Naskah Diterima: 21 Mei 2017 Naskah Direvisi: 4 Juni 2017 Naskah Disetujui: 13 September 2017
Abstrak
Sastra dan tradisi lisan selalu memiliki pengaruh tersendiri dalam pola pikir setiap
individu, tidak terkecuali sastra dan tradisi lisan Tahuli dan Tahuda di Gorontalo, warisan sastra
sebagai pembentuk karakter bangsa, meskipun dalam lingkup lokalitas kedaerahan. Tujuan dari
kajian ini untuk menunjukkan bahwa sastra dan tradisi lisan dapat menjadi salah satu alternatif
wadah untuk pembentukan karakter bangsa. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif-analisis.
Hasil dari kajian ini menujukkan bahwa sastra dan tradisi lisan menjadi salah satu pendukung
pembentukan karakter bangsa di masyarakat Gorontalo yang sesuai dengan pedoman “Adat
bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah”.
Abstract
Literature and oral tradition has always had its own influence in the mindset of each
individual, is no exception literature and oral tradition Tahuli and Tahuda in Gorontalo, the
literary heritage as forming the character of the nation, although within the scope of regional
locality. The purpose of this study to show that literature and oral tradition can be an alternative
container to the formation of national character. This paper uses a descriptive-analytic methods.
The results of this study showed that literature and oral tradition became one of supporting the
establishment of a national character in society in accordance with guidelines Gorontalo society
“Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah”.
Keywords: Literature, Oral Tradition, National Character
bentuk prosa yaitu: wungguli dan pilu lisan yang tidak hanya diterima begitu saja.
(Djakaria, 2007:13). Sastra lisan membutuhkan analisa dan
Dari sejumlah sastra lisan kecermatan dalam menerima setiap
Gorontalo di atas, ada yang sudah dikaji informasi sejarah, budaya, dan kebudayaan
baik dari aspek kebahasaan atau linguistik dari tradisi lisan yang berkembang, karena
maupun dari aspek sastranya, akan tetapi bisa jadi tradisi tersebut berisi sama tapi
masih kurang yang melakukan kajian atas hanya berbeda teksnya, seperti dalam teks
sastra lisan atau secara umum tradisi lisan tahuli dan tahuda. Tahuli dan tahuda
Gorontalo sebagai sumber dari sistem nilai sebagai sastra lisan daerah atau folklore
yang membentuk karakter warga yang tidak dapat dipahami selengkapnya
masyarakat Gorontalo. Hal itulah yang apabila tidak mengkaji lingkungan sosial
mendorong penulis untuk mengadakan dan budaya masyarakat pendukungnya
pencatatan dan pengkajian tahuli dan yakni masyarakat Gorontalo. Tradisi Lisan
tahuda dari aspek sosial budaya terutama merupakan wacana lisan yang berisi
sebagai sumber nilai dalam pembentukan ungkapan ritual dan seremonial yang
karakter bangsa. diungkapkan secara turun temurun dengan
pola khusus dalam suatu masyarakat
tertentu berdasarkan genealogis sejarahnya
B. METODE PENELITIAN
dan berisi peristiwa dari berbagai versi
Seperti telah disebutkan di atas,
(Sedyawati, 2006; Duija, 2005:113;
bahwa kajian ini tidak akan membahas
Danandjaja, 1984: 3-5).
tahuli dan tahuda sebagai ragam sastra
Nani Tuloli (1990) mengutip
lisan dalam tradisi lisan Gorontalo,
pendapat Teeuw tentang relevansi karya
melainkan akan membahas tradisi lisan
sastra dengan sosio-budaya akan berwujud
Tahuli dan Tahuda sebagai ―dokumen‖
dalam fungsinya sebagai (1) afirmasi, yaitu
afirmatif, yang menguatkan norma-norma
menetapkan norma-norma sosio-budaya
sosio-budaya yang ada pada masa tertentu;
yang ada pada masa tertentu; (2) restorasi,
serta restoratif, yang mengungkapkan
yaitu mengungkapkan keinginan,
keinginan, kerinduan kepada norma-norma
kerinduan kepada norma-norma yang
yang sudah lama hilang. Berdasarkan
sudah lama hilang; (3) negasi, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan
memberontak atau mengubah norma yang
ditemukan sejumlah dokumen berupa
berlaku. Bertolak dari pendapat tersebut,
―Buku Panduan Upacara Kebesaran Adat
maka tradisi lisan tahuli dan tahuda tidak
Penganugerahan Gelar Adat‖ kepada
akan dibahas sebagai karya sastra lisan,
sejumlah pejabat di daerah, yang mana
melainkan melihat ketiga fungsi tersebut
dalam dokumen tersebut tercatat sejumlah
sebagai sumber pemertahanan perilaku
tahuli dan tahuda yang dituturkan sewaktu
serta karakter; maupun sebagai gagasan
acara tersebut berlangsung. Selain itu, juga
dalam pembentukan karakter yang
ditemukan dokumen ―Hasil Seminar Adat
dirindukan dan diinginkan.
Gorontalo 2007‖ Kerjasama Pemerintah
Kementerian Pendidikan dan
Daerah Kabupaten Gorontalo, Forum
Kebudayaan, Kemdikbud, telah
Pengkajian Islam Kautsar Gorontalo,
menetapkan 18 unsur pembentukan
Tokoh Adat Duluwo Limo Lo Pohalaa
karakter bangsa dalam Kebijakan Nasional
Gorontalo dan Tim Akademisi Gorontalo.
Pembangunan Karakter Bangsa (2010).
Informasi tentang tahuli dan tahuda dalam
Karakter Bangsa dan Pembetukan Karakter
dokumen-dokumen tersebut dijadikan
Bangsa dititikberatkan daam proses
sebagai ―teks‖ dalam upaya memahami
pencarian jati diri setiap bangsa melalui
kedua bentuk sastra lisan tersebut.
olah rasa, olah pikir serta olah karsa untuk
Meskipun demikian, Spradley
dapat bertahan dalam proses modernisasi
(2005) menekankan penguasaan bahasa
dan globalisasi. Oleh karena itu,
dalam memahami dan memaknai tradisi
150 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162
ke- 13 (2014) misalnya, tahuli dilombakan baitnya memberikan pesan yang sama
dan pesertanya adalah kepala-kepala setiap yakni menjaga kehormatan dan nama baik
Satuan Kerja Pemerintah Daerah Propinsi; Gorontalo. Selain itu pula, terdapat pesan
namun di beberapa wilayah pohalaa, untuk menjaga dan memlihara adat
terutama Suwawa dan Bolango, penuturan isitiadat sebagai identitas di era yang sudah
tahuli dan tahuda sebatas pada pelaksanaan semakin modern ini. Setelah ketujuh
upacara adat antara lain pada pemangku adat menyampaikan pesan
penganugerahan gelar adat. masing-masing sesuai status adatnya,
Tentang pengertian kata tahuli giliran terakhir adalah pesan dari Kadli,
Mansoer Pateda dalam Kamus Bahasa sebelum berlanjut ke penuturan tahuda
Gorontalo – Indonesia (2001:226) atau fatwa yang biasanya hanya
mengartikannya sebagai pesan. Ia memberi disampaikan oleh seorang penutur.
contoh: diila lipata tahuli li mama (jangan Seperti sudah dikemukakan di atas,
lupa pesan ibu); dan kata tahuda, sebagai Mansoer Pateda dalam Kamus Bahasa
―sabda‖, ia memberi contoh berikut: uyito Gorontalo – Indonesia (2001:226)
tahuda li nabi (itu sabda nabi. Beberapa mengartikannya kata tahuda, sebagai
informan yang terdiri atas para tokoh adat ―sabda‖, dan informan dalam hal ini para
(baate) memberi pengertian yang serupa pemangku adat menggunakan kata fatwa.
untuk kata tahuli yakni sebagai pesan, dan Berbeda dengan Tahuli, Tahuda lebih
kata tahuda selain sabda yaitu fatwa, spesifik yang bersumber pada ajaran Islam.
perintah, petuah. Alasannya ialah Sumber fatwa Tahuda diperoleh dari Kitab
meskipun itu keluar dari mulut seorang Suci al-Qur‘an yang kemudian ditafsirkan
petinggi adat, namun harus dibedakan ke dalam bahasa Gorontalo.
antara kata manusia biasa dengan sabda Ada tiga jenis tahuda yaitu tahuda
seorang nabi. Sehingga, kata fatwa sebagai dalam lingkup adat, tahuda dalam
bentuk alihbahasa dari tahuda dipandang kepemimpinan, dan tahuda dalam hal
lebih netral dengan mengacu pada arti kata pemerintahan. Tahuda dalam lingkup adat
fatwa dalam Kamus Besar Bahasa atau tahuda to mimbihu adati. Versi yang
Indonesia (1988:240), sebagai ...nasihat lebih lengkap ditulis dan ditempatkan
orang alim; pelajaran baik; petuah. dalam bingkai yang tergantung di dinding
Informan lainnya mengusulkan agar tahuda ruang muka atau ruang tamu banthayo atau
dialihbahasakan sebagai ―kata-kata arif rumah adat Limboto, berikut ini isinya:
yang diciptakan oleh para leluhur‖. Aadati, Adat-istiadat
Di dalam bait-bait tahuli atau pesan Didu boli-didu Belum berubah
banyak bersifat anjuran dalam menjalani boli
hidup dan pemberitahuan tentang Didu toma- Jangan lagi kalian
akibatnya jika tidak menjalankan pesan tomali’a limongoli pola(kan)
yang sudah disampaikan, maka bait-bait Didu boli-boliya Jangan lagi
teks tahuli bersifat peringatan-tegas atas direkayasa
jabatan yang diemban dan konsekuensinya Aadati lo Adat negeri ini
jika tidak menjalankannya maupun hunggiya
berperilaku menyimpang dari tuntutan. To tilayo to huliya Di hulu dan di
Ada perbedaan sanksi dalam teks tahuli hilir
dan teks tahuda. Sanksi sosial akan berlaku Dipo ta lo Belum berubah
jika mengabaikan pesan di dalam tekh boboliya
tahuli, karena tahuli lebih ditekankan pada Hipakuwa lo Diabadikan dan
adat isitiadat di masyarakat Gorontalo lahuda disumpah
secara umum. Aadati lo lahuwa Adat milik negeri
Tahuli disampaikan oleh tujuh ini
pemangku adat Gorontalo. Setiap larik dan To tilayo to Dari bawah ke
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 153
Tahuli dalam teks yang dipaparkan menjalankan ajaran agama atau penanda
di atas adalah sebuah pesan kepada sikap religius. Tuntutan agar hidup hemat.
generasi muda. Di dalamnya mengandung Kekayaan digunakan untuk menjalankan
sejumlah ―perintah‖ atau perilaku yang perintah agama. Menggunakan kekayaan
diinginkan. Perilaku yang sadar diri dalam untuk menjalankan perintah agama. Hidup
setiap waktu dan situasi terkandung dalam rukun dan damai serta menjaga
bait pertama sebagai pesan untuk generasi persaudaraan. Prinsip hidup rukun dan
penerus di masyarakat Gorontalo. Sikap damai serta tetap menjaga persaudaraan
cinta tanah air, terungkap pada larik kedua diajarkan dalam tahuli berjudul
dalam bait tahuli di atas: ―taali butu asali‖ Molulumbayawa atau saling menjaga dan
(jaga negeri asalmu). Cinta tanah air saling melindungi.
termanifestasi dalam perilaku dan Itulah sejumlah tema tentang
perbuatan zikir serta amal. Cinta tanah air bagaimana caranya bersikap dan
juga harus dinyatakan lewat pengorbanan berperilaku dalam menjalani kehidupan
jiwa dan raga. Alasannya ialah di negeri ini. Masih banyak tema yang terkandung
inilah kita hidup dan menjalani kehidupan. dalam tahuli yang belum dibahas dalam
Sikap rendah hati dan tidak bagian ini. Misalnya, tahuli yang ada
membanggakan atau menyombongkan diri. dalam teks I hingga teks IV yang menjadi
Pesan agar tidak menyombongkan diri dan rujukan dan sudah disinggung dalam bab
akan menerima akibat apabila seseorang sebelumnya. Dalam teks-teks tersebut isi
menyombongkan diri serta pahala dari tahuli lebih ditujukan kepada seorang
orang yang rendah hati. Menjaga nama pemimpin yang diberi gelar adat dalam hal
baik dengan rendah hati dan juga tidak berperilaku dan memimpin serta
angkuh dalam perilaku sehari-hari membangun daerah dan masyarakat.
merupakan salah satu pesan atau tahuli Namun, dalam pemahaman peneliti, akan
yang diingat-ingatkan kepada generasi lebih tepat membahas isi tahuda karena
muda. Selain rendah hati dan tidak sifatnya lebih mengikat atau ―wajib
sombong, sikap dan sifat seseorang juga hukumnya‖ karena merupakan fatwa atau
yang diberi gelar adat harus toleran, karena sabda dan bahkan diikuti sanksi yang tegas
menjadi kepala adat atau orang terpandang terutama berupa ―karma‖ dan ―dosa‖;
selalu mendengarkan pendapat dari orang sementara tahuli lebih bersifat sebuah
yang berbeda persepsi dengannya. Budi nasehat.
pekerti yang baik dipandang sebagai Baik keterangan dari para baate
prinsip yang diamanatkan oleh Allah SWT. yang menjadi informan maupun karya
Seseorang yang berbudi pekerti yang baik Daulima (2007), yang juga didasarkan
tidak hanya memuliakan dirinya, tetapi pada keterangan para baate atau pemangku
juga memuliakan kampung halamannya adat, semua berpendapat bahwa tahuda,
dan negeri dari mana ia berasal. Selain adalah kata-kata arif yang bersifat fatwa
sebagai amanat Allah SWT, sikap ini juga atau ‗sabda‘ yang apabila tidak diikuti dan
merupakan perintah rasul. Rajin dan tulus dipegang oleh yang diberi tahuda, diyakini
hati merupakan dua hal yang saling akan membawa malapetaka berupa
melengkapi. Santun dalam bertutur-kata bencana hingga kematian. Tahuda
dan bersikap pemaaf merupakan dua hal dibedakan atas tiga hal yakni; Tahuda
yang sejalan. Tidak pemarah atau dalam pelaksanaan adat; Tahuda dalam
pemberang dan ringan tangan atau sabar. kepemimpinan; dan Tahuda dalam
Hidup sesuai ajaran agama atau perintah pemerintahan. Tahuda dalam pelaksanaan
menjalankan rukun Islam. Pesan untuk adat biasanya para pemangku adat
menjelaskan apa sesungguhnya
pemahaman mereka dari setiap tindakan
dianggap memiliki otoritas yang kuat dalam hal dan kegiatan yang dilaksanakan oleh para
adat istiadat.
156 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162
pemangku adat berdasarkan ―adat yang sudah kita pergunjingkan atau diceritakan
diwariskan oleh leluhur‖. Tahuda ini dan disampaikan kepada orang lain, itu
mempertegas pemahaman bahwa adat- berarti kita telah memfitnah seseorang, dan
istiadat telah tertata, dirumuskan lewat itu haram. Pada bait terakhir, Wanu dila
sumpah sehingga pantang untuk mengubah malo poti‘o, haram u bataliyolo, harafiah
dan merekayasa karena diyakini bahwa ada berarti jika lidah sudah berucap, haram
konsep ―biito‖ yang pengertiannya sama dibatalkan. Maksudnya, jika kita telah
dengan ―karma‖, dan konsep ―puulo‖ atau mengatakan sesuatu apalagi janji,
―dosa‖. lakukanlah dan jangan ingkar apalagi
Tahuda dalam kepemimpinan mencabut kembali kata-kata yang sudah
bermakna baha setiap ucapan pemimpin diucapkan. Para tua-tua dahulu apabila
dalam larik tahuda tidak boleh dalam melakukan transaksi penjualan
menyimpang dari dua hal; adat dan syariat. tanah dll, tanpa memakai surat jual beli
Seorang pemimpin telah diberi amanah melainkan hanya janji dalam ucapan. Hal
oleh Allah dan amanah yang diberikan itu ini membuktikan bahwa dahulu, kebenaran
disimbolkan dengan larik wolipopo to didi dan kepercayaan masih terpelihara dengan
lo baya, tu wawu lo humaya (kunang- baik.
kunang di dahi merupakan suatu tanda). Teks Tahuda yang sudah dimuat
Oleh karenanya dengan amanah itu ia dalam bab IV yang disampaikan oleh
dihormati dan penghormatan kepadanya, Tau‘uwa lo Lingguwa (M. Botutihe), pada
disebut po‘uda‘a, yang bermakna bahwa intinya berpesan kepada yang dianugerahi
penghormatan dan sembah atau tubo yang gelar adat untuk menjaga kesatuan dua
diterima oleh seorang pemimpin negeri (Gorontalo dan Limboto)
seyogyanya bukanlah penghormatan sebagaimana yang diamanatkan oleh
kepadanya, melainkan ia harus leluhur, karena apabila itu dilanggar akan
meneruskan penghormatan serta sembah membawa petaka bagi warga masyarakat
tadi kepada Yang Maha Kuasa, karena di dua negeri ini.
hanya Allah sajalah yang wajib disembah. Pada prinsipnya penganugerahan
Tahuda dalam pemerintahan bermakna gelar adat tidak hanya sekedar peristiwa
pada nasehat untuk menjalankan seremonial semata, melainkan sebuah
kebijakan. Apabila dalam menjalankan pesan bagi para penerima untuk tetap
kebijakan dan peraturan, lalu ada menjalankan setiap tanggung jawab yang
kendalanya, maka tinjau dan kaji kembali, dibebankan kepada mereka. Penghargaan
bukan langsung mencari ‗kambing hitam‘ tersebut tidak semata-mata sebagai sebuah
atau menyalahkan pihak tertentu. Lebih simbol dalam strata sosial, tapi juga
lanjut pada bait kedua, apabila ada sebagai sebuah bukti bahwa masyarakat
ketidaksamaan, carilah kesamaannya atau Gorontalo masih memiliki nilai karakter
satukanlah persepsi, rundingkanlah dan yang kuat. Dengan demikian,
musyawarahkan. Bait berikutnya, openu de penganugerahan semacam ini bukanlah
mo‘odulopo bo diya odulopa liyo (biar saja sesuatu yang dibuat-buat, melainkan hal
kita yang tahu kekurangan atau keburukan yang sudah dipersiapkan untuk seseorang
orang, tetapi jangan sekali-kali orang tahu yang dianggap mampu menerimanya.
keburukan kita. Yang dimaksud di sini
bukanlah kita harus tahu menyembunyikan
keburukan kita, melainkan janganlah 4. Tahuli dan Tahuda: Sastra Lisan
berbuat buruk sehingga akan dipermalukan Unsur Pembentukan Karakter
oleh orang lain. Selanjutnya, dengan Kementerian Pendidikan dan
tahuda, halale otawa haramu tombiluwolo, Kebudayaan dalam naskah Pengembangan
maksudnya adalah kebiasaan buruk Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
seseorang halal diketahui, namun kalau (2011) merumuskan kurang lebih 18
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 157
(delapan belas) butir komponen yang alamiah yang dialami setiap manusia.
menandai pembentukan karakter bangsa, Namun tergantung manusia itu sendiri,
yaitu sikap-sikap: Religius; Jujur; secara pribadi, untuk menggalinya sebagai
Toleransi; Disiplin; Kerja keras; Kreatif; sebuah tabiat dan identitasnya.
Mandiri; Demokratis; Rasa Ingin Tahu; Semboyan ―adat bersendikan syara‘,
Semangat kebangsaan; Cinta tanah air; syara‘ bersendikan kitabullah‖ adalah salah
Menghargai prestasi; satu pokok ajaran yang terangkum dalam
Bersahabat/komunikatif; Cinta damai; setiap sastra lisan Tahuli dan Tahuda.
Gemar membaca; Peduli sosial; Peduli Semboyan tersebut secara tidak langsung
lingkungan; dan Bertanggung-Jawab. mengarah pada pembentukan kepribadian
Dalam perkembangannya Tahuli dan masyarakat Gorontalo, walaupun pada
Tahuda telah mengalami transformasi yang esensi pesannya adalah menyeimbangkan
cukup signifikan. Signifikansi tersebut antara urusan duniawi dan ukhrawi.
dapat terlihat dalam setiap acara-acara Dalam tradisi lisan Tahuli dan
yang terjadi di Gorontalo. Misalnya saja Tahuda konsep K13 sebenarnya sangat
ketika tradisi lisan Tahuli dan Tahuda mendukung untuk generasi muda, terutama
dijadikan sebagai salah satu wadah generasi muda Gorontalo. Sikap budi
perlombaang untuk generasi muda. pekerti dan keluhuran bangsa dapat
Kegiatan ini scara tidak langsung akan dijadikan sebagai acuan ketika memaknai
berdampak pada generasi muda di inti dan pesan dari Tahuli dan Tahuda.
Gorontalo untuk memahami pesan tradisi Sikap Religius dan jujur dalam
lisan tersebut. tahuli maupun tahuda misalnya, banyak
Hampir setiap tahunnya diadakan yang berisikan nilai pembentuk karakter.
perlombaan membaca tradisi lisan Tahuli Hal ini dapat dipahami karena dalam
dan Tahuda. Tahuli misalnya, sebagaimana sejarah perkembangan pemerintahan atau
Daulima (2005) menuliskan, terdapat 42 kerajaan-kerajaan di Gorontalo, terjadi
ragam yang seringkali dipentaskan dalam proses simbiose antara adat dan agama
perlombaan. Banyaknya ragam Tahuli Islam. Sejak raja Amai yang
yang dibawakan sebenarnya tidak menjadi mencanangkan prinsip ―adat bersendikan
masalah bagi para pembawa, pendengar syara, syara bersendikan adat‖,
dan para penilai. Inti dari pementasan dilakukanlah penataan aturan-aturan dalam
Tahuli di saat perlombaan adalah hidup bermasyarakat dengan menjadikan
menyampaikan pesan-pesan baik bagi Al-Quran serta ajaran agama sebagai acuan
mereka. Tidak hanya sebagai pesan dasar. Hidup jujur merupakan bagian dari
keagamaan, namun juga pesan-pesan amal dan ibadah. Itulah sebabnya dalam
dalam kehidupan. setiap tahuli maupun tahuda, imbalan dari
Sebenarnya Tahuli dan Tahuda kehidupan yang jujur akan mendapatkan
hanyalah sebuah media informal pahala dari Sang Pencipta. Berikut ini
pembentuk karakter bangsa, khususnya di salah satu contoh bait tahuli yang
masyarakat Gorontalo. Dalam setiap mengajarkan perihal hidup jujur.
baitnya terdapat pesan yang tergambarkan Keduanya memiliki keterikatan yang
baik secara eksplisit dan implisit. Hal ini bermuara pada satu tujuan yakni Tuhan
membuktikan bahwa karakter bangsa Sang Maha Pencipta yang menilai setiap
bukan hanya sebagai teori dalam perilaku makhluknya, baik berupa
―pembelajaran‖ di sekolah, melainkan juga kehidupan religinya dan kejujurannya yang
sebuah pesan ―terapan‖ yang dimiliki oleh langsung dinilai oleh-Nya. Semangat
setiap orang. kebangsaan dan Cinta tanah air dalam arti
Nilai-nilai demikian sudah ada sempit yaitu sebatas ruang lingkup
dalam diri setiap orang. Sikap jujur, Gorontalo sebagai satu kesatuan adat,
tanggung jawab, relijius, adalah hal ditemukan hampir pada semua teks yang
158 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 147 - 162
menjadi salah satu di antara para mengucapkan terima kasih banyak atas
pemangku adat yang menjadi pelopor bantuannya.
dalam menjaga, merawat, menjalankan,
serta mewariskan tradisi leluhur. DAFTAR SUMBER
Penutur tahuli dan tahuda tidaklah 1. Makalah, Laporan Penelitian,
sembarang ―orang tua‖ anggota pemangku Skripsi, Tesis, dan Jurnal
adat, melainkan dilihat hubungannya Bobihu, Ismail. 1986.
dalam konteks limo lo pohala’a serta Beberapa Aspek Adat Gorontalo. Laporan
posisi si penerima anugerah adat tersebut. Penelitian. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Siapa yang berhak memberi pesan atau Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi
tahuli dan isinya tentang apa, dan siapa di Gorontalo.
pula yang berhak menyampaikan fatwa Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan
atau sabda para leluhur yang disebut Kebudayaan R.I. Bidang Pendidikan. 2014.
tahuda. Jika dalam satu upacara Konsep dan Implementasi Kurikulum
penganugerahan gelar adat dapat didengar 2013. Jakarta, 14 Januari 2014.
lima hingga tujuh tokoh adat yang
Sedyawati, Edi. 2008.
menuturkan tahuli, maka dalam upacara ―Kedudukan Tradisi Lisan dalam Ilmu-
yang sama hanya seorang yang dianggap Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Budaya dalam
tertua tidak dalam arti usia melainkan Warta ATL‖. Jurnal Pengetahuan dan
status dalam jabatan pemangku adat dan Komunikasi Peneliti dan Pemerhati
persekutuan limo lo pohalaa yang Tradisi Lisan. Edisi II Maret.
menuturkan tahuda ―sabda para leluhur‖ Jakarta:`ATL.
yang diingat-ingatkan karena di dalamnya Djakaria, Salmin, 2007.
juga dinyatakan ―sumpah‖ yang menjadi Dikili Tradisi dalam Upacara Maulidan
sanksi bila ada yang dilanggar atau tidak di Gorontalo. Manado: Balai Pelestarian
dipatuhi. Sejarah dan Nilai Tradisional.
Melihat isi setiap larik dalam bait
I Nengah Duija, 2005.
dan hubungan dari bait per bait, sangat ―Tradisi Lisan, Naskah dan Sejarah:
jelas sumber rujukan yang dominan adalah Sebuah Catatan Politik Kebudayaan‖
ajaran agama Islam. Hal ini tidaklah dalam Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan
mengherankan apabila kita melihat Budaya Vol. 7 No 2, Oktober 2005.
kembali perkembangan adat dan tradisi
Katuuk, Estefien, dkk. 2012.
setempat sebagai sarana pembentukan Tanggomo, Lohidu, Palebohu sebagai
karakter Bangsa, dalam lingkup lokalitas. Media Penyampaian Pesan (Naskah
Laporan).
UCAPAN TERIMA KASIH Kangiden, Nurhaya. 2012.
Ucapan terima kasih ini penulis ―Mendongengkan Cerita Rakyat sebagai
sampaikan kepada Instansi Balai Strategi Pendidikan Karakter Bangsa
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi dalam Masyarakat Multikultural Bagi
Utara yang telah memberikan bantuan Siswa Pendidikan Dasar‖. Artikel.
untuk melakukan penelitian ini dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
tema Pembentukan Karakter Bangsa yang 2011. Pendidikan Karakter.
kemudian penulis memilih judul: Unsur-
Sulaiman, Haji Syed Abdullah bin Syed, 2000.
unsur Karakter Bangsa Dalam Tradisi Tradisi Lisan: Satu Penilaian Semula.
Lisan Gorontalo Tahuli dan Tahuda. Makalah.
Kepada kawan-kawan yang telah
memberikan masukan, baik moril dan 2. Buku
materil, yang penulis tidak sempat Anonim, 2008.
sebutkan satu per satu, penulis Tata Upacara Adat Gorontalo. Hasil Seminar
Adat Gorontalo 2007. Tim Perumus
Tahuli dan Tahuda..... (Salmin Djakaria) 161