. Bahasa
yang digunakan cenderung bebas , misalnya, bahasa yang dipakai di majalah.
b. Model Penulisan Ilmiah
Model penulisan ilmiah yaitu tulisan menggunakan bahasa yang baku dengan
ejaan yang tepat. Model penulisan ini agak sulit.
c. Model Ilmiah Populer
Model perpaduan antara ilmiah dan populer. Sebaiknya artikel ilmiah populer
ditujukan kepada para pembaca umum dan perlu membedakan antara kosa
kata ilmiah dan populer. Menurut keraf kata-kata popular merupakan kata-kata
yang digunakan sehari-hari, sedangkan kata-kata ilmiah adalah kata-kata yang
biasa digunakan oleh pelajar terutama di dalam penulisan ilmiah, pertemuan-
pertemuan resmi, dan diskusi-diskusi khusus.

3. Syarat-Syarat Artikel
a. Syarat Umum
Bahasa yang digunakan dalam artikel disesuaikan dengan model artikel:
populer, ilmiah, dan ilmiah populer.
Tulisan harus orisinal bukan jiplakan.
Topik tulisan bersifat respons dari sebuah peristiwa.
Ide artikel adalah murni dari ide penulis dan mengambil sebagian dari sumber
referensi: studi pustaka, buku, dsb.
Penulisan artikel tidak terikat oleh waktu, bentuk berita, gaya bahasa, dan
teknik penulisan lainnya.
Aktualitas, gaya penulisan, dan panjang pendeknya artikel harus diperhitungkan
antara 700—1.200 kata.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 7


b. Kriteria Artikel yang Baik
Judul atau headline artikel kreatif, menarik, dan buatlah seprovokatif mungkin.
Pembaca akan penasaran dengan keseluruhan isi artikel tersebut.
Paragraf yang dibuat model balok, dan menandai dengan tulisan miring untuk
kata-kata penting.
Menggunakan deskripsi yang jelas, jika perlu disertai gambar.
Menggunakan istilah dan tata kata yang mudah dicerna pembaca.
Tulisan renyah dan enak dibaca.

E. Langkah-Langkah Penulisan Artikel


Untuk menulis sebuah artikel yang akan dimuat di media massa, langkah-langkah yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tema yang ingin dibahas. Tema haruslah aktual, yaitu tema yang sedang
banyak dibicarakan orang “sedang in” atau tema yang menjadi fokus perhatian
masyarakat.
2. Menentukan gagasan atau ide. Ide haruslah orisinal dan baru pada artikel yang
ditulis baik artikel ekonomi, politik, budaya, sejarah, dan sebagainya.
3. Menulis bagian pendahuluan: pada pendahuluan berupa ringkasan yang
mengemukakan isi bagian secara garis besar. Dalam pendahuluan dilukiskan fakta,
kejadian atau hal yang ingin membuat pembaca ingin tahu.
4. Menentukan angle dan membuat judul yang semenarik mungkin.
5. Mencari dan menggunakan referensi atau rujukan, misalnya buku-buku berkualitas,
jurnal ilmiah, hasil riset, dsb.
6. Memulai menulis: tulislah artikel, petakan, dan identifikasikan permasalahan, bahas
permasalahan, kemudian buatlah simpulan.
7. Memeriksa kembali artikel yang sudah jadi. Periksa apakah kira-kira pembaca
mengerti ide yang dituangkan, adakah kata-kata yang tidak pantas dikatakan, dan
lain-lain.

F. Menemukan Ide Pokok dan Topik dalam Artikel


Pada bagian ini, kita akan menemukan ide pokok, kalimat utama, kalimat yang mendukung
ide pokok atau kalimat penjelas, serta pokok permasalahan atau topik yang terdapat
dalam artikel.

Seperti sudah dipaparkan di atas; Ide pokok adalah salah satu unsur paragraf yang
menjadi hal pokok yang diungkapkan dalam paragraf dan menjadi inti keseluruhan isi
paragraf. Topik diartikan sebagai pokok pembicaraan karangan atau pokok permasalahan
dalam paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat inti suatu paragraf yang pernyataan di

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 8


dalamnya merupakan gagasan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan
lain dalam paragraf itu. Kalimat penjelas adalah kalimat yang mendeskripsikan kalimat
utama dan mendukung kalimat utama.

Di bawah ini dikutip salah satu artikel yang dimuat di surat kabar dan penentuan ide
pokok, topik (masalah), kalimat pokok, dan kalimat penjelas. Artikel ditulis oleh Ahmad
Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma Jakarta berjudul “Pendidikan Penyembuh
Kemiskinan?” dimuat di harian Kompas, Minggu 11 Maret 2012.

Judul

Pendidikan Penyembuh Kemiskinan?

Paragraf 1

Riset terbaru para ahli ekonomi menyebutkan pendidikan hanya menyumbang sedikit,
yaitu sekitar 16.1% per tahun, pertumbuhan produk domestik bruto rata-rata di dunia
(Greg J. Duncan: 2010). Di samping memercayai bahwa investasi di bidang pendidikan
memang sangat strategis dan signifikan, terutama pendidikan prasekolah, para ahli
ekonomi menyarankan agar dunia pendidikan memiliki kepekaan pasar dalam rangka
menumbuhkan semangat entrepreneurship di kalangan para siswa.

Kalimat pokok Riset terbaru para ahli ekonomi menyebutkan pendidikan hanya
menyumbang sedikit, yaitu sekitar 16.1% per tahun, pertumbuhan
produk domestik bruto rata-rata di dunia (Greg J. Duncan: 2010).

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 9


Kalimat penjelas Di samping memercayai bahwa investasi di bidang pendidikan
memang sangat strategis dan signifikan, terutama pendidikan
prasekolah, para ahli ekonomi menyarankan agar dunia pendidikan
memiliki kepekaan pasar dalam rangka menumbuhkan semangat
entrepreneurship di kalangan para siswa.

Ide pokok Pendidikan hanya menyumbang sedikit pertumbuhan produk


domestik bruto rata-rata di dunia.

Topik Pendapat Duncan tentang hasil riset terbaru para ahli ekonomi
mengenai pendidikan.

Paragraf 2

Memadukan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan dunia kerja merupakan sebuah
keniscayaan yang harus ditekuni para pengambil kebijakan bidang pendidikan. Namun,
masalah yang kerap kali muncul ialah dunia pendidikan saat ini sangat bergantung pada
situasi politik dan ekonomi sebuah negara. Karena itu, menjadi jelas bahwa pendidikan
bukan merupakan satu-satunya alat untuk mengurangi kemiskinan, apalagi jika dilihat
dari konteks politik dan sistem ekonomi yang dianut, katakanlah liberalisme seperti di
Indonesia.

Kalimat pokok Karena itu, menjadi jelas bahwa pendidikan bukan merupakan
satu-satunya alat untuk mengurangi kemiskinan, apalagi jika dilihat
dari konteks politik dan sistem ekonomi yang dianut, katakanlah
liberalisme seperti di Indonesia.

Kalimat penjelas Memadukan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan dunia
kerja merupakan sebuah keniscayaan yang harus ditekuni para
pengambil kebijakan bidang pendidikan. Namun, masalah yang
kerap kali muncul ialah dunia pendidikan saat ini sangat bergantung
pada situasi politik dan ekonomi sebuah negara.

Ide pokok Pendidikan bukan merupakan satu-satunya alat untuk mengurangi


kemiskinan.

Topik Dunia pendidikan saat ini sangat bergantung pada situasi politik dan
ekonomi sebuah negara.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 10


Paragraf 3

Tidak ada yang meragukan tenaga kerja berpendidikan lebih baik dan lebih mungkin
menikmati pendapatan yang lebih tinggi. Orang miskin benar-benar membutuhkan lebih
banyak pendidikan dan pelatihan keterampilan. Akan tetapi, mereka juga membutuhkan
suatu konteks ekonomi di saat pertumbuhan sejalan dengan suasana politik yang
kondusif. Selama beberapa dekade terakhir, seperangkat institusi dan norma-norma yang
secara historis mempertahankan hubungan antara keterampilan dan pendapatan telah
berkurang. Hal itu menyebabkan sulitnya mengangkat orang miskin menjadi lebih terdidik
dan memiliki keterampilan.

Kalimat pokok Tidak ada yang meragukan tenaga kerja berpendidikan lebih baik
dan lebih mungkin menikmati pendapatan yang lebih tinggi.
Hal itu menyebabkan sulitnya mengangkat orang miskin menjadi
lebih terdidik dan memiliki keterampilan.

Kalimat penjelas Orang miskin benar-benar membutuhkan lebih banyak pendidikan


dan pelatihan keterampilan. Akan tetapi, mereka juga membutuhkan
suatu konteks ekonomi di saat pertumbuhan sejalan dengan suasana
politik yang kondusif. Selama beberapa dekade terakhir, seperangkat
institusi dan norma-norma yang secara historis mempertahankan
hubungan antara keterampilan dan pendapatan telah berkurang.

Ide pokok Tenaga kerja berpendidikan akan menikmati pendapatan tinggi,


tetapi sulit bagi orang miskin.

Topik Penyebab sulitnya mengangkat orang miskin lebih terdidik dan


terampil.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 11


Sebagai bentuk latihan, lakukanlah hal yang sama untuk paragraf selanjutnya.

Paragraf 4

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

G. Teks Editorial
Editorial (tajuk rencana) menurut arti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
karangan pokok di surat kabar, majalah, dsb. Editorial merupakan pandangan redaksi
terhadap peristiwa aktual, fenomenal, dan kontroversial yang terjadi di dalam negeri
maupun luar negeri yang ditulis dalam penerbitan pers, surat kabar, dan majalah.

Dalam editorial tidak dicantumkan nama penulis karena editorial pandangan redaksi
terhadap isu, bukan pandangan penulis. Dengan demikian, tidak ada kata “saya” dalam
editorial. Opini yang ditulis redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan
pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 12


1. Isi Editorial
a. Analisis, persepsi, dan konklusi dari redaktur terhadap permasalahan yang sedang
terjadi, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah, kritik dan
saran atas permasalahan, dan harapan redaksi atas peran serta pembaca.
b. Uraian berupa fakta dan opini di dalamnya tersusun secara sistematis, logis, dan
menarik yang bertujuan untuk membentuk opini publik.
c. Pada editorial kadang terdapat juga ramalan atau prediksi juga analisis kondisi yang
berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

2. Esensi Editorial
Dari uraian di atas dapatlah dipetik esensi sebuah editorial adalah sebagai berikut.
a. Editorial merupakan pendirian redaktur terhadap masalah yang aktual di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb;
b. Editorial merupakan pandangan redaktur yang berkaitan dengan nilai moral;
c. Editorial bertujuan memberikan penjelasan berita paling penting;
d. Editorial merupakan prediksi redaktur atas peristiwa yang akan terjadi.

Untuk menulis editorial dirumuskan dengan formula SPECS.

SP E C S

State the menentukan sejak awal isu/masalah yang ingin ditampilkan.


situation

Position menentukan posisi redaksi terhadap masalah itu.

Evidence jika telah menentukan posisi diperkuat dengan bukti yang jelas.

Conclude menyimpulkan.

Solution memberikan jalan keluar atas isu yang ditulis.

H. Mencari Ide Pokok dan Analisis Teks Editorial


Pada bagian ini, akan dilakukan pencarian ide pokok dalam teks editorial salah satu surat
kabar dan menganalisis kandungan teks tersebut. Sudah diketahui bahwa ide pokok
adalah salah satu unsur paragraf yang menjadi hal pokok yang diungkapkan dalam
paragraf dan menjadi inti keseluruhan isi paragraf.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 13


Teks Editorial Keterangan

MOS dan Nilai Bangsa Judul (Headline)

Isu pendidikan yang menarik pada tahun ajaran baru yang Ide pokok:
jatuh setiap pertengahan tahun adalah masa orientasi Isu pendidikan yang sedang
siswa (MOS). Sebagian pihak mengatakan itu sebagai menarik adalah MOS.
opspek atau ospek. Bahkan kalau mau mengartikannya Masalah yang aktual:
lebih keras lagi adalah perpeloncoan. bidang pendidikan dan
kebudayaan.

Plonco, opspek atau ospek, dan MOS pada dasarnya adalah Ide Pokok:
kegiatan untuk menyambut siswa baru (anggota baru) MOS (plonco, ospek)
agar mengenal tentang sekolah atau organisasi yang baru merupakan kegiatan
dimasuki. Mungkin juga bertujuan agar saat memasuki menyambut siswa baru.
lingkungan yang baru, para siswa-siswi cepat beradaptasi. Fakta :
Semua yang mengenyam pendidikan di Tanah Air hampir Tentang MOS di Tanah Air.
pasti merasakan kegiatan tersebut, baik menjadi peserta
atau penyelenggara.

Ada perasaan takut, khawatir, risau dalam menyambut Ide Pokok:


kegiatan MOS, pelonco, opspek (ospek) itu. Tapi tak jarang Siswa baru khawatir
ada yang biasa saja, bahkan senang. Namun, diyakini bahkan takut ikut MOS.
banyak siswa-siswi yang baru merasa khawatir bahkan
takut untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 14


Teks Editorial Keterangan

Jika bukan kegiatan yang wajib diikuti dipastikan MOS Ide Pokok:
atau opspek (ospek) itu akan sepi peserta dan bisa jadi MOS kegiatan wajib bagi
urung dilakukan. Karena kegiatan ini wajib bagi siswa- siswa baru dari SD sampai
siswi baru, hampir semua bahkan semua mengikutinya. dengan perguruan tinggi.
Yang tidak ikut akan terkena sanksi tergantung masing-
masing organisasi sekolah. Penyelenggaranya siswa-siswi
senior yang pasti sudah mendapat restu dari para guru
atau bahkan kepala sekolah. Hampir semua organisasi
sekolah dari sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi
menyelenggarakan MOS atau opspek (ospek) pada tahun
ajaran baru

Isu ini semakin menarik ketika ada siswa-siswi baru yang Fakta:
jatuh sakit atau bahkan meninggal. Maka, jadi hebohlah Tentang kegiatan MOS.
tentang MOS dan opspek (ospek). Kejadian tersebut Ide Pokok:
semakin membuat siswa-siswi baru khawatir, risau, atau Siswa baru yang ikut MOS
bahkan ketakutan untuk memasuki lingkungan baru ada yang sakit bahkan
mereka. Lalu, kenapa MOS yang bertujuan mengenalkan meninggal dunia.
lingkungan baru kepada anggota baru justru menghasilkan
korban, baik sakit atau bahkan meninggal?

Bukan tujuannya yang salah, melainkan caranya Fakta:


yang salah, bahkan salah kaprah. Bertujuan untuk Tentang kegiatan MOS.
menumbuhkan mental baru justru dilakukan dengan Ide Pokok:
bentakan. Menanamkan nilai-nilai baru dengan cara Tujuan MOS tidak salah
kegitan fisik semimiliter. Menumbuhkan rasa solidaritas melainkan caranya yang
dengan cara “mengerjai” siswa-siswi baru dengan tugas- salah.
tugas atau kegiatan yang tak masuk akal. Semakin tak
masuk akal atau konyol konon katanya makin seru.
Bukankah mengenalkan lingkungan baru tidak harus
dengan kekerasan dan tugas-tugas yang konyol?

Tidak perlu dibahas bagaimana mengisi kegiatan MOS yang Pandangan redaktur:
lebih tepat karena semua pihak sudah pasti mengetahui Berhubungan dengan
atau bahkan memberikan usulan kepada organisasi moral.
pendidikan tentang bagaimana melakukan MOS yang baik Ide Pokok:
dan benar, jauh dari kekerasan verbal dan noverbal, juga Usulan kegiatan MOS yang
jauh dari ihwal yang konyol. baik dan benar.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 15


Teks Editorial Keterangan

Kegiatan MOS yang masih diisi kegiatan bentakan, Ide Pokok:


kekerasan, dan kegitan konyol adalah salah satu cermin MOS dengan kekerasan
buramnya pendidikan bangsa ini. Bukankah dengan cermin buramnya
kekerasan justru melahirkan generasi yang hanya mencari pendidikan.
solusi dengan kekerasan? Dengan bentakan bukankah Pandangan redaktur:
justru memunculkan generasi yang gampang marah? Berhubungan dengan
Membuat kegiatan konyol bukankah justru melahirkan moral.
generasi yang berpikir konyol? Bangsa Indonesia bukanlah
bangsa yang mengedepankan kekerasan, kemarahan, dan
kekonyolan.

Nilai bangsa ini adalah gotong royong, kegigihan, Ide Pokok:


kerendahan hati, dan kesabaran. Bukankah kegiatan Nilai bangsa: gotong
orientasi siswa-siswi baru semestinya mencerminkan royong, kegigihan,
empat hal di atas, yang merupakan wajah asli bangsa kerendahan hati, dan
Indonesia? MOS yang diisi dengan kekerasan, kemarahan, kesabaran.
dan kekonyolan justru mencoreng atau bahkan menghapus Pandangan redaktur:
nilai-nilai bangsa. Berhubungan dengan
moral.

Padahal dunia pendidikan adalah lembaga yang Ide Pokok:


semestinya getol menanamkan nilai-nilai gotong royong Dunia pendidikan
kegigihan, kerendahan hati, dan kesabaran. Semua pihak semestinya getol
pasti merindukan suasana gotong royong, kegigihan, menanalan nilai bangsa.
kerendahan hati, dan kesabaran yang merupakan warisan Pandangan redaktur:
para leluhur bangsa ini. Berhubungan dengan
moral.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Ide Pokok:


Kebudayaan (Kemendikbud) harus semakin berperan Pemerintah dan
aktif untuk menghapus cara-cara yang bukan mencirikan Kemendikbud berperan
nilai-nilai bangsa. Jika MOS masih diisi dengan kekerasan, aktif menghapus cara-
kemarahan, dan kekonyolan, bukankah sudah layak cara yang bukan ciri nilai
dihapus saja? bangsa.
Opini redaktur:
Saran dan kritik.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 16


Editorial “MOS dan Nilai Bangsa” ditulis redaktur SindoNews saat isu MOS, dalam
praktiknya terdapat perpeloncoan yang mengakibatkan siswa baru ada yang sakit
bahkan meninggal dunia. Pandangan redaksi bahwa MOS yang diisi dengan kekerasan,
kemarahan, dan kekonyolan mencoreng dan menghapus nilai-nilai bangsa, yakni ”gotong
royong, kegigihan, kerendahan hati, dan kesabaran”. Opini dan kritik redaksi kepada
pemerintah melalui Kemendikbud bahwa MOS yang diisi dengan kekerasan, kemarahan,
dan kekonyolan sebaiknya dihapus saja.

Dalam editorial tersebut, redaksi menempatkan posisi sebagai siswa baru yang mengikuti
MOS sehingga keberpihakan kepada siswa baru bukan kepada pemerintah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

I. Struktur Teks Editorial dan Artikel


1. Struktur Teks Editorial
Sebelumnya kita telah mempelajari bahwa teks editorial merupakan teks yang
tergolong dalam teks argumentasi. Tentu banyak sekali jenis teks argumentasi. Agar
tidak tertukar saat mengidentifikasi teks editorial dari teks argumentasi lainnya, kita
bisa mengidentifikasinya melalui struktur teks tersebut. Teks argumentasi tersusun
atas tiga bagian, yakni pengenalan isu, penyampaian argumen, dan simpulan.

a. Pengenalan isu
Bagian ini berfungsi sebagai pendahuluan dalam teks. Oleh karena itu, bagian
pengenalan isu selalu berada pada bagian awal teks editorial. Pengenalan isu
harus menyampaikan peristiwa yang memuat suatu persoalan aktual.

b. Penyampaian argumen
Bagian ini berfungsi sebagai pembahasan atas persoalan aktual yang telah
disampaikan pada bagian pengenalan isu. Pembahasan yang dimaksud adalah
tanggapan-tanggapan dari redaktur. Tanggapannya disampaikan dalam bentuk
argumen. Argumen adalah alasan yang dipakai untuk memperkuat suatu
pendapat, baik penilaian, penolakan, atau dukungan.

c. Simpulan
Bagian ini berfungsi sebagai penutup yang menyampaikan cakupan hal yang
dibahas pada bagian-bagian sebelumnya. Biasanya, simpulan yang disampaikan
disertai dengan rekomendasi atau saran.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 17


Transportasi Massal di Kota-Kota Penyangga

Tak lagi bisa dikatakan bahwa kemacetan hanya terjadi di DKI Jakarta. Lihat saja, saat
akhir pekan tiba (Sabtu dan Minggu), kemacetan justru terjadi di kota-kota penyangga,
seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Artinya, kota-kota penyangga punya
persoalan yang sama dengan DKI Jakarta.

Namun, DKI Jakarta kini mulai berbenah. Sudah sepatutnya kita memberikan
apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI dan pemerintah pusat. Keberadaan
commuter line dalam beberapa tahun ini bisa menjadi wajah baru sistem transportasi
massal yang baik. TransJakarta yang ada saat ini pun sudah memberikan pelayanan
yang baik juga bagi masyarakat. MRT yang baru saja hadir juga bagian dari solusi
untuk menata Jabodetabek sebagai wilayah yang tidak terbebani dengan persoalan
kemacetan. Rencana pengoperasian LRT juga tampaknya akan semakin membuat
wajah Jabodetabek lebih baik lagi. Rencana baru untuk menghidupkan trem dengan
menggunakan jalur TransJakarta (busway) juga bisa menjadi jalan keluar. Belum lagi
penambahan ruas jalan tol di Jabodetabek.

Kota-kota penyangga pun harus segera melakukan penataan sistem transportasi


massal. Kita bisa melihat kesemrawutan jalan-jalan di Bogor dan Depok akibat
angkutan umum yang tidak tertata dengan baik. Kota-kota penyangga semestinya
bisa melihat wajah DKI Jakarta yang saat ini mulai tertata cukup rapi untuk persoalan
sistem transportasi massal. Memang akan menghadapi tantangan yang cukup berat
untuk menata sistem transportasi massal. Namun, hal itu harus dilakukan sekarang.
Kalau tidak sekarang, persoalan ini akan menumpuk. Ketika persoalan ini terus
menumpuk, akan terjadi pembiaran karena sulit diurai dan akhirnya akan menjadi
kota yang tidak layak dan nyaman dihuni.

Saat ini belum telat untuk membenahi transportasi massal di Bogor, Depok, Bekasi,
dan Tangerang. Kota-kota penyangga ini punya persoalan yang hampir sama dengan
DKI. Jika DKI sudah berbenah, kota-kota penyangga harus mulai berbenah dari
sekarang.
Diadaptasi dari Sindonews.com

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 18


Analisis struktur teks editorial di atas adalah sebagai berikut.

Isi Teks Bagian Struktur

Paragraf ke-1: Pengenalan isu


Tak lagi bisa dikatakan bahwa kemacetan hanya terjadi di DKI Jakarta.
Lihat saja, saat akhir pekan tiba (Sabtu dan Minggu), kemacetan justru
terjadi di kota-kota penyangga, seperti Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi. Artinya, kota-kota penyangga punya persoalan yang
sama dengan DKI Jakarta.

Paragraf ke-2: Penyampaian


Namun, DKI Jakarta kini mulai berbenah. Sudah sepatutnya kita argumen
memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI dan
pemerintah pusat. Keberadaan commuter line dalam beberapa
tahun ini bisa menjadi wajah baru sistem transportasi massal
yang baik. TransJakarta yang ada saat ini pun sudah memberikan
pelayanan yang baik juga bagi masyarakat. MRT yang baru saja
hadir juga bagian dari solusi untuk menata Jabodetabek sebagai
wilayah yang tidak terbebani dengan persoalan kemacetan. Rencana
pengoperasian LRT juga tampaknya akan semakin membuat wajah
Jabodetabek lebih baik lagi. Rencana baru untuk menghidupkan trem
dengan menggunakan jalur TransJakarta (busway) juga bisa menjadi
jalan keluar. Belum lagi penambahan ruas jalan tol di Jabodetabek.

Pargaraf ke-3: Penyampaian


Kota-kota penyangga pun harus segera melakukan penataan sistem argumen
transportasi massal. Kita bisa melihat kesemrawutan jalan-jalan
di Bogor dan Depok akibat angkutan umum yang tidak tertata
dengan baik. Kota-kota penyangga semestinya bisa melihat wajah
DKI Jakarta yang saat ini mulai tertata cukup rapi untuk persoalan
sistem transportasi massal. Memang akan menghadapi tantangan
yang cukup berat untuk menata sistem transportasi massal. Namun,
hal itu harus dilakukan sekarang. Kalau tidak sekarang, persoalan ini
akan menumpuk. Ketika persoalan ini terus menumpuk, akan terjadi
pembiaran karena sulit diurai dan akhirnya akan menjadi kota yang
tidak layak dan nyaman dihuni.

Paragraf ke-4: Simpulan


Saat ini belum telat untuk membenahi transportasi massal di Bogor,
Depok, Bekasi, dan Tangerang. Kota-kota penyangga ini punya
persoalan yang hampir sama dengan DKI. Jika DKI sudah berbenah,
kota-kota penyangga harus mulai berbenah dari sekarang.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 19


Penjelasan:
Pada paragraf pertama, kita dapat menemukan isu yang dilemparkan mengenai
fakta yang terjadi di lapangan, yaitu kemacetan yang terjadi di DKI dan kota-
kota penyangganya.

Pada paragraf kedua, kita dapat menemukan pendapat yang disampaikan


mengenai DKI Jakarta yang mulai berbenah. Pendapat tersebut diperkuat
dengan argumen berupa fakta tentang keberadaan MRT, LRT, dan TransJakarta.

Pada paragraf ketiga, kita pun masih menemukan pendapat bahwa kota-kota
penyangga harus segera menata sistem transportasi massal seperti DKI Jakarta
meskipun akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Pendapat tersebut
diperkuat dengan argumen bahwa Bogor dan Depok masih semrawut karena
angkutan umum yang tidak tertata dengan baik.

Pada paragraf keempat, kita menemukan simpulan yang diberikan. Simpulan


tersebut adalah belum telat bagi kota-kota penyangga untuk berbenah sistem
transportasi seperti DKI Jakarta. Selain itu, terdapat saran bahwa kota-kota
penyangga tersebut harus segera berbenah.

2. Struktur Artikel
Sebenarnya, secara umum artikel memiliki kesamaan, baik isi maupun struktur. Hal
yang membedakan antara keduanya adalah penulis. Penulis teks editorial adalah
tim redaktur suatu media sehingga mencerminkan pandangan mereka, sedangkan
artikel mencerminkan pandangan seorang penulis terhadap suatu permasalahan.
Struktur artikel juga terdiri atas tiga bagian, yakni isu aktual sebagai pendahuluan,
rangkaian argumentasi sebagai pembahasan, dan penegasan ulang sebagai penutup.

a. Isu aktual/tesis
Bagian ini berisi penyampaian peristiwa atau permasalahan aktual yang akan
dibahas. Namun, selain permasalahan aktual, penulis pun bisa saja megangkat
suatu topik tertentu yang ingin dibahasnya yang sebenarnya tidak memiliki suatu
permasalahan aktual. Isu atau topik yang diangkat bergantung pada keinginan
sang penulis.

b. Rangkaian argumentasi
Bagian ini berisi penyampaian argumen-argumen atau alasan atas topik yang
dibahas penulis. Argumen (alasan) yang disampaikan dapat berupa fakta dan/
atau opini.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 20


Ingat!

Kalimat yang berisi fakta adalah kalimat yang memuat informasi atau
peristiwa yang sudah terjadi, bisa dibuktikan, bersifat objektif, tidak
memuat penilaian, dan tidak dapat dibantah. Kalimat yang berisi opini
adalah kalimat yang memuat penilaian, bersifat subjektif, bekum terjadi,
dan dapat dibantah.

c. Penegasan ulang
Bagian ini menyampaikan penegasan kembali atas pembahasan yang terdapat
pada bagian isu aktual dan rangakaian argumentasi. Pada bagian ini pun penulis
bisa saja melengkapinya dengan rekomendasi atau saran serta harapan.

Urgensi Guru di Daerah Perbatasan

Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan atau


persoalan. Satu di antaranya adalah kebutuhan guru di perbatasan. Bahkan,
kebutuhan tersebut sudah termasuk kategori urgen.

Anak-anak yang sudah memasuki usia didik di daerah perbatasan sangat sulit
mendapatkan pemerataan pengajaran dan pendidikan. Hal itu disebabkan minimnya
guru di daerah perbatasan. Bahkan, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
(Dirjen GTK), Dr. Supriano, M.Ed., mengungkapkan keprihatinannya. Ia mengatakan
bahwa Kemendikbud memang sangat kekurangan guru di perbatasan. Hal itu sesuai
dengan laporan yang masuk bahwa sekolah-sekolah di daerah perbatasan, seperti
perbatasan RI-Malaysia, RI-Papua Nugini, dan RI-Timor Leste sangat kekurangan guru.
Bahkan, di satu sekolah hanya ada satu atau dua guru berstatus pegawai negeri yang
dibantu beberapa guru honorer. Itu pun tidak banyak.

Akhirnya, solusi untuk mengatasi keurgensian guru di daerah perbatasan dilakukan


dengan jalan mengirimkan para personil TNI AD untuk mengajar di sana. Para
personil ini diberi wawasan dan ilmu mengajar sesuai kompetensi guru sehingga bisa
mengajar sesuai kurikulum seperti guru-guru pada umumnya meskipun sejatinya
mereka adalah seorang prajurit. Mereka mendapat pelatihan dari widyaiswara dan
dosen-dosen yang berpengalaman dan terlatih di bidangnya.

Melihat kondisi demikian, jelas sekali bahwa keurgensian guru di daerah perbatasan
harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Hal tersebut harus diupayakan
bersama demi mencerdaskan anak bangsa, bukan hanya melalui peran para personil
TNI.
Diadaptasi dari kompasiana.com

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 21


Isi Teks Bagian Struktur

Paragraf ke-1: Isu aktual/tesis


Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi beberapa
permasalahan atau persoalan. Satu di antaranya adalah kebutuhan
guru di perbatasan. Bahkan, kebutuhan tersebut sudah termasuk
kategori urgen.

Paragraf ke-2: Rangkaian


Anak-anak yang sudah memasuki usia didik di daerah perbatasan argumen
sangat sulit mendapatkan pemerataan pengajaran dan pendidikan.
Hal itu disebabkan minimnya guru di daerah perbatasan. Bahkan,
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Dr.
Supriano, M.Ed., mengungkapkan keprihatinannya. Ia mengatakan
bahwa Kemendikbud memang sangat kekurangan guru di perbatasan.
Hal itu sesuai dengan laporan yang masuk bahwa sekolah-sekolah di
daerah perbatasan, seperti perbatasan RI-Malaysia, RI-Papua Nugini,
dan RI-Timor Leste sangat kekurangan guru. Bahkan, di satu sekolah
hanya ada satu atau dua guru berstatus pegawai negeri yang dibantu
beberapa guru honorer. Itu pun tidak banyak.

Pargaraf ke-3: Rangkaian


Akhirnya, solusi untuk mengatasi keurgensian guru di daerah argumen
perbatasan dilakukan dengan jalan mengirimkan para personil TNI
AD untuk mengajar di sana. Para personil ini diberi wawasan dan ilmu
mengajar sesuai kompetensi guru sehingga bisa mengajar sesuai
kurikulum seperti guru-guru pada umumnya meskipun sejatinya
mereka adalah seorang prajurit. Mereka mendapat pelatihan dari
widyaiswara dan dosen-dosen yang berpengalaman dan terlatih di
bidangnya.

Paragraf ke-4: Penegasan


Melihat kondisi demikian, jelas sekali bahwa keurgensian guru di ulang
daerah perbatasan harus segera mendapatkan penanganan yang
serius. Hal tersebut harus diupayakan bersama demi mencerdaskan
anak bangsa, bukan hanya melalui peran para personil TNI.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 22


D. Unsur Kebahasaan Teks Editorial dan Artikel
Kedua teks ini, baik editorial maupun artikel, termasuk dalam ragam teks nonfiksi. Akan
tetapi, kedua teks tersebut memiliki ciri kebahasaan yang berbeda yang bisa kita gunakan
untuk mengidentifikasi jenis teks. Berikut ini unsur-unsur kebahasaan yang lengkap yang
terdapat dalam teks editorial dan artikel.

1. Unsur Kebahasaan Teks Editorial


a. Konjungsi pertentangan
Konjungsi pertentangan adalah kata hubung yang digunakan untuk
mempertentangkan. Contoh konjungsinya adalah meskipun, walaupun, sedangkan,
tetapi, melainkan, namun, akan tetapi, dan lain-lain.

b. Kata ganti kita


Teks editorial pada umumnya melibatkan pembaca secara langsung. Oleh
karena itu, pemilihan kata ganti yang digunakan adalah kita yang menunjukkan
keterlibatan penulis (redaktur) dan pembaca.

c. Kata populer
Kata populer adalah kata yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya.
Penggunaan kata populer biasanya ditujukan agar menarik pembaca dari semua
kalangan dan dapat mudah dicerna pula oleh pembacanya.

d. Kata yang merujuk pada peristiwa, tempat, dan waktu


Teks editorial berisi pandangan penulis terhadap suatu peristiwa yang memiliki
permasalahan aktual. Dengan demikian, pembahasan akan berfokus pada hal
tersebut. Fokus bukan hanya mengenai peristiwanya, melainkan juga waktu dan
tempat peristiwa tersebut.

e. Kalimat persuasif
Kalimat persuasif adalah kalimat yang bersifat membujuk atau mengajak.
Biasanya, redaktur mencoba memengaruhi pandangan pembacanya agar
memiliki pandangan yang sama dengan redaktur terhadap suatu permasalahan
yang dibahasnya. Kalimat persuasif ini juga bisa ditujukan untuk pihak yang
dibahasnya. Dalam hal ini, biasanya kalimat persuasif berupa saran.

Pada bagian sebelumnya, kita telah membaca teks editorial berjudul “Transportasi
Massal di Kota-Kota Penyangga”. Sekarang mari kita analisis unsur kebahasaan yang
terdapat di dalamnya.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 23


Isi Teks Unsur Kebahasaan

Paragraf ke-1: Kata yang merujuk pada


Tak lagi bisa dikatakan bahwa kemacetan hanya peristiwa, tempat, dan waktu
terjadi di DKI Jakarta. Lihat saja, saat akhir pekan pada kalimat kedua, yaitu
tiba (Sabtu dan Minggu), kemacetan justru peristiwa kemacetan di kota-
terjadi di kota-kota penyangga, seperti Bogor, kota penyangga pada akhir
Depok, Tangerang, dan Bekasi. Artinya, kota-kota pekan.
penyangga punya persoalan yang sama dengan
DKI Jakarta.

Pargaraf ke-2: Kata ganti kita pada kalimat


Namun, DKI Jakarta kini mulai berbenah. Sudah kedua,
sepatutnya kita memberikan apresiasi kepada kalimat persuasif pada
Pemerintah Provinsi DKI dan pemerintah pusat. kalimat kedua, yang ditandai
Keberadaan commuter line dalam beberapa dengan ungkapan sudah
tahun ini bisa menjadi wajah baru sistem sepatutnya kita,
transportasi massal yang baik. TransJakarta yang konjungsi pertentangan
ada saat ini pun sudah memberikan pelayanan pada kalimat pertama, yaitu
yang baik juga bagi masyarakat. MRT yang namun.
baru saja hadir juga bagian dari solusi untuk
menata Jabodetabek sebagai wilayah yang
tidak terbebani dengan persoalan kemacetan.
Rencana pengoperasian LRT juga tampaknya
akan semakin membuat wajah Jabodetabek lebih
baik lagi. Rencana baru untuk menghidupkan
trem dengan menggunakan jalur TransJakarta
(busway) juga bisa menjadi jalan keluar. Belum
lagi penambahan ruas jalan tol di Jabodetabek

Pargaraf ke-3: kata populer pada kalimat


Kota-kota penyangga pun harus segera kedua, yaitu kesemrawutan.
melakukan penataan sistem transportasi massal.
Kita bisa melihat kesemrawutan jalan-jalan di
Bogor dan Depok akibat angkutan umum yang
tidak tertata dengan baik. Kota-kota penyangga
semestinya bisa melihat wajah DKI Jakarta yang
saat ini mulai tertata cukup rapi untuk persoalan
sistem transportasi massal. Memang akan
menghadapi tantangan yang cukup berat untuk
menata sistem transportasi massal. Namun,
hal itu harus dilakukan sekarang. Kalau tidak

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 24


Isi Teks Unsur Kebahasaan

sekarang, persoalan ini akan menumpuk. Ketika


persoalan ini terus menumpuk, akan terjadi
pembiaran karena sulit diurai dan akhirnya
akan menjadi kota yang tidak layak dan nyaman
dihuni.

Paragraf ke-4: kata populer pada kalimat


Saat ini belum telat untuk membenahi kesatu, yaitu telat, dan pada
transportasi massal di Bogor, Depok, Bekasi, kalimat kedua, yaitu punya.
dan Tangerang. Kota-kota penyangga ini punya
persoalan yang hampir sama dengan DKI. Jika
DKI sudah berbenah, kota-kota penyangga harus
mulai berbenah dari sekarang.

2. Unsur Kebahasaan Artikel


a. Bahasa baku
Bahasa atau kalimat baku memiliki ciri berikut:
tidak terpengaruh bahasa lain (asing dan daerah),
bukan bahasa percakapan, dan
menulis huruf dan tanda baca sesuai kaidah EBI.

b. Kata bermakna denotasi


Artikel merupakan teks nonfiksi yang sifatnya lugas. Oleh karena itu, kata-kata
yang digunakan pun merupakan kata yang bermakna lugas atau sebenarnya.
Kata yang memiliki makna lugas atau sebenarnya disebut denotasi. Penggunaan
kata bermakna konotasi (kiasan) pada artikel dapat menimbulkan perbedaan
tafsir pemcanya.

c. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan pada bidang tertentu.
Sebagai contoh, kita mengenal istilah tumpang sari, panen, dan irigasi pada bidang
pertanian. Contoh lainnya, kita mengenal istilah kurikulum dan kompetensi dasar
pada bidang pendidikan.

Pada bagian sebelumnya, kita telah membaca teks editorial berjudul “Urgensi Guru
di Daerah Perbatasan”. Sekarang mari kita analisis unsur kebahasaan yang terdapat
di dalamnya.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 25


Isi Teks Unsur Kebahasaan

Paragraf ke-1: Penggunaan kata bermakna


Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi denotasi, yaitu kebutuhan
beberapa permasalahan atau persoalan. Satu di dan urgen;
antaranya adalah kebutuhan guru di perbatasan. penggunaan kalimat baku
Bahkan, kebutuhan tersebut sudah termasuk pada seluruh kalimat.
kategori urgen.

Paragraf ke-2: Penggunaan kata bermakna


Anak-anak yang sudah memasuki usia didik di denotasi, seperti anak, sulit,
daerah perbatasan sangat sulit mendapatkan pemerataan, dan kekurangan;
pemerataan pengajaran dan pendidikan. penggunaan kalimat baku
Hal itu disebabkan minimnya guru di daerah pada seluruh kalimat.
perbatasan. Bahkan, Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Dr. Supriano,
M.Ed., mengungkapkan keprihatinannya. Ia
mengatakan bahwa Kemendikbud memang
sangat kekurangan guru di perbatasan. Hal
itu sesuai dengan laporan yang masuk bahwa
sekolah-sekolah di daerah perbatasan, seperti
perbatasan RI-Malaysia, RI-Papua Nugini, dan
RI-Timor Leste sangat kekurangan guru. Bahkan,
di satu sekolah hanya ada satu atau dua guru
berstatus pegawai negeri yang dibantu beberapa
guru honorer. Itu pun tidak banyak.

Pargaraf ke-3: Penggunaan istilah, yaitu


Akhirnya, solusi untuk mengatasi keurgensian kurikulum dan widyaiswara;
guru di daerah perbatasan dilakukan dengan Penggunaan kata bermakna
jalan mengirimkan para personil TNI AD untuk denotasi, seperti diberi,
mengajar di sana. Para personil ini diberi wawasan, prajurit, dan
wawasan dan ilmu mengajar sesuai kompetensi pelatihan;
guru sehingga bisa mengajar sesuai kurikulum penggunaan kalimat baku
seperti guru-guru pada umumnya meskipun pada seluruh kalimat.
sejatinya mereka adalah seorang prajurit. Mereka
mendapat pelatihan dari widyaiswara dan dosen-
dosen yang berpengalaman dan terlatih di
bidangnya.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 26


Isi Teks Unsur Kebahasaan

Paragraf ke-4: Penggunaan kata bermakna


Melihat kondisi demikian, jelas sekali bahwa denotasi, seperti segera, serius,
keurgensian guru di daerah perbatasan harus bersama, mencerdaskan, dan
segera mendapatkan penanganan yang serius. peran;
Hal tersebut harus diupayakan bersama demi penggunaan kalimat baku
mencerdaskan anak bangsa, bukan hanya pada seluruh kalimat.
melalui peran para personil TNI.

Ingat!

Perbedaan paling mencolok dalam hal unsur kebahasaan teks editorial


dan artikel adalah penggunaan kata ganti karena teks editorial tidak
mewakili seorang penulis, tetapi mewakili sebuah tim sehingga tidak
mungkin menggunakan kata ganti orang pertama tunggal.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 27


Latihan Soal

A. Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.

1. Sebutkan pengertian wacana dan paragraf!


2. Sebutkan syarat paragraf dan unsur-unsur paragraf!
3. Mengapa sebuah judul harus ditulis provokatif?
4. Apa yang dimaksud dengan ide pokok, kalimat utama, kalimat penjelas, dan topik?
5. Sebutkan pengertian artikel!
6. Ada tiga model penulisan artikel, jelaskan!
7. Apa saja kriteria artikel yang baik?
8. Sebutkan pengertian editorial!
9. Apa saja esensi dari editorial?
10. Mengapa dalam artikel tidak ada kata “menurut pendapat saya”? jelaskan!

B. Isilah kalimat utama, kalimat penjelas, ide pokok, dan topik pada artikel
“Tikus dan Jam Karet”, penulis Yanwardi, Kompas 17 Januari 2015, di
bawah ini.

Soal 1

Dalam perkembangan ilmu bahasa sekarang ini, makna diyakini berada dalam
pikiran manusia, sejalan dengan pengalaman hidup individu masing-masing.
Namun, makna ini tetap terkait dengan konvensi masyarakat penutur suatu
bahasa sehingga makna tersebut bisa berfungsi secara sosial.

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 28


Soal 2

Kompas terbitan Selasa, 9 Desember, 2014, di halaman satu, memuat foto patung
tikus besar dalam konteks korupsi. Tikus dalam pikiran masyarakat kini bukan hanya
merujuk pada ‘binatang kecil yang suka mengerat’ saja, melainkan juga memiliki
makna ‘koruptor’. Pengertian tersebut lahir secara metaforis dalam pikiran, yakni
hasil dari pemahaman konsep organisme (tikus dengan segala sifatnya) terhadap
organisme lainnya (koruptor). Prinsip pemetaannya berdasarkan kesamaan
atau kemiripan. Untuk konteks ini, tikus adalah binatang yang merugikan, suka
menggerogoti apa saja, memakan apa saja, mengotori, dst. konsep-konsep itulah
yang dikaitkan dengan sifat koruptor. Lebih jauh, dalam kerangka pengalaman ini,
hadir metafora turunan dari “koruptor adalah tikus”: menggerogoti uang negara,
memakan uang Negara, menghabiskan uang negara, dst.

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

Soal 3

Metafora memang bukan sekadar gaya bahasa atau berfungsi dekoratif saja
sekarang, melainkan menjadi fondasi berpikir manusia. Karena itu, metafora
menjadi kajian utama dalam linguistik kognitif. Dua tokohnya, Lakoff dan Johnson,
berpendapat bahwa metafora hadir dalam kehidupan sehari-hari manusia lewat
pikiran dan tindakannya. Ketika ke kantor terlambat, kita bisa dikenai sanksi
pemotongan uang. Sebaliknya, jika tepat waktu atau lebih awal dating ke kantor,
kita akan diganjar uang. Gejala itu bergerak dari metafora: waktu adalah uang.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 29


Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

Soal 4

Sekalipun datang dari kebudayaan Barat, time is money, berkat globalisasi dan
tuntutan zaman, metafora ini merasuk dalam kehidupan sehari-hari kita.
Metafora-metafora turunannya tak mengherankan jika lahir: menghemat waktu,
menghabiskan waktu, tepat waktu, dst., yang kesemuanya berangkat dari konsep
“waktu adalah uang”. Namun, agaknya metafora ini belum menjadi nilai-nilai
bersama yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari atau belum menjadi budaya
kita sepenuhnya. Dalam budaya kita banyak sekali metafora dan ungkapan yang
melihatkan perbenturan dengan “wktu adalah uang”, misalnya jam karet, masih
ada hari esok, biar lambat asal selamat, waktunya masih panjang, jangan terburu-
buru, dst. Dari jam karet, lahirlah metafora mengulur-ulur waktu, acaranya
mulur, waktunya luwes, dst. Bergeraknya dua metafora di pikiran seseorang
tampak dalam tindakan sehari-hari yang sering bertolak belakang, misalnya, ingin
menghemat waktu tapi datangnya mulur, ingin mendapat hadiah tapi datang ke
kantor terlambat, dst.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 30


Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

Soal 5

Dari kasus di atas, tampak makna dan metafora, karena berada dalam pikiran
manusia, bisa dimanfaatkan, misalnya, untuk alat sindiran membangkitkan rasa
(malu) agar orang tidak berbuat seperti yang dikiaskan dalam metafora (tikus/
koruptor). Sementara itu, kasus metafora “waktu adalah uang” dan jam karet
memperlihatkan bahwa metafora saling berkaitan dengan budaya. Sebab itu,
penciptaan dan pemungutan metafora harus diarahkan kepada konsep-konsep
positif. Jika tidak, akan terjadi tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang
menyimpang dari norma dan kepatutan, misalnya, para politikus datang tidak
tepat waktu alias jam karet.

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Ide pokok

Topik

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 31


B. Pilihlah satu jawaban yang tepat

Soal 1

Cermati teks berikut dengan saksama.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal tersebut


tecermin, antara lain, dari hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat SD
(sekolah dasar) yang dilaksanakan oleh organisasi IEA (International Education
Achievement) yang menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada
urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara untuk tingkat SLTP
(sekolah lanjutan tingkat pertama), studi untuk kemampuan matematika siswa
SMP sederajat di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara dan
untuk kemampuan IPA (ilmu pengetahuan alam) hanya berada di urutan ke-40
dari 42 negara peserta.

Ide pokok paragraf tersebut adalah .… (UN 2014)

A. kemampuan membaca
B. kemampuan matematika
C. kualitas pendidikan
D. kemampuan IPA
E. kualitas membaca

Soal 2

Bacalah paragraf berikut dengan cermat.

Kebutuhan kornea donor di Indonesia sangat tinggi, tetapi kesadaran masyarakat


untuk mendonorkan kornea rendah. Sumbangan kornea donor dari sejumlah
negara belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Akibatnya antrean
warga yang ingin mendapat kornea donor kian panjang. Manajer Laboratorium
BMI (Bank Mata Indonesia) menuturkan ada sekitar delapan puluh orang masuk
daftar antrean. Di BMI cabang DKI ada sekitar seribu orang yang antre. Antrean
panjang itu tidak sebanding dengan kornea donor yang diperoleh BMI.

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 32


Ide pokok paragraf tersebut adalah … (UN 2014)

A. kebutuhan kornea donor di Indonesia


B. rendahnya kesadaran masyarakat
C. antrean donor kian panjang
D. perolehan kornea donor oleh PMI
E. rendahnya kesadaran mendonorkan kornea

Soal 3

Cermati paragraf berikut.

Presiden dan Bank Indonesia panik karena nilai rupiah terhadap dolar AS
meluncur turun sampai 1.000 poin hanya dalam tempo sepekan. Presiden
buru-buru mengadakan pertemuan untuk membahas langkah-langkah penting
untuk menyelamatkan rupiah. BI mengeluarkan kebijakan menaikkan tingkat
suku bunga dan sejumlah penyelamatan rupiah. Langkah ini diambil BI setelah
menguras tak kurang dari 3 miliar dolar AS untuk melakukan intervensi pasar.
Tampaknya langkah penyelamatan BI membuahkan hasil. Nilai rupiah yang
sempat menyentuh angka 12.000 per dolar AS pada hari berikutnya menguat
menjadi 10.600,00 dan pada penutupan menguat menjadi Rp10.250,00 per
dolar AS.

Topik paragraf tersebut adalah … (SPMB 2006)

A. kepanikan Presiden dan Bank Indonesia


B. turunnya nilai rupiah
C. langkah-langkah penting penyelamatan rupiah
D. kebijakan kenaikan tingkat suku bunga
E. upaya intervensi pasar oleh BI

Soal 4

Bacalah editorial berikut dengan saksama.

Sebelas peserta konvensi capres (calon presiden) dari partai tertentu sudah
menyampaikan visi dan misi masing-masing. Dengan waktu hanya lima menit,
seluruh peserta berupaya menunjukkan yang terbaik. Langkah ketua umum
partai tersebut memercayakan konvensi kepada komite yang beranggotakan
orang-orang profesional sudah tepat. Tugas para peserta konvensi partai

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 33


tersebut tidak hanya mengalahkan sepuluh kandidat lain, tetapi juga mengejar
popularitas dan elektabilitas yang dimiliki seseorang. Memang, orang tersebut
belum menyatakan kesediaan menjadi capres. Pertarungan capres lain
merupakan pendidikan politik yang baik yang perlu dicermati oleh masyarakat
Indonesia.

Opini redaksi yang terdapat dalam penggalan tajuk rencana tersebut adalah … (UN 2014)

A. Sebelas peserta konvensi capres (calon presiden) partai sudah menyampaikan visi
dan misinya masing-masing pada Minggu Malam.
B. Dengan waktu hanya lima menit, selirih peserta berupaya menunjukkan yang terbaik.
C. Tugas para peserta konvensi partai tidak hanya mengalahkan sepuluh kandidat lain,
tetapi juga mengejar popularitas dan elektabilitas yang dimiliki orang tertentu.
D. Memang, seseorang yang dicalonkan belum menyatakan kesediaan menjadi capres
periode berikutnya.
E. Pertarungan capres di konvensi partai dan persaingannya merupakan pendidikan
politik yang baik bagi masyarakat.

Soal 5

Pihak yang dituju oleh redaksi dalam tajuk tersebut (soal no. 4) adalah ….

A. partai politik
B. masyarakat Indonesia
C. pemerintah Indonesia
D. peserta konvensi
E. presiden RI

Ide Pokok, Artikel, dan Teks Editorial 34

Anda mungkin juga menyukai