I Made Budiasa
Balai Bahasa Provinsi Bali
Jalan Trengguli 1 Nomor 34, Tembau, Denpasar 80238, Bali, Indonesia
Telepon (0361) 461714, Faksimile (0361) 463656
Pos-el: budiasa63@yahoo.com
Naskah diterima: 9 September 2014; direvisi: 10 November 2014; disetujui: 20 November 2014
Abstrak
Setiap suku bangsa yang ada di muka bumi ini memiliki sumber yang berbeda dalam
pembentukan karakter generasi muda penerus bangsanya. Dalam pembangunan
karakter bangsa Indonesia, nilai-nilai kearifan lokal menjadi sumber penting yang
harus dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa. Melihat pentingnya nilai-nilai
kearifan lokal itu, kajian ini menggunakan data LBM, LSI, dan LKN. Sebagai bangun
karya sastra, karya-karya ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti dengan
tujuan agar para seniman dalam hal ini sebagai kelompok intelektual memberikan
tawaran tentang identitas ideal, yaitu “modal sosial” dan “modal cultural” kepada
masyarakat yang sedang mengalami krisis moral. Nilai-nilai, seperti nilai religius,
cinta damai, jujur, disiplin, persahabatan, dan gemar membaca serta rasa tanggung
jawab dapat dimanfaatkan untuk memperdayakan kontrol emosional masyarakat
dalam penciptaan kedamaian dan kesejahteraan.
Abstract
Every etnic in the world has a different source in character building for the younger
generation as succesor of the nation. In developing of Indonesian character of the
nation, the values become an important source of local wisdom to be possessed by
the young generation of the nation. Seeing the importance of the values of local
wisdom, the study used LBM, LSI, and LKN data sources. As litterary works, they
are interesting to make a research for the porpose that the artists in this regard as
the intellectual groups provide an ideal offer of identity, namely “social capital”
and “cultural capital” to the people who are going through a moral crisis. Values
, such as religious value, peace-loving, honest, discipline, friendship, and love to
read as well as a sense of responsibility can be used to optimalize emotional control
of society in the creation of peace and prosperity.
dan etika. Pada zaman pra-kemerdekaan, jiwa kepemimpinan dan rasa tanggung jawab,
lahir beberapa pendidik, seperti Ki Hajar mandiri, dan berwawasan kebangsaan.
Dewantara, R.A. Kartini, dan Moh. Natsir
telah menanamkan semangat pendidikan Nilai-nilai Budaya sebagai Pedoman
karakter sebagai pembentuk kepribadian dan Pendidikan Karakter Bangsa
identitas bangsa sesuai dengan konteks dan Dalam naskah akademik Pengembangan
situasi yang terjadi saat itu. dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
Setelah Indonesia merdeka (era Kementerian Pendidikan Nasional telah
demokrasi terpimpin) di awal tahun 1960- merumuskan 18 nilai karakter bangsa yang
an Presiden Soekarno mengampanyekan dicoba dikembangkan dan ditanamkan kepada
kembali pendidikan karakter. Pada masa generasi muda bangsa Indonesia. Adapun ke-
pemerintahan Orde Baru, dibawah Presiden 18 nilai untuk pendidikan budaya dan karakter
Soeharto, indokrinasi diganti menjadi P-4. bangsa sebagai berikut.
Zaman bergulir dan era Reformasi menggema
(sekitar tahun 2000-an), Kurikulum Berbasis NO. NILAI DESKRIPSI
Kompetisi (KBK) banyak didengungkan 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut-
dengan menata kembali pelajaran budi pekerti. nya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
Melihat kondisi bangsa yang semakin “curat agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
marut” dan desakan dari berbagai pihak, tahun
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
2010—2014 Kemendiknas mencanangkan menjadikan dirinya sebagai orang yang
visi penerapan pendidikan karakter. selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
Tujuan digagasnya pendidikan karakter
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
bangsa adalah untuk menjaga keutuhan NKRI, perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
tuntunan moral dan etika kepada generasi sikap, dan tindakan orang lain yang ber-
beda dari dirinya.
