Yang di maksud dalam tulisan orang Tobelo yang berada di Tobelo, Kao, dan Wasilei.
Perjumpaan dengan orang tobelo hanya diamati beberapa aspek sosial budaya dari orang Tobelo
tersebut.
Perjumpaan mula-mula injil dengan orang Tobelo, yakni pada zaman portugis
a. Rintisan pekabaran injil oleh portugis dan musnahnya jemaat-jemaat di daerah moro
Ketika sultan Bayanullah berkuasa di Ternate, untuk pertama kalinya portugis menginjakkan
kakinya di negeri Maluku Kie Raha (1512). Portugis berhasil membuat kesepakatan dengan
sultan dan diizinkan mendirikan benteng di Ternate (1522). Kedekatan sultan dengan portugis
kurang disenangi oleh rakyatnya. Berkaitan dengan kehadiran para imam Katolik, Aritonang
memberi catatan: selalu ikut sejumlah imam atau rohaniawan Katolik, baik yang bertugas untuk
melayani dan merawat kerohanian para pedagang dan personilnya, maupun untuk mengabarkan
injil kepada penduduk pribumi. Para rohaniawan itu merangkap sebagai misionaris. Para imam
itu mempunyai tugas rangkap, yakni melayani orang portugis dan mengabarkan injil kepada
penduduk pribumi. Usaha pekabaran injil mula-mula di daerah moro ( Halmahera Utara) bukan
dilakukan oleh misionaris tetapi oleh pedagang. Goncalo Veloso. Di tahun 1534, veloso
mengunjungi wilayah-wilayah moro di pesisir teluk Galela dan menjalin kontak dengan para
kepala kampung (yang disebut kolano), antara lain kolano desa Mamuya. Amal tidak melihat
mamuya sebagai desa, tapi sebagai ibukota kerajaan moro ( salah satu kerajaan tertua di maluku
utara). Wilayahnya meliputi morotia ( moro daratan), dan morotai (moro lautan). Istilah , morotia
dan morotai dapat dibandingkan dengan istilah Tobelo-tia dan Tobelo-tai. Kota-kota penting
kerajaan Moro, selain mamuya, adalah sugala, pune (galela), Tolo, Cawa, samafo (Tobelo,
Sakita, Mira, Cio dan Rao (Morotai). Kerajaan moro berada dibawah perintah seorang Raja
bernama Tioliza. Kerajaan ini juga merupakan penghasil beras,sagu,ikan dan daging yang
menyuplai kebutuhan pangan kota Ternate.
Latar belakang orang moro ( termasuk orang Tobelo) menjadi kristen sebagai berikut: orang-
orang ternate memperlakukan rakyat moro seperti budak, merampas hasil-hasil pertanian dan
perkebunan mereka. Mereka sering harus lari ke hutan karena rumah dan kampung halamannya
diserang dan dibakar. Pada suati hari, keadaan yang tidak menentramkan ini dituturkan raja
Tioliza kepada Ganco Veloso, seorang pedagang portugis yang mengunjungi mamuya. Pedagang
portugis itu menasihati raja moro agar beralih ke Agama kristen dan meminta perlindungan
tentara portugis. Kesediaan rakyat moro menjadi kristen tak terpisahkan dengan penindasan yang
dialami saat itu dari selamanya. Maka Kolano mamuya bersama sangaji Tolo beserta Tujuh
orang pengawal pergi ke ternate. Mereka diterima oleh panglima benteng portugis, yakni Tristao
dan Atayde. Ia menyetujui permintaan mereka dan menyuruh rohaniawan mempersiapkan
mereka untuk dibabtiskan. Setelah dibabtis kolano mamuya diberi nama Baptis Don Joao
(Yohanes) dan sangaji Tolo diberi nama Don Tristao de Atayde, sesuai nama panggilan benteng
portugis. Rombongan Moro itu kembali, mereka disertai oleh seorang Pastor, yakni Simon Vaz.
Panen sukacita karena banyak orang menjadi kristen di kerajaan Moro tak berlangsung lama.
Rakyat moro telah menjadi sekutu portugis, sehingga menimbulkan kecemasan Khairun.
Katarabumi, Raja Jailolo yang berambisi mengambil alih moro, mengerahkan pasukan alifurunya
menyernag Morotia mulai dari sugala sampai ke mamuya dari Tolo. Protugis berusaha
membantu oihak moro , tetapi tidak mampu menghadapi tantangan yang begitui luar biasa.
banyak orang di sugala sebelumnya sudah menjadi kristen terpaksa kembali ke agama asli atau
masuk islam. Pastor simon Vaz tertangkap bersama banyak umat katolik dibunuh di mamuya
tahun 1535.
Kekristenan di moro hampir dilumpuhkan tetapi kemudian suasana berubah pada tanggal 25
oktober 1536, saat antonio Galvao tiba di Ternate menggantikan Tristao de Atayde. Dia
mengutus pastor Fernao Vinagre untuk memulihkan kembali situasi jemaat-jemaat di daerah
moro.
Juni 1546 misionaris katolik yang sangat terkenal yakni Fransiskus xaverius, tiba di ternate. Pada
bulan september 1546 dia mengunjungi daerah moro dan bertemu dengan kolano mamuya (Don
Joao). Fransiskus lewat penerjemahannya juga berkeliling mengabarkan injil ke seluruh daerah
Moro Bahkan sampai ke Tabaru. Bulan Desember 1546, fransiskus menyelesaikan
kunjungannya dan kembali ke ternate. Kehadiran fransiskus sedikit membantu pertumbuhan dan
perkembangan jemaat-jemaat di daerah Moro.
Terjadi krisis yang cukup merisaukan orang kristen. Krisis tersebut bermula oleh perbuatan
sewenang-wenang sari panglima benteng portugis di ternate. Pada Tahun 1557 merampas
cengkeh milik sultan khairun dan ketika sultan melawan ia ditahan. Khairun kemudian
dibebaskan oleh orang-orang portugis yang tidak menyetujui perbuatan panglimannya. Karena
hal itu seluruh orang-orang portugis dan jemaat-jemaat kristen di Maluku dipersulit. Orang-orang
kristen di moro dipaksa masuk Islam. Mungkin kolano mamuya tewas dalam penghambatan ini.
Tetapi krisi ini tidak dapat menahan perkembangan misi di Maluku Utara. Para misionaris yang
telah terbunuh atau diusir diganti dan jemaat yang telah dirusakkan kembali. Sekitar tahun 1565,
jumlah kampung kristen sebanyak 47 buah dengan 80.000 jiwