Anda di halaman 1dari 16

Tahuli dan Tahuda.....

(Salmin Djakaria) 147

TAHULI DAN TAHUDA: TRADISI LISAN DAN


PEMBENTUK KARAKTER BANGSA DI MASYARAKAT
GORONTALO*
TAHULI AND TAHUDA: ORAL TRADITION AND SHAPING SOCIETY
NATIONAL CHARACTER IN GORONTALO
Salmin Djakaria
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi Utara
Jl. Katamso, Bumi Beringin, Lingkungan V, Wenang, Manado, Sulawesi Utara
email: dj2salmin@gmail.com

Naskah Diterima: 21 Mei 2017 Naskah Direvisi: 4 Juni 2017 Naskah Disetujui: 13 September 2017

Abstrak
Sastra dan tradisi lisan selalu memiliki pengaruh tersendiri dalam pola pikir setiap
individu, tidak terkecuali sastra dan tradisi lisan Tahuli dan Tahuda di Gorontalo, warisan sastra
sebagai pembentuk karakter bangsa, meskipun dalam lingkup lokalitas kedaerahan. Tujuan dari
kajian ini untuk menunjukkan bahwa sastra dan tradisi lisan dapat menjadi salah satu alternatif
wadah untuk pembentukan karakter bangsa. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif-analisis.
Hasil dari kajian ini menujukkan bahwa sastra dan tradisi lisan menjadi salah satu pendukung
pembentukan karakter bangsa di masyarakat Gorontalo yang sesuai dengan pedoman “Adat
bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah”.

Kata Kunci: Sastra, Tradisi Lisan, Pembentukan Karakter Bangsa

Abstract
Literature and oral tradition has always had its own influence in the mindset of each
individual, is no exception literature and oral tradition Tahuli and Tahuda in Gorontalo, the
literary heritage as forming the character of the nation, although within the scope of regional
locality. The purpose of this study to show that literature and oral tradition can be an alternative
container to the formation of national character. This paper uses a descriptive-analytic methods.
The results of this study showed that literature and oral tradition became one of supporting the
establishment of a national character in society in accordance with guidelines Gorontalo society
“Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah”.
Keywords: Literature, Oral Tradition, National Character

A. PENDAHULUAN1 presiden pertama Indonesia,


Persoalan ―karakter bangsa‖ sudah mempersiapkan tatanan negara dalam
menjadi perhatian para founding father kehidupan berbangsa dan bernegara,
Indonesia sejak pertama kali Negara merumuskan Pancasila sebagai dasar -
Indonesia diproklamasikan. Ir. Soekarno, dasar negara. Setelah dia menjadi presiden
*
pertama Republik Indonesia, salah satu
Tulisan ini disarikan dari hasil penelitian gagasannya adalah ―character and nation
penulis dengan judul Unsur-unsur Karakter
Bangsa Dalam Tradisi Lisan Gorontalo Tahuli building‖. Upaya pemerintahan Presiden
dan Tahuda yang diterbitkan oleh Kepel Press, Soekarno dalam membangun karakter
2014. bangsa dijalankan dalam berbagai lini
148 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

kehidupan masyarakat. Pada lini menggagas konsep Empat Pilar dalam


pendidikan dikenal mata pelajaran ―budi kehidupan berbangsa-bernegara.
pekerti‖ yang diajarkan semenjak tingkatan Ketika kurikulum 2013 –K13—
dimunculkan dalam dunia pendidikan,
Sekolah Dasar (SD) atau pada masa itu
sebenarnya terdapat banyak harapan untuk
dikenal dengan sebutan Sekolah Rakyat mengembalikan salah satu mata ajar budi
(SR). Pada lini pendidikan non-formal pekerti dan pendalaman moral bangsa.
antara lain waktu itu dikenal dengan Namun ketika K13 mulai diterapkan
Pendidikan Masyarakat, yang diterapkan ternyata lebih banyak kendala yang
pada ―indoktrinasi‖ atau pelajaran tentang dihasilkan. Salah satunya adalah hasil dari
doktrin-doktrin atau ajaran dalam K13 lebih menjadi beban dari para
pengajar. Walau demikian, sebenarnya
kehidupan berbangsa (Soekarno,
K13 apabila diterapkan dengan baik dan
1965:301) benar akan menawarkan sebuah produk
Berlanjut di era Soharto dengan yang unggul (Paparan Wakil Menteri
penerapan program P4, Pedoman Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014).
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Dan pada intinya, hanyalah budi pekerti
sebagai upaya melanjutkan pembentukan dan pengembangan karakter yang menjadi
karakter bangsa. Target utama dari titik tekan dalam K13 yang ditawarkan
penerapan P4 ini adalah para abdi negara oleh Kementerian Pendidikan dan
atau ABRI dan PNS, kemudian berlanjut Kebudayaan.
ke kalangan masyarakat luas serta para Kembali ke persoalan pembentukan
pelajar, akan tetapi, setalah rezim Soeharto karakter bangsa melalui mata ajar budi
berakhir, persoalan karakter Bangsa pekerti, khasanah budaya bangsa cukup
kembali mencuat. Ditandai dengan memberikan pelajaran dalam pembentukan
berbagai kerusuhan sosial semakin karakter melalui tradisi lisan yang masih
menambah panjangnya daftar persoalan bertahan sampai sekarang ini. Edi
―karakter bangsa‖. Pemberitaan tentang Sedyawati (1996:5) memberikan
kekerasan, tindakan kriminal, korupsi, pandangan bahwa tradisi lisan merupakan
serta perilaku-perilaku tak senonoh yang wacana yang disampaikan secara lisan,
diperlihatkan oleh elit dan selebriti mengikuti cara atau adat istiadat yang telah
memenuhi berbagai kolom di media. memola dalam suatu masyarakat.
Tentang realita di atas, muncul Kandungan isi wacana tersebut dapat
komentar dan isu yang mempersoalkan meliputi berbagai hal; berbagai jenis cerita;
lemahnya kepribadian dan mental bangsa ataupun berbagai jenis ungkapan
dalam memahami keragaman dan seremonial dan ritual. Cerita-cerita yang
keberagaman serta ditunjang dengan disampaikan secara lisan itu bervariasi
penegakan hukum yang belum ideal. mulai dari uraian genealogis, mitos,
Namun, itu bukan satu-satunya alasan legenda, dongeng, hingga berbagai cerita
penyebab tercorengnya wajah ―karakter kepahlawanan. Pandangan Edi Sedyawati
bangsa‖. Kalangan pendidik sering terlihat pada masyarakat Gorontalo dengan
mempersoalkan hilangnya mata pelajaran sastra dan tradisi lisannya. Jika menelusuri
―budi pekerti‖ dari peta kurikulum sekolah. sejarahnya, tradisi lisan di Gorontalo
Kritik terakhir ini telah mendorong pihak cukup banyak ditemukan baik dalam
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan bentuk puisi maupun prosa di antaranya;
Penelitian dan Pengembangan Pusat tuja’i, palebohu, tinilo, mala-mala,
Kurikulum dan Perbukuan (2011) taleningo, tanggomo, leningo, lumadu,
menerbitkan modul pendidikan karakter bungga, bunito, lohidu, pantungi,
bangsa. Bersamaan dengan itu, Pimpinan wumbungo, tahuli, pa’iya lo hungo lo poli
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI dan tahuda, sedangkan sastra lisan dalam
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 149

bentuk prosa yaitu: wungguli dan pilu lisan yang tidak hanya diterima begitu saja.
(Djakaria, 2007:13). Sastra lisan membutuhkan analisa dan
Dari sejumlah sastra lisan kecermatan dalam menerima setiap
Gorontalo di atas, ada yang sudah dikaji informasi sejarah, budaya, dan kebudayaan
baik dari aspek kebahasaan atau linguistik dari tradisi lisan yang berkembang, karena
maupun dari aspek sastranya, akan tetapi bisa jadi tradisi tersebut berisi sama tapi
masih kurang yang melakukan kajian atas hanya berbeda teksnya, seperti dalam teks
sastra lisan atau secara umum tradisi lisan tahuli dan tahuda. Tahuli dan tahuda
Gorontalo sebagai sumber dari sistem nilai sebagai sastra lisan daerah atau folklore
yang membentuk karakter warga yang tidak dapat dipahami selengkapnya
masyarakat Gorontalo. Hal itulah yang apabila tidak mengkaji lingkungan sosial
mendorong penulis untuk mengadakan dan budaya masyarakat pendukungnya
pencatatan dan pengkajian tahuli dan yakni masyarakat Gorontalo. Tradisi Lisan
tahuda dari aspek sosial budaya terutama merupakan wacana lisan yang berisi
sebagai sumber nilai dalam pembentukan ungkapan ritual dan seremonial yang
karakter bangsa. diungkapkan secara turun temurun dengan
pola khusus dalam suatu masyarakat
tertentu berdasarkan genealogis sejarahnya
B. METODE PENELITIAN
dan berisi peristiwa dari berbagai versi
Seperti telah disebutkan di atas,
(Sedyawati, 2006; Duija, 2005:113;
bahwa kajian ini tidak akan membahas
Danandjaja, 1984: 3-5).
tahuli dan tahuda sebagai ragam sastra
Nani Tuloli (1990) mengutip
lisan dalam tradisi lisan Gorontalo,
pendapat Teeuw tentang relevansi karya
melainkan akan membahas tradisi lisan
sastra dengan sosio-budaya akan berwujud
Tahuli dan Tahuda sebagai ―dokumen‖
dalam fungsinya sebagai (1) afirmasi, yaitu
afirmatif, yang menguatkan norma-norma
menetapkan norma-norma sosio-budaya
sosio-budaya yang ada pada masa tertentu;
yang ada pada masa tertentu; (2) restorasi,
serta restoratif, yang mengungkapkan
yaitu mengungkapkan keinginan,
keinginan, kerinduan kepada norma-norma
kerinduan kepada norma-norma yang
yang sudah lama hilang. Berdasarkan
sudah lama hilang; (3) negasi, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan
memberontak atau mengubah norma yang
ditemukan sejumlah dokumen berupa
berlaku. Bertolak dari pendapat tersebut,
―Buku Panduan Upacara Kebesaran Adat
maka tradisi lisan tahuli dan tahuda tidak
Penganugerahan Gelar Adat‖ kepada
akan dibahas sebagai karya sastra lisan,
sejumlah pejabat di daerah, yang mana
melainkan melihat ketiga fungsi tersebut
dalam dokumen tersebut tercatat sejumlah
sebagai sumber pemertahanan perilaku
tahuli dan tahuda yang dituturkan sewaktu
serta karakter; maupun sebagai gagasan
acara tersebut berlangsung. Selain itu, juga
dalam pembentukan karakter yang
ditemukan dokumen ―Hasil Seminar Adat
dirindukan dan diinginkan.
Gorontalo 2007‖ Kerjasama Pemerintah
Kementerian Pendidikan dan
Daerah Kabupaten Gorontalo, Forum
Kebudayaan, Kemdikbud, telah
Pengkajian Islam Kautsar Gorontalo,
menetapkan 18 unsur pembentukan
Tokoh Adat Duluwo Limo Lo Pohalaa
karakter bangsa dalam Kebijakan Nasional
Gorontalo dan Tim Akademisi Gorontalo.
Pembangunan Karakter Bangsa (2010).
Informasi tentang tahuli dan tahuda dalam
Karakter Bangsa dan Pembetukan Karakter
dokumen-dokumen tersebut dijadikan
Bangsa dititikberatkan daam proses
sebagai ―teks‖ dalam upaya memahami
pencarian jati diri setiap bangsa melalui
kedua bentuk sastra lisan tersebut.
olah rasa, olah pikir serta olah karsa untuk
Meskipun demikian, Spradley
dapat bertahan dalam proses modernisasi
(2005) menekankan penguasaan bahasa
dan globalisasi. Oleh karena itu,
dalam memahami dan memaknai tradisi
150 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

pendidikan karakter bangsa semestinya dataran tinggi Bangio; kerajaan Limutu


terus dijaga dan dilestarikan, baik melalui atau Limboto dengan wilayahnya di sekitar
pendidikan formal dan informal, termasuk danau Limboto: kerajaan Bone dan
dalam pewarisan sastra dan tradisi lisan. kerajaan Bintauna. Baik tuturan sejarah
Namun dalam kajian ini sesuaikah maupun beberapa hasil kajian
komponen pembentukan karakter bangsa memperkirakan kehadiran kerajaan ini
yang dapat ditemukan dalam tradisi lisan dalam periode sejarah berada pada kisaran
tahuli dan tahuda di masyarakat Gorontalo. waktu, abad ke- 14 (Hasanuddin & Amin,
Untuk itu marilah kita membahasnya 2012:16).
mengenai sastra dan tradisi lisan tahuli dan Sejarah Daerah Sulawesi Utara
tahuda tersebut. (1977/1978) mencatat ke lima kerajaan itu
sebagai kerajaan tua dan menyebut
C. HASIL DAN BAHASAN kerajaan Suwawa sebagai kerajaan tertua
1. Sekilas Sejarah Gorontalo dengan rajanya Kayudugia. Pada masa raja
Hingga kini belum ada keterangan Mokotambibulawa, cucu dari Kayudugia,
yang memadai untuk dirujuk sebagai ibunya adalah putri Ige yang menggantikan
informasi yang menjelaskan tentang kakeknya sebagai raja kedua, dan
keadaan masyarakat Gorontalo pada jaman dibentuklah susunan kerajaan. Tidak
purba atau masa kuno. Beberapa kisah disebut, tahun berapa ia memerintah, selain
kesejarahan yang dituturkan dari mulut ke adanya ingatan bersama bahwa pada masa
mulut adalah penjelasan tentang adanya raja Mokotambibulawa inilah dilakukan
dua bentuk masyarakat yakni kelompok pengangkatan Wuu atau Bate-bate dan
pertama disebut pidodotia, yaitu kelompok Huhuku (Suwondo, 1977/78:24-25).
masyarakat yang sudah menetap di satu Sumber yang disebut di atas, Sejarah
wilayah tertentu dan dipimpin oleh Saitu Daerah Sulawesi Utara, juga mencatat
dan dibantu oleh Pulaihe; dan kelompok kehadiran kerajaan Bone pada pertengahan
masyarakat yang masih berpindah-pindah abad ke- 14. Dikisahkan bahwa pada masa
dari satu tempat ke tempat lain. itu kerajaan Suwawa diperintah oleh raja
Menurut tuturan sejarah Gorontalo, Mooduto. Di Toningkibia, ada sekelompok
2
pada mulanya terdapat tujuh belas linula pendatang dari Bugis dan pemimpin
atau komunitas tersendiri yang memiliki mereka bernama Tabone yang mempunyai
territorial kekuasaan dan penduduknya seorang putri bernama Rawe. Raja
terikat pada satu jaringan genealogis serta Mooduto tertarik dan kemudian mengawini
setiap linula ini dipimpin oleh seorang Rawe. Perkawinan keduanya merupakan
Olongia. Dalam perkembangan awal dari berdirinya kerajaan Bone yang
selanjutnya, empat linula, yaitu linula berkedudukan di Toningkibia atau
Hungginaa, linula Lupoyo, linula sekarang disebut Boneda‘a, dengan raja
Billinggata, dan linula Uwabu, bersekutu pertama, Rawe. Pada waktu bersamaan,
membentuk kerajaan Gorontalo. Disebut datanglah sekelompok orang dari pantai
pula bahwa ada kerajaan lainnya yaitu utara dibawah pimpinan putri raja
kerajaan Suwawa dengan wilayah di Bintaona, Bolaang-Mongondow, bernama
Sendano. Raja Suwawa kemudian
2
berembuk dengan raja Bone dan
Linula Hungginaa, Linula Lupoyo, Linula mengangkat Sendano menjadi pohalaa
Billinggata, Linula Uwabu, Linula Biawao, yang merupakan bagian dan tunduk kepada
Linula Padengo, Linula Huangobotu, Linula raja Suwawa dan raja Bone.
Tapa, Linula Lawuwono, Linula Tuto, Linula Kerajaan Gorontalo juga disebut-
Dumati, Linula Ilotedia, Linula Patonggo, sebut sebagai kerajaan yang lahir pada
Linula Panggulo, Linula Huangobotu, Linula pertengahan abad ke-14, dengan raja
Tamboo, dan Linula Hulontalangi. pertama Buaida‘a, yang juga masih
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 151

saudara raja Mooduto. Tidaklah kandung, ti baba, ibu kandung ti nana;


mengherankan apabila dikemudian hari kakek adalah ti baapu dan nenek adalah ti
kelima kerajaan itu membentuk nenek. Selain itu, ungkapan, watiya atau
persekutuan yang dikenal dengan sebutan saya, ito atau kita, olantho atau kamu
Limo lo Pohala‘a3 (B.J. Haga, 1931). dianggap lebih sopan dibandingkan dengan
Persekutuan ini menjadi peredam kuat atas menggunakan kata wa‘u untuk ―saya‖, dan
persaingan terutama antara kerajaan yi‘o untuk ―kau‖. Bagi orang yang telah
Gorontalo yang didukung oleh kesultanan menikah, ia akan mendapat sapaan seperti
Ternate di satu pihak dan kerajaan temey untuk suami dan tiley untuk istri dan
Limboto yang mendapat dukungan dari mendapat imbuhan nama salah satu
kerajaan Gowa. Tidaklah mengherankan keponakan mereka. Misalnya temey Sayid
apabila dalam sejumlah sastra lisan baik itu dan tiley Sayid jika mereka berdua
tuja‘i atau puisi, tahuli (pesan) dan tahuda mempunyai keponakan yang bernama
(fatwa) selalu diingat-ingatkan akan Sayid. Adalah hal yang kurang sopan jika
hubungan serta perjanjian (damai) antara masih menyapa nama diri dari yang sudah
Gorontalo dan Limboto. menikah selain menggunakan sapaan atau
Ketika ajaran Islam diserap dalam dalam bahasa Gorontalo disebut toli.
adat dan tradisi serta menjadi agama yang Tahuli dan tahuda tidak hanya
dianut oleh raja dan kerajaan, maka status sekedar sastra lisan daerah, melainkan
seorang raja bergeser dari pemegang lebih tepat disebut tradisi lisan, meskipun
pemerintahan secara sekuler dan seorang akhir-akhir ini seiring dengan menguatnya
raja adalah perwujudan dari sabda Tuhan tradisi-tulisan, sudah mulai ditranskripsi
dan Nabi untuk menciptakan segala- dan dibacakan oleh penuturnya. Disebut
galanya bagi rakyat, atau moyiyo to Allah sebagai tradisi lisan, karena tahuli dan
wau Nabi mursala, loo wali u sagala; tahuda merupakan ―tuturan adat‖ yang
dalam hal memakmurkan rakyat, raja harus hanya dilafalkan pada upacara-upacara
bertindak sesuai dengan sifat Tuhan yang adat khususnya penganugerahan gelar adat
maha pengasih dan penyayang; dan Agama dan penyambutan serta pelepasan secara
menjadi patokan utama dalam adat tamu-tamu daerah dan pejabat yang
mengendalikan kerajaan, atau Agama To pernah bertugas di wilayah propinsi
Talu, Lipu Pei Hulalu. maupun kabupaten/kota Gorontalo. Para
penuturnya pun terpilih dan merupakan
2. Terciptanya Sastra Lisan Tahuli dan representasi komunitas-komunitas adat
Tahuda dalam lingkup limo lo pohala‘a. Ketika
Dalam hal bertutur-kata, warga melafalkannya, mereka mengenakan
masyarakat Gorontalo menunjukkan busana simbol-simbol budaya yang mereka
tingkat kesantunan berbahasa yang tinggi. dukung. Kata-kata yang ada dianggap
Sejak usia balita mereka telah bertuah dan diyakini sebagai hal yang
diperkenalkan dengan cara menyapa yang berakibat fatal, hingga membawa bencana
tidak langsung menyebut nama melainkan dan kematian bagi yang melanggarnya.
struktur urutan dalam keluarga. Istilah Meskipun tidak dapat disangkal
sapaan atau dalam ilmu antropologi bahwa dengan alasan pelestarian dan
dikenal dengan terms of reference seperti pewarisan, tahuli mulai dilombakan. Di
di atas yang menggunakan awalan ti, juga tingkat propinsi dengan Dewan Adatnya
digunakan untuk menyebut paman dan bibi maupun di lingkup satuan pohala‘a
yaitu ti pasatu atau juga ti palimbo; ayah tertentu, tahuli sudah mulai dilombakan
atau dapat disampaikan dan dituturkan
Pohala’a Gorontalo, Pohala’a Limboto, Pohala’a
3
oleh orang dewasa meskipun mereka tidak
Suwawa, Pohala’a Boalemo, Pohala’a Atinggola menempati struktur adat; seperti pada
pelaksanaan Hari Ulang Tahun Propinsi
152 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

ke- 13 (2014) misalnya, tahuli dilombakan baitnya memberikan pesan yang sama
dan pesertanya adalah kepala-kepala setiap yakni menjaga kehormatan dan nama baik
Satuan Kerja Pemerintah Daerah Propinsi; Gorontalo. Selain itu pula, terdapat pesan
namun di beberapa wilayah pohalaa, untuk menjaga dan memlihara adat
terutama Suwawa dan Bolango, penuturan isitiadat sebagai identitas di era yang sudah
tahuli dan tahuda sebatas pada pelaksanaan semakin modern ini. Setelah ketujuh
upacara adat antara lain pada pemangku adat menyampaikan pesan
penganugerahan gelar adat. masing-masing sesuai status adatnya,
Tentang pengertian kata tahuli giliran terakhir adalah pesan dari Kadli,
Mansoer Pateda dalam Kamus Bahasa sebelum berlanjut ke penuturan tahuda
Gorontalo – Indonesia (2001:226) atau fatwa yang biasanya hanya
mengartikannya sebagai pesan. Ia memberi disampaikan oleh seorang penutur.
contoh: diila lipata tahuli li mama (jangan Seperti sudah dikemukakan di atas,
lupa pesan ibu); dan kata tahuda, sebagai Mansoer Pateda dalam Kamus Bahasa
―sabda‖, ia memberi contoh berikut: uyito Gorontalo – Indonesia (2001:226)
tahuda li nabi (itu sabda nabi. Beberapa mengartikannya kata tahuda, sebagai
informan yang terdiri atas para tokoh adat ―sabda‖, dan informan dalam hal ini para
(baate) memberi pengertian yang serupa pemangku adat menggunakan kata fatwa.
untuk kata tahuli yakni sebagai pesan, dan Berbeda dengan Tahuli, Tahuda lebih
kata tahuda selain sabda yaitu fatwa, spesifik yang bersumber pada ajaran Islam.
perintah, petuah. Alasannya ialah Sumber fatwa Tahuda diperoleh dari Kitab
meskipun itu keluar dari mulut seorang Suci al-Qur‘an yang kemudian ditafsirkan
petinggi adat, namun harus dibedakan ke dalam bahasa Gorontalo.
antara kata manusia biasa dengan sabda Ada tiga jenis tahuda yaitu tahuda
seorang nabi. Sehingga, kata fatwa sebagai dalam lingkup adat, tahuda dalam
bentuk alihbahasa dari tahuda dipandang kepemimpinan, dan tahuda dalam hal
lebih netral dengan mengacu pada arti kata pemerintahan. Tahuda dalam lingkup adat
fatwa dalam Kamus Besar Bahasa atau tahuda to mimbihu adati. Versi yang
Indonesia (1988:240), sebagai ...nasihat lebih lengkap ditulis dan ditempatkan
orang alim; pelajaran baik; petuah. dalam bingkai yang tergantung di dinding
Informan lainnya mengusulkan agar tahuda ruang muka atau ruang tamu banthayo atau
dialihbahasakan sebagai ―kata-kata arif rumah adat Limboto, berikut ini isinya:
yang diciptakan oleh para leluhur‖. Aadati, Adat-istiadat
Di dalam bait-bait tahuli atau pesan Didu boli-didu Belum berubah
banyak bersifat anjuran dalam menjalani boli
hidup dan pemberitahuan tentang Didu toma- Jangan lagi kalian
akibatnya jika tidak menjalankan pesan tomali’a limongoli pola(kan)
yang sudah disampaikan, maka bait-bait Didu boli-boliya Jangan lagi
teks tahuli bersifat peringatan-tegas atas direkayasa
jabatan yang diemban dan konsekuensinya Aadati lo Adat negeri ini
jika tidak menjalankannya maupun hunggiya
berperilaku menyimpang dari tuntutan. To tilayo to huliya Di hulu dan di
Ada perbedaan sanksi dalam teks tahuli hilir
dan teks tahuda. Sanksi sosial akan berlaku Dipo ta lo Belum berubah
jika mengabaikan pesan di dalam tekh boboliya
tahuli, karena tahuli lebih ditekankan pada Hipakuwa lo Diabadikan dan
adat isitiadat di masyarakat Gorontalo lahuda disumpah
secara umum. Aadati lo lahuwa Adat milik negeri
Tahuli disampaikan oleh tujuh ini
pemangku adat Gorontalo. Setiap larik dan To tilayo to Dari bawah ke
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 153

ta’uwa atas yang dianyam dan dihiasi dengan janur;


Dipo ta lo Belum berubah sedangkan tempat duduk adat dihampari
bobohuwa dengan permadani dan tersedia
Hi tadiya hi Disumpah dan seperangkat tempat sirih pinang serta
pakuwa diabadikan genderang adat. Ada sejumlah tahapan
yang harus dilalui, mulai dari memasuki
Sumber: Plakat di Rumah Adat Limboto
gapura adat, menapaki tangga, hingga
Para baate yang sebagian menjadi
duduk di tempat duduk upacara adat.
informan dan yang lainnya menjadi peserta
Kesemuanya dipandu dengan melafalkan
FGD penelitian ini menjelaskan bahwa
tuja‘i (sajak).
ketiga versi tahuda tersebut adalah amanah
Pohutu momulanga adalah sebuah
dan tanggung jawab seseorang yang telah
upacara adat Gorontalo. Harafiah, pohutu
diberikan gelar adat dan dia berkewajiban
berarti ―upacara negeri‖, momulanga
memberikan contoh yang sesuai dengan
berarti penganugerahan gelar adat. Jadi,
perkataan dan perbuatannya. Di sinilah
pohutu momulanga berarti ―upacara
letak kekhususan tahuda bagi seorang
penganugerahan gelar adat‖.
pemangku adat, karena dia memiliki
Penganugerahan gelar adat bagi seorang
tanggung jawab kepada masyarakatnya
warga putra Gorontalo dimaksud ―...untuk
sebagai panutan.
mengukuhkan atau mendudukkan yang
Dari contoh tahuda di atas, jelas
bersangkutan pada kedudukan adat atau
bahwa sanksi keras dari penyimpangan
huhulo‘a lo aadati sebagai kepala adat atau
atau tidak menjalankan ajaran dan perintah
ta‘uwa lo aadati‖ di samping jabatan
yang disampaikan lewat tahuda menurut
resminya entah itu sebagai gubernur atau
kepercayaan para baate akan membawa
bupati/walikota di Gotontalo (Depbudpar.,
bencana hingga kematian. Baate lo Limutu
2005:70); serta didasarkan pada
dalam wawancara yang dilaksanakan di
pengabdiannya kepada bangsa dan negara
Banthayo Limboto menyebut beberapa
dan khususnya kepada daerah Gorontalo.
contoh berupa kematian mendadak dari
Gelar adat ini juga dianugerahkan kepada
putra yang dianugerahi gelar adat yang
putra-putra Gorontalo yang berada di luar
mengabaikan tahuda, dan beberapa contoh
daerah baik yang bekerja di bidang
berupa penderitaan atau azab kehidupan
pemerintahan maupun di sektor swasta dan
yang dialami para pelanggarnya.
dipandang berhasil serta membawa nama
Merujuk pada K13 yang menjadi
baik daerah Gorontalo.
tawaran, sebgaimana yang telah dibahas
Diawali dengan ucapan salam, isi
sebelumnya, kelebihan dari penerapan
naskah yang dikutip di atas baris demi
tersebut adalah mengajak para generasi
baris menunjukkan: (1) para pemangku
muda untuk kembali memahami arti budi
adat melalui musyawarah; (2) memutuskan
pekerti, budi luhur, baik dalam lingkup
untuk memberi anugerah gelar adat; (3)
nasional dan lokalitas. Apalagi dalam
yang didasarkan pada firman Allah dan
program K13 materi kerangka lokalitas
para Rasul; (4) disertai hak dan kekuasaan;
secara tersirat dapat difahami dari proses
(5) menjalankan amalan, (6) dan ajaran
yang ditawarkan.
sebagai pegangan agar tidak sewenang-
Pohutu Momulanga sebagai pentas
wenangnya menjalankan kekuasaan; serta
tahuli dan tahuda dituturkan ditata
harus (7) menjaga martabat, (8) membela
sedemikian rupa, mulai dari menyiapkan
negeri; (9) siap mengorbankan jiwa dan
potombuluwalo yang terdiri atas alikusu
raga, biar berputih tulang asal tidak
atau gapura adat, tolitihu atau tangga adat;
menanggung malu. Prinsip-prinsip dasar
dan bulita atau tempat duduk upacara adat.
tersebut kemudian diperluas lagi dengan
Bahan utama pembuatan gapura adat
tahuli sekaligus dipertegas melalui tahuda.
adalah batang pinang; tangga adat
menggunakan bahan utama bambu kuning
154 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

Peserta upacara pun dapat dibeda- batangamu pada dirimu


bedakan baik dari warna dan model serta Uwito u Itu yang dijaga
nama busana yang disandang. Busana para taalamu
baate, wali-wali mowali dan panggola lo Batangamu lo Dirimu yang
lipu, kadli berbeda satu dengan yang tombulu dihargai
lainnya, begitu pula dengan busana para Tuwoto donggo Pertanda umur
undangan. Semuanya sesuai aturan adat o umulu berlanjut
dalam hal kepantasan yang dihubungkan Tawu data Orang banyak
dengan status sosial/adat. mosyukulu bersyukur

3. NIlai Budaya dalam Tahuli dan Huta duta- Dimana bumi


Tahuda duta’o dipijak
Hulungo Disitu langit
Mengawali pemaparan, mari kita wuntu-wuntu dijunjung
membaca naskah ―pesan‖ atau tahuli yang
disampaikan oleh Ta’uwa lo Linguwa Sumber: Tata Upacara Adat Gorontalo,
(Medi Botutihe) berikut ini: 2003.

Tahuli ode diti Pesan buat Ada beberapa alasan penulis


mooli generasi muda memilih tahuli gubahan Ta’uwa lo
Po’oiyohe pi’ili Jagalah gerak Linguwa Medi Botutihe pada bahasan ini,
waru popoli dan tingkah karena ia dilahirkan, tumbuh dan
laku berkembang di kalangan keluarga pewaris
Taali butu asali Jaga negeri tradisi dan mendengar langsung dari kakek
asalmu dan neneknya yang terbilang sebagai
Motombulu to Pelayanan baik pemangku tradisi Gorontalo. Kemudian
amali diamalkan dalam pekerjaan dan jabatannya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi di kota
Wolipopo Kunang- Gorontalo, ia mempunyai kepedulian serta
todidi lo baya kunang di dahi ketekunan menelusuri adat istiadat baik
(amanah) selaku seorang dengan latar akademisi
Tuwahu lo Merupakan maupun dalam jabatan adatnya sebagai
humaya suatu tanda Ta‘uwa lo Lingguwa. Sebenarnya, dengan
Uwito u Itu yang menggunakan bahan pembanding selain
tombuluwo dihormati tahuli yang ada dalam teks-teks yang sudah
Tuwoto tiyo Pertanda dia dimuat dalam bab-bab sebelumnya, dengan
woluwo (Allah) itu ada menggunakan kumpulan sastra lisan tahuli
karya Daulima serta beberapa versi tahuli
Motidupapa to Sifat dari para informan atau hasil dari
ayuwa merendahkan penelitian lapangan, tidak banyak
diri perbedaannya dengan yang dikemukakan
Odutuwa lo u Disitulah oleh Medi Botutihe. Karena, dia adalah
tombuluwa penghargaan seorang yang begitu giat menggali kembali
Moti’ uda’a to Sifat baik catatan maupun tuturan dari kalangan
pi’ili membanggakan leluhurnya di mana ia tumbuh dan besar4.
diri
Daata u Banyak yang
4
mowali bali menjadi musuh Dua kumpulan Sastra lisan daerah Gorontalo
yang dikompilasi oleh Farha Daulima, juga
Tombulu lo Penghargaan mencantumkan nama Medi Botutihe selaku
advisor. Hal ini menunjukkan bahwa ia
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 155

Tahuli dalam teks yang dipaparkan menjalankan ajaran agama atau penanda
di atas adalah sebuah pesan kepada sikap religius. Tuntutan agar hidup hemat.
generasi muda. Di dalamnya mengandung Kekayaan digunakan untuk menjalankan
sejumlah ―perintah‖ atau perilaku yang perintah agama. Menggunakan kekayaan
diinginkan. Perilaku yang sadar diri dalam untuk menjalankan perintah agama. Hidup
setiap waktu dan situasi terkandung dalam rukun dan damai serta menjaga
bait pertama sebagai pesan untuk generasi persaudaraan. Prinsip hidup rukun dan
penerus di masyarakat Gorontalo. Sikap damai serta tetap menjaga persaudaraan
cinta tanah air, terungkap pada larik kedua diajarkan dalam tahuli berjudul
dalam bait tahuli di atas: ―taali butu asali‖ Molulumbayawa atau saling menjaga dan
(jaga negeri asalmu). Cinta tanah air saling melindungi.
termanifestasi dalam perilaku dan Itulah sejumlah tema tentang
perbuatan zikir serta amal. Cinta tanah air bagaimana caranya bersikap dan
juga harus dinyatakan lewat pengorbanan berperilaku dalam menjalani kehidupan
jiwa dan raga. Alasannya ialah di negeri ini. Masih banyak tema yang terkandung
inilah kita hidup dan menjalani kehidupan. dalam tahuli yang belum dibahas dalam
Sikap rendah hati dan tidak bagian ini. Misalnya, tahuli yang ada
membanggakan atau menyombongkan diri. dalam teks I hingga teks IV yang menjadi
Pesan agar tidak menyombongkan diri dan rujukan dan sudah disinggung dalam bab
akan menerima akibat apabila seseorang sebelumnya. Dalam teks-teks tersebut isi
menyombongkan diri serta pahala dari tahuli lebih ditujukan kepada seorang
orang yang rendah hati. Menjaga nama pemimpin yang diberi gelar adat dalam hal
baik dengan rendah hati dan juga tidak berperilaku dan memimpin serta
angkuh dalam perilaku sehari-hari membangun daerah dan masyarakat.
merupakan salah satu pesan atau tahuli Namun, dalam pemahaman peneliti, akan
yang diingat-ingatkan kepada generasi lebih tepat membahas isi tahuda karena
muda. Selain rendah hati dan tidak sifatnya lebih mengikat atau ―wajib
sombong, sikap dan sifat seseorang juga hukumnya‖ karena merupakan fatwa atau
yang diberi gelar adat harus toleran, karena sabda dan bahkan diikuti sanksi yang tegas
menjadi kepala adat atau orang terpandang terutama berupa ―karma‖ dan ―dosa‖;
selalu mendengarkan pendapat dari orang sementara tahuli lebih bersifat sebuah
yang berbeda persepsi dengannya. Budi nasehat.
pekerti yang baik dipandang sebagai Baik keterangan dari para baate
prinsip yang diamanatkan oleh Allah SWT. yang menjadi informan maupun karya
Seseorang yang berbudi pekerti yang baik Daulima (2007), yang juga didasarkan
tidak hanya memuliakan dirinya, tetapi pada keterangan para baate atau pemangku
juga memuliakan kampung halamannya adat, semua berpendapat bahwa tahuda,
dan negeri dari mana ia berasal. Selain adalah kata-kata arif yang bersifat fatwa
sebagai amanat Allah SWT, sikap ini juga atau ‗sabda‘ yang apabila tidak diikuti dan
merupakan perintah rasul. Rajin dan tulus dipegang oleh yang diberi tahuda, diyakini
hati merupakan dua hal yang saling akan membawa malapetaka berupa
melengkapi. Santun dalam bertutur-kata bencana hingga kematian. Tahuda
dan bersikap pemaaf merupakan dua hal dibedakan atas tiga hal yakni; Tahuda
yang sejalan. Tidak pemarah atau dalam pelaksanaan adat; Tahuda dalam
pemberang dan ringan tangan atau sabar. kepemimpinan; dan Tahuda dalam
Hidup sesuai ajaran agama atau perintah pemerintahan. Tahuda dalam pelaksanaan
menjalankan rukun Islam. Pesan untuk adat biasanya para pemangku adat
menjelaskan apa sesungguhnya
pemahaman mereka dari setiap tindakan
dianggap memiliki otoritas yang kuat dalam hal dan kegiatan yang dilaksanakan oleh para
adat istiadat.
156 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

pemangku adat berdasarkan ―adat yang sudah kita pergunjingkan atau diceritakan
diwariskan oleh leluhur‖. Tahuda ini dan disampaikan kepada orang lain, itu
mempertegas pemahaman bahwa adat- berarti kita telah memfitnah seseorang, dan
istiadat telah tertata, dirumuskan lewat itu haram. Pada bait terakhir, Wanu dila
sumpah sehingga pantang untuk mengubah malo poti‘o, haram u bataliyolo, harafiah
dan merekayasa karena diyakini bahwa ada berarti jika lidah sudah berucap, haram
konsep ―biito‖ yang pengertiannya sama dibatalkan. Maksudnya, jika kita telah
dengan ―karma‖, dan konsep ―puulo‖ atau mengatakan sesuatu apalagi janji,
―dosa‖. lakukanlah dan jangan ingkar apalagi
Tahuda dalam kepemimpinan mencabut kembali kata-kata yang sudah
bermakna baha setiap ucapan pemimpin diucapkan. Para tua-tua dahulu apabila
dalam larik tahuda tidak boleh dalam melakukan transaksi penjualan
menyimpang dari dua hal; adat dan syariat. tanah dll, tanpa memakai surat jual beli
Seorang pemimpin telah diberi amanah melainkan hanya janji dalam ucapan. Hal
oleh Allah dan amanah yang diberikan itu ini membuktikan bahwa dahulu, kebenaran
disimbolkan dengan larik wolipopo to didi dan kepercayaan masih terpelihara dengan
lo baya, tu wawu lo humaya (kunang- baik.
kunang di dahi merupakan suatu tanda). Teks Tahuda yang sudah dimuat
Oleh karenanya dengan amanah itu ia dalam bab IV yang disampaikan oleh
dihormati dan penghormatan kepadanya, Tau‘uwa lo Lingguwa (M. Botutihe), pada
disebut po‘uda‘a, yang bermakna bahwa intinya berpesan kepada yang dianugerahi
penghormatan dan sembah atau tubo yang gelar adat untuk menjaga kesatuan dua
diterima oleh seorang pemimpin negeri (Gorontalo dan Limboto)
seyogyanya bukanlah penghormatan sebagaimana yang diamanatkan oleh
kepadanya, melainkan ia harus leluhur, karena apabila itu dilanggar akan
meneruskan penghormatan serta sembah membawa petaka bagi warga masyarakat
tadi kepada Yang Maha Kuasa, karena di dua negeri ini.
hanya Allah sajalah yang wajib disembah. Pada prinsipnya penganugerahan
Tahuda dalam pemerintahan bermakna gelar adat tidak hanya sekedar peristiwa
pada nasehat untuk menjalankan seremonial semata, melainkan sebuah
kebijakan. Apabila dalam menjalankan pesan bagi para penerima untuk tetap
kebijakan dan peraturan, lalu ada menjalankan setiap tanggung jawab yang
kendalanya, maka tinjau dan kaji kembali, dibebankan kepada mereka. Penghargaan
bukan langsung mencari ‗kambing hitam‘ tersebut tidak semata-mata sebagai sebuah
atau menyalahkan pihak tertentu. Lebih simbol dalam strata sosial, tapi juga
lanjut pada bait kedua, apabila ada sebagai sebuah bukti bahwa masyarakat
ketidaksamaan, carilah kesamaannya atau Gorontalo masih memiliki nilai karakter
satukanlah persepsi, rundingkanlah dan yang kuat. Dengan demikian,
musyawarahkan. Bait berikutnya, openu de penganugerahan semacam ini bukanlah
mo‘odulopo bo diya odulopa liyo (biar saja sesuatu yang dibuat-buat, melainkan hal
kita yang tahu kekurangan atau keburukan yang sudah dipersiapkan untuk seseorang
orang, tetapi jangan sekali-kali orang tahu yang dianggap mampu menerimanya.
keburukan kita. Yang dimaksud di sini
bukanlah kita harus tahu menyembunyikan
keburukan kita, melainkan janganlah 4. Tahuli dan Tahuda: Sastra Lisan
berbuat buruk sehingga akan dipermalukan Unsur Pembentukan Karakter
oleh orang lain. Selanjutnya, dengan Kementerian Pendidikan dan
tahuda, halale otawa haramu tombiluwolo, Kebudayaan dalam naskah Pengembangan
maksudnya adalah kebiasaan buruk Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
seseorang halal diketahui, namun kalau (2011) merumuskan kurang lebih 18
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 157

(delapan belas) butir komponen yang alamiah yang dialami setiap manusia.
menandai pembentukan karakter bangsa, Namun tergantung manusia itu sendiri,
yaitu sikap-sikap: Religius; Jujur; secara pribadi, untuk menggalinya sebagai
Toleransi; Disiplin; Kerja keras; Kreatif; sebuah tabiat dan identitasnya.
Mandiri; Demokratis; Rasa Ingin Tahu; Semboyan ―adat bersendikan syara‘,
Semangat kebangsaan; Cinta tanah air; syara‘ bersendikan kitabullah‖ adalah salah
Menghargai prestasi; satu pokok ajaran yang terangkum dalam
Bersahabat/komunikatif; Cinta damai; setiap sastra lisan Tahuli dan Tahuda.
Gemar membaca; Peduli sosial; Peduli Semboyan tersebut secara tidak langsung
lingkungan; dan Bertanggung-Jawab. mengarah pada pembentukan kepribadian
Dalam perkembangannya Tahuli dan masyarakat Gorontalo, walaupun pada
Tahuda telah mengalami transformasi yang esensi pesannya adalah menyeimbangkan
cukup signifikan. Signifikansi tersebut antara urusan duniawi dan ukhrawi.
dapat terlihat dalam setiap acara-acara Dalam tradisi lisan Tahuli dan
yang terjadi di Gorontalo. Misalnya saja Tahuda konsep K13 sebenarnya sangat
ketika tradisi lisan Tahuli dan Tahuda mendukung untuk generasi muda, terutama
dijadikan sebagai salah satu wadah generasi muda Gorontalo. Sikap budi
perlombaang untuk generasi muda. pekerti dan keluhuran bangsa dapat
Kegiatan ini scara tidak langsung akan dijadikan sebagai acuan ketika memaknai
berdampak pada generasi muda di inti dan pesan dari Tahuli dan Tahuda.
Gorontalo untuk memahami pesan tradisi Sikap Religius dan jujur dalam
lisan tersebut. tahuli maupun tahuda misalnya, banyak
Hampir setiap tahunnya diadakan yang berisikan nilai pembentuk karakter.
perlombaan membaca tradisi lisan Tahuli Hal ini dapat dipahami karena dalam
dan Tahuda. Tahuli misalnya, sebagaimana sejarah perkembangan pemerintahan atau
Daulima (2005) menuliskan, terdapat 42 kerajaan-kerajaan di Gorontalo, terjadi
ragam yang seringkali dipentaskan dalam proses simbiose antara adat dan agama
perlombaan. Banyaknya ragam Tahuli Islam. Sejak raja Amai yang
yang dibawakan sebenarnya tidak menjadi mencanangkan prinsip ―adat bersendikan
masalah bagi para pembawa, pendengar syara, syara bersendikan adat‖,
dan para penilai. Inti dari pementasan dilakukanlah penataan aturan-aturan dalam
Tahuli di saat perlombaan adalah hidup bermasyarakat dengan menjadikan
menyampaikan pesan-pesan baik bagi Al-Quran serta ajaran agama sebagai acuan
mereka. Tidak hanya sebagai pesan dasar. Hidup jujur merupakan bagian dari
keagamaan, namun juga pesan-pesan amal dan ibadah. Itulah sebabnya dalam
dalam kehidupan. setiap tahuli maupun tahuda, imbalan dari
Sebenarnya Tahuli dan Tahuda kehidupan yang jujur akan mendapatkan
hanyalah sebuah media informal pahala dari Sang Pencipta. Berikut ini
pembentuk karakter bangsa, khususnya di salah satu contoh bait tahuli yang
masyarakat Gorontalo. Dalam setiap mengajarkan perihal hidup jujur.
baitnya terdapat pesan yang tergambarkan Keduanya memiliki keterikatan yang
baik secara eksplisit dan implisit. Hal ini bermuara pada satu tujuan yakni Tuhan
membuktikan bahwa karakter bangsa Sang Maha Pencipta yang menilai setiap
bukan hanya sebagai teori dalam perilaku makhluknya, baik berupa
―pembelajaran‖ di sekolah, melainkan juga kehidupan religinya dan kejujurannya yang
sebuah pesan ―terapan‖ yang dimiliki oleh langsung dinilai oleh-Nya. Semangat
setiap orang. kebangsaan dan Cinta tanah air dalam arti
Nilai-nilai demikian sudah ada sempit yaitu sebatas ruang lingkup
dalam diri setiap orang. Sikap jujur, Gorontalo sebagai satu kesatuan adat,
tanggung jawab, relijius, adalah hal ditemukan hampir pada semua teks yang
158 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

mengingatkan hubungan antara Limboto berinteraksi, manusia pula membutuhkan


dan Gorontalo maupun dalam lingkup limo nilai kebersamaan yang dibalut dalam
lo Pohalaa. sebuah kastuan tanpa memandang identitas
Toleransi Bersikap toleran tampak dan latar belakang setiap individu.
dalam tahuli, banyak ditemukan dalam Disiplin dan Kerja keras terlihat
teks-teks tahuli. Sikap ini merupakan dalam setiap larik dan bait tahuli dan
penerapan dari perintah Sang Pencipta tahuda, sebagaimana ketika seorang
terhadap sesama umatnya. Prinsip pemimpin diberikan tanggung jawab untuk
demokratis baik itu dalam bentuk menjalankan segala kewajiban secara
keterwakilan dalam tatanan kehidupan vertikal dan horizontal. Menjalankan setiap
bermasyarakat maupun dalam menjalankan kewajiban sebagai manusia menunujukkan
keputusan telah dianjurkan meskipun tidak nilai kedisiplinan yang bermuara pada
dapat disamakan dengan prinsip demokrasi prestasi individu baik secara vertikal dan
modern. Tatanan masyarakat yang horizontal yang tercermin dalam
menunjukkan keterwakilan nampak dalam keseharian setiap individu dan tentunya
struktur keterwakilan pihak adat, pihak keadaan ini pula membentuk karakter
agama, dan pihak pemerintah dalam setiap pribadi individu untuk peka terhadap
struktur adat yang ada. Bagi pemimpin, lingkungan sekitarnya. cinta damai, peduli
anjuran untuk mengutamakan musyawarah sosial, dan bertanggung jawab merupakan
dalam setiap pengambilan keputusan, representasi dari nilai-nilai yang
nampak dalam tahuli. Toleransi dan terkandung dalam tahuli dan tahuda yang
demokratis bagian yang tidak terpisahkan, termaktub dalam satu kesatuan sastra lisan
selain menunjukkan bahwa setiap manusia di masyarakat Gorontalo.
membutuhkan manusia lain untuk selalu

Bagan 1. sejumlah unsur


pembentuk karakter yang dapat
ditelusuri baik dalam tahuli
maupun dalam tahuda
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 159

Gemar membaca dalam arti linula bergabung dan menyatu menjadi


harafiah belum ditemukan dalam tahuli kerajaan. Kerajaan-kerajaan ini kelak
gubahan lama. Namun, perintah sangat dipengaruhi oleh ajaran dan
menjalankan syariat agama dan secara peradaban Islam, dan darimana kelak para
khusus mempelajari isi Al-Quran sudah leluhur merumuskan dan mewariskan
ada semenjak Islam disiarkan dan perintah tradisi yang dikenal dengan prinsip ―Adat
itu ada. Rasa ingin tahu tercermin pada tiga Bersendikan Syara‘, Syara‘ Bersendikan
bait tahuli berikut. Bahwa awal dari ilmu Adat, dan pada akhirnya syara‘
adalah dengan menyebut nama Allah swt. bersendikan Kitabullah‖. Prinsip ini
Ilmu yang diawali dengan ucapan dikemudian hari mengalami penegasan
bismillah akan menjadi pedoman hidup, kembali dan menjadi motto masyarakat
membawa nama baik masyarakat dan dan para pemangku adat di Propinsi
negeri hingga tujuh turunan. Agar ilmu Gorontalo, yaitu ―Adat Bersendikan
menjadi bermakna, jagalah sikap takabur. Syara‘, Syara‘ Bersendikan
Jagalah keakraban agar tidak dijauhi Quru’ani/Kitabullah‖.
sesama. Karena dengan mempunyai ilmu Jika pada masa lampau yang
atau seseorang yang berilmu, maka ia menjadi pemangku adat dari tradisi
menjadi calon pemimpin. Juga dianjurkan leluhur adalah para bangsawan dan
agar usaha menempuh ilmu haruslah penyelenggara pemerintahan di kerajaan-
berpegang pada prinsip bahwa ilmu kerajaan yang ada (limo lo pohalaa), maka
pengetahuan merupakan modal dalam dewasa ini, selain para tokoh adat dan
kehidupan. Hindari kemalasan dan budayawan, sejumlah pejabat putra daerah
kehilangan semangat belajar. maupun pensiunan-pensiunan pejabat,
Tidak terdapatnya ketertautan yang telah dianugerahi gelar adat terpilih
antara kedua kelompok unsur pembentuk menjadi anggota dalam pranata sosial-adat
karakter yang ada dalam bagan di atas ini. Pranata adat inilah yang dipandang
bukan berarti bahwa butir-butir tersebut memiliki legitimasi dalam menyelesaikan
tidak ditemukan, melainkan lebih banyak berbagai persoalan yang berhubungan
ada pada ranah tahuli sebagai pesan dengan adat dan tradisi, menyelenggarakan
pembentuk karakter dan bukan pada ranah bermacam upacara dan perhelatan yang
tahuda, meskipun ada juga penjabarannya diselenggarakan sesuai adat istiadat
dalam tahuda. leluhur.
Sastra lisan ragam formal-ritual,
D. PENUTUP tahuli dan tahuda atau adalah dua ragam
Daerah Gorontalo sama halnya yang khusus dituturkan pada upacara
dengan daerah lain di Nusantara, dikenal penganugerahan gelar adat atau pulanga.
memiliki kekayaan tradisi lisan dan sastra Penganugerahan gelar adat ini bukanlah
lisan dalam bermacam ragam. Kekayaan sebuah hadiah semata, melainkan
budaya-bangsa tersebut, ada yang sudah pemberian hak serta kewajiban bagi putra
dikaji meskipun masih sebatas kajian daerah Gorontalo baik yang berkarir di
kebahasaan dan kesastraan, dan ada pula daerah maupun di luar daerah yang
yang belum dikaji, antaranya tradisi lisan memenuhi kriteria-kriteria yang sudah
atau sastra lisan yang disebut tahuli dan ditetapkan atau tepatnya sesuai kriteria
tahuda. yang diwarisi dari leluhur kemudian
Sastra lisan tahuli dan tahuda ditetapkan melalui kesepakatan para
merupakan dua ragam tradisi lisan yang peserta seminar adat. Penganugerahan
didukung oleh komunitas adat Gorontalo gelar adat ini selain penghargaan atas
yang telah tumbuh dan berkembang dari keberhasilan yang sudah dicapai, juga
satuan-satuan komunitas yang disebut pemberian ―beban kewajiban‖ bagi yang
linula. Dalam perkembangannya, sejumlah diberi gelar, di mana yang bersangkutan
160 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

menjadi salah satu di antara para mengucapkan terima kasih banyak atas
pemangku adat yang menjadi pelopor bantuannya.
dalam menjaga, merawat, menjalankan,
serta mewariskan tradisi leluhur. DAFTAR SUMBER
Penutur tahuli dan tahuda tidaklah 1. Makalah, Laporan Penelitian,
sembarang ―orang tua‖ anggota pemangku Skripsi, Tesis, dan Jurnal
adat, melainkan dilihat hubungannya Bobihu, Ismail. 1986.
dalam konteks limo lo pohala’a serta Beberapa Aspek Adat Gorontalo. Laporan
posisi si penerima anugerah adat tersebut. Penelitian. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Siapa yang berhak memberi pesan atau Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi
tahuli dan isinya tentang apa, dan siapa di Gorontalo.
pula yang berhak menyampaikan fatwa Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan
atau sabda para leluhur yang disebut Kebudayaan R.I. Bidang Pendidikan. 2014.
tahuda. Jika dalam satu upacara Konsep dan Implementasi Kurikulum
penganugerahan gelar adat dapat didengar 2013. Jakarta, 14 Januari 2014.
lima hingga tujuh tokoh adat yang
Sedyawati, Edi. 2008.
menuturkan tahuli, maka dalam upacara ―Kedudukan Tradisi Lisan dalam Ilmu-
yang sama hanya seorang yang dianggap Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Budaya dalam
tertua tidak dalam arti usia melainkan Warta ATL‖. Jurnal Pengetahuan dan
status dalam jabatan pemangku adat dan Komunikasi Peneliti dan Pemerhati
persekutuan limo lo pohalaa yang Tradisi Lisan. Edisi II Maret.
menuturkan tahuda ―sabda para leluhur‖ Jakarta:`ATL.
yang diingat-ingatkan karena di dalamnya Djakaria, Salmin, 2007.
juga dinyatakan ―sumpah‖ yang menjadi Dikili Tradisi dalam Upacara Maulidan
sanksi bila ada yang dilanggar atau tidak di Gorontalo. Manado: Balai Pelestarian
dipatuhi. Sejarah dan Nilai Tradisional.
Melihat isi setiap larik dalam bait
I Nengah Duija, 2005.
dan hubungan dari bait per bait, sangat ―Tradisi Lisan, Naskah dan Sejarah:
jelas sumber rujukan yang dominan adalah Sebuah Catatan Politik Kebudayaan‖
ajaran agama Islam. Hal ini tidaklah dalam Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan
mengherankan apabila kita melihat Budaya Vol. 7 No 2, Oktober 2005.
kembali perkembangan adat dan tradisi
Katuuk, Estefien, dkk. 2012.
setempat sebagai sarana pembentukan Tanggomo, Lohidu, Palebohu sebagai
karakter Bangsa, dalam lingkup lokalitas. Media Penyampaian Pesan (Naskah
Laporan).
UCAPAN TERIMA KASIH Kangiden, Nurhaya. 2012.
Ucapan terima kasih ini penulis ―Mendongengkan Cerita Rakyat sebagai
sampaikan kepada Instansi Balai Strategi Pendidikan Karakter Bangsa
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi dalam Masyarakat Multikultural Bagi
Utara yang telah memberikan bantuan Siswa Pendidikan Dasar‖. Artikel.
untuk melakukan penelitian ini dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
tema Pembentukan Karakter Bangsa yang 2011. Pendidikan Karakter.
kemudian penulis memilih judul: Unsur-
Sulaiman, Haji Syed Abdullah bin Syed, 2000.
unsur Karakter Bangsa Dalam Tradisi Tradisi Lisan: Satu Penilaian Semula.
Lisan Gorontalo Tahuli dan Tahuda. Makalah.
Kepada kawan-kawan yang telah
memberikan masukan, baik moril dan 2. Buku
materil, yang penulis tidak sempat Anonim, 2008.
sebutkan satu per satu, penulis Tata Upacara Adat Gorontalo. Hasil Seminar
Adat Gorontalo 2007. Tim Perumus
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 161

Kerjasama Pemda Kab. Gorontalo, Forum Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:


Pengkajian Islam Al-Kautsar Gorontalo, Kanisius.
Tokoh Adat Du Luwo Linio Lo Pohalaa
Tuloli, Nani, 1991.
Gorontalo dan Tim Akademisi Gorontalo.
Tanggomo, Salah Satu Ragam Sastra Lis
Danandjaja, James, 1984.
Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan
lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
_______________, 1997.
Folklor Jepang Dilihat dari Kacamata
Indonesia. Jakarta: Grafiti Press.
Daulima, Farha. 2007.
Mengenal Sastra Lisan Gorontalo. Galeri
Budaya Daerah, LSM Mbu‘i Bungale.
Gorontalo.
_____________, 2005.
Sastra Lisan ―Tahuli‖. Galeri Budaya
Daerah, LSM Mbu‘i Bungale. Gorontalo.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1977/1978.
Pusat Penelitian Sejarah Budaya, Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
Daerah. 1977/1978. Sejarah Daerah
Sulawesi Utara.
Endraswara, Suwardi, 2003.
Metodologi Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Hasanuddin & Basri Amin, 2012.
Gorontalo dalam Dinamika Sejarah Masa
Kolonial. Yogyakarta: Ombak.
Koentjaraningrat. 2009.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Latif, Yudi. 2009.
Menyemai Karakter Bangsa. Budaya
Kebangkitan Berbasis Kesastraan.
Jakatra: PT Kompas Media Nusantara.
Pateda, Mansoer. 2001.
Kamus Bahasa Gorontalo Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Ritzer, George & Barry Smart, 2011.
Handbook Teori Sosial. Bandung: Nusa
Media.
Soekarno. 1965.
Di bawah Bendera Revolusi. Jakarta:
Panitia Penerbit Di Bawah Bendera
Revolusi.
Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto (Eds.)
2005.
162 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162

Anda mungkin juga menyukai