Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum bahasa adalah alat komunikasi manusia yang berupa
lambang/tanda dan selalu mengandung pikiran dan perasaan. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang tumbuh berabad-abad di kawasan Nusantara (Asia
Selatan) dan setelah bangkitnya pergerakan kemerdekaan diangkat menjadi
bahasa kesatuan (kawasan Nusantara dari Sabang sampai Marauke). Sehingga
bahasa Indonesia harus dipelajari agar kita tahu bagaimana bahasa Indonesia yang
baik dan benar itu, terutama dalam penulisan suatu karya ilmiah.
Karya ilmiah merupakan suatu bentuk wacana atau karangan yang berstruktur
lengkap. Di dalamnya terdapat komponen-komponen kecil yang salah satunya
berupa paragraf. Paragraf dalam suatu karya ilmiah adalah untuk menandai
keberadaan satu ide pokok yang akan dikembangkan penulis di dalam karyanya.
Untuk memahami keseluruhan maksud sebuah karangan, tidak akan cukup
dengan hanya melihat bagian demi bagiannya. Hubungan paragraf yang satu
dengan yang lainnya perlu dipahami dengan jelas karena setiap paragraf
mengusung gagasan yang cenderung berbeda-beda dengan pola pengembangan
yang berlainan pula. Paragraf yang baik akan mengusung satu gagasan pokok
yang terletak di awal, di tengah, ataupun di bagian akhir. Gagasan pokok tersebut
kemudian diperjelas dengan gagasan penjelasan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah
diantaranya:
1. Apa pengertian dan fungsi paragraf dalam karangan ?
2. Apa unsur-unsur paragraf dan jenis-jenis paragraf ?
3. Bagaimana kreteria kualitas paragraf ?
4. Apa saja beberapa alternatif pengembangan paragraf ?

1
2

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas
diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian dari paragraf serta fungsi paragraf dalam
karangan.
2. Untuk memahami unsur-unsur paragraf dan jenis-jenis paragraf.
3. Untuk mengetahui kriteria kualitas paragraf.
4. Untuk mengetahui beberapa alternatif pengembangan paragraf..
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Paragraf dalam Karangan


A. Pengertian Paragraf
Paragraf mempunyai beberapa pengertian diantaranya: (1) paragraf adalah
karangan mini. Artinya, semua unsur karangan panjang ada dalam paragraf; (2)
paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang
tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap,
utuh, dan padu; (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri
dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran
penjelas sebagai pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat
berarti yang tidak menunjukan ketuntasan dan kesempurnaan.
Paragraf juga dapat diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu
wacana, yang dibentuk oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam
mengusung satu kesatuan pokok pembahasan, dengan demikian, paragraf
merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Namun, paragraf
juga masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yaitu wacana. Sebuah
wacana umumnya dibentuk lebih dari satu paragraf. Oleh karena merupakan
bagian dari suatu wacana, keberadaannya ada yang berperan sebagai
pendahuluan, pembahasan, dan yang berperan sebagai penutup.

B. Fungsi Paragraf dalam Karangan


Kegunaan suatu paragraf ialah untuk menandai pembukaan topik baru, atau
pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Fungsi suatu paragraf
dalam sebuah karangan diantaranya.
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan
perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam
suatu kesatuan.
4

2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari
beberapa paragraf, ganti paraggraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan
pemahaman bagi pembacanya.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit
pikiran yang lebih kecil.
5. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri dari
beberapa variabel.
Paragraf juga digunakan untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk
merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya.
Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing berisi pikiran-
pikiran utama dan diikuti oleh sub-sub pikiran penjelas, sebuah paragraf belum
cukup untuk mewujudkan keseluruhan karangan. Meskipun begitu, paragraf
merupakan satu sajian informasi yang utuh.

2.2 Unsur-unsur Paragraf dan Jenis-jenis Paragraf


A. Unsur-unsur Paragraf
Pada umumnya paragraf dibentuk oleh unsur gagasan pokok dan beberapa
gagasan penjelas. Selain itu, ada unsur yang disebut kalimat utama dan kalimat
penjelas. Hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas seringkali
memerlukan kehadiran unsur lain yang berupa kata penghubung atau konjungsi.
1. Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas
Secara umum, paragraf dibentuk oleh dua unsur yaitu gagasan pokok dan
gagasan penjelas.
a. Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan suatu
paragraf. Dengan demikian, fungsinya sebagai pokok, patokan, atau dasar
acuan pengembangan suatu paragraf.
b. Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan gagasan
pokok. Penjelasannya bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil, contoh-contoh
atau ilustrasi, kutipan-kutipan, dan sebagainya.
5

2. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas


Kalimat utama merupakan kalimat yang menjadi tempat keberadaannya
gagasan pokok. Letaknya bisa di awal, di tengah, ataupun di akhir paragraf. Ada
pula kalimat utama yang berada di awal dan di akhir paragraf secara sekaligus.
Walaupun terdapat dua kalimat, tidak berarti paragraf itu memiliki dua gagasan
pokok, gagasan pokok paragraf tersebut tetap satu. Adapun keberadaan kedua
kalimat utama hanya saling menegaskan: kalimat pertama menegaskan kalimat
terakhir ataupun sebaliknya.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjadi tempat dirumuskannya
gagasan penjelas. Jumlah kalimat penjelas pada satu paragraf biasanya sesuai
dengan jumlah gagasan pokoknya. Satu kalimat utama lazimnya mewakili satu
gagasan penjelas.

3. Hubungan Unsur-unsur Paragraf


Hubungan Gagasan Pokok dengan Kalimat Utama
Gagasan Pokok Kalimat Utama
Penemuan fotokopi karena Proses penemuan fotokopi bukan karena
ketekunan. ditunjang oleh fasilitas yang memadai,
tetapi karena ketekunan.

No. Gagasan Penjelas Kalimat Penjelas


1. Dia mengatur waktu Dia mengatur waktu kosongnya yang
kosongnya. relative singkat.
2. Dia mengadakan Ketika menginjak usia 29 tahun, dia
penelitian. sudah mulai mengadakan penelitian
tentang berbagai efek cahaya atas
berbagai bahan guna memindahkan
suatu tulisan dari satu lembar ke lembar
lain.
3. Dia mengadakan Karena itu, dia mulai bereksperimen di
6

eksperimen. apartemennya dengan menggunakan


efek fotoelektrik untuk mengadakan
penggandaan
4. Dia membaca buku. Tiap menjelang tidur malam, dia
membaca buku yang dipinjamnya dari
perpustakaan.

Hubungan antarunsur paragraf, terutama kalimat utama dengan kalimat


penjelas atau kalimat penjelas dengan kalimat penjelas lainnya, sering
menggunakan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi yang berfungsi
manggabungkan kalimat-kalimat itu sring disebut konjungsi antarkalimat. Dalam
paragraf diatas, tampak satu contoh konjungsu antar kalimat, yakni dengan
demikian. Contoh konjungsi antarkalimat lainnya adalah biarpun demikian,
setelah itu, sebaliknya, oleh sebab itu, dan kecuali itu.

B. Jenis-jenis Paragraf
Terdapat beberapa jenis paragraf di dalam penulisan karya ilmiah. Berikut
paparannya.
1. Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya
Pengembangan paragraf dalam karangan ilmiah harus mengikuti pola logika
atau cara penalaran yang benar. Oleh karena itulah, pengembangan paragraf
tidak jauh berbeda dengan pola-pola logika yang akan dipelajari kemudian,
yakni dikenal dengan adanya paragraf deduktif, induktif, campuran, deskriptif,
dan naratif.
a. Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan pokoknya terletak di awal
paragraf. Pengembangan paragraf ini mengikuti pola penalaran deduksi.
Mula-mula penulis merumuskan gagasan pokok pada kalimat pertama.
Kemudian, disusul oleh penjelasan-penjelasan secara terperinci.
Berikut contohnya.
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami imbas krisis
ekonomi adalah sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan
7

masih meningkat cukup mengesankan. Yaitu 6,65 persen; demikian pula


perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun mengalami kebakaran
sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95 persen. Secara umum,
kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestic bruto
(PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 19,04 persen. Padahal selama
30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun.
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat
yang mengandung gagasan pokok. Hal ini tampak pada pernyataan yang
merangkum seluruh pernyataan dalam paragraf itu. Kalimat-kalimat
selanjutnya hanya merupakan perincian dan penjelasan lebih lanjut terhadap
gagasan pokoknya itu.
b. Paragraf Induktif adalah paragraf yang gagasan pokonya terletak di akhir
paragraf atau pada kalimat penutup paragraf itu. Pengembangan paragraph ini
mengikuti pola penalaran induksi. Mula-mula penulis memerinci sejumlah
data, kemudian mengakhiri paragraph itu dengan gagasan pokok ataupun
kesimpulannya.
Contoh :
Gerakan pencinta alam dengan dasar “sadar lingkungan sehat” telah mulai
menggejala di kalangan remaja. Tidak sedikit perkumpulan pencinta
lingkungan yang anggotanya terdiri atas siwa-siwa sekolah, baik itu SMP
maupun SMA. Keberanian untuk melakukan penelitian ilmiah telah makin
meluas, khususnya di tingkat SMA. Fenomena-fenomena semacam itu
merupakan bukti bahwa remaja pada tahun-tahun terakhir ini tidak selalu
bernilai negative.
Paragraf tersebut dengan jelas mengungkapkan gagasan bahwa remaja tidak
selalu bernilai negative. Gagasan tersebut terdapat dalam kalimat terakhir.
Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan bukti-bukti yang menunjukkan
fenomena kiprah positif di kalangan remaja.

c. Paragraf campuran yakni paragraf yang gagasan pokoknya terletak pada


kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat
8

utama. Dalam hal ini kalimat terakhir mengulangi gagasan yang dinyatakan
kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.
Berikut adalah contohnya.
Saya berkeyakinan kalua Indonesia memfokuskan diri pada sektor
agrobisnis, tidak ada negara lain yang mampu menandingi kita. Agar
informasi tersebut dapat terjadi, yang over valued harus dihindari. Memang,
krisis ekonomi yang sedang berlangsung, telah mengoreksi nilai tukar kita.
Dalam hal ini, pemerintah tidak perlu memaksa rupiah menguat, tetapi
biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya. Yang perlu
dilakukan adalah menyesuaikan diri terhadap nilai tukar yang ada dengan
mendorong industri-industri yang mampu ‘survive’ pada nilai tukar yang
ada, yakni sektor agrobisnis. Bagi sektor agrobisnis, semakin melemah
rupiah –asal stabil-, akan semakin baik. Apabila sektor ini sudah berjalan
dengan baik, tidak mustahil negara kita akan menjadi salah satu negara yang
ekonominya tertangguh di dunia.
Gagasan pokok paragraph tersebut adalah agrobisnis merupakan sektor
terpenting bagi bangkitnya perekonomian Indonesia. Gagasan tersebut
dinyatakan dalam kalimat pertama. Setelah diselingi dengan kalimat-kalimat
penjelas, gagasantersebut ditegaskan kembali dalam kalimat terakhir dengan
rumusan yang berbeda.
d. Paragraf deskriftip/naratif yakni paragraph yang menggambarkan atau
menceritakan suatu hal. Paragraf ini cenderung tidak memiliki kalimat utama.
Semua kalimatnya berfungsi sebagai penjelas. Adapun gagasan pokoknya
tersirat pada kalimat-kalimat tersebut.
Berikut adalah contohnya.
Rumah keluarga Wongso terletak di daerah Ceper, Klaten. Seperti rumah-
rumah di daerah Ceper pada umumnya,rumah Pak Wongso pun berhalaman
luas dan teduh. Bila kita masuk ke rumahnya serasa memasuki ruang pamer
kendaraan berat, karena di ruang itu tampak mobil kuno, helicopter, trailer,
dan kereta api. Akan tetapi, Anda tak perlu heran sebab semua jenis
kendaraan itu hanyalah mainan anak-anak yang terbuat dari kayu, dan
9

ukurannya pun hanay seperlima puluh dari barang aslinya. Pak Wongso
memang perajin mainan anak-anak dari kayu bubut.
Paragraf tersebut tidak memiliki gagasan pokok. Hal itu karena tidak ada
kalimat yang mewakili gagasan pokoknya. Meskipun demikian, pembaca
tetap dapat memahami isi pokok paragraf tersebut, yakni tentang keadaan
rumah Pak Wongso di daerah Ceper yang luas dan teduh, namun penuh
dengan aneka mainan.

2. Berdasarkan Letaknya dalam Karangan


Berdasarkan letak atau penempatannya dalam karangan, paragraf dapat
dibedakan menjadi tiga macam.
a. Paragraf Pendahuluan
Paragraf pendahuluan adalah paragraf yang berperan untuk mengantarkan
pembaca pada permasalahan yang akan dibahas dalam karangan. Paragraf
pendahuluan dapat berisikan latar belakang atau tujuan penulisan sebuah
karangan. Oleh karena itu, paragraph tersebut harus menyajikan gambaran
umum tentang materi yang dibahas. Paragraph pendahuluan harus pula
disajikan secara menarik sehingga pembaca tertarik untuk membaca karangan
tersebut.
Berikut contohnya.
Satu jenis sayuran yang ditanam pada suatu lahan, dikenal sebagai
monokultur. Pola tanaman ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman
lain pada lahan yang sama. Jadi, bila menanam cabai, hanya cabai saja
yang ada di lahan tersebut.
Paragraf di atas merupakan paragraf pembuka dari suatu artikel yang bejudul
“monokultur”. Paragraf tersebut mengantarkan pembahasan tentang pola
penanam monokultur. Sebagai Paragraf pengantar, diperkenalkan istilah atau
konsep yang akan menjadi pembahasan utama di dalam artikel tersebut.
Mungkin pula dijelaskan pengertian dan karakteristik dari objek
pembahasannya.
b. Paragraf Penjelas
10

Paragraf penjelas berisi uraian permasalahan, pembahasan, atau analisis


tentang hal-hal yang hendak dikemukakan dalam paragraf pendahuluan.
Aspek yang dikemukakannya bisa berupa fakta-fakta, contoh, perincian,
kutipan, dan sejenisnya. Karena fungsinya sebagai penjelas, maka paragraf ini
jumlahnya tentu harus lebih banyak daripada paragraf pendahuluan.
Berikut contohnya.
Pola tanaman monokultur banyak digunakan petani sayuran yang
memiliki lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan pekarangan yang
sempit. Pola tana mini memang sangat mengacu kea rah komersialisasi
tanaman. Jadi, perawatan tanaman pada lahan dapat diperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Kelebihan pola monokultur adalah dari segi perawatan. Jarak tanam yang
teratur akan mempermudah pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan
pestisida, dan pengontrolan. Panen pun dapat lebih mudah dilakukan oleh
pekerja.
Jenis tanaman sayuran dataran rendah yang biasa ditanam dengan
monokultur adalah bawang merah, bawang putih, kangkung, dan lain-lain.
Sebenarnya jenis ini dapat juga ditanam dengan pola tumpang sari, tetapi
petani sudah terbiasa dengan monokultur untuk memudahkan panen.
Ketiga paragraph di atas berisikan pembahasan tentang pola penanaman
monokultur. Di dalamnya dikemukakan perincian dan contoh-contoh tentang
bagaimana pola penanaman monokultur itu.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Karena itu, paragraf ini umumnya beruapa
pembahasan akhir, kesimpulan, atau ringkasan dari uraian-uraian yang
dikemukakan paragraph penjelas.
Berikut adalah contohnya.
Pola monokultur tak menutup kemungkinan seorang petani menjadi petani
beberapa jenis sayuran sekaligus. Kemungkinan ini bisa terjadi bila lahan
11

dibagi atas petak-petak tanaman. Dalam setiap petak hanya ada satu jenis
sayuran.
Paragraf di atas merupakan penutup dari pembahasan tentang pola
penanaman monokultur. Hal yang dikemukakannya bukan kesimpulan dan
bukan pula ringkasan, melainkan sebagai pembahasan akhir untuk menandai
bahwa pembahasan itu sudah selesai.

3. Berdasarkan Tujuannya
Berdasarkan tujuannya, paragraph terbagi ke dalam paragraf naratif, deskriptif,
exspositori, argumentatif, dan persuatif.
a. Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian. Dengan paragraf ini, pembaca seolah-olah
mengalami sendiri kejadian yang diceritakan. Dalam paragraf narasi,
kehadiran alur/peristiwa, tokoh, dana latar sangat utama. Ketiadaan usur-
unsur tersebut menyebabkan sebuah paragraf berubah menjadi jenis paragraf
lainnya.
Paragraf naratif terbagi ke dalam dua jenis. Pertama, narati artistic, yakni
paragraf yang menyajikan sejumlah pengalaman estetis dengan tujuan untuk
menghibur pembacanya. Paragraf tersebut terdapat di dalam cerpen, novel,
dan sejenisnya. Kedua, naratif informasional, yakni paragraf yang menyajikan
sejumlah peristiwa factual, informasi, dan pengetahuan. Paragraf semacam itu
terdapat dalam biografi atau kisah perjalanan.
Berikut contohnya.
Aku mau membantah, tapi, sebelum aku dapat memilih kata-kata, dia berkata
lagi. “Seperti tadi saja. Kalua bukan aku yang menyapamu, kau takkan tahu
siapa aku, bukan? Sedangkan matamu melihatku tadi, kau seolah-olah
melihat pengemis yang dijijiki.” Alangkah cepatnya segalanya berubah. Dan
lebih cepat lagi seseorang melupakan seseorang lainnya meski pernah orang
itu dicintainnya.
12

Apabila melihat isinya, paragraf semacam itu lebih sering muncul di dalam
karya-karya sastra, semacam cerpen ataupun novel. Namun, tidak tertutup
kemungkinan paragraf narasi digunakan di dalam karya ilmiah, terutama
dalam laporan-laporan penelitian yang bersifat kualitatif-naturalistik.
Misalnya, di dalam menceritakan aspek kesejarahan suatu tempat ataupun
sosok seorang tokoh. Paragraf naratiflah yang dominan digunakan di
dalamnya.
b. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah jenis karangan yang menggambarkan suatu
pesan atau benda, peristiwa, keadaan, ataupun manusia. Dengan paragraf ini,
pembaca dapat seolah-olah menyaksikan, merasakan, atau mengimajinasikan
hal yang digambarkan. Paragraf deskriptif pada umumnya ditandai oleh
banyaknya penggunaan kata sifat.
Ciri-ciri paragraf deskriptif :
 Menggambarkan
 Menyatakan kesan
 Memungkinkan terciptanya imajinasi
 Banyak menggunakan kata sifat
Berikut adalah contohnya.
Pada siang hari, pemandangan di sekitar perkebunan tersebut sangat indah
dengan latar belakang pegunungan serta hamparan sawah yang menghijau.
Tapi kalua sore atau malam, gelapnya minta amun dan suasana di sana
sangat sunyi. Tapi walaupun begitu, aku sering melewatinya pada waktu sore
atau malam hari.
Seperti halnya paragraf naratif, paragraph deskriptif pun jarang digunakan
di dalam karya ilmiah. Bahkan, di dalam jenis karya sastra pun, paragraf
deskriptif lebih berposisi sebagai pelengkap bagi tulisan lainnya. Paragraf ini
mungkin terselip di dalam karangan narasi, eksposisi, ataupun karangan-
karangan lainnya. Paragraf deskriptif dalam karya ilmiah diperlukan ketika
menggambarkan tempat, orang, suasana, peristiwa, ataupun benda-benda
yang sifatnya faktual.
13

c. Paragraf Ekspositori
Paragraf eksipositori adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan
suatu hal atau objek dengan sejelas-jelasnya. Paragraf ekspositori sering kali
menggunakan contoh, grafik, serta berbagai fakta lainnya untuk memperjelas
gagasan pokok yang dikemukakan.
Berikut contoh-contohnya.
Bangsa Indonesia memiliki banyak pahlawan, baik pria maupun wanita.
Pahlawan-pahlawan ini tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Banyak di
antaranya yang tidak dikenal. Seorang pahlawan wanita yang sering disebut
namanya ialah Cut Nyak Dien. Pahlawan ini berasal dari Aceh-kini disebut
Nanggro Aceh Darusalam (NAD)- daerah yang juga dikenal dengan sebutan
serambi mekah.
Paragraf ekspositori merupakan paragraph yang paling dominan di dalam
karya ilmiah. Paragraf tersebut diperlukan untuk memperinci dan
menjelaskan fakta-akta, baik itu yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Pola pengembangannya mungkin secara deduktif, induktif, ataupun
campuran.
d. Paragraf Argumentatif
Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan’.
Dengan demikian, paragraf argumentatif adalah paragraph yang
mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan.
Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi
pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan.
Di dalam beberapa hal, paragraf ini memiliki kesamaan dengan paragraf
ekspositori, yakni sama-sama memerlukan kehadiran sejumlah fakta. Dalam
paragraf ekspositori, fakta berfungsi untuk memperjelas paparan. Sementara
itu, dalam paragraf argumentatif, fakta berfungsi untuk lebih meyakinyan
pembaca atas pendapat yang dikumakakan penulis.
Ciri-ciri paragraph argumentatif.
 Menyajikan pendapat, alas an
 Meyakinkan pembaca
14

 Penilaian, pembelaan, timbangan


Contoh-contoh paragraph argumentatif adalah sebagai berikut.
Industrialisasi di negara kita mendorong didirikannya berbagai macam
pabrik yang memproduksi beraneka barang. Pabrik-pabrik itu memberikan
lapangan kerja kepada ribuan tenaga kerja, baik yang berasal dari
masyarakat di sekitar pabrik maupun dari daerah-daerah lain. Dengan
demikian, adanya berbagai macam pabrik dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Di samping itu, beraneka barang yang diproduksi oleh pabrik-
pabrik tersebut telah meningkatkan ekspor nonmigas serta menghasilkan
devisa bagi negara kita.
Paragraf argumentatif diperlukan di dalam karya ilmiah, terutama pada
bagian latar belakang dan pembahasan data. Pada bagian itu penulis harus
meyakinkan pembaca bahwa masalah yang ditulisnya penting dan
bermanfaat. Penulis juga perlu menunjukkan bahwa hasil penelitiannya itu
benar-benar valid dan terpercaya. Untuk sampai pada tahap keyakinan, tentu
saja penulis perlu menunjukkan sejumlah data yang dapat memperkuat
pendapatnya itu.
Berikut contoh pengembangan paragraph argumentatif dalam jurnal.
Masyarakat MBB mewariskan, menyebarkan, dan mengkonstruksi nilai-
nilai sosial budayanya karena mereka meyakini nilai-nilai itu dapat
melangsungkan tata kehidupan masyarakat yang harmonis, rukun, dan
damai. Proses-proses tersebut senantiasa berjalan secara turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya. Dengan meninggalkan nilai-nilai sosial
budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka berarti akan
menyebabkan keretakan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan hasil studi tersebut, ada beberapa implikasi yang
ditimbulkannya. Pertama, studi ini memberi sumbangan pemikiran secara
konseptual terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan nilai-nilai
sosial budaya pada komunitas manusia Bajo di wilayah Nusantara dan
Khususnya komunitas manusia Bajo di Bajoe Sulawesi Selatan. Kedua, studi
ini memiliki dampak positif, terutama untuk menanamkan kesadaran manusia
15

Bajo akan pentingnya pendidikan nilai-nilai sosial budaya bagi anak-anak


mereka. Ketiga, studi ini memberikan profil dan pemahaman kepada
masyarakat Indonesia tentang model pewarisan, penyebaran, dan konstruksi
nilai-nilai sosial budaya MBB.
(Sumber: “Model Pendidikan Nilai Sosial Budaya dalam Keluarga dan
Lingkungan Manusia Bajo di Bajoe” oleh Fardus dalam Jurnal Educationist,
Januari 2010)
e. Paragraf Persuatif
Paragraf persuatif adalah paragraph yang bertujuan untuk mempengaruhi
emosionalitas pembaca. Seperti halnya paragraph ekspositori dan
argumentatif, paragraph ini juga membutuhkan data dan contoh-contoh
konkret untuk mempengaruhi pembaca. Untuk menyatakan bujukan, paragraf
ini ditandai oleh kata-kata seperti harus, jangan, tidak boleh, hendaknya.
Namun, tidak sedikit pula paragraph persuatif yang menyatakan bujukannya
itu secara tersirat. Tiba-tiba pembaca sudah terbujuk atau menyetujui
pendapat-pendapat yang dikemukakan penulis.
Berikut contohnya.
Generasi 1945 telah berjuang dengan jiwa dan raga untuk merebut dan
menegakkan kemerdekaan. Tindakan yang mereka lakukan bukan semata-
mata untuk diri sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Setiap generasi
memikul beban berupa warisan yang harus dipelihara sebaik-baiknya.
Warisan adalah amanah. Melecehkan amanah sama maknanya dengan
memalsukan sumpah. Hal ini yang tidak boleh dilakukan generasi mana pun.
Ciri-ciri paragraph persuatif :
 Mengungkapkan bujukan, ajakan
 Menggunakan aspek emosional
 Menggunakan fakta, pendapat
 Menggunakan penanda kata harus, jangan, tidak boleh
Paragraf persuatiF di dalam karya ilmiah formal sulit diterapkan. Namun,
paragraph persuatif mudah dijumpai di dalam karya ilmiah popular,
16

semacam artikel di surat kabar dan majalah. Paragraf semacam itu pada
umumnya ditempatkan pada bagian akhir tulisan.
Berikut adalah contohnya.
Investigasi terhadap ambruknya Mahakam 2 harus dilakukan. Apakah
ambruknya jembatan karena da unsur kegiatan manusia karena jembatan itu
sedang diperbaiki? Namun, apa pun, pengurangan kekuatan jembatan dari
yang dirancang untuk beroperasi 40 tahun, tetapi ambruk dalam kurun
waktu sepuluh tahun, harus menjadi titik awal penyelidikan. Penyelidikan
forensic teknologi perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab ambruknya
jembatan. Apakah ambruknya jembatan itu karena pengurangan spesifikasi
bangunan atau karena desain teknis atau karena penyebab lain. Ahli fisika
pernah mengutarakan bahwa pembangunan konstruksi jembatan Mahakam
tidak mempertimbangkan teori dasar perubahan angin.
Jika problemnya karena actor kurangnya perawatan, kita pun
mempertanyakan mengapa perawatan itu tak dilakukan swajarnyapadahal,
orang yang melewati jembatan itu dipungut retribsi Rp. 1.000,- tanpa dasar
hukum.
Kita menggaris bawahi pernyataan Djoko Murjanto soal perawatan.
Bangsa ini punya kelemahan kultural dalam hal perawatan. Kita bisa
membangun apa saja, tetapi kita lemah dalam pemeliharaan. Mahakam 2
hanyalah salah satu dari banyak jembatan di indonesia. Kita tak ingin
ambruknya mahakam 2 itu menulari jembatan lain. Audit harus dilakukan
terhadap jembatan lain. Penyediaan infrastruktur yang aman adalah
tanggung jawab pemerintah.
(Sumber: “Tragedi Jembatan Mahakam”, Kompas, 22 Mei 2011)

2.3 Kriteria Kualitas Paragraf


Tidak semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan
tidak semua paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan
kalimat yang saling berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang
dapat dikatakan sebuah paragraf. Paragraf yang baik hendaklah memenuhi
17

persyaratan: kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Paragraf hendaknya hanya


memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya memiliki unsur
kelengkapan, yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa berupa fakta-
fakta atau contoh-contoh. Selain itu, kalimat-kalimat yang membangun paragraf
tersebut hendaknya benar-benar saling berhubungan. Secara lengkap, syarat
paragraf yang baik adalah sebagai berikut.

1. Kesatuan (Kohesi)
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa sebuah
paragraf yang baik, hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika kalimat-kalimat
yang ada dalam sebuah paragraf saling berhubungan dan saling mendukung
dalam menjelaskan gagasan pokok paragraf, maka paragraf tersebut dapat
dikatakan memiliki kesatuan gagasan. Sebuah paragraf yang memiliki lebih dari
satu gagasan akan menimbulkan ketidakjelasan sehingga paragraf tersebut tidak
bisa menyatu.

2. Kelengkapan
Kelengkapan sebuah paragraf diwujudkan dengan terpenuhinya semua unsur
pembentuk paragraf, yaitu :
- Gagasan utama
Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf.
- Kalimat utama
Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah
menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi dalam
kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat utama di
awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir sebuah paragraf.
- Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa
dikatakan sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas.
Kalimat penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga
menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus diperhatikan dalam membuat
18

kalimat penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut menyimpang


dari ide pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.
Dengan terpenuhinya semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi
paragraf yang baik.

3. Kepaduan (Koherensi)
Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang terangkai secara logis dan saling
mendukung gagasan utama disebut dengan kepaduan atau koherensi. Kepaduan
ini bisa kita dapatkan dengan penggunaan konjungsi baik intra kalimat maupun
antar kalimat.
Ketiga hal di atas adalah syarat wajib yang harus dipenuhi untuk membentuk
paragraf yang baik. Dengan terpenuhinya syarat-syarat di atas, sebuah paragraf
akan lebih mudah dipahami.
Contoh Paragraf :
Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan kesukaan anak
perempuan. Mainan ini disukai anak perempuan karena bentuknya yang feminin.
Selain bentuknya karena bentuknya yang unik, boneka juga disukai anak
perempuan karena naluri alamiahnya sebagai seorang perempuan yaitu, suka
mengasuh dan menyayangi.

2.4 Alternatif Pengembangan Paragraf


Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
1. Kemampuan memperinci gagasan pokok paragraf ke dalam gagasan-
gagasan penjelas, dan
2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas ke dalam urutan yang
teratur.
Gagasan pokok paragraf hanya akan menjadi jelas apabila dilakukan
perincian dengan cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan
bermacam pola pengembangan. Pola-pola pengembangan paragraf dalam
karangan ilmiah umumnya berbentuk sebagai berikut.
19

1. Pola Umum-Khusus
Pola ini sebenarnya meliputi pola umum-khusus dan khusus umum. Keduanya
merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan. Pola
pertama, gagasan pokok ditempatkan pada awal paragraf yang kemudian diikuti
oleh gagasan-gagasan khusus pada kalimat-kalimat berikutnya. Pola
pengembangan gagasan seperti itu, sudah kita kenal sebagai pola deduktif.
Sementara itu, pola kedua menempatkan gagasan umum pada akhir paragraf dan
gagasan-gagasan khusus yang mendahuluinya. Pola ini telah kita kenal sebagai
pola induktif.

2. Pola Definisi Luas


Yang dimaksud dengan definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah
usaha penulis untuk membeberkan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau
hal. Di sini kita menghadapinya dalam satu kalimat, tetapi merupakan rangkaian
kalimat yang membentuk sebuah paragraf. Hal yang dikemukakan penulis dalam
hal bisa berupa definisi formal, definisi dengan contoh, dan keterangan-
keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti suatu kata atau hal.

3. Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-
perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau berurutan dari
suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
b. Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
c. Penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga
pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.

4. Pola Sebab Akibat


Penyusunan sebuah paragraf dapat pula dibuat dengan menggunakan pola
sebab-akibat. Dalam hal ini ‘sebab’ bertindak sebagai gagasan pokok, sedangkan
20

‘akibat’ sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut


bisa juga terbalik. ‘akibat’ dijadikan gagasan pokoknya, sedangkan untuk
memahami sepenuhnya ‘akibat’ itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai
perinciannya.

5. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret.
Dalam karangan ilmiah, ilustrasi-ilustrasi tersebut tidak berfungsi untuk
membuktikan sebuah pendapat. Ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekedar
menjelaskan maksud penulis.

6. Pola Pertentangan dan Perbandingan


Pola pertentangan dan perbandingan merupakan salah satu jenis
pengembangan paragraf. Pola perbandingan digunakan ketika membahas dua hal
atau dua objek berdasarkan persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Pola
pertentangan digunakan ketika kita membahas satu persoalan dengan cara
membedakan atau mengontraskannya dengan persoalan ini. Denga cara
demikian, pembahasan suatu persoalan akan lebih jelas daripada dengan hanya
terfokus pada persoalan itu sendiri.

7. Pola Analisis
Pola analisis digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang
sifatnya umum ke dalam perincian-perincian yang logis. Dalam paragraf ini ada
bagian yang dianalisis dan bagian yang menganalisis. Bagian yang dianalisis
ditempatkan pada bagian awal paragraf, yang kemudian diikuti oleh uraian
sebagai analisisnya.

8. Pola Pengklasifikasian
Klasifikasi adalah proses untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda
yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Pengklasifikasian
dibentuk oleh dua pola yang berlawanan.
21

a. Mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok.


b. Memisahkan kesatuan kelompok tersebut ke dalam kelompok yang lain.

9. Pola Observasi
Pola observasi disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis, baik melalui
indra penglihatan, perabaan, pendengaran, atau penciuman. Penggambaran
merupakan rekaman dan tanggapan penulis atas objek yang diamati. Pola ini
disusun dengan tujuan untuk menggambarkan suatu objek secara apa adanya
berdasarkan sudut pandang penulis.

10. Pola Fokus


Pola Fokus dalam hal ini berupa penggambaran objek dalam ruang lingkup
yang lebih terbatas pada satu titik pembahasan. Berbeda dengan pola observasi
yang menggambarkan objek secara tersebar dan dangkal, penggambaran objek
dalam pola fokus dilakukan lebih terpusat dan mendetail dengan didasarkan
pengetahuan penulis.

11. Pola Seleksi


Dalam pola ini penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh dan
menyeluruh, tetapi dipilih secara per bagian. Pemilihan itu dilakukan dengan
dasar-dasar tertentu, misalnya berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuknya.

12. Pola Titik Pandang


Titik pandang adalah tempat pengarang melihat atau menceritakan sesuatu.
Titik pandang tidak diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang,
misalnya dari atas atau dari bawah, tetapi lebih kepada posisi penceritaan.
Berbagai posisi yang bisa diambil pengarang dalam menceritakan kisahnya,
mungkin dari sudut pandang sebagai juru kisah yang berposisi di luar cerita itu,
atau langsung menjadi salah satu tokoh; orang pertama (saya, kami); sudut
pandang orang kedua (engkau, kamu, saudara); atau dengan mempergunakan
bentuk tak berorang.
22

Titik pandang yang diambil seorang pengarang mencakup konsistensi cara


penguraian suatu kisah. Apabila dalam kalimat atau paragraf pertama penulis
menggunakan titik pandang orang pertama, maka dalam seluruh karangan itu ia
harus tetap menggunakan orang pertama. Jangan berpaling kepada titik
penceritaan yang lain sebab hal itu akan mengacaukan kisah yang
disampaikannya.

13. Pola Dramatis


Dalam pola ini cerita tidak disampaikan dengan penceritaan langsung.
Pergerakan isi cerita dikemukakan melalui dialog-dialog. Mungkin saja
pengarang turut sebagai salah seorang tokoh dalam cerita itu. Hal yang
membedakan dengan pola titik pandang adalah cara penyampaiannya. Pola titik
pandang disampaikan dengan pencerita langsung, sedangkan dalam pola dramatis
cerita itu disampaikan dengan berupa dialog.
23

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai