Anda di halaman 1dari 5

A.

Sistem Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam.
Dalam bahasa karo aktifitas itu disebut Raron, sedangkan dalam Bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan. Sekolompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan
tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang
keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan
pesertanya.

B. Bahasa
Dalam, kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang batak menggunakan     beberapa
logat, ialah : logat karo (yang dipakai oleh orang Karo), logat pakpak (yang dipakai oleh
Pakpak), logat simalungun (yang dipakai oleh Simalungun), logat toba ( Yang dipakai oleh
orang Toba, Angkola dan Mandailing)

C. Sistem Kekerabatan

Sistem Kekerabatan orang Suku Batak pada umumnya berupa Patrilineal.


Patrilineal yaitu kelompok kekerabatan yang kelompok terkecilnya adalah keluarga batak
(keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

- adat menatap virilokal (patrilokal)

Sistem perkawinan

Perkawinan yang dianggap ideal di Suku Batak adalah perkawinan antara seseorang laki-laki
dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya/perkawinan antara orang-orang rimpal
(Marpariban)
Perkawinan pantangan :

1. Laki-laki Batak pantang kawin dengan wanita dari marganya sendiri dan juga dengan
anak perempuan dari saudara perempuan ayah.
2. Laki-laki Batak juga dilarang melakukan perkawinan Patri Parallel Cauosin.

Perkawinan umum :

Secara umum perkawinan bersifat eksogam sehingga mengenal marga pemberi gadis (hula-
hula) dan marga penerima gadis (Boru). Sistem perkawinan ini disebut Connubium Asi
Metris (Connobium Sepihak). Hula-hula memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Baru.
Selain perkawinan tersebut di atas ada adat perkawinan Levirat (lakoman) dan adat
perkawinan Sororat. Macam Lakoman :

 Lakoman Tiaken : Si Janda kawin dengan saudara almarhum suaminya.


 Lakoman Ngalihken Senina : Si Janda kawin dengan saudara tiri almarhum suaminya.
 Lakoman Ku Nandena : Si Janda kawin dengan anak saudara almarhum suaminya.

D. Agama
Kehidupan religi masyarakat Batak dipengaruhi beberapa agama. Agama Islam telah
masuk ke daerah Batak sekitar awal abad ke-19 yang dibawa oleh orang Minangkabau, dianut
oleh sebagian besar suku bangsa Batak bagian selatan, seperti Batak Mandailing dan
Angkola. Agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar
agama dari Jerman dan Belanda sekitar tahun 1863, terutama pada Batak Karo. Selain kedua
agama tersebut orang Batak juga mempunyai kepercayaan pada animisme. Orang Batak
percaya bahwa alam beserta isinya diciptakan oleh Debata Mula Jadi, Na Bolon (Toba) atau
Dibata Kaci-Kaci (Karo) yang bertempat tinggal di langit. Masyarakat Batak juga mengenal
tiga konsep jiwa dan roh, yaitu tondi, sahala, dan begu.
Tondi merupakan jiwa atau roh yang juga merupakan kekuatan. Tondi diterima sewaktu
seseorang berada dalam rahim ibu. Jika Tondi keluar sementara, seseorang akan sakit, dan
jika keluar seterusnya maka akan mati. Sahala adalah kekuatan yang menentukan hidup
seseorang yang diterima bersama tondi sewaktu masih dalam rahim ibu. Sahala atau roh
setiap orang kekuatannya tidak sama. Begu adalah tondi yang meninggal. Begu dapat
bertingkah laku sebagaimana manusia, ada yang baik ada juga yang jahat. Supaya tidak
mengganggu, begu diberi sesajen.

E. Mata Pencaharian
Secara umum masyarakat Suku Batak bermata pencaharian sebagai petani.
Huta sebagai pemegang hak tanah ulanya (tanah persekutuan atas milik bersama yang
digunakan untuk kepentingan bersama).
Masyarakkat Batak mengenal :
Tanah Panjaean : Tanah yang diberikan kepada seseorang laki-laki yang sudah berumah
tangga, pemberian ini sebagai modal utama.
Tanah Pau Seang : Tanah yang diterima seorang anak perempuan dari orang tuanya pada hari
perkawinan.
Tanah Parbagian : Tanah yang diwarisi oleh seorang anak laki-laki dari orang tuanya yang
sudah meninggal.
Masyarakat Batak mengenal sistem kerja gotong-royong dalam bercocok tanam yang disebut
Raron (Karo) atau Marsiurupan (Toba).

F. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang
dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala
dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-
ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso
gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang
panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang
mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

G. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-Tor (bersifat magis); Tari Serampang dua belas (bersifat
hiburan). Alat music tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak
adalah kain ulos.

Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian,
penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara Tor-tor. Kain adat
sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang.
TUGAS ETNOGRAFI INDONESIA
KEBUDAYAAN BATAK

Nama: Deri Indrahadi

NIM: 1302214

Fakultas: Ilmu-ilmu Sosial

Jurusan: Sosiologi

Prodi: Pendidikan Sosiologi Antropologi

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

Anda mungkin juga menyukai