Suku Batak Toba merupakan suku yang paling banyak memiliki pakaian adat yang
disebut ulos. Ulos adalah kain buatan tangan penenun perempuan maupun laki – laki
suku batak yang berasal dari tapanuli – sumatera utara. Ulos dibuat dari benang tesek
dengan menggunakan matagun. Selain menggunakan matagun kita juga dapat
menggunakan kunca dan jangkar. Kedua alat ini tidak hanya untuk membuat ulos saja
tetapi dapat juga digunakan untuk membuat batik. Lama pembuatan 1 ulos dengan
ukuran panjang 2 meter x 90 centimeter adalah kira - kira 2 jam. Proses pembuatan ulos
yaitu, pertama – tama benang dicucuk setelah benang dicucuk kemudian benag
tersebut distelkan, setelah ulosnya jadi kemudian ulosnya dikanji terlebih dahulu setelah
itu disirat, kemudian ulosnya di jemur selama 3 jam. Ulos batak toba memiliki banyak
sekali jenis berdasarkan tingkatan lidinya.
Ulos memiliki 3 warna dasar yang menggambarkan makna yang berbeda – beda.
Warna tersebut, adalah warna hitam yang menggambarkan kewibawaan, kemapanan
pikiran, kemudian warna merah yang menggambarkan warna “ darah” yang
menggambarkan kehidupan, dan yang terakhir adalah warna putih yang menggambar
kesucian, kehormatan dan ketulusan hati. Tapi seiring perkembangan zaman sudah
mulai banyak warna - warna yang muncul lagi, diantaranya adalah warna kuning, biru,
hijau, dll. Ulos yang ada dipasaran biasanya dijual dengan harga Rp35.000 – Rp
2.000.000.
Ragi Jugia atau Ulos Homitan, yaitu ulos yang ditenun dengan
menggunakan 7 batang Lidi. Ulos inilah peringkat terwahid atau
tertinggi dalam ulos Batak Toba. Ragi Jugia dikenal juga dengan
sebutan PINUSSAAN, artinya ulos yang dikembangkan dari tingkat
sebelumnya yaitu ragi hidup menjadi ragi jugia, yang semula
menggunakan 5 lidi (ragi idup) menjadi 7 lidi.
Ragi Hidup, proses pembuatan ulos ini menggunakan 5 lidi. Ulos ini
digunakan sebagai selendang untuk orang – orang yang sudah
merasakan kemapanan hidup dalam keturunan yaitu dia sudah
mempunyai cucu dari anak perempuan dan anak laki – laki. untuk
membeli atau mendapatkan ulos ini harus hati hati , semua bentuk
ataupun gorga yang ada di ulos itu sangat menentukan oleh
karenanya ulos itu harus mempunyai syarat sebagai berikut :
1.Harus Terang dan bersih (tio/torang) dilihat ulos tersebut.
2.Harus rapi tenunannya.
3.Harus ganjil bilangan “honda”.
4.Harus tepat bilangan “ipon” nya.
Ragi Sibolang , Ulos ini ditenun dengan menggunakan 3 lidi, dahulu
kala namanya berasal dari ‘si bulang’ yang diberikan kepada orang
pantas di hormati karena berjasa. Kalau sekarang diberikan untuk
mangulosi Hela maka diberilah namanya “Ulos Pansamot”, dengan
harapan kepada yang diulosi, agar dapat menjadi tempat pengaduan.
Juga ulos ini sering juga dibuat untuk menghadapi adat kepada yang
meninggal, juga dibuat sebagai “tujung” bagi janda atau duda
(namabalu) yang belum saur matua (bercucu dari anak dan boru/anak
perempuan dan semua anaknya sudah menikah), sedangkan untuk
saur matua lebih sering digunakan ulos ragi idup. Makna tiga Lidi/ragi
dalam ulos sibolang dalam acara adat sukacita adalah :
a. Hagabeon.
b. Hamoraon.
c. Hasangapon.
Sedangkan makna ulos si bolang dalam acara adat duka cita adalah:
a. Tibu tarapul (Cepat-cepat terhidur/dapat penghiburan dari Tuhan.
b. Supaya yang ditinggalkan (Suami/istri) mengayomi dan
membesarkan anaknya (Manggomgom pinopprna).
c. Berdoa dan bekerja keras, demi masa depan seluruh anggota
keluarga yang ditinggalkan mendiang ayahanda/ibunda.
Ragi Hotang, Ulos ini ditenun dengan menggunakan 3 lidi/3 ragi.
Pada zaman dahulu rotan (hotang) adalah tali pengikat sebuah benda
yang sangat kuat dan ampuh. Dengan pemberian ulos ini maka
maksudnya adalah agar ikatan batin kedua pengantin dapat teguh dan
kokoh seperti rotan. Umumnya ulos ini sering dipergunakan
masyarakat Batak karena kharisma yang dimilikinya, Ulos Ragi Hotang
yang baik namanya adalah “ Potir si na gok”. Sebagaimana namanya,
Ragi Hotang dimaknai dengan 3 ragi yaitu :
a. Memiliki tubuh/fisik yang kuat (Bekerja keras).
b. Memiliki Jiwa/Akhlak yang kuat (Benget/tahan uji).
c. Memiliki tondi atau iman yang kuat(Punya pengharapan).
Dikalangan masyarakat toba ulos dimanfaatkan untuk mangulosi
daging dan tondi. Bukan hanya itu saja ulos juga bermanfaat untuk
bermanfaat sebagai pakaian penari sigale – gale, untuk menyelimuti
orang yang sudah mati, digunakan sebagai simbol orang batak saat
pergi ke pesta, ulos juga digunakan sebagai simbol dari penyampaian
sebuah doa, agar segera dapat anak, segera mendapatkan yang
dicari( jabatan, pekerjaan, dan berkah) yang tentu saja hal ini di
iringan dengan doa.
JADWAL OBSERVASI