Anda di halaman 1dari 10

EMPAT LAWANG, SUMATERA SELATAN

1. Letak Geografis
A. Letak Geografis
Kabupaten Empat Lawang merupakan salah satu kabupaten yang berada
di bagian barat provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, kabupaten ini
berada di antara 3°25'–4°15' Lintang Selatan dan 102°37'–103°45' Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Empat Lawang adalah 2.256,44 km².
B. Iklim
Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Empat Lawang
beriklim tropis. Tipe iklim tropisnya adalah iklim hutan hujan tropis (Af)
dengan curah hujan yang tinggi hampir sepanjang tahun. Suhu udara di
wilayah Kabupaten Empat Lawang bervariasi antara 18°–30 °C. Tingkat
kelembapan nisbi di wilayah kabupaten ini cukup tinggi yaitu ±82%.
Curah hujan tahunan di wilayah Empat Lawang berkisar antara 2700–
3200 mm per tahun dengan jumlah hari hujan lebih dari 150 hari hujan
per tahun. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember–Januari
dengan curah hujan bulanan lebih dari 330 mm per bulan, sedangkan
curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni–Juli dengan curah hujan
bulanan kurang dari 140 mm per bulan.
C. Hidrologi
Wilayah Kabupaten Empat Lawang dilalui oleh salah satu sungai besar di
selatan Pulau Sumatera, yaitu Sungai Musi. Selain itu, banyak pula aliran
anak sungai Musi yang menyebar di wilayah kabupaten ini. Di wilayah
Pegunungan Bukit Barisan pun banyak dijumpai mata air yang merupakan
hulu dari aliran-aliran sungai.

2. Mata Pencaharian
Kabupaten Empat Lawang mayoritas penduduknya suku lintang dengan mata
pencaharian mayoritas petani kopi, perkebunan, perdagangan, pertambangan,
pegawai Negeri, wiraswasta, guru.

3. Hasil Bumi
Kopi, teh, lada, minyak, padi/beras, kemiri, karet dan tanaman palawija
seperti tanaman kacang hijau, ubi kayu, atau singkong, ubi jalar atau ubi
rambat.

4. Kesenian
A. Seni tari
Tari merupakan seni yang mengekpresikan nilai batin melalui gerak yang
indah dari tubuh/fisik dan mimik. Seni tari secara umum memiliki aspek-
aspek gerak, ritmis, keindahan, dan ekpresi. Selain itu, seni tari memiliki
unsur-unsur ruang berhubungan dengan posisi, tingkatan, dan jangkauan.
Posisi berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak.
Adapun seni tari yang ada di Empat Lawang, diantaranya Tari Gegerit,
Tari Sanggan Sirih, Tari Piring, Redap Kelentang. Sebenarnya masih
banyak seni tari yang ada di Empat Lawang, namun sudah banyak yang
ditinggalkan, dan ada seni tari yang sudah hilang, dikarenakan kurangnya
rasa kepedulian terhadap kebudayaan yang dimiliki dan minimnya upaya
pelestarian yang dilakukan.
B. Ngurit (guritan)
Guritan merupakan sarana untuk menyampaikan pesan. Isinya falsafah,
ajaran moral, nasihat, aturan-aturan adat, suara-suara hati nurani, sejarah,
dan potret karakter manusia dan kisah-kisah kepahlawanan. Guritan
terdiri dari dua jenis, yaitu guritan lama dan guritan baru. Guritan lama
berisi kisah-kisah masa silam dan peribahasa-peribahasa. Bahasa yang
digunakan dalam penuturan lama adalah bahsa lama. Lain hal dengan
guritan baru, berisi kisah-kisah peristiwa selama zaman geriliya dan
bahasa yang digunakan pun mengerti orang banyak. Diantara guritan yang
terkenal adalah Keriye Rumbang Ngempang Lematang dan Jagad
Basemah. Apabila dibandingkan dengan kesenian lain, guritan mirip
pagelaran wayang kulit, namun tnpa alat peraga.
C. Andai-andai
Kesenian Andai-andai sudah tidak terdengar lagi di dusun, orang di dusun
lebih senang nonton TV, dan mendengar radio. Sebenarnya, andai-andai
hampir sama saja dengan guritan, Cuma ceritanya lebih ditekankan
dengan khayalan, seperti cerita seribu satu malam, tentang cerita Abu
Nawas.
Kalau di dusun lakon ceritanya lucu, ini yang disenangi oleh anak kecil di
dusun dulu, biasanya kakek atau nenek yang bercerita sebelum cucunya
tidur.
D. Berejung
Berejung adalah seni tradisi lisan yang dilantunkan oleh dua orang secara
bersahut-sahutan. Pelantunan tersebut kemudian akan diringi oleh petikan
gitar tunggal yang dibawakan oleh salah seorang pemain musik yang juga
merupakan penyair satra tutur itu sendiri.
Kesenian berejung ini juga disebut kesenian Bujang Gadis dusun yang
sedang mabuk kepayang dilanda cinta, berejung ini identik dengan
perpaduan pantun diiringi Gitar tunggal, biasanya irama dan syairnya
menyayat hati, kiasan dan bahasanya halus, ibarat membayangkan
bagaimana bujang mau menemui gadis, sambil duduk di beranda atau di
anak tangga belakang rumah, di petik gitar tunggal sambil menyanyikan
syair-syair yang meratap. Berejung ini biasanya dilakukan dalam tradisi
perkawinan pada malam bujang gadis.
E. Seni Bela Diri Kuntau
Kuntau merupakan ilmu beladiri yang dijadikan orang-orang Empat
Lawang sebagai salah satu kebudayaan Empat Lawang, karena dulu ilmu
beladiri kuntau merupakan salah satu sarana dalam mempererat tali
persaudaraan, membela dan menjaga diri dari serangan musuh. Kuntau
banyak disenangi oleh kaum muda karena dalam ilmu beladiri kuntau,
selain mendapat teknik-teknik menyerang, menangkis dalam
melumpuhkan musuh juga mendapatkan amalan-amalan ilmu tenaga
dalam.

5. Budaya Lainnya
A. Agama
Mayoritas penduduk di Lintang Empat Lawang menganut agama Islam.
Untuk menunjang peribadatan penduduknya di Lintang Empat Lawang
memiliki masjid, mushollah, dan Ianggar. Namun sisa keyakinan
animisme masih ada, ini terlihat dari beberapa macam upacara animisme
yang masih dilaksanakan, seperti upacara membasu dusun “bersih desa”
yang dipimpin oleh Jeghangau Dusun.
B. Bahasa
Bahasa Sistem bahasa adalah cara untuk berkomunikasi dalam
masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan karena bahasa dapat
menjadi lambang budaya tertentu dan dapat pula menjadi ciri-ciri tertentu
dari variasi bahasa pada suku bangsa. Bahasa merupakan suatu
pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus sebagai
alat perantara yang paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikan kebudayaan.Kabupaten Empat Lawang masyarakatnya
menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa yang dipakai oleh penduduk
setempat sejak nenek moyang dahulu. Empat Lawang sendiri memiliki
empat bahasa daerah yaitu, nede, nedo, dide, col. Yang semua artinya
adalah tidak.
Contoh:
Ngerayaw: Jalan-jalan Ngelebok: Bohong
Kanten: Teman Endong: Ibu
Meletop: Pecah Neknang: kakek
Betontot: Mencari Nikno: nenek
Ayek: Air Ao: iya
Nginak: Melihat Kecek: kecil
Kaban: Kau Ngenjok: memberi
Jeme: Orang Berupok: berfikir
Kebile: Kapan Umeh: kebun
Bapang: Ayah Bejije: Berbicara
Pemakaian bahasa daerah di atas digunakan dalam setiap aktivitas sehari-
hari. Di dalam bahasa Empat Lawang juga memperhatikan tata krama,
untuk menunjukkan kedudukan orang yang diajak berbicara. Contohnya
adalah penngunaan kata tubo yang digunakan saat kita berbicara kepada
orang yang lebih tua seperti paman, bibi, kakak dan orang-orang yang
lebih tua dari kita. Sedangkan untuk memanggil orang yang seumuran
atau umurnya dibawah kita dapat menggunakan kata kaban atau dengan.
C. Tradisi
Ngarak ialah salah satu kekayaan tradisi dikabupaten 4 lawang, yang saat
ini sudah jarang dilakukan. Biasanya ngarak ditampilkan pada saat pesta
pernikahan di sejumlah daerah di kabupaten 4 lawang, yang bertujuan
untuk memeriahkan sekaligus mendoakan acara dengan lagu dan musik.
Diiringi dengan alat musik yang bernama Robanaan atau Terbangan.
D. Proses Pernikahan dan Perwakinan
Budaya adat perkawinan daerah ini juga tak kalah uniknya dengan adat
perkawinan daerah lain. Adat perkawinan suatu daerah bagian yang tak
dapat dipisahkan dengan kebiasaan dan tata cara (sopan santun) yang
berlaku sejak keberadaan nenek moyang mereka beratus tahun silam di
daerah empat lawang ini dimulai dari apa yang disebut “Ngecek”.
1) Ngecek
Ngecek adalah cara pergaulan muda-mudi daerah empat lawang, saat
berlangsungnya kasmaran mereka tidak berani terang-terangan
melainkan dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan
pihak keluarga si pemudi khususnya ayah dan saudara laki-lakinya
kalau saja pihak sigadis tahu atau sengaja bersenda gurau dihadapan
mereka maka hal itu dianggap menyinggung perasaan dan tidak
menghargai adat istiadat dengan demikian pihak keluarga sigadis akan
marah, tidak menghargai ini disebut “ampuk-ampukan” Akibatnya
pemuda atau sibujang yang melakukan kasmaran akan bahaya dipukul
atau diancam (dipuntungi) oleh keluarga sigadis, dan tidak jarang
terjadi pembunuhan. Bila sibujang ingin bertemu (ngecek) dengan
seorang gadis maka harus menyuruh seorang utusan untuk menemui
sigadis dimaksud.
Dan mengundang untuk bertemu disalah satu rumah tetangga atau
keluarga. Bila sigadis merasa setuju lalu utusan tadi kembali
menyampaikan berita itu kepada sibujang yang mengutus tadi. maka
keduanya bertemulah. Waktu ngecek ini biasanya satu jam atau dua
jam, dalam pertemuan ini mereka berdialog, bertukar pikiran bila
hubungan kedua insan ini sudah akrab dan saling pengertian, saling
mencintai mereka akan melakukan tukar gadai yaitu tanda ikatan cinta
berupa barang dan uang sebagai bukti bahwa mereka telah saling
menaruh hati dan bersatu semufakat dapat menegakkan rumah tangga.
Kedua muda-mudi itu akan menyampaikan rencananya kepada kedua
orang tua mereka kalau mereka merasa malu menyampaikan kepada
orang tua mereka dapat menyampaikan melalui utusan atau pihak
ketiga seperti nenek, kakek, bibi, wak atau kakak prempuannya. bila
orang tua sigadis setujuh, anaknya dipinang orang tua sipemudi
memanggil sanakkeluarganya untuk berasan (bermusyawarah) pada
hari yang ditentukan pihak keluarga pemuda mengutus kurir dan
berpungsi sebagai penyampai pesan untuk rembukan. guna mengambil
kata sepakat dalam musyawarah itu nantinya. biasanya orang yang
dipercayai sebagai juru bicara ini adalah orang yang pandai berbasa
basi menggunakan sastra tutur sebagai bahasa symbol dan agar
nantinya kedua belah pihak mencapai kata sepakat. sementara hadirin
yang hadir memberikan masukan agar dapat diambil suatu kesimpulan
untuk menentukan tanggal pernikahan.
- Mas kawin
Mas kawin atau bantuan materi dari pihak sibujang di sebut
bentalan berupa hewan potong misalnya sapi (kerbau), beras, uang,
kelapa serta kelengkapan lainnya, semua kepentingan pernikahan
kecuali mas kawin menjadi milik sigadis tidak boleh diganggu
gugat suasana musyawarah tidak menjadi tegang karena kata
sepakat telah diperoleh janjipun telah diikat dan sampai gilirannya
kapan sibujang akan diantar.
2) Beantalan
Beantatan yaitu sama dengan mengantar calon penganten laki-laki
kerumah calon mempelai prempuan dan sebaliknya calon mempelai
prempuan diantar kerumah calon mempelai laki-laki, hal itu disebut
“beantatan“ biasanya diawali dengan calon mempelai prempuan
mendatangi rumah calon mempelai laki-laki. Calon mertua dalam
menyambut calon menantu sangat gembira saat calon menantu menaiki
tangga rumah, disambut calon mertua dengan meneteskan air jeruk
kemata calon menantu dan ditaburi kembang-kembangan,diiringi
dengan pembacaan mantera hal ini dilakukan sebagai ucapan selamat
datang. Selesai beantatan calon mempelai diperkenalkan kepada sanak
keluarga masing-masing pihak. Kedua calon penganten diantar
kerumah kedua belah pihak didampingi keluarga dekat selaku
penunjuk jalan disebut “nundokan bunting“.
- Tunangan
Setelah proses beantatan selesai masing-masing calon pelai
mengisi masa pertunangan dengan waktu disepakati kedua belah
pihak satu tahun sampai dua tahun dalam masa pertunangan ini
mereka diharuskan membantu semua pekerjaan dirumah calon
mertua, didalam masa penantian ini masing-masing calon
penganten diuji sikap “kejujuran dan keimanannya” serta
keterampilan kerja maupun kesungguhan sebagai calon menantu
untuk menegakkan rumah tangganya, jika calon menantu belum
menunjukkan sikap kemampuannya menegakkan rumah tangga
tidak tertutup kemungkinan pernikahan akan dibatalkan. demikian
sebaliknya bila menunjukkan sikap baik maka perkawinan bisa saja
dipercepat. maka kedua calon penganten diharapkan berhati-hati
dalam masa prtunangan itu. menjelang tiga minggu akan
berlangsung pesta pernikkahan orang tua calon mempelai
prempuan melakukan pertemuan keluarga dengan orang tua calon
mempelai laki-laki. orang tua calon mempelai perempuan
menanyakan kepada orang tua calon mempelai laki-laki persiapan
yang telah disepakati sekaligus menentukan hari jadi pernikahan
anaknya.
- Ngersayo
Jika perundingan telah disetujui kedua belah pihak maka masing-
masing orang tua penganten dan keluarga mereka beramai-ramai
mengadakan gotong royong mengambil bambu sebagai bahan
membuat “lembongan“ atau teratak gunanya untuk perluasan
sekedar tempat masak-memasak sedangkan kapasitas dapur yang
ada tidak memungkinkan karena terlalu sempit. Tugas itu
dikerjakan kaum laki-laki sedangkan para ibu-ibu mengumpulkan
daun pisang mengambil sayur sayuran guna menjamu sanak
keluarga dan handai tolan.
- Bejeqhum
Mengundang sanak keluarga handai tolan dan karib kerabat untuk
hadir dalam pesta perkawinan anaknya,yang melakukam bejeqhum
ini kedua orang tua atau wali saudara dekat dari calon mempelai
yang akan mengadakan pesta pernikahan dilakukan secara lisan
dengan mendatangi rumah-rumah sanak keluarga dan handai tolan,
bejeqhum ini harus dilakukan oleh orang tua calon penganten yang
punya hajat dan tidak boleh diwakilkan kecuali yang punya hajat
sedang sakit atau sedang berhalangan, bila mana hal ini diwakilkan
para undangan tidak banyak yang hadir sebab mereka menganggab
orang yang punya hajad menyepelehkan orang-orang yang akan
diundang, (di jeqhumi). Tutur kata bejeqhum ini berbahasa daerah
“kamini ngahgi kapo tubuh atau kapo dengan anak beganak so
kamini endak ngagukkan atau nak mapak sianu ngan sianu pada
tangga 12 bulan juli ahgio aghi ahad jangn kudai ado pejalanan
mintak tungguk’yo kudai ado makanan mintak makanio ado
gawean mintak gaweio. (kami sengaja datang kerumah anda ingin
mengundang keluarga anda karena pada tanggal 12 bulan ini hari
minggu jangan dulu ada perjalanan kami mintak hadiri dulu kami
punya hajad akan menikahkan anak kami,ada makanan kami
mintak dimakan ada pekerjaan kami mintak dikerjakan) orang yang
diundang atau di jeqhumi menjawab juga dengan bahasa daerah
“Jadilah itu kalu nedo katik halangan kami ka datang petolong
entah ado ta adak pokoknyo nambai rambaian bae meghati kapo
dengan bae (ia kami sudah mengerti kalau tidak ada halangan kami
datang hadir tapi mungkin bantuan berupa uang entah ada entah
tidak kami hadir menambah barisan panjang saja tidak membawa
apa-apa) mendengar tuturkata itu orang yang mengundang atau
bejeghum tadi menjawab; pokoknyo kapo dengan atau kapo tubuh
datang kami la ngaghab nginak’o nyo penting kito bekumpul dek
begadek petolong amon kiro ado kami terimo amon nedo nedo
pulo kami aghabkan (pokoknya anda datang hadir kami sudah
senang yang penting kita kumpul sanak keluarga masalah bantuan
kalau ada kami terima kalau tidak,tidak juga kami harapkan).
3) Nyerahkan keaguk’an
Tiga hari menjelang hari pernikahan, orang tua calon mempelai
prempuan mengumpulkan atau mengundang kembali sanak keluarga
dan para undangan disekitar desanya untuk menyerahkan tugas secara
resmi membentuk panitia atau lebih di kenal “nyerahkan keaguk’an“
orang diberi tugas ini bertanggung jawab langsung dan penuh atas
tugasnya untuk mengatur soal “masak” memasak maupun urusan
lainnya menyangkut urusan pesta demi mensukseskan acara peresmian
pernikahan itu. panitia yang telah dibentuk akan melaksanakan
tugasnya pada hari “ melemang “ satu hari sebelum acara pernikahan
mereka sudah mulai bertugas.
- Betangas
Nilai unik dan sakral, terdapat dalam acara “ betangas “juga
disebut mandi uap,secara bergantian dengan mempelai prempuan
disaksikan pengasuh yang lebih dikenal disebut inang.mandi uap
antara mempelai prempuan dan mempelai laki-laki dalam gulungan
tikar pandan yang ditegakkan didekat periuk berisi air panas.air
panas tersebut telah diberi rempah-rempah yang tengah
mengeluarkan uap sampai kedua calon mempelai mengeluarkan
keringat kegiatan itu barulah berhenti. dalam betangas memiliki
tujuan besar agar kedua mempelai dalam bersanding,sehat dan
bugar. mempelai perlu menjaga kesehatannya untuk menerima
tamu dalam bersanding merayakan hari pernikahannya.
- Beinai
Selain betangas kedua calon mempelai memasang inai (pacar)yang
ditumbuk halus dipasang diujung jari tangan dan ujung jari kaki
serta dipinggir telapak kaki.
- Ngantat penganten
Beberapa hari kemudian calon mempelai laki-laki diantar kerumah
calon mempelai prempuan. sedangkan calon mempelai laki-laki
ditempatkan dirumah ”mendan“ saat berlangsung acara mengantar
penganten diiringi musik tradisional terbangan. Di rumah mendan
tersebut mempelai laki-laki diasuh (ditemani inang) dan
mengadakan kegiatan beinai ( memasang pacar), atau betangas
mandi uap.
- Melemang
Melemang, dilaksanakan satu hari sebelum pernikahan. Itu
kesibukan di rumah calon mempelai perempuan ( rumah pangkal ),
ramai sanak keluarga handai tolan dan para undangan berdatangan.
Pada hari itu kesibukan dirumah pangkal (dirumah mempelai
prempuan), makin meriah, para undangan, sanak keluarga, handai
tolan datang memenuhi undangan. para kaum perempuan
membawa baskom berisi beras, sebuah kelapa dan satu ekor ayam,
bawaan tersebut disebut “petolong“. Sedangkan para lelaki ada
yang membawah amplop berisi uang, sesuai kemampuan dan
keiklasan, mereka bergotong royong bekerja bahu membahu, demi
suksesnya pesta tersebut. kaum perempuan bekerja meracik
bumbuh, memasak nasi, dan sebagainya. Sedangkan kaum laki-laki
tugasnya memotong ayam, mengangkut piring, gelas pinjaman,
kursi dan sebagainya untuk keperluan pesta keesokan harinya.
4) Akad nikah
Malam harinya sanak keluarga handai tolan, alim ulama, dan para
undangan berkumpul di ruangan tengah calon mempelai perempuan.
Mereka menyaksikan acara akad nikah di laksanakan di ruangan yang
biasanya dihadiri oleh para undangan yang penuh sesak. Calon
mempelai laki-laki dengan memakai pakaian adapt mulai diturunkan
dari rumah mendan ( Tempat calon pempelai tinggal sementara )
dengan di tuntun para penjemput dan di iringi arak-arakan musik
terbangan. Setibanya calon mempelai laki-laki di rumah calon
mempelai perempuan, di sambut bagai sang pangeran yang akan di
nobatkan menjadi raja. Acara dilaksanakan, pembacaan kalam ilahi di
kumandangkan semua persyaratan bagi keperluan akad nikah di
bacakan. Tibalah saatnya calon mempelai laki-laki mengucapkan ijab
Kabul di saksikan para undangan, keluarga, dan handai tolan kedua
belah pihak.
- Malam kesenian
Acara pernikahan telah selesai mempelai dituntun turun dari rumah
pangkal menuju balai-balai (tarub) tempat acara kesenian
dilaksanakan.oleh inang pengasuh kedua mempelai didudukkan
bersanding diatas pelaminan acara hiburan “tari ngelsambai atau
acara bedindin “mulai dilaksanakan suasana sangat
gembira.ngelsambai (bedindin) dilakukan para muda-mudi saling
mengungkapkan isi hatinya lewat pantun,yang berisi percintaan
diiringi dengan tari-tarian,musik,kulintang, gong, jidur, serta
ketipung namun kini musik tradisional yang lazim dipakai acara
pernikahan telah mereka tinggalkan hanya sebagian saja yang
masih dipakai.dalam era modern ini mereka melaksanakan acara
kesenian seering memakai orkes, band, karaoke dan organ tunggal
yang sedikit sekali memakai tradisi lama.
- Nyemok
Nyemok dilaksanakan pada hari jadi pesta pernikahan, semua
makanan dihidangkan.pada undangan dan handai tolan serta sanak
keluarga berpesta pora menyantap makanan yang dihidangkan
panitia. mereka berkumpul makan dalam satu hidangan dengan
tidak memandang setatus dan kedudukan “makanan bersama“ atau
nyemok. Dirumah pangkal diadakan acara pembacaan kitab suci,
hatam alqur’an (betamat) dilakukan kedua mempelai selain itu
diadakan acara pencukuran bayi atau marhaban. selesai acara
nyemok para undangan berpamitan pulang,kedua mempelai dan
keluarga besar kedua belah pihak ditempatkan dibawah tarub
didepan rumah pangkal untuk melayani para undangan yang
berpamitan pulang.
5) Mandi bekasai
Setelah acara pernikahan selesai kedua mempelai melakukan mandi
bekasai bersama inang pengasuh dan para bujang gadis di sungai
dalam mandi bekasai ini kedua mempelai saling menyemburkan air
secara berbalas-balasan diikuti oleh para bujang gadis desa sambil
bergembira dan bercanda sedangkan orang tua yang mengikuti mereka
mandi bekasai memandikan kedua mempelai dengan air yang telah
dicampur bunga setelah acara mandi bekasai selesai mereka
dipersilakan pulang kerumah.
- Malam nyerawo
Pada malam hari setelah hari jadi pernikahan selesai diadakan
acara dikir,saropal anam,dan pembubaran panitia siang harinya
sanak keluarga dan handai tolan membongkar lembangan(teratak)
dengan jamuan kepala kerbau atau kepala sapi.lalu inang pengasuh
diantar pulang bujang dapatan dan begitu juga gadis dapatan
mereka disangoni dasar baju sabun,kain,dan hadia lainnya sebagai
rasa ucapan terima kasih.
E. Suku Bangsa
Sebagian besar penduduk bermayoritas Suku Melayu Lintang (Suku
Lintang)/Jemo Lintang (55%, bermukim di Muara Pinang, Lintang
Kanan, Pendopo, Pendopo Barat, Ulu Musi, Sikap Dalam dan Tebing
Tinggi), sedangkan Suku Melayu lainnya seperti Suku Pasemah, Kisam,
Kikim, Saling (36% bermukim di Pasemah Air Keruh), SALING
(Bermukim di Saling) Kisam & KIKIM Tebing (bermukim di Tebing
Tinggi) kemudian disusul dengan minoritas 9% seperti Jawa, dll.
F. Makanan Khas
Seperti daerah lainnya, kabupaten empat lawang mempunyai kuliner yang
sangat khas dan enak, selain empek-empek, ada Kelicuk, Lempeng, sanga
duren, serabi, kue suba,lepat, bubur suro, gonjing, serta gulai kojo dan
lempuk durian asli.
G. Budaya
Dikir adalah arak-arakan untuk mengiring kedua mempelai menuju rumah
dilakukan siang hari atau malam hari sebelum ijab qabul.

(+) TAMBAHAN

A. Sejarah
Nama kabupaten ini, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat
Lawangan, yang dalam bahasa setempat berarti "Empat Pendekar
(Pahlawan)". Hal tersebut karena pada zaman dahulu terdapat empat orang
tokoh yang pernah memimpin daerah ini.

Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi


memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan
lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis. Tebing Tinggi pernah
diusulkan menjadi ibu kota keresidenan saat Belanda berencana membentuk
Keresidenan Sumatra Selatan (Zuid Sumatra) tahun 1870-an yang meliputi
Lampung, Jambi dan Palembang. Tebing Tinggi dinilai strategis untuk
menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam,
Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena
Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatra.

Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi


berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa
kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten
Empat Lawang.

Anda mungkin juga menyukai