muda, dan mempersiapkan generasi muda
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
menjadi manusia yang beradab serta sejahtera tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
di masa depan. Gagasan diterapkannya dan peraturan.
pendidikan karakter memerlukan pemahaman 5. Kerja Perilaku yang menunjukkan upaya sung-
Keras guh-sungguh dalam menghadapi berbagai
yang jelas tentang konsep pembentukan hambatan belajar dan tugas serta meny-
karakter dan pendidikan itu sendiri. Tanpa elesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
pijakan yang jelas dan pemahaman yang 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
komprehensif, visi kemendiknas akan sesuatu yang telah dimiliki.
hanya sebatas retorika belaka. Untuk itu, 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
penulis mencoba menawarkan sebuah model tergantung pada orang lain dalam meny-
elesaikan tugas-tugas.
pendidikan karakter bangsa lewat pemahaman
8. De- Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
nilai-nilai budaya tradisi dalam lakon seni mokratis yang menilai sama hak dan kewajiban
pertunjukan Bali. Model ini dicoba ditawarkan dirinya dan orang lain.
dengan harapan: (a) dapat menanamkan 9. Rasa Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Ingin untuk mengetahui lebih mendalam dan
kebiasaan dan perilaku terpuji yang sejalan Tahu meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dengan nilai-nilai universal dan budaya dilihat, dan didengar.
tradisi yang religius, (b) mengembangkan 10. Sema Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
ngat yang menempatkan kepentingan bangsa
lingkungan kerja yang aman, jujur, penuh Kebang- dan negara di atas kepentingan diri dan
kreativitas, dan persahabatan yang dilandasi saan kelompoknya.
11. Cinta Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang Topeng secara epistimologi berarti
Tanah menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan benda penutup muka yang dibuat dari kayu,
Air penghargaan, yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi,
kertas, kain, dan bahan lainnya bentuknya
dan politik bangsa. bermacam-macam dari dewa-dewa, manusia,
12. Meng- Sikap dan tindakan yang mendorong binatang, setan, dan lainnya. Di Bali, topeng
hargai dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
Prestasi berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
dipakai menyebutkan suatu bentuk dramatari
serta menghormati keberhasilan orang yang semua pelakunya mengenakan topeng
lain.
dengan cerita yang bersumber pada cerita
13. Bersa- Tindakan yang memperlihatkan senang
habat/ berbicara, bergaul, dan bekerja sama sejarah yang lebih dikenal dengan babad
Komuni- dengan orang lain. (Dibia, 1999:35).
katif
Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di
14. Cinta Sikap, perkataan, dan tindakan yang me-
Damai nyebabkan orang lain merasa senang dan
Bali, yakni: (1) Topeng Pajegan, (2) Topeng
aman atas kehadirannya. Panca, dan (3) Topeng Prembon. Topeng
15. Mem- Kebiasaan menyediakan waktu untuk Pajegan adalah sebuah tarian yang diborong
baca membaca berbagai bacaan yang memberi-
kan kebajikan bagi dirinya.
oleh seorang aktor dengan memborong semua
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya tugas-tugas yang terdapat didalam lakon yang
Lingkun- mencegah kerusakan pada lingkungan dibawakan. Topeng Panca, yaitu kesenian
gan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki keru-
topeng yang dimainkan oleh empat atau lima
sakan alam yang sudah terjadi. orang penari yang memainkan peran yang
17. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin berbeda-beda sesuai tuntutan lakon. Topeng
Sosial memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
Prembon merupakan tokoh-tokoh campuran
18. Tang- Sikap dan perilaku seseorang untuk yang diambil dari Topeng Panca, beberapa dari
gung melaksanakan tugas dan kewajibannya, Arja, dan Topeng Bondres (Topeng Lucu), yang
Jawab yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu
sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan untuk menyampaikan humor-humor yang segar.
Yang Maha Esa.
Arja sering dijuluki opera Bali,
Sumber: G.P. WIRA SAPUTRA dalam Uncategorized. 2011;
Suyanto, 2011; Sibarani, 2012 merupakan sebuah dramatari yang memakai
dialog-dialog bertembang (tembang macapat)
Sekilas Memahami Seni Pertunjukan Bali dengan pengiring gamelan Gaguntangan.
Seni pertunjukan tradisional pada Sebagai sebuah dramatari musikal, Arja
dasarnya suatu bentuk seni pagelaran yang menggunakan seni suara vokal (tembang)
menyajikan lakon-lakon dan gamelan tradisi dengan lakon pada umumnya bersumber
sebagai pengiring. Seni pertunjukan tradisional pada cerita Panji (Malat) dan menari untuk
Bali dapat dibagi menjadi tiga bagian sesuai menghidupkan tembang (ngigelin gending)
dengan fungsinya, yakni: (a) seni wali, (b) seni (Dibia, 2012: 85—86). Nama Arja diduga
bebali, dan (c) seni balih-balihan. Seni wali berasal dari kata reja (Sanskerta), yang berarti
dan bebali meliputi jenis-jenis kesenian yang indah atau mengandung keindahan (Dibia,
pada umumnya memiliki nilai-nilai religius, 1999:42).
sangat disakralkan, karena melibatkan benda- Wayang kulit Bali adalah s eni
benda sakral. Sedangkan seni balih-balihan pertunjukan yang menggunakan tatahan
meliputi jenis-jenis kesenian yang lebih kulit (sapi) menyerupai manusia, binatang,
menonjolkan nilai-nilai entertainmen dan dan tokoh-tokoh yang ada dalam epos
estetis, yang pertunjukannya lebih bersifat Mahabharata dan cerita Ramayana dengan
dan bersuasana sekuler (Dibia, 1999: 3—4). memadukan unsur gamelan, gerak, sastra,
dan suara dalam pementasannya. LKN yang Taman Ayun. Kemudian diberikan orang
dijadikan sumber data kajian tergolong cerita atau para pemuja yang khusus untuk memuja
carangan, yaitu jenis cerita karangan dalang palinggih itu adalah anak angkat (putra
semata dan hanya mengambil nama-nama paperasan), yang terdiri atas 10 orang dari
tokoh dari epos Ramayana. Pertunjukan golongan brahmana, 10 orang dari golongan
wayang kulit di Bali diperkirakan sudah ada kesatria, 10 orang dari golongan wesia, dan 10
sekitar abad IX dengan ditemukannya kalimat orang dari golongan sudra. Jadi, para pemuja
“parbwayang” ‘pertunjukan wayang’ dalam yang secara khusus untuk memuja palinggih
prasasti Bebetin, yang berangka tahun 818 I Pasek Badak itu seluruhnya berjumlah
caka (896 Masehi). 40 orang. Itulah yang disebut dengan anak
Topeng dengan (LBM), Arja dengan angkat dan keturunan-keturunan dari 40
(LSI), dan wayang kulit dengan lakon (LKN), orang tersebut selanjutnya menjadi benteng
termasuk seni balih-balihan, karena lebih (penjaga/pelindung) Puri Mengwi yang
bersifat menghibur. disebut dengan Watek Batabatu.
Melihat jalannya cerita, LBM
HASIL DAN PEMBAHASAN bertemakan perluasan kekuasaan, yaitu
Sinopsis dan Tema LBM upaya Raja Mengwi untuk memperluas
Seluruh wilayah Tabanan dan sebagian kekuasaannya.
daerah Badung telah dikuasai Raja Mengwi,
I Gusti Agung Anom. Rakyat hidup sejahtera Sinopsis dan Tema LSI
dan aman. Kewibawaan pemerintahan dan Tersebutlah seorang gadis baru beranjak
negerinya pun tidak ada yang menyamai, itu remaja bernama Ing Tae. Dia adalah seorang
semua berkat jasa patih kepercayaannya, I putri keluarga Cina yang kaya raya di Kota
Gusti Bebalang dan I Gusti Celuk. Namun, Wangcyu. Ing Tae sangat terkenal cantiknya
beliau tidak dapat tidur nyenyak karena sehingga banyak pembesar jatuh cinta dan
daerah Badung Selatan, khususnya Buduk berlomba mendapatkannya. Selain cantik, dia
masih dikuasai oleh pengaruh Pasek Badak. adalah gadis pintar, memiliki keteguhan iman,
Atas saran para patih kepada raja, raja dan berwawasan luas.
mengundang I Pasek Badak ke Puri Mengwi Ing Tae selama mengikuti pendidikan
untuk menghadiri upacara pemelaspasan berteman dengan seorang pemuda yang
merajan. berasal dari Bocyu bernama I Sampik. Dalam
I Pasek Badak pun segera datang ke kebersamaan itu, akhirnya mereka saling
Mengwi menghadiri upacara itu, selesai jatuh cinta dan mengikat janji sehidup semati.
upacara beliau mohon pulang, tetapi oleh raja Setelah tamat bersekolah dan sebelum berpisah
diajak perang tanding. I Pasek Badak dapat untuk kembali ke kampung halaman, mereka
dibunuh dengan menggunakan I Naga Keras. berjanji akan menikah. Ing Tae memohon
Setelah I Pasek Badak tiada, mayatnya segera kepada I Sampik agar meminangnya sepuluh
diurus dengan baik, putranya yang masih kecil hari lagi dan hal itu disebutkannya hingga tiga
segera diambil, dan diangkat menjadi abdi I kali. Setelah melakukan kesepakatan, akhirnya
Gusti Agung Anom di Puri Mengwi. mereka berpisah.
Untuk menghormati roh I Pasek Badak, Ing Tae pun menunggu kedatangan
dibuatkan tempat suci (palinggih) Gedong I Sampik, tetapi tidak kunjung datang.
Sari berupa Méru bertumpang satu, terletak di Sementara itu, orang tuanya sudah menerima
sebelah selatan, tepatnya di bagian Tenggara lamaran dari seorang pemuda kaya raya
bernama Subandar Macun. Pada hari ketiga kemudian Ing Tae masuk ke dalamnya.
puluh datanglah I Sampik ke rumah Ing Tema dari cerita ini adalah percintaan.
Tae untuk menepati janjinya. Tentu saja Cinta dapat membuat orang bahagia, cinta pula
hal itu membuat Ing Tae sangat terkejut dapat menyebabkan penderitaan, seperti yang
karena kedatangan I Sampik telah melewati dialami tokoh Sampik dan Ing Tae.
batas waktu yang telah mereka sepakati,
yaitu tenggang waktu sepuluh hari. Ing Tae Sinopsis dan Tema LKN
sangat marah dan mengusir Sampik karena Nawasura adalah putra Meganada dan
telah ingkar Janji. I Sampik ternyata salah cucu Raja Rahwana dari Kerajaan Alengka.
paham terhadap pernyataan Ing Tae dengan Pada waktu kecil, Nawasura bernama Angsa
menyebutkan tenggang waktu sepuluh hari Aliman. Nama itu diberikan karena pada
hingga tiga kali yang oleh I Sampik diartikan waktu kecil, ia dibesarkan atas bantuan angsa
selama tiga puluh hari. yang mengeram waktu malam hari dan gajah
Mendengar pernyataan itu, I Sampik yang memberi susu Nawasura setiap hari.
lemas dan baru menyadari dirinya kurang Atas saran Bagawan Somali, Angsa Aliman
mencermati pernyataan Ing Tae. Dia pun belajar menimba berbagai ilmu kepada Rama
terpaksa pulang bagaikan orang gila dan di Ayodya. Berkat kepintaran Angsa Aliman
membawa sakit hati yang luar biasa. Ayah dan kebijakan Raja Rama, ia kemudian
I Sampik tidak senang mendengarnya dan diangkat menjadi patih agung dan diberi nama
kemudian dia menyiksa putranya. Ibu I Nawasura.
Sampik tidak menerima perlakuan suaminya Setelah Nawasura diangkat menjadi
terhadap I Sampik dan suaminya diusir dari patih agung di Ayodyapura, watak-watak
rumah. jahatnya muncul; korupsi, pemerkosaan,
Semakin hari kondisi I Sampik semakin kepemimpinan yang sewenang-wenang
menurun. Ibunya tidak berhasil menyembuhkan muncul, dan yang paling parah ialah
luka hatinya. Menyadari dirinya sudah tidak sangat berambisi menjadi raja di Ayodya.
kuat lagi bertahan hidup, dia pun menulis surat Untuk memenuhi ambisinya itu, Nawasura
kepada Ing Tae untuk mohon diri selama- mencoba membunuh Raja Rama. Percobaan
lamanya. Sebagai tanda cintanya kepada I pembunuhan pertama kepada Rama gagal
Sampik, Ing Tae kemudian berpesan bahwa karena banyak kera yang menjaga Rama.
dirinya berjanji akan ikut bersama dalam satu Pada peristiwa lain, terlihatlah Tualen
kubur. Setelah mebaca balasan surat itu, I bersama Merdah berjaga-jaga di sekitar
Sampik pun menghembuskan nafas terakhir. keraton. Ketika sedang berjaga-jaga datanglah
Sementara itu, dikisahkan keluarga Anggada yang menyampaikan isi hatinya
Ing Tae sibuk menyiapkan pernikahan Ing kepada kedua abdi tersebut, bahwa perintah
Tae dengan Subandar Macun. Setelah Kapiraja Sugriwa dianggap aneh. Kalau
mendapat restu dari orang tuanya, Ing Tae semua para kera berjaga di pinggir pantai,
kemudian diboyong ke rumah Subandar siapa yang menjaga Raja Rama? Pada saat
Macun. Perjalanan rombongan pengantin merenungkan perintah Kapiraja Sugriwa,
itu melewati kuburan I Sampik. Ing Tae terdengarlah tangisan dari dalam keraton yang
mohon izin kepada Subandar Macun untuk memanggil-manggil nama Maruti (Anoman).
beristirahat sejenak untuk mendoakan I Mendengar suara dari dalam keraton, tanpa
Sampik. Tepat setelah Ing Tae berada di depan pikir panjang Anggada bersama Tualen masuk
kuburan I Sampik, kuburan itu terbuka dan ke dalam keraton dan terlihatlah Patih Agung
‘Ingatlah moral dan iman harus bagus. selalu gembira dan junjungan Made Babah
Moral dan iman harus sejajar. Ibarat gas dan Sampik sangat (dermawan), hal itu dilakukan
rem, kamu keras menginjak gas, ingat pula karena baru menyelesaikan pendidikan.
rem agar jangan blong. Setinggi-tinggi kamu Banyak mengamalkan konsep tri dharma
menuntut ilmu, kamu akan pintar tetapi iman (tiga darma). Yang disebut tri dharma, tiada
juga harus bagus. Kalau iman kamu tidak bagus, lain kesungguhan (kejujuran), kasih sayang,
seringkali pengetahuan dan kemampuanmu itu dan suka menolong. Itu yang dipakai dasar
merugikan orang lain. Bom kamu ledakkan memimpin kota (negeri) Wanciu….’
di Kuta, akibatnya banyak saudara kita yang
terbunuh, hal itu disebabkan imanmu tidak Nilai Disiplin
baik. Setelah itu, kamu membicarakan agama Nilai budaya disiplin adalah nilai yang
karena imanmu tidak bagus. Tidak ada agama menekankan pada tindakan seseorang untuk
yang mengajarkan orang untuk membunuh, taat, tertib, dan patuh pada berbagai ketentuan
tidak satu pun agama mengajarkan orang dan peraturan. Pelukisan budaya disiplin
untuk membunuh. Kalau ada agama yang tersirat dalam pernyataan berikut.
mengajarkan orang untuk membunuh, itulah
agama sesat.’ Di mana letak kedisiplinan Saudara manyama?
Nyén ngurukang ngomong kéto? Ada tastra
ngurukang ngraos kéto? Ada ajaran, ada
Nilai Jujur
agama ngurukang pang beli ngraos kéto? Uli
Nilai jujur merupakan perilaku yang dija gurun beliné, nyén adanné, dija umahné?
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya Jag uliang ja papelajahanné kéto-kéto nah!
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya (LBM: 69)
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
dalam hidup bermasyarakat. Asas kesadaran ‘Di mana letak kedisiplinan Saudara
nilai ini sejalan dengan konsep nilai-nilai bersaudara? Siapa yang mengajari ngomong
kearifan lokal Bali, yakni trikaya parisudha begitu? Apa ada dasar sastra yang mengajari
(pikiran, perkataan, dan perbuatan). ngomong demikian? Ada ajaran, ada agama
yang mengajarkan agar kakak berbicara
“Iih déwa ratu, agung tan ambat-ambat buat begitu? Dari mana gurunya kakak, siapa
maka liang idep titiangé lamuné jani. Ané namanya, di mana rumahnya? Kembalikanlah
cén, ané cén minakadi ngaranayang, risukat
model pendidikan yang demikian itu, ya!’
titiang dados pakulian iriki ring Wanciu Negeri
ring Mekelé Madé Babah Sampik. Ii setata
wirya, yaning rasayang Mekelé Babah Madé Nilai Persahabatan/Komunikatif
nelebang, karana nelebang wiréh mara lepas uli Nilai persahabatan diperperlihatkan
sekolahan. Apaké lwir, tri dharma, ane madan dalam LBM adalah sebuah wacana yang
tri dharma, apa ia to. Penyajan, pengasih, menuntun orang berbicara, bergaul, dan
penolong. Punika sane anggen nabdabang ring bekerja sama dengan orang lain dengan
masyarakat Wanciu Negeri....” (LSI:121)
baik, sehingga kelak keturunan mendapatkan
kesejahteraan dalam hidupnya.
‘Aduh Dewa Ratu, sungguh tak
terkira kegembiraan hati saya saat ini. Yang “Jatinyan paras-paros sarpanaya. Muruk benya
mana, apa yang menyebabkan demikian, paras-paros mareraosan ngajak nyama nah!
setelah saya mengabdi kepada Made Babah Nak ngawé sentana werdi.” (LBM:109)
Sampik di sini di kota Wangciu. Beliau
Budiasa, I Made. 2011. Analisis Stilistika dan Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi
Kritik Sosial Lakon Katundung Ngada. Penelitian Kajian Budaya Ilmu
Denpasar: Panakom. Sosial Humaniora pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiasa, I Made dkk. 2011. “Wacana Lisan
dalam Pertunjukan Tradisional (Wayang Sabarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal:
Kulit, Topeng, dan Arja) sebagai Agen Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi
Kebertahanan Kebudayaan Bali.” Lisan. Jakarta: ATL.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Suyanto. 2011. “Urgensi Pendidikan Kara-
Denpasar. kter” di laman resmi Direktorat Jen-
deral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Dibya, I Wayan. I999. Selayang Pandang Seni Menengah. (www.educationplanner.org).
Pertunjukan Bali. Yogyakarta: MSPI.
Pudentia MPSS. 2013. “Pendidikan Kajian
Dibya, I Wayan. 2012. Geliat Seni Pertunjukan. Tradisi Lisan di Indonesia”(dalam Men-
Denpasar: Buku Arti. gurai Tradisi Lisan Merajut Pendidikan
Karakter, Nyn. Karmini dkk., penyun
Haerudin, Dingding. 2008. Implementasi ting). Denpasar : Cakra Press.
KTSP dalam Pembeljaran Bahasa dan
Sastra Sunda” (dalam Pembelajaran Zoetmulder, P.J. dan S.O. Robson. 2004. Kamus
Bahasa dan Sastra Daerah dalam Jawa Kuna Indonesia (terjemahan
Kerangka Budaya, Mulyana, editor). Darusuprapta dan Suenarti Suprayitna).
Yogyakarta: Tiara Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.