Anda di halaman 1dari 29

KALIMAT EFEKTIF, PARAGRAF DAN WACANA

Agung Nursyawaly
(061440421741)
Aliyah Montessa (061440421742)
Tiara Nanda Bella Yandini
(061440420833)
Tri Rahayu (061440420834)

Kelas : 5 KI.A/B

Dosen Pembimbing: M. Yusuf, S.Pd.,


M.Pd.

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau
KALIMAT EFEKTIF
rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda
Pengerti seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
an
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat
(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut,
Efektif mengandung
pernyataan pengertian
itu bukanlah tepat
kalimat guna, artinya
melainkan hanya
sebuah frasa. berguna
sesuatu akan Itulah yang membedakan
jika dipakai frasa
pada sasaran
dengan kalimat.
yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat
adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam
bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu
pula
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai
dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami
oleh pendengar atau pembaca.
kalimat efektif menurut beberapa ahli
bahasa
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-
syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus
hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan:2001)

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai


dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan


informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat


membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas
padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
SYARAT KALIMAT
EFEKTIF
1. Mudah dipahami oleh pendengar
atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan
dalam menafsirkan maksud sang
penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis
kepada pembaca atau pendengarnya
dengan tepat.
CIRI-CIRI KALIMAT
1.Kesatuan GagasanEFEKTIF
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain (O/K) yang
saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh :
Semua penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana
pembangunan lima tahun.
2.Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu
menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang
lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh :
Kalimat itu harus diubah :
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
Seharusnya : Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke
pinggir jalan.
3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang
tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang
berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Contoh :
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Seharusnya : Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat
menggunakan partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi
pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat
membicarakan lagi soal ini.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami.
Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang
logis/masuk akal.
Contoh :
Saran yang di kemukakannya kami akan
pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya
akan kami pertimbangkan.
PARAGRAF
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya
menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan
(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf
itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang
hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan.
Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang idea
jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai
dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide
yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang
paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau
karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari
satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak
mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
SYARAT PARAGRAF
Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika
seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan
satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika dalam
sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang
dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam
paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraph ini
juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi.
Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat
berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara
repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa
penghubung dapat dimanfaatkan.
JENISKalimat
PARAGRAF
yang berisi gagasan utama
paragraf adalah kalimat topik. Karena
berisi gagasan utama itulah
keberadaan kalmat topic dan letak
Jenis Paragraf posisinya dalam paragraf menjadi
Menurut penting. Posisi kalimat topik di dalam
Posisi Kalimat paragraf yang akan memberi warna
Topiknya sendiri bagi sebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik,
paragraf dapa dibedakan atas empat
macam, yaitu : paragraf deduktif,
Isi sebuahinduktif,
paragraf paragraf dapat bermacam-
paragraf deduktif-
macam bergantung pada maksud
induktif, paragraf penuh kalimat topik.
penulisannya dan tuntutan korteks
serta sifat informasi yang akan
disampaikan.Penyelarasan sifat isi
Jenis Paragraf paragraf dengan isi karangan
Menurut Sifat sebenarnya cukup beralasan karena
Isinya pekerjaan menyusun paragraf adalah
pekerjaan mengarang
juga.Berdasarkan sifat isinya, alinea
dapat digolongkan atas lima
macam,yaitu:Paragraf Persuasif ,
Paragraf argumentasi , Paragraf naratif
B. Paragraf induktif
A. Paragraf Deduktif
Bila kalimat pokok
Jenis
AdalahParagraf Menurut
paragraf yang letak Posisi Kalimat Topiknya
ditempatkan dipada akhir
kalimat pokoknya di tempat
paragraf akan terbentuk
kan pada bagian awal paragraf
paragraf induktif, yaitu
,yaitu paragraf yang
paragraf yang menyajikan
menyajikan pokok
penjelasan terlebih
permasalahan terlebih dahulu,
dahulu,barulah diakhiri dengan
lalu menyusul uraian yang
pokok pembicaraan.
terinci mengenai
Contohnya:
permasalahan atau gagasan
" Pak Sopian memiliki kebun
paragraf (urutan umum-
pisang seluas 1 hektar.
khusus).
Tetangganya, Pak Gatot, juga
Contoh paragraf deduktif :"
memiliki kebun pisang seluas
Olahraga akan membuat
1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali
badan kita menjadi sehat dan
Bashya, malah memiliki kebun
tidak mudah terserang
pisang yang lebih luas
penyakit. Fisik orang yang
daripada kakaknya, yaitu 2,5
berolahraga dengan yang
hektar. Tahun ini merupakan
jarang atau tidak pernah
tahun ketiga bagi mereka
berolahraga sangat jelas
memanen pisang. Seperti
berbeda. Contohnya jika kita
mereka, dari 210 penduduk
sering berolahraga fisik kita
petani di Desa Sriwaylangsep,
tidak mudah lelah, sedangkan
175 kepala keluarga berkebun
yang jarang atau tidak pernah
pisang. Maka, tidaklah heran
berolahraga fisiknya akan
Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan Topiknya
pada bagian awal dan akhir paragraf,
terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf
umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang
terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif :
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang
kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki
bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang
diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli.
Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah
berusaha
D. Paragrafmembangun rumah
penuh kalimat yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi
topik
kebutuhan rakyat."
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak
satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat
atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat
yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering
dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam
karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara
yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara
ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup
Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

A. Paragraf Persuasif

adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi


atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan
iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi,
deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti
buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk
karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan
kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah
sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu
kesadaran pada diri kita masing masing untuk membuang sampah pada
tempatnya.
Jenis Paragraf Menurut Sifat
B. Paragraf argumentasi
Isinya
adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan
yang mendukung.
Contoh : Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan
kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan
wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan
kepengurusan MHTK periode 2008 2009, maka sebagai penggantinya
dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk
masa kepengurusan 2009 20010.

C. Paragraf naratif

adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk


data atau cerita.
Contoh : Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri
dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16
16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam
berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.
Jenis Paragraf Menurut Sifat
Isinya
D. Paragraf deskriptif

adalah paragraf yang melukiskan atau


menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : Kini hadir mesin cuci dengan desain
bunga chrysant yang terdiri dari beberapa
pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red
untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu,
mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah
dilengkapi dengan LED display dan tombol-
tombol yang dapat memudahkan penggunaan.
Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan
proses mencuci.
Jenis Paragraf Menurut Sifat
E. Isinya
Paragraf eksposisi

adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau


kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November
1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP
(1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk
Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada,
tamat Sarjana Sastra tahun 1965. Pada tahun 1978
Rachmat mengikuti penataran sastra yang
diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama
ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di
Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun
1980 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw.
WACANA

Dalam hubungan dengan penggunaan kohesi, selain teks dalam konsep


pengertian dalam bahasa tertulis, kohesi juga akan berhubungan dengan konsep
wacana yaitu sebagai kesinambungan cerita dengan bahasa yang mudah dan
kesinambungan ini ditunjang oleh jalinan informasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, wacana didefenisikan
sebagai: (1) ucapan, perkataan, tutur; (2) keseluruhan tutur yang merupakan satu
kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan
utuh seperti novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dan sebagainya.
Dasar sebuah wacana ialah klausa atau kalimat yang menyatakan keutuhan
pikiran. Wacana adalah unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap dengan koherensi dan kohesi
yang tinggi. Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang
koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur
pendukungnya yaitu bentuk.
Wacana yaitu Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan
teratur. Wacana dapat juga diartikan sebuah tulisan yang teratur menurut urut-
urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki
kesatuan dan kepaduan. Wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan
atau tertulis
CIRI-CIRI WACANA :
CIRI-CIRI WACANA :
1. Mempunyai koheren (pertautan: ayat dgn ayat,
perenggan dgn perenggan lain dan isi dengan isi yang lain)
2. Mempunyai kohesi (kesepaduan) ketepatan seluruh isi-isi
yang dikemukakan fokus kepada tajuk yang diketengahkan
3. Mempunyai tujuan bagi menentukan jenis wacana,
penggunaan ayat
4. Diterima khalayak/audiens penerimaan tinggi jika
pembaca atau pendengar memahami sepenuhnya wacana
itu dan mempunyai tujuan yang sama
5. Berlandaskan hubungan penutur dengan pendengar,
penulis
dengan pembaca
6. Mempunyai andaian dan inferens ,inferens memberikan
maklumat baru kepada andaian
7. Mempunyai gaya bersahaja atau tidak bersahaja, rasmi
atau tidak rasmi, mempengaruhi pemilihahan laras bahasa,
ayat, penggunaan dialek dan lain-lain.
JENIS-JENIS WACANA

Menurut Praptomo Baryadi (2001, h. 3


dalam Sumarlam, 2003, h. 15-20)
wacana dapat diklasifikasikan menjadi
berbagai jenis menurut dasar
pengklasifikasiannya. Misalnya
berdasarkan bahasanya, media yang
dipakai untuk mengungkapkan, jenis
pemakaian, bentuk, serta cara dan
tujuan pemaparan.
Menurut Praptomo Baryadi
1. Bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk
mengungkapkannya wacana dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Wacana bahasa nasional (Indonesia).
b. Wacana bahasa daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan
sebagainya).
c. Wacana bahasa internasional (Inggris).
2. Berdasarkan
d. Wacana media
bahasa lainnya yang
seperti digunakannya
bahasa maka
Belanda, Jerman,
wacana dapat
Perancis, dan dibedakan atas:
sebagainya.
a. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa
tulis atau melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau
memahami wacana tulis maka sang penerima atau pesapa harus
membacanya.
b. Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa
lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami
wacana
3. lisan maka sangsifat
Berdasarkan penerima
atauatau pesapa
jenis harus menyimak
pemakaiannya
atau
wacanamendengarnya.
dapat dibedakan antara wacana monolog dan
wacana dialog.
a. Wacana monolog (monologue discourse) artinya wacana yang
disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk
berpartisipasi secara langsung.
b. Wacana dialog (dialogue discourse) yaitu wacana yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih secara langsung.
Menurut Praptomo Baryadi
4. Berdasarkan bentuknya wacana dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bentuk wacana prosa,
puisi, dan drama.
a. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk
prosa (Jawa: gancaran).Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa
wacana tulis atau lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita
pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novel, artikel, dan
undang-undang; sedangkan contoh wacana prosa lisan misalnya
pidato, khotbah, dan kuliah.

b. Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi


(Jawa: geguritan). Seperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga
dapat berupa wacana tulis maupun lisan. Puisi dan syair adalah
contoh wacana tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang
dideklamasikan dan lagu-lagu merupakan contoh jenis wacana
lisan.

c. Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk


drama, dalam bentuk dialog baik berupa wacana tulis maupun
wacana lisan. Bentuk wacana drama tulis terdapat pada naskah
drama atau sandiwara, sedangkan bentuk wacana drama lisan
Menurut Praptomo Baryadi
5. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya pada
umumnya wacana diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan
persuasi.
a. Wacana narasi atau wacana penceritaan disebut juga wacana penuturan
yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu dituturkan oleh persona
pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi
pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis. Jenis wacana
narasi pada umumnya terdapat pada berbagai fiksi.

b. Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,


menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.

c. Wacana eksposisi atau wacana yang tidak mementingkan waktu dan


pelaku. Wacana eksposisi ini berorientasi pada pokok pembicaraan, dan
bagian-bagiannya diikat secara logis.

d. Wacana argumentasi adalah yang berisi dea tau gagasan yang dilengkapi
dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan menyakinkan pembaca
akan kebenaran dea tau gagasannya. Wacana argumentasi ini ada yang
pendek dan ada pula yang panjang. Argumentasi yang pendek dapat
terdiri atas satu kalimat atau beberapa kalimat.
JENIS-JENIS WACANA

Menurut Fatimah Djajasudarma (1994,


h. 6-14) jenis
Wacana dapat dikaji dari segi
eksistensinya
(realitasnya),media
komunikasinya,cara pemaparannya,
dan jenis pemakaiannya.
Menurut Fatimah
1.
Djajasudarma
Berdasarkan realitasnya wacana ada dua
yaitu :
a. Wacana verbal yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau
language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan
struktural bahasa, mengacu pada struktur apa adanya.
b. Non verbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai
rangkaian non bahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda
yang bermakna (bahasa isyarat).

2. Berdasarkan media komunikasinya wacana


dapat diklasifikasikan menjadi wacana lisan dan
wacana tulisan.
a. Wacana lisan wujudnya berupa sebuah percakapan struktural
bahasa mengacu pada struktur apa adanya.
b. Wacana tulisan yang berwujud sebuah teks atau bahan tertulis
yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang merupakan wacana.
Menurut Fatimah
3. Djajasudarma
Berdasarkan pemaparannya, wacana meliputi :

a. Wacana naratif yaitu rangkaian tuturan yang menceritakan hal atau kejadian
(peristiwa) melalui penonjolan pelaku (persona I atau III).

b. Wacana deskripsi yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau


melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan
penuturnya.

c. Wacana prosedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu


berurutan dan secara kronlogis.

d. Wacana ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu berisi


pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan.

e. Wacana hortatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasehat.

f. Wacana dramatik yaitu menyangkut beberapa orang penutur dan sedikit


bagian naratif.

g. Wacana epistorari yaitu dalam surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu.

h. Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara adat


yang berlaku, di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato pada upacara
Menurut Fatimah Djajasudarma

4. Berdasarkan jenis pemakaiannya diklasifikasikan


menjadi:

a. Monolog (satu orang penutur) yaitu wacana yang tidak melibatkan bentuk
tutur percakapan antara dua pihak yang berkepentingan.

b. Dialog (dua orang penutur) yaitu wacana yang berupa percakapan antara
dua pihak.

c. Polilog (lebih dari dua penutur) yaitu wacana yang melibatkan partisipan
pembicaraan di dalam konversasi.
PRINSIP-PRINSIP WACANA
Tujuan Tautan
Runtutan
Tautan atau kohesi
Setiap wacana bermaksud keserasian
yang hendak dihasilkan hubungan antara unsur Runtutan atau
mesti mempunyai linguistik dengan unsur koheran merupakan
tujuan kerana tujuanlah linguistik yang lain dalam kesinambungan idea
yang menentukan jenis sesebuah wacana. yang terdapat dalam
wacana yang Keserasian ditinjau sesebuah wacana
digunakan. Tujuan daripada hubungan sehingga menjadi satu
adalah penting untuk antara sesuatu teks yang bermakna.
memilih teknik perkataan, frasa atau Runtutan merupakan
penyampaian wacana, ayat dengan sesuatu asas dalam pembinaan
sama ada secara perkataan dalam wacana wacana kerana tanpa
naratif, deskriptif atau tersebut. Tautan dapat makna, teks tidak
eksposisi atau mewujudkan dianggap sebagai
penghujahan. Tujuan kesinambungan antara wacana.
juga menentukan sebahagian teks dengan
bentuk wacana, sama sebahagian teks yang
ada ucapan, ceramah, lain sehingga
surat rasmi atau tidak membentuk satu
PRINSIP-PRINSIP WACANA
Penerimaan
Sesuatu wacana perlu mempunyai pendengar atau pembaca yang
merupakan penerima sesuatu wacana. Tahap penerimaan seseorang itu
tinggi jika pendengar atau pembaca memahami sepenuhnya wacana yang
disampaikan. Sebaliknya tahap penerimaan adalah rendah jika wacana
tersebut tidak difahami oleh pendengar atau pembaca.
Maklumat
Setiap wacana perlu mempunyai maklumat, iaitu maklumat baharu
dan maklumat lama. Maklumat lama ialah maklumat yang telah dinyatakan
pada peringkat awal dan diulang dalam konteks berikutnya, manakala
maklumat baharu ialah maklumat yang baharu sahaja dinyatakan dalam
wacana tersebut.
Keadaan
Sesuatu wacana perlulah sesuai dengan keadaan. Kesesuaian itu
menjadikan sesuatu wacana relevan dengan situasi ujaran. Pemilihan kata,
frasa dan susunan ayat yang tepat amat penting untuk menjadikan sesuatu
wacana itu sesuai dengan keadaan.
Interteks
Interteks bermaksud sesuatu wacana bergantung kepada wacana yang lain.
Melalui interteks, sesuatu wacana lebih mudah difahami oleh pembaca atau
pendengar. Kefahaman seseorang terhadap sesuatu wacana yang dibaca
atau didengar akan membantu menghasilkan wacana.

Anda mungkin juga menyukai