Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI BAB 2

Video Museum Melayu : Harta Tahta Peninggalan Kepulauan Melayu Riau || Museum
Lingga Cahaya Daik Lingga
Link Video : https://youtu.be/ER3Fybfs76k
1. Kukuran Kelapa
Kukuran ialah sejenis alat yang digunakan untuk mengukur atau mengeruk
(mengikis) isi kelapa. Barang ini merupakan salah satu alat terpenting dalam kehidupan
masyarakat Melayu. Kukuran tradisional terbuat dari batang untuk tempat duduk dan
tempat untuk meletakkan besi mata kukur. Kemudian pembuatan alat ini semakin
berkembang dan memiliki papan yang berbentuk segi empat sehingga mata kukuran
dapat dibuka apabila hendak digunakan dan dilipat bila tidak digunakan lagi. Biasanya
kukuran terdiri dari tiga bentuk yaitu kukuran duduk, kukuran kotak dan kukuran silang

Gambar 1. Kukuran kelapa duduk.


2. Tempayan
Tempayan adalah suatu wadah bundar yang biasanya terbuat dari tanah liat dan
bagian atasnya bermulut lebar. Orang Melayu jaman dahulu sering meletakkan tempayan
ini di kaki tangga depan untuk menyimpan air untuk membasuh kaki sebelum naik ke
rumah. Selain itu, tempayan kecil juga bisa digunakan untuk menyimpan makanan, atau
barang barang yang diinginkan.

Gambar 2. Tempayan
3. Tepak Sirih
Tepak Sirih merupakan tempat untuk menyimpan bahan dan alat untuk
mengunyah daun sirih. tepak sirih biasanya terbuat dari bahan logam seperti kuningan,
perak bahkan emas dengan beragam bentuk, namun yang paling sering dipakai adalah
bentuk kotak. Dahulu tepak sirih merupakan hal yang lumrah dan selalu dimiliki oleh
setiap keluarga. Saat ini, karena kebiasaan mengunyah daun sirih sudah mulai luntur,
Teoak Sirih pun sudah jarang ditemui di rumah rumah Suku Melayu. Namun, Tepak Sirih
ini masih sering kita jumpai di acara adat atau acara spesial bagi masyarakat Suku
Melayu sepperti acara pernikahan, penyambutan tamu dan sebagainya.

Gambar 3. Tepak Sirih


REFLEKSI BAB 2
Saudara dapat merenungkan bagaimana sumber daya kebudayaan yang masih belum tersentuh
untuk kemajuan bangsa. Padahal,Indonesia selain memiliki sumber daya alam, sumber daya
manusia,juga memiliki sumber daya budaya yang sangat kaya. Ketika dikemas dan dijadikan
komoditas sedemikian rupa, sumber daya ini akan menghasilkan pendapatan asli daerah untuk
mendukung pendapatan daerah dalam bentuk pariwisata daerah yang sekaligus menjaga jati diri
dan karakter masyarakat itu sendiri.
Pembahasan:
Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman budaya. Kekayaan dan keragaman budaya itu
terbentuk melalui proses panjang melalui interaksi antarsuku di Indonesia maupun hasil
persinggungan dengan budaya bangsa lain. Keragaman budaya Indonesia sangat potensial untuk
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Tetapi sampai saat ini, keragaman budaya di Indonesia
belum dimanfaatkan secara optimal untuk menyejahterakan masyarakat.
Semua potensi dan kekayaan yang dimiliki Indonesia tersebut merupakan anugerah Tuhan
kepada bangsa Indonesia. Sebagai warga negara, kita patut bersyukur atas semua anugerah
tersebut. Selain itu, kita juga berupaya lebih keras untuk mengelola sumber daya alam yang
melimpah. Karena Indonesia belum menjadi sebuah negara maju. Upaya untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara maju dapat dilakukan dengan mempelajari potensi lokasi, sumber daya
alam, sumber daya manusia dan sumber daya budaya Indonesia. keberagaman budaya di
Indonesia memiliki dampak positif sebagai berikut:
1. Kekayaan budaya
Masyarakat majemuk dengan segala perbedaannya membuat Indonesia menjadi
sebuah negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya ini akan menimbulkan hal-hal
positif lainnya, yaitu:
a. Punya rasa bangga sekaligus rasa ikut saling memiliki.
b. Hal ini akan menciptakan rasa kebersamaan, persaudaraan, sekaligus persatuan
yang lebih kuat.
c. Munculnya rasa toleransi. Berada dalam satu atap NKRI akan menimbulkan rasa
persaudaraan yang erat.
d. Hal ini akhirnya menciptakan rasa toleransi dan saling menghargai perbedaan
yang ada.
2. Identitas bangsa Keberagaman budaya juga bisa menjadi identitas atau ciri khas bangsa
Indonesia di mata dunia. Dengan demikian, Indonesia akan dikenal sebagai negara yang
unik dengan kekayaan budaya yang tak dimiliki oleh negara lain. Penggambaran tentang
kekayaan budaya bangsa Indonesia itu dikemukakan Direktur Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik (IKP), Kementerian Komunikasi & Informatika RI, Freddy H.
Tulung .Menurut beliau, bangsa Indonesia memiliki 742 bahasa/dialek, terdiri atas
berbagai suku bangsa dan sub suku bangsa, jumlahnya tidak kurang dari 478 suku
bangsa. "Kekayaan dan keanekaragaman budaya dan bahasa itu ketika menyatu benar-
benar melahirkan keindahan," katanya.
EVALUASI BAB 3
1. Jenis-jenis gerga yang terdapat pada rumah adat Pakpak :
Link Video: https://youtu.be/v0eFZa-u33Q
a) Gerga Nengger/Nipermunung
b) Gerga Perhembun kumeke
c) Gerga Epen-Epen
d) Gerga Persalimbat
e) Gerga Perkupkup manun
f) Gerga Desa si waluh
g) Gerga Persurar kelang/perbituka berrek
h) Gerga Perotor kera
i) Gerga Perbunga koning
j) Gerga Beraspati sapo/Cak-caken
k) Gerga Parbunga rintua
l) Gerga Parbunga paku
m) Gerga Pardori Nangka
n) Gerga Adep
o) Gerga Parsangkut rante
p) Gerga Parbunga kimbang
2. Dari wawancara salah satu keluarga Pakpak ditemukan hasil bahwa suku Pakpak tidak
mengenal istilah daliken sitellu dalam sistim kekerabatannya ataupun dalam sistim
masyarakat.Tetapi suku Pakpak mengenal istilah "Sulang Silima" yang terdiri dari pihak
keluarga ayah itu disebut “Perisang-isang,pertulang tengah,pereku-ekur”. Pertulang
Tengah adalah pihak keluarga bapak /marga bapak paling tua. Pertulang Tengah pihak
marga bapak dari yang ditengah dan perekur-ekur pihak marga bapak dari yang paling
kecil. Kemudian dari pihak mama atau tempat pengambilan beru disebut Kula-
kula,kemudian pihak yang mengambil beru kita ataupun keluarga turangnya bapak itu
disebut beru .Itulah istilah kekerabatan dari sulang silima pada suku Pakpak yaitu:
Perisang-isang,pertulang tengah, pereku-ekur,kulakula dan beru. Sedangkan dari internet,
daliken sitellu berarti tungku yang tiga. Daliken berarti batu tungku, si berarti yang, telu
berarti tiga. Masyarakat Batak Toba dan Mandailing mengenalnya dengan sebutan
dalihan na tolu. Daliken si telu berfungsi sebagai alat pemersatu pada masyarakat Karo,
dan dapat mengikat hubungan kekerabatan.
3. UMPAMA KIPESELLOH HATI DABERU (rayuan untuk mempelai wanita)
Lambas bulung ni sukat, puluk itengah ni karangen,
tung sms pe nasakat, enggo dosken surdukmo tangan mersijalangen.
Gatap ku si males2, ku cucuk ken i lubang mben-ben.
Ulang ko dak tangis, tang roh deng aku baremben.
bulung ni langge langge, kuidah kayu merbanggu.
kunu turang isukarame, tapi ukur ku tong ngo bamu.
Ndaoh pe kutadingken kutangku, alai sai tongngo kuenget katangki.
Ndaoh pe kutadingken ko turang katemu, alai sai tongngo bamu rokangki.
ketang ketare ketang kutiri, rupa benangmu mergele_gele.
nda kucari nda kupikiri, rana mu bari nggo bakune?
Males bulung ni page, sitabar man palkoh-palkohn.
Mla saut ngo ko sijahe, tadingken gambar man permanohen.

UMPAMA MERDEA MARGA


Merbante mahan luah, Asa lot dalan kirana.
Kade ngo ndia merulah, Mbue kita lolo merdea margana.
Pulung kita asa idoken kata, Dengkohen rana asa kita mahangga.
Mpungta oda menadingken harta, Permanohenna Adat deket Marga.
Laus mi lebbuh mengaleng randat, Randat perlebbuh si mahargana.
Kita nggeluh i kandung adat, Adat nggeluh kerna lot margana.
Pola i rebben i penangkih peraganta, Merketika lebben asa mbue pola peraganta.
Oda kita si rehen muna teridah marganta, Oda kita kelehen muna sipake marganta.
Tudungna bulung i udan ndarngap, Lae mpedas ngo peridinna.
Empungta surung sipesangap, Belkas memasu-masu mo tendina.
Muna petelpak merbage-bage ranana, Perukur nggara tah kade kata sitokona.
Kalak Pakpak si Merdea Margana, Bage anak mbara oda ndorok kijujung lupona.
Mbue riar uluk maharganta, Maharga ngo kata ni tendungta.
Unang mbiar memake marganta, Karna pergeraha ngo empungta.
Bagimomo umpama deket rananta, Cerita sinderang kita pedempak.
Sada mo kata sipake mo marganta, Asa terberita kita Suku Pakpak.

UMPAMA KULA-KULA MERBERU


Manuk Jagur takuak nggangg sorana, Sorana terbege soh mi biding duru.
Kami anak Singgabur ki baing umpama, Umpa nami adat kula-kula merberu.
cingkerru unang i poles, Mengula mo dak ganan.
Muna beru merutang oles, Kula-kula merutang pangaan.
Ndarngap cilendung i bena sampula, Sinderang mardang i nggara ari.
Pande mo beru kipesangap kula-kula, Nahan ibere pasu-pasu asa kenan cinari.
Page i rakut i tutupi nderu, Jelma mpersah mangan oda lot rorohna.
Pande mo kita muat ukur ni beru, Asa beru ngkasah lako mere gegohna.
Genep mengula lotngo jambarna, Mende i pengranaen burju mengula.
Menet-menet ni kula-kula lotngo tambarna, Embah Nakan Adat bereken mi kula-kula.
Genep bidingduru lae ordi lot kamparna, Mulai kan uruk soh mi lebuh kepar.
Menet-menet ni beru oda lot tambarna, Menuruk-nuruk tarap teruh apar-apar.
Enggo ndekah rebak kta karina, Karina kita sendalnen unang petelpak.
Bagimo pedah mpungta Pakpak arnia, Bagima si merdalan i adat Pakpak.

UMPAMA KISOHKEN PEDDAH (memberi nasihat)


Dates delleng siraut, iterruhna kuta tambahan.
mella persah pe akapen si daging, unang lupa kita marsodip mi tuhan ta.
Cibon ari udan, Mi rumah kt merjujung page.
Pidon mendahi tuhan, Njuah2 kt krina bgi ma dpet gabe.
mbras page lambang dukut
mlla lot nggrah ate ulang soh mi sukut.
Pegagan Kuta ni Empung, Sidikalang kuta ni Inang.
ntah idike pe kita marpulung, Sai njuah-njuah mo kita karina.

UMPAMA MERBERU SIDEBAN (dari orang yang memperistri Berru dari marga yang
tidak sama dengan marga pengantin perempuan)
Pote i giling campur belacan kimpal, Kundul mangan i belagen apar-apar.
Kate ni inang asa can kenah kawin mi impal, Bakune mo diri kundul purmaenna beru
kalak kepar.

Iambasken tanganna lako tumatak, Nenehna merlangkah karina serempak.


Ode pe kami mer beru Pakpak, Tapi Perangena dkt ngkasahna pas bage beru Pakpak.
Menoto rambah mahan juma page, Kenah tumaktak sambil menuan rondat.
Perlolo janah ramah ngo Purmaenmu nange, Pande tumatak deket jelma peradat.
Muna kirana kenah rana mersepuh , Sorana hanjar pas bage jelma merende.
Kita Karina sai ndekkah nggelluh, Bere kami ajar Nange dkt pedah mende.
Mersora Imbo i tiki rumabi, I Pakpaki kayu mahan seban.
Bagimo lebbe umpama nami, Kami Pakpak merberu sideban.
Tokkok si ohor-ohor, kain panjang babo ganjela.
Rokok pe mak trtokor, jadi mrtandang pe jdi mela.
Merdalan misimpang jambu, kennah belusen tanoh tumburen.
berru nisepe iembah kono mijabu, tongngoi berru nipuhun
4. NATAMPUK EMAS
Seorang gadis cantik nan rupawan bernama nantampuk mas berhasil memikat
pemuda Saraan, dan pemuda itupun berniat untuk meminangnya. Melalui berbagai proses
akhirnya kedua sejoli itu pun memantapkan diri akan menikah. Usai proses lamaran adat
kelurga natampuk mas atau keturunan marga angkat memberikan satu syarat ganjil yang
mana mereka tidak memperbolehkan anaknya untuk berjalan menujur rumah keluarga
pemuda Saraan tersebut. Syarat itupun di indahkan, Natampuk mas tidak dibiarkan
berjalan melainkan ditandu oleh keluarga mempelai. Setelah beberapa hari dilewati
Natampuk tetap tak keluar dari bilik dan mengundang rasa penasaran dari keluarga
Saraan. Akhirnya mereka pun sepakat untuk membuka bilik tersebut namun terkejut
karena mendapati Natampuk mas tidak dapat berjalan. Namun walaupun hal itu terjadi,
pria Saraan tersebut tidak mengurungkan niat nya dan tetap memperistri putri Angkat itu.
Berbeda dengan keluarga Natampuk sendiri yang malah menganggapnya sebagai beban
baru. Merasa terpuruk dan tertekan gadis itupun melarikan diri ke labbuh (kampung).
Singkat ceritanya, keluarga gadis Angkat itu meminta Saraan untuk memberikan
7 kerbau sebagai permintaan maaf karena telah mempermalukan mereka. Namun
permintaan itu tidak lekas dipenuhi hingga suatu ketika marga Angkat hendak
melaksanakan pesta besar. Terjadi cekcok karena Sarapan mengganggap 7 kerbau itu
sudah impas karena Nantampuk Mas sudah diterima kembali oleh keluarga Saraan.
Tetapi karena takut, mereka akhirnya tetap memberikan 1 kerbau. Peristiwa-peristiwa
aneh mulai muncul saat 1 kerbau itu dibawa, guntur Hadir dan membuat kerbau berubah
menjadi batu. Sayup-sayup, terdengar suara empung (nenek moyang, mahluk tak kasat)
yang mengatakan kalau kerbau itu adalah simbol perdamaian karena pertikaian kedua
keluarga tersebut.
REFLEKSI BAB 3
Suku Pakpak sebagai salah satu suku terbesar di Sumatera Utara diharapkan dapat terus
menjaga eksistensi budayanya. Eksistensi budaya Pakpak dapat terwujud apabila masyarakat dan
pemerintah saling bersinergi untuk mendukung tujuan tersebut. Kebudayaan Pakpak memiliki
nilai kearifan lokal yang masih sangat relevan untuk saat ini. Selain itu, suku Pakpak diharapkan
perlu mengenalkan kebudayaan kepada masyarakat luas, sehingga eksistensinya dapat terwujud.
Pembahasan :
Sebagai salah satu suku yang persebarannya luas di daerah sumatera utara maupun di luar
daerah, tentu suku Pakpak merupakan suatu hal yang perlu dijaga eksistensinya. Hal ini berguna
supaya keberadaan suku Pakpak masih dapat dirasakan dan terjaga hingga kini. Sebab, suku
Pakpak memiliki banyak kearifan lokal yang mendukung eksistensi suku tersebut. Kearifan lokal
yang dimiliki suku Pakpak terwujud dalam peninggalan turun temurun dari nenek moyang.
Seperti budaya tradisional Pakpak, bahasa Pakpak, seni rupa Pakpak serta musik dan tarian
Pakpak. Kearifan lokal yang dimiliki tersebut tentu perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat
dan pemerintah yang saling bekerja sama dalam menjaga kelestarian tersebut. Setiap elemen
masyarakat maupun pemerintah memiliki peran dalam menjaga keberlangsungan eksistensi
budaya Pakpak. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengenalkan dan
mempromosikan kearifan lokal suku Pakpak pada masyarakat luas. Sehingga eksistensi suku
Pakpak dapat tetap dipertahankan.

Referensi
http://bintangcren.blogspot.com/2013/10/batu-kerbo-dalam-cerita-rakyat-dairi.html?m=1
http://dinayatigurning.blogspot.com/2015/11/cerita-rakyat-dairi-pakpak.html?m=1
https://sumut.voi.id/aktual/37439/cerita-nantampuk-emmas-asal-sumatera-utara
http://warisanbudaya.50webs.com/file/Kukuran.html
https://www.museumnasional.or.id/simbol-keramahtamahan-dalam-tradisi-menginang-3781
https://youtu.be/ER3Fybfs76k

Anda mungkin juga menyukai