PARAGRAF
A. BATASAN PARAGRAF
Paragaraf dapat dikatakan sebagai bentuk bahasa dalam ragam tulis yang
digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan dalam bentuk yang lebih
kompleks dari kalimat. Paragraf merupakan gabungan beberapa kalimat yang saling
terkait menjelaskan satu topik. Paragraf erat kaitannya dengan wacana atau karangan
karena kesatuan antarparagraf akan membentuk karangan (wacana). Paragraf-
paragraf yang menyusun satu wacana atau karangan bersifat saling terkait dan
menjelaskan tema karangan. Berikut beberapa definisi paragraf yang dikemukakan
pakar atau ahli linguistik.
1. Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema (Kridaklaksana,
1984).
2. Paragraf berupa kalimat atau seperangkat kalimat yang mengacu pada satu
topik (Semi, 1989).
3. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran yang didukung kalimat-
kalimat yang saling terkait mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik,
penjelas, dan simpulan dalam membentuk suatu gagasan (Akhadiah, 1991).
4. Paragraf yaitu seperangkat kalimat yang membicarakan satu gagasan atau
topik (Arifin dan Tasai, 2004).
5. Paragraf bagian dari satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat
yang disusun secara lengkap, runut, dan padu; bagian dari karangan yang
disusun sejumlah kalimat mengungkapkan informasi dengan pikiran utama
sebagai pengendali dan pikiran penjelas sebagai pendukung (Widjono, 2005).
6. Paragraf diartikan sebagai bagian dari bab dalam suatu karangan yang
biasanya mengandung ide pokok dan dimulai dengan garis baru atau alinea
(KBBI, 2011).
7. Paragraf dari segi bentuk terdiri dari beberapa kalimat (paragraf sempurna)
dan sebagian kecil terdiri atas satu atau dua kalimat (paragraf sederhana); dari
segi penulisan ditulis menjorok ke bagian dalam awal kalimat dan dipisah
dengan memberi jarak dari paragraf yang lain; membicarakan satu topik
pemikiran sederhana yang mendukung topik subbab atau topik bab suatu
karangan (wacana) (Ermanto dan Emidar, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, definisi paragraf --yang menjadi acuan dalam modul
ini—relevan dengan gagasan Ermanto dan Emidar bahwa paragraf merupakan
gabungan beberapa kalimat yang padu merujuk pada satu topik dan ditandai dengan
letak kata pertama yang menjorok ke bagian awal kalimat atau dengan memberi
jarak dengan paragraf lainnya. Lantas, apa fungsi paragraf? Perhatikan perbandingan
fungsi paragraf bagi pembaca dan penulis dalam tabel 2 berikut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi paragraf bagi penulis
adalah untuk merealisasikan ide yang umum dalam bentuk topik-topik yang lebih
sederhana, sedangkan bagi pembaca memudahkan upaya menemukan dan
memahami topik yang dibicarakan.
2. Koherensi (Kepaduan)
Koherensi atau (kepaduan) berkenaan dengan adanya hubungan antarkalimat
dalam paragraf menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpecah-pecah.
Kepaduan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi apabila kalimat-kalimat yang
menyusun paragraf itu berkaitan satu sama lain, membentuk hubungan yang logis
dan gramatikal. Artinya, kalimat-kalimat di dalam paragraf tersebut padu, berkaitan
satu sama lain, untuk mendukung gagasan utama. Untuk membangun kepaduan
kalimat-kalimat dalam paragraf, digunakan kata kunci dan sinonim, pronomina,
transisi, dan struktur yang paralel (Alwi, 2001). Perhatikan contoh berikut.
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan anugerah yang harus
disadari masyarakat Indonesia. Keragaman etnis, bahasa,
suku, ras, agama seharusnya bukan menjadi pemicu
perselisihan, tetapi sumber kesadaran kita untuk
membangun bangsa. Akan tetapi, kita perlu menerima
perbedaan warna kulit, perbedaan kepercayaan, perbedaan
suku, perbedaan bahasa ibu, perbedaan-perbedaan lainnya
sebagai kemajemukan bukan kekurangan yang berujung
pada saling ejek dan perang.
Penggunaan bentuk keragaman etnis, bahasa, suku, ras, agama merupakan
bagian dari kemajemukan sebagai bagian kata kunci. Penggunaan prononima kita
merujuk pada masyarakat Indonesia (termasuk penulis). Kata perbedaan pada
perbedaan kepercayaan, perbedaan suku, perbedaan bahasa ibu, perbedaan-
perbedaan lainnya merupakan bentuk paralelisme yang menegaskan kepaduan.
Sama halnya dengan kata kemajemukan, kekurangan. Sementara itu, penggunaan
akan tetapi merupakan contoh transisi antarkalimat. Transisi merupakan kata atau
gabungan kata yang berfungsi membentuk kepaduan makna antara gagasan-gagasan
yang terpisah-pisah sehingga menghaluskan perpindahan gagasan. Artinya, seluruh
konjungsi (kata hubung) termasuk transisi. Begitu juga dengan kata atau gabungan
kata yang menyebabkan perpindahan gagasan secara halus, misalnya seperti yang
kita ketahui, berdasarkan …, dan sebagainya.
C. JENIS PARAGRAF
Jenis paragraf dilihat dari berbagai sudut pandang menghasilkan berbagai
penamaan pada masing-masing pengklasifikasiannya. Berikut jenis-jenis paragraf
disajikan dalam tabel (3) agar Anda memiliki pemahaman holistik tentang hal ini.
D. STRUKTUR PARAGRAF
Seperti yang Anda ketahui, setiap paragraf memiliki topik, tetapi tidak semua
paragraf memiliki kalimat topik atau gagasan utama. Topik adakalaya digambarkan
atau dieksplisitkan dalam paragraf, adakalanya topik diuraikan dalam setiap kalimat
yang membangun paragraf itu. Berdasarkan cara penulis memaparkan topik dalam
paragraf, kita mengenal istilah (1) paragraf yang memiliki kalimat topik dan (2)
paragraf yang tidak memiliki kalimat topik.
Paragraf yang memiliki kalimat topik menempatkan pokok bahasan dalam
kalimat topik sehingga dapat teridentifikasi letak kalimat utamanya. Contoh paragraf
yang memiliki kalimat topik adalah eksposisi, argumentasi, persuasi. Letak kalimat
topik bisa di awal (deduktif), di akhir (induktif), atau di awal dan di akhir. Letak
kalimat topik di akhir ditandai dengan konjungsi, jadi, demikian, oleh karena itu,
dengan demikian, dan penggunaan konjungsi yang sifatnya berupa penyimpulan.
Kalimat topik di awal diikuti kalimat-kalimat lain yang bersifat memperjelas.
Kalimat topik di awal dan di akhir (deduktif-induktif) bukan berarti memunculkan
dua topik dalam satu paragraf, hanya saja satu topik yang diwujudkan dengan dua
kalimat yang berbeda sehingga yang di akhir sifatnya penegasan.
Paragraf yang tidak memiliki kalimat topik bukan berarti tidak ada pesan yang
dibawanya. Setiap paragraf memiliki topik, hanya saja topiknya tidak dieksplisitkan
atau disuratkan, tetapi tersirat dalam setiap kalimat yang membangun kepaduan dan
kesatuan makna dalam paragraf tersebut. Jenis paragraf yang tidak memiliki kalimat
topik adalah narasi dan deskrisi.
Deskripsi merupakan paragraf yang berkenaan dengan tata ruang dan tata
letak untuk menciptakan kekuatan atau efek melahirkan kembali bentuk visual,
merasakan, melihat, menyaksikan apa yang dirasakan oleh penulis dalam pikiran
pembaca. Inilah alasan deskripsi tidak memiliki kalimat topik karena gagasan utama
tidak bisa dihadirkan dalam satu kalimat, tetapi menyebar dalam setiap kalimat
menyusun paragraf tersebut dalam rangka melahirkan bentuk visual dalam pikiran
pembaca sehingga sama dengan yang dirasakan penulis. Perhatikan contoh (1)
berikut.
(1) Ruangan ini berbentuk lebih kurang seperti persegi panjang.
Keempat bagian dindingnya dicat putih tapai. Bagian atas
langit-langitnya berwarna putih dilengkapi lampu hias yang
tergantung dengan megahnya. Lampu hias ini dilengkapi enam
lampu kecil yang mengelilingi satu lampu berukuran agak besar
dan panjang. Di bagian bawahnya terdapat meja bundar
dilengkapi dengan bunga mawar segar bewarna putih. Sofa
putih disusun rapi melingkari meja bundar yang diposisiskan di
bagian tengahnya. Karpet bewarna kuning emas dengan bulu
yang tebal melengkapi mewahnya dekorasi. Pajangan foto-foto
keluarga penuh di bagian belakang dinding ditumpuk dengan
figura berwarna rose gold menambah kesan mewah dan
menawannya ruangan ini.
Tentu saja Anda dapat menentukan topik yang dibicarakan dalam paragraf di
atas, tetapi kita tidak dapat menentukan kalimat utamanya karena jenis paragraf
tersebut adalah paragraf deskripsi yang menghadirkan kesan visual dalam pikiran
pembaca sehingga merasakan objek yang dibicarakan itu hadir dalam pikiran
mereka. Seperti bisa melihat dan merasakannnya.
Tidak jauh berbeda dengan deskripsi, narasi juga jenis paragraf yang tidak
menempatkan gagasan utama dalam satu kalimat topik, tetapi menyebar di seluruh
paragraf. Hal ini juga sejalan dengan tujuan narasi untuk menghadirkan pengalaman
yang dialami tokoh dalam suatu urutan waktu atau kejadian tertentu. Peristiwa yang
dialami oleh tokoh berikut kronologisnya menciptakan efek tertentu dalam pikiran
pembaca sehingga tidak bisa diwakili dengan satu dua kalimat utama sehingga
topiknya tidak dieksplisitkan melalui kalimat utama. Bacalah contoh berikut.
(2) Pagi ini aroma kopi membangunkanku. Aku terbangun seperti
seorang Milea karena tadi malam aku dan kakak senior
idamanku pergi nonton Dylan 1990. Rasanya seperti mimpi saat
Kak Rey meminjamkan jaket levisnya padaku karena kami
pulang di tengah gerimis. Oh, jaketnya wangi, ‘ntah karena
hidungku disumbat cinta (sambil tertawa). Tapi sudahlah, saat
itu terasa wangi pokoknya. Aku berharap jalan pulang sejauh
jalan ke kampungku yang ditempuh lebi kurang delapan jam.
Sayangnya tidak. Kebersamaan dibonceng ini berlangsung lima
menit saja. Setelah kenangan naik motor di tengah gerimis, aku
makin mantap mendaftarkan Kak Rey dalam doaku agar bisa
jadian Maret 2020.