Sistem pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno
dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu
disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan.
Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan
alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok
tanam dalam kehidupannya. Unsur teknologi lainnya
yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang
Mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak
3.
Organisasi sosial
Terdiri dari pernikahan dan kekerabatan.
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan
orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah
dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain
marganya (eksogami )
4.
5. Mata opencaharian
7. Kesenian
Kepemimpinan
Batak Toba mengenal jenis kepemimpinan sebagai
berikut :
Raja Huta , yakni pemimpin tertinggi di dalam satu huta atau kampung
pemukiman.
Raja Horja , yaitu raja yang memimpin beberapa huta (kampung) yang
bergabung menjadi satu horja.
Raja Bius, yaitu raja yang memimpin upacara di dalam satu persekutuan
bius.
Raja Parbaringin yaitu terdiri dari empat orang yang dipilih anggota
masyarakat dari tiap-tiap bius marga dalam satu rapat khusus.
Raja Maropat (Toba), adalah para pemimpin yang secara struktural
dibentuk oleh Raja Sisingamangaraja XII, sebagai orang yang sangat
dipercayainya dalam segala hal.
Lanjutan
Masyarakat adat Batak Toba dalam hal pemilihan
pemimpin mereka sudah mengenal sistem Demokrasi.
Berdasarkan pendapat Pospisil pendekatan terhadap
kepemimpinan oleh masyarakat adat Batak Toba ialah
pendekatan Sosiometrik yang dimana pemimpin itu
ditentukan dengan teknik pemilihan anggota dengan
perhitungan puluhan.
Dengan pendekatan yang bersifat soisometrik tersebut
maka kedudukan yang diperoleh oleh pemimpin dalam
adat Batak Toba merupakan kedudukan yang bersifat
achieved status yaitu kedudukan yang hanya dapat
diperoleh dengan usaha dan bukan merupakan kedudukan
social yang bersifat ascribed status yaitu kedudukan social
yang diperoleh dengan sendirinya.
Pernikahan
Proses pernikahan dalam adat kebudayaan Batak
Toba menganut hukum eksogami (pernikahan di luar
kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan
bahwa dalam masyarakat Batak Toba: orang tidak
mengambil isteri dari kalangan kelompok marga
sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan
kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan
bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan
galur suami didalam garis lelaki.
Ada 2 (dua) ciri utama pernikahan ideal dalam
masyarakat Batak-Toba, yakni:
Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua
mempelai, dan
Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni
gabe (kebahagiaan,kesejahteraan), dan demikian
mereka akan dikaruniai banyak anak.
Lanjutan
Berdasarkan pendapat Posposil yang
mengatakan
bahwa hukum harus memenuhi empat
syarat,
yakni :
a. Attribute of authority.
b. Attribute of intention of universal
application.
c. Attribute of obliogation.
d. Attribute of sanction
Lanjutan
Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah,
ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural, yaitu: jika mata seseorang bengkak,
orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik (misalnya: mengintip). Cara
mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah
dengan mengoleskan air sirih. Nama tidak cocok
dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat
orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan
mengganti nama tersebut dengan nama yang lain,
yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan
jamuan adat bersama keluarga.
Pengobatan
Dalam budaya Batak dikenal adanya kitab
pengobatan yang isinya diantaranya adalah,
Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di
dalam air sudah ada gunanya masing-masing di
dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua
manusia yang dapat menyatukan darahku dengan
darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk
kehidupanmu. Di dalam kehidupan Si Raja Batak
dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak
dalam kandungan sampai melahirkan.
Lanjutan
Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Perawatan dalam kandungan: menggunakan salusu yaitu satu
butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan.
Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk
purut dan daun sirih.
Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada
putih dan iris jorango.
Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas Batak saat
melahirkan yang diresap dari bangun-bangun, daging ayam,
kemiri dan kelapa.
TERIMA KASIH