Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI


PEMBELAJARAN INTERAKSI MANUSIA DENGAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH BUMIAYU TAHUN
AJARAN 2015/2016
PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
IAN TRY ANTONO 3201412120

Dosen Pembimbing :
1. Drs. Sriyono, M.Si
2.Sriyanto, S.Pd, M.Pd

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROPOSAL SKRIPSI
NAMA

: IAN TRY ANTONO

NIM

: 3201412120

PRODI

: PENDIDIKAN GEOGRAFI

A. JUDUL
EFEKTIFITAS
NUMBERED

MODEL
HEADS

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN
TOGETHER

(NHT)

KOOPERATIF
PADA

TIPE

MATERI

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP TINGKAT HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP


MUHAMMADIYAH BUMIAYU TAHUN AJARAN 2015/2016

B. LATAR BELAKANG
Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal
yang berlangsung di Sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa.
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya
kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran. Guru
sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan siswa
sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri
dalam pembelajaran ( Rohani, 2004:1)
Model pembelajaran Kooperatif lebih menguntungkan dibandingkan
dengan model konvensional yang selama ini digunakan oleh kebanyakan
tenaga pengajar yang ada di Indonesia, dari segi hasil yang didapat oleh siswa
dan juga pengaruhnya bagi tenaga pengajar itu sendiri, dari segi tenaga yang

dikeluarkan. Sudah banyak penelitian memperlihatkan manfaat-manfaat besar


yang bisa diperoleh siswa jika mereka mau berinteraksi dengan orang lain,
namun masih sedikit yang meneliti bagaimana interaksi-interaksi yang berbeda
berpengaruh terhadap pembelajaran siswa. Dalam serial studinya tentang
pengaruh interaksi terhadap prestasi belajar, Webb, dkk. (1985) menyatakan
bahwa siswa-siswa yang mau memberi bantuan atau sama lain dalam
kelompok-kelompok kooperatif tidak lantas berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar mereka. Akan tetapi, dalam penelitiannya yang lebih belakang
tentang hubungan antara menerima penjelasan (receiving explanation) dan
memecahkan masalah (problem-solving), webb menemukan bahwa siswa dapat
memperoleh manfaat dari penjelasan yang mereka terima hanya ketika
penjelasan tersebut dapat mendorongnya untuk mengkonstruksi pemahaman
yang lebih konkret tentang masalah yang dihadapi.
Tipe NHT dipilih oleh penulis dikarenakan prosedurnya lebih mudah
dipahami oleh guru dan siswanya media yang diperlukanpun lebih menghemat
biaya tenaga pengajar sekaligus memudahkan dalam tahap penelitian,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan yang terpenting adalah
semangat saling kerjasama antar siswa.
SMP Muhammadiyah dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti
merupakan alumni dari SMP tersebut, sehingga muncul keinginan untuk
mengetahui lebih dalam lagi bagaimana perkembangan pendidikan yang ada di
SMP tersebut. Smp Muhammadiyah merupakan Smp swasta yang ada di
Kecamatan Bumiayu berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kecamatan
Bumiayu, dulunya sangat maju dalam bidang pendidikan namun akhir-akhir ini
jumlah peminatnya mulai menurun bahkan sangat sedikit sekali wali murid
yang mensekolahkan anaknya di Smp tersebut. Dari segi kegiatan KBM guru
kebanyakan masih menggunakan metode konvensional sehingga materi yang
diberikan kurang mengena pada peserta didik. SMP Muhammadiyah kalah
saing terhadap Smp Negeri dan Smp Swasta yang lain yang ada di Kecamatan
Bumiayu, dengan mengadakan penelitian harapannya muncul semangat baru
bagi guru dan warga sekolah untuk memajukan dan membangkitkan kembali
SMP Muhammadiyah Bumiayu.

Peran guru dalam proses pembelajaran, bukanlah mendominasi, tetapi


membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif memperoleh pemahamannya
berdasarkan segala informasi yang siswa temukan dari lingkungannya. Siswa
harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sebab
pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui,
akibatnya tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif.
Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses
pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa
aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan
menyediakan bahan pelajaran, tapi siswalah yang mengolah dan mencernannya
sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.
Praktik pembelajaran di Sekolah umumnya masih terfokus pada guru,
sedangkan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Secara
umum, keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat
dari : siswa tidak banyak bertanya, aktifitas siswa terbatas pada mendengarkan,
mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberi pertanyaan, siswa hadir
di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan,
dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum.
Rendahnya keaktifan belajar siswa juga terlihat dalam pembelajaran
Geografi. Selama ini, pembelajaran Geografi di SMP umumnya menggunakan
metode ceramah. Metode tersebut kurang mendukung keaktifan belajar siswa
sebab terfokus kepada guru. Padahal, untuk memahami ilmu Geografi, siswa
harus aktif sehingga dapat mengembangkan kemampuanya dalam mempelajari
ilmu Geografi dan perkembangan ilmu geografi pada era sekarang ini.
Menurut Lie (2008:6), strategi yang paling sering digunakan untuk
mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh
kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan
mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi
penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas, yaitu tentang
bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru dapat memilih alternatif

model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang Kooperatif


merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa (Isroji, 2009:16)
Menggunakan pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar
siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran
Kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke
pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran
kooperatif dapat digunakan untuk mengajar materi yang kompleks, dan yang
lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.
Dikarenakan banyaknya tipe pada model pembelajaran Kooperatif, Penulis
memilih salah satu tipe, yaitu tipe Numbered Heads Together Pemilihan ini
didasarkan pada pertimbangan tipe Pembelajaran Kooperatif yang cocok untuk
Mata Pelajaran IPS, tetapi tidak terlepas dari unsur pembelajaran Kooperatif
yang pada dasarnya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai kelompok atau tim.
Berawal dari penjabaran tersebut, maka sebagai upaya peningkatan hasil
belajar siswa dalam Mata Pelajran IPS, selanjutnya akan dilakukan penelitian
dengan judul
EFEKTIFITAS
NUMBERED

MODEL
HEADS

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN
TOGETHER

(NHT)

KOOPERATIF
PADA

TIPE

MATERI

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP TINGKAT HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP


MUHAMMADIYAH BUMIAYU TAHUN AJARAN 2015/2016

C. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) dalam pembelajaran Interaksi Manusia Dengan
Lingkungan

Sekitar

terhadap

hasil

belajar

IPS

kelas

VII

SMP

Muhammadiyah Bumiayu
2. Bagaimana tingkat efektifitas penggunaan model pembelajaran Kooperatif
tipe NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

dalam pembelajaran

Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Sekitar terhadap hasil belajar IPS


kelas VII SMP Muhammadiyah Bumiayu

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe (NHT)
dalam pembelajaran Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Sekitar
terhadap hasil belajar IPS kelas VII SMP Muhammadiyah Bumiayu.
2. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran Kooperatif
(NHT) dalam pembelajaran Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Sekitar
terhadap hasil belajar IPS kelas VII SMP Muhammadiyah Bumiayu.

E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru, dapat sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti, meningkatkan pengetahuan mengenai model dalam


pembelajaran IPS.
4. Bagi Sekolah, dapat menjadi masukan dalam upaya perbaikan model
pembelajaran bagi sekolah yang diteliti dan sekolah lain dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
5. Bagi pembaca khususnya mahasiswa, dapat menjadi kajian yang menarik
yang perlu diteliti lebih lanjut dan mendalam dikemudian hari.
F. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari penafsiran makna yang berbeda terhadap judul dan
memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca maka perlu dijelaskan
batasan-batasan istilah sebagai berikut :

1. Hasil Belajar Yang Akan dicapai


Hasil Belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam
usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di Sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester, kemudian Indikator
utama hasil belajar siswa adalah :
a. Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan,
baik secara Individu maupun kelompok. Pengukuran ketercapain daya
serap ini biasannya dilakukan dengan penetapan kriteria ketuntasan
Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah tercapai oleh
siswa,baik secara Individual maupun kelompok.
Hasil belajar yang akan dicapai berdasarkan aspek Kognitif, Afektif
dan Psikomotorik, tujuan Aspek Kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut, kemudian Aspek Psikomotorik berhubungan dengan

keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Aspek


Afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

2. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif (Anonim, 1990:219) dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia yang berarti adanya efek (pengaruh, hasil,
akibatnya) terhadap suatu tindakan atau usaha. Sedangkan efektivitas
diartikan sebagai keadaan pengaruh, hal berkesan atau keberhasilan
(usaha, tindakan). Yang dimaksud efektivitas dalam penelitian ini adalah
keberhasilan atau ketepatgunaan dari suatu usaha atau tindakan. Efektifitas
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT) dalam penelitian
ini diberi batasan pada hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa dengan
meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa tersebut pada kompetensi
dasar interaksi manusia dengan lingkungan sosial

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT


Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi
kelompok. Teknis penalsanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok.
Pertama-tama,

guru

meminta

siswa

untuk

duduk

berkelompok-

berkelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru


memanggil

nomor

(baca:anggota)

untuk

mempresentasikan

hasil

diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan


berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor
terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa
benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut. Menurut Slavin (1995),
metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan
akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.

4. Hasil belajar Kompetensi Dasar Interaksi Manusia dengan Lingkungannya


Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai
akibat proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Makin tinggi proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajar
yang dicapainya (Sudjana, 1989:109). Hasil belajar kompetensi dasar
Interaksi manusia dengan lingkungannya kelas VII SMP Muhammadiyah
Bumiayu yang diperoleh

oleh siswa. Penguasaan

pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran IPS biasanya


ditujukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

F. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) sama dengan
kerja kelompok. Tetapi walaupun Cooperatif Learning terjadi dalam bentuk
kelompok, tidak setiap kerja kelompok dikatakan Cooperatfif Learning.
Bannet dalam Isroji (2009:60) menyatakan dalam lima unsur yang dapat
membedakan Cooperatif Learning dengan kerja kelompok, yaitu :
a. Positif Interdepence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau
sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut guru perlu merancang
struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa
untuk belajar, mengevaluasi, dirinya dan teman kelompoknya dalam
penguasaan dan memahami bahan pelajaran.
b.

Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa
tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu,
yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal
diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal

balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil


pendidikan dan pengajaran.
c.

Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam


anggota kelompok, sehingga siswa termotovasi untuk membantu
temannya.

d.

Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,


mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan
kerja yang efektif.

e.

Meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam memecahkan masalah


(proses kelompok)
Tujuan utama dalam Model Pembelajaran Kooperatif adalah agar peserta

didik dapat belajar berkelompok bersama teman-temanya dengan cara saling


menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Tujuan pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (Isjoni, 2009:23) berbeda
dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan
tujuan

pembelajaran

kooperatif

adalah

menciptakan

situasi

dimana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.


Pada dasarnya model pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidaknya tiga tujuan penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et.al
dalam isjoni (2009:39), yaitu
a. Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar Kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan Kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada hasil belajar. Disamping mengubah norma

yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat


memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan Kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial


Tujuan penting ketiga pembelajaran Kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerjasama dengan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Ibrahim dalam Iru (2012:54) mengemukakan langkah-langkah penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif pada proses pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok.
Teknis penaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertamatama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-berkelompok. Masingmasing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor
(baca:anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak
memberitahukan nomor berapa yang akan yang akan yang akan berpresentasi
selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan
secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam
diskusi tersebut. Menurut Slavin (1995), metode yang dikembangkan oleh

Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi
kelompok.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


FASE
Fase 1:

TINGKAH LAKU GURU


Guru menyamaikan semua tujuan

Menyampaikan tujuan dan memotifasi pelajaran yang ingin dicapai pada


siswa

pelajaran tersebut dan memotivasi


siswa belajar

Fase 2 :

Guru menyajikan informasi kepada

Menyajikan Informasi

siswa dengan jalan demonstrasi atau


lewat bahan bacaan.

Fase 3:
Mengorganisasikan

Guru menjelaskan kepada siswa


siswa

kelompok-kelompok belajar

kedalam bagaimana
kelompok
setiap

caranya
belajar

kelompok

membentuk

dan

membantu

agar

melakukan

transisi secara efisien


Fase 4 :

Guru

membimbing

kelompok-

Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat mereka


belajar
Fase 5 :
Evaluasi

mengerjakan tugas mereka.


Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
dan

masing-masing

kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.


Fase 6 :

Guru

mencari

cara-cara

untuk

Memberikan Penghargaan

menghargai baik upaya maupun hasil


bekerja individu dan kelompok

G. KERANGKA BERFIKIR
KERANGKA BERFIKIR

PERSIAPAN
PEMBELAJARAN

PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN

EVALUASI HASIL
BELAJAR

SILABUS, RPP, MEDIA

LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN MODEL
KOOPERATIF TIPE NHT

TES

HASIL BELAJAR KOGNITIF

Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sangat mempengaruhi


perkembangan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah dalam pendidikan
Ips. Paradigma pembelajaranpun bergeser, dari teacher oriented menuju
student oriented.
Guna menunjang tujuan pembelajaran tersebut, guru harus mampu
merancang suatu pembelajaran yang tidak instant dalam menyampaiakan
suatu konsep baru kepada siswa namun turut melibatkan siswa dalam proses
penemuannya serta guru hendaknya secara dominan bertindak sebagai
fasilitator.

Salah satu model yang dapat menunjang tujuan pembelajaran tersebut


adalah model pembelajaran Kooperatif, suatu model dengan mengelompokan
siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat
bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain kelompok tersebut.
Untuk meningkatkan model pembelajaran yang lebih efektif dengan
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Yaitu dengan tahapan
mempersiapkan

pembelajaran

berupa

RPP,

Silabus,

dan

Media.

Melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran model


NHT. Mengevaluasi hasil akhir dengan tes. Serta untuk mengetahui hasil
akhir dari model pembelajaran tersebut dengan melihat hasil belajar
kognitifnya.

H. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2002:62). Hipoteisi yang diajukan dalam penelitian ini
berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah sdisajikan adalah :
Ho : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS
tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Hi : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS
efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

I. METODE PENELITIAN
1. POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2009:61)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah
Bumiayu tahun ajaran 2015/2016, dengan populasi sebanyak 57 siswa yang
terdiri dari 2 kelas.

N
o
1.
2.

Kelas

Jumlah

VII A
VII B
Jumlah

28 Siswa
29 Siswa
57 Siswa

Karena Jumlah Populasi 57 Siswa, seluruh Populasi dijadikan subjek


penelitian. Cara ini dilakukan karena dalam populasi tersebut terdapat
kesamaan serta homogen, dinilai dari kurikulum, kelas, dan pembelajaran yang
sama.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi perhatian
suatu penelitian. (Arikunto,2006) Variabel ini meliputi efektivitas model
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together, aktivitas siswa yang
mencakup kegiatan visual, lisan, mendengarkan, dan kegiatan emosional serta
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada Materi Interaksi Manusia
Dengan Lingkungan Sosial.
3. Desain Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Bumiayu dengan subjek
penelitian siswa kelas VIIA dan VIIB. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah pendekatan eksperimen. Kedua kelas yang termasuk dalam subjek
dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen kelas VIIIA dan kelas
VIIB sebagai kelompok kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan Model

pembelajaran

Numbered Heads Together pada Materi Interaksi Manusia Terhadap


Lingkungan Sekitar di kelas VIIA. Alur penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah mengacu pada penelitian true experimental design, yakni
disamping kelompok eksperimen, akan dihadirkan kelompok lain yang tidak
dikenai eksperimen dan ikut pengamatan. Adanya kelompok pembanding atau
kelompok kontrol akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara
pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan (Arikunto,
2006).
Pada dasarnya kedua kelompok ini terdapat dua tahap pelaksanaan
kegiatan yakni proses pembelajaran dan tes evaluasi. Dalam proses
pembelajaran

kelompok

Pembelajaran Kooperatif

eksperimen,

guru

menggunakan

Model

tipe NHT sebagai media pembelajaran.

Sedangkan pada kelas kontrol dilakukan proses pembelajaran yang


konvensional. Waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dari
kedua kelompok relatif sama yaitu 4 jam pelajaran untuk pembelajaran inti
dan 1 jam pelajaran untuk tes evaluasi. Alokasi waktu tiap jam pelajaran
adalah 45 menit. Adapun desain penelitian pada dua kelas dapat dilihat
pada tabel.
Kelas
Perlakuan
Eksperimen
X1
Kontrol
X2
Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Evaluasi
Y1
Y2

Keterangan:
X1 : Pembelajaran dengan Model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
HeadsTogether
X2 : Pembelajaran konvensional
Y1 : Hasil tes evaluasi pada kelompok eksperimen
Y2 : Hasil tes evaluasi pada kelompok kontrol

Adapun langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut:


Tahap Persiapan
1.

Menentukan Kelas Eksperimen dan kelas kontrol

2. Penyusunan perangkat pembelajaran seperti RPP (Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai desain model pembelajaran
Kooperatif Learnig tipe Numbered Heads Together yang akan
digunakan dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3.

Pembuatan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan soal


tes yang kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya.

Tahap Pelaksanaan Penelitian


1.

Pemberian

perlakuan

kepada

kelompok

eksperimen

yaitu

pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Learnig tipe


Numbered Heads Together.
2.

Pemberian perlakuan kepada kelompok kontrol yaitu pembelajaran


tanpa model pembelajaran Kooperatif Learnig tipe Numbered
Heads Together

3.

Selama proses pembelajaran berlangsung, observasi terhadap


kinerja guru pada kelas eksperimen dan observasi terhadap ranah
afektif belajar siswa pada kedua kelas tersebut dilakukan oleh
observer dan peneliti.

Tahap Pengukuran Kemampuan Belajar Siswa


Setelah pemberian perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas
tersebut, langkah selanjutnya adalah mengukur kemampuan hasil
belajar kognitif

siswa dengan

menggunakan

tes

objektif.

Sedangkan hasil belajar afektif siswa dengan menggunakan lembar


observasi pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan oleh peneliti


dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160), Pengumpulan
data penelitian ini menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,
2006:158).
Data yang diambil dalam penelitian ini melalui metode dokumentasi
adalah berupa data siswa kela VIIA, VIIB, nama-nama kelas VIIA, VIIB
jumlah siswa kelas VIIA, VII B Nilai ulangan harian kelas VIIA, VIIB
mata pelajaran IPS semester genap, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran serta foto-foto pada saat pembelajaran berlangsung.
Metode dokumentasi tersebut digunakan untuk memperoleh data awal
sebelum penelitian dan data setelah penelitian. Data awal diperoleh dari
hasil observasi awal yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran IPS kelas VII yang mengajar pada kelas
penelitian.

b. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya
kemampuan objek yang diteliti (Arikunto, 2010:198). Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan integrasi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes
dalam pembelajaran ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik.
Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPS
kompetensi dasar Interaksi Manusia Dengan lingkungannya. Soal tes ini

dalam bentuk pilihan ganda (objektif) dan uraian. Hasil pengolahan data
digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan jenis
instrumen tes. Tes adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan dengan cara
yang tepat dan cepat (Arikunto, 2009:23), bentuk tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ter tertulis. Tes yang akan digunakan dalam
penelitian ini telah diteliti validitas dan reabilitasnya sebelum digunakan.
Tes dilakukan untuk memperoleh data saat eksperimen diadakan. Tes
ini digunakan sebagai cara untuk memperoleh data kuantitatif yang
selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis. Pada penelitian ini
menggunakan tes hasil belajar.

c. Observasi
Di dalam penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu

objek

mengobservasi

dengan
dapat

menggunakan
dilakukan

seluruh

melalui

alat

indera,

penglihatan,

jadi,

penciuman,

pendengaran peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya


adalah pengamatan langsung.
Metode

observasi

dilaksanakan

dengan

format

atau

blangko

pengamatan sebagai instrumen. Metode observasi dalam hal ini digunakan


untuk mengetahui presentase peserta didik. Bentuk observasi berupa
lembar pengamatan yang secara rinci menampilkan aspek-aspek dari
proses yang harus diamati.
Data yang diperoleh dari metode observasi adalah persentase sikap dan
keterampilan siswa dan data persentase kinerja guru. Data tersebut
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer
selama penelitian berlangsung. Dalam hal ini objek yang diamati adalah
guru, siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung dikelas VII A,
VIIB SMP MUHAMMADIYAH Bumiayu

5. Analisis Instrumen Tes


Analisis instrumen ini meliputi uji Validitas butir soal, uji reliabilitas
instrumen, Daya Pembeda Soal,

a). Validitas
Menurut Sugiyono (2007:350), instrumen yang berupa tes perlu diuji
validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity).
Untuk instrument berupa non tes cukup diuji validitas konstruksi
(construct validity).
Validitas isi (content validity) suatu tes dapat diperoleh dengan
menggunakan pendapat para ahli. Setelah instrument dikonstruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli. Instrumen yang telah
disetujui oleh para ahli diujicobakan dalam populasi yang diambil.
Validitas konstrusi (construkt validity) suatu tes dapat diperoleh dengan
membandingkakn antara isi instrument dengan materi yang diajarkan.
Untuk menguji validitas konstruksi digunakan rumus Pearson Product
Moment Corelation
2

n y ( x )

n x 2( x 2 )

n xy x y
r xy =

Dengan
r xy
N

: koefisiensi korelasi skor item dan skor total


: banyaknya subjek

: jumlah skor item

: jumlah skor total

xy : jumlah perkalian skor item dengan skor total


x2 : jumlah kuadrat skor item
y2 : jumlah kuadrat skor total

Hasil perhitungan

r xy

dibandingkan dengan

r tabel

dengan taraf

keselarasan 5%. Jika r xy > r tabel


Maka instrument tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2007:357).

b). Reliabilitas
Menurut Arikunto (2009:86) analisis reliabilitas pada sebuah
instrument dilakukan untuk mengetahui taraf kepercayaan sebuah tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
(reliabel) apabila tes dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian
reabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Seandainya
hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak
berarti.
Adapun cara yang digunakan untuk menguji reabilitas tes uraian
adalah rumus alpha (Arikunto, 2009:109):

2i
n
r 11 =
1 2
(n1)
i

Dengan
r 11
N

: reabilitas yang dicari


: banyaknya item soal

: jumlah varians skor tiap item

2i

: varian total

r 11

Hasil perhitungan
kesalahan 5% jika

r 11

dibandingkan dengan
>

r tabel

r tabel

dengan taraf

maka item soal tersebut dikatakan

reliabel.

c). Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang mampu pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal,
digunakan rumus:
DP =

BA BB

=PAPB
JA JB

Keterangan :
DP :Daya pembeda
JA :Banyaknya peserta kelompok atas
JB :Banyaknya peserta kelompok bawah
BA :Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB :Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA :Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB :Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria :
No
1.

Interval DP
0,00 DP 0,20

Kriteria
Jelek

0,20 < DP 0,40


0,40 < DP 0,70
0,70 < DP 1,00

2.
3.
4.

Cukup
Baik
Baik Sekali

DP negatif soal harus diperbaiki

4). Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran. Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan
rumus:
P=

B
JS

Keterangan :
P : Taraf kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria :
No
1
2
3

6. Analisis Data

Interval P
0,00 P 0,30
0,30 < P 0,70
0,70 < P 1,00

Kriteria
Sukar
Sedang
Mudah

a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menetukan statistik yang digunakan
dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan
apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Uji
2
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Chi Kuadrat ( x ).

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data


variabel terkait. Pengujian normalitas data dengan

2
( x ) dilakukan

dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang
telah terkumpul (B) dengan kurva baku (A). Bila B tidak berbeda secara
signifikan dengan A, maka B merupakan data yang berdistribusi normal.

Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah :


a) Menentukan jumlah kelas interval untuk pengujian normalitas dengan chi
kuadrat ini, jumlah kelas ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang
yang ada pada kurva normal baku.
b) Menentukan panjang kelas interval

Panjang Kelas =

dataterbesardataterkecil
6( jumlah kelas interval)

c) Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong untuk


menghitung harga Chi Kuadrat hitung
d) Menentukan

fh

(frekuensi yang diharapkan) didasarkan pada persentase

luas tiap bidang kurva dikalikan kurva normal dikalikan jumlah data
observasi (jumlah individu dalam sampel)

e) Memasukkan harga-harga

fh

2
menghitung harga ( f 0 - f h

ke dalam tabel kolom

f 0f h

dan

f h , sekaligus

f) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel kriteria
pengujian :
h0 : x hitung < x tabel
2

h0 : x hitung x tabel
2

Dengan

= 0, 05% = 5 %

Data berdistribusi normal jika

x hitung < x tabel


2

dengan taraf kesalahan 5%

dan derajat kebesaran k-1 (Sugiyono, 2007: 80-82)

b. Uji Proporsi
Uji Proporsi dilakukan untuk menguji apakah hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar Interaksi Manusia dengan lingkungan dapat mencapai
ketuntasan. Indikator mencapai ketuntasan belajar yaitu mencapai ketuntasan
klasikal. Dalam penelitian ini, belajar dikatakan tuntas secara klasikal jika lebih
dari atau samadengan 75 % hasil belajar siswa minimal 75. Hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
H 0 : 0,795
H 1 : >0,795
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut

x
o
n
z=
0 (1 o )
n

keterangan :
z

: nilai t yang dihitung

: banyaknya siswa yang tuntas secara individual


o

: nilai yang dihipotesiskan

: jumlah anggota sampel

Kriteria pengujinnya yaitu


z 0,5

H0

ditolak jika

z z 0,5 .

Nilai

didapat dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 -

dengan
2005:235).

: 0,05. Dalam hal lainnya

H 0 diterima, (Sudjana,

Daftar Pustaka
Akhmad Sudrajat. (2008) Model Pembelajaran Inovatif.(online)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Anonim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Prabowo, Ardhi. 2009. Pengukuran tingkat kesukaran soal Uraian.
http://blog.unnes.ac.id pengukuran tingkat kesukaran soal uraian.
Sudjana. 2005. Metode stratistika.Bandung: Penerbit Tarsito
Tarmizi Ramadhan. (2008). Pembelajaran make a match (online)
http://pembelajarankooperatif make a match (diakses11januari2016)

Anda mungkin juga menyukai