Anda di halaman 1dari 16

Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak

yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan,


Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban lulu, dan sekitarnya.
Silindung, Samosir, dan Humbang bukanlah Toba. Karena 4
(empat)
sub
atau
bagian
suku
bangsa
Batak
(Silindung_Samosir_Humbang_Toba) memiliki wilayah dan
contoh marga yang berbeda.

Mengenal Suku Batak


a. Bahasa
Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo
Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak
Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun
Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan
Mandailing.
b.

Sistem pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno
dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu
disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan.

Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan
alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok
tanam dalam kehidupannya. Unsur teknologi lainnya
yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang
Mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak
3.

Organisasi sosial
Terdiri dari pernikahan dan kekerabatan.
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan
orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah
dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain
marganya (eksogami )
4.

5. Mata opencaharian

Pada umumnya masyarakat Batak. Perternakan juga


salah satu mata pencaharian suku batak antara lain
perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan
bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian
penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga
berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran
kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan
Pariwisata bercocok tanam padi di sawah dan ladang.
6. Sistem religi

Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta


beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na
Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan
mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan
kedudukanya

7. Kesenian

Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari


serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat
Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil
kerajinan tenun dari suku batak adalah kain
ulos.

Kepemimpinan
Batak Toba mengenal jenis kepemimpinan sebagai
berikut :
Raja Huta , yakni pemimpin tertinggi di dalam satu huta atau kampung
pemukiman.
Raja Horja , yaitu raja yang memimpin beberapa huta (kampung) yang
bergabung menjadi satu horja.
Raja Bius, yaitu raja yang memimpin upacara di dalam satu persekutuan
bius.
Raja Parbaringin yaitu terdiri dari empat orang yang dipilih anggota
masyarakat dari tiap-tiap bius marga dalam satu rapat khusus.
Raja Maropat (Toba), adalah para pemimpin yang secara struktural
dibentuk oleh Raja Sisingamangaraja XII, sebagai orang yang sangat
dipercayainya dalam segala hal.

Lanjutan
Masyarakat adat Batak Toba dalam hal pemilihan
pemimpin mereka sudah mengenal sistem Demokrasi.
Berdasarkan pendapat Pospisil pendekatan terhadap
kepemimpinan oleh masyarakat adat Batak Toba ialah
pendekatan Sosiometrik yang dimana pemimpin itu
ditentukan dengan teknik pemilihan anggota dengan
perhitungan puluhan.
Dengan pendekatan yang bersifat soisometrik tersebut
maka kedudukan yang diperoleh oleh pemimpin dalam
adat Batak Toba merupakan kedudukan yang bersifat
achieved status yaitu kedudukan yang hanya dapat
diperoleh dengan usaha dan bukan merupakan kedudukan
social yang bersifat ascribed status yaitu kedudukan social
yang diperoleh dengan sendirinya.

Pernikahan
Proses pernikahan dalam adat kebudayaan Batak
Toba menganut hukum eksogami (pernikahan di luar
kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan
bahwa dalam masyarakat Batak Toba: orang tidak
mengambil isteri dari kalangan kelompok marga
sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan
kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan
bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan
galur suami didalam garis lelaki.
Ada 2 (dua) ciri utama pernikahan ideal dalam
masyarakat Batak-Toba, yakni:
Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua
mempelai, dan
Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni
gabe (kebahagiaan,kesejahteraan), dan demikian
mereka akan dikaruniai banyak anak.

Lanjutan
Berdasarkan pendapat Posposil yang
mengatakan
bahwa hukum harus memenuhi empat
syarat,
yakni :
a. Attribute of authority.
b. Attribute of intention of universal
application.
c. Attribute of obliogation.
d. Attribute of sanction

Sistem Kekerabatan dan Pembagian Harta


Waris
Masyarakat Batak yang menganut sistem kekeluargaan
yang patrilineal yaitu garis keturunan ditarik dari ayah.
Dalam pembagian warisan orangtua. Yang mendapatkan
warisan adalah anak laki laki sedangkan anak perempuan
mendapatkan bagian dari orang tua suaminya atau dengan
kata lain pihak perempuan mendapatkan warisan dengan
cara hibah.
Dalam Ruhut-ruhut ni adat Batak (Peraturan Adat batak)
jelas disana diberikan pembagian warisan bagi perempuan
yaitu, dalam hal pembagian harta warisan bahwa anak
Perempuan hanya memperoleh: Tanah (Haumapauseang)
Nasi Siang (Indahan Arian), warisan dari Kakek (Dondon
Tua), tanah sekadar (Hauma Punsu Tali).

Delik Adat (Penculikan)


Mengenai hukum pelanggaran digunakan istilah
panguhumon ta angka parsala , yang berarti hukum
dalam hal mereka yang berbuat salah, pengadilan
terhadap mereka serta hukuman yang dijatuhkan. Sala
berarti kesalahan, perbuatan tercela, pelanggaran,
parsala (orang yang melakukan suatu kesalahan,orang
yang melakukan pelanggaran). Istilah parsala agak
luas penerapanya daripada pengaloasi (orang
yangmenyalahi), karena mangaloasi (menyalahi) yang
menyangkut peraturan dan tata tertib yang secara
khusus diumumkan sebagai peraturan yang harus
dipatuhi, sedangkan parsala dapat juga berarti sesuatu
yang tidak boleh dilakukan, dalam arti yang lebih
umum.

Konsep Sehat Sakit


Arti sakit bagi orang Batak adalah keadaan
dimana seseorang hanya berbaring, dan
penyembuhannya melalui cara-cara tradisional,
atau ada juga yang membawa orang yang sakit
tersebut kepada dukun atau orang pintar.

Lanjutan
Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah,
ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural, yaitu: jika mata seseorang bengkak,
orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik (misalnya: mengintip). Cara
mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah
dengan mengoleskan air sirih. Nama tidak cocok
dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat
orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan
mengganti nama tersebut dengan nama yang lain,
yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan
jamuan adat bersama keluarga.

Pengobatan
Dalam budaya Batak dikenal adanya kitab
pengobatan yang isinya diantaranya adalah,
Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di
dalam air sudah ada gunanya masing-masing di
dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua
manusia yang dapat menyatukan darahku dengan
darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk
kehidupanmu. Di dalam kehidupan Si Raja Batak
dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak
dalam kandungan sampai melahirkan.

Lanjutan
Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Perawatan dalam kandungan: menggunakan salusu yaitu satu
butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan.
Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk
purut dan daun sirih.
Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada
putih dan iris jorango.
Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas Batak saat
melahirkan yang diresap dari bangun-bangun, daging ayam,
kemiri dan kelapa.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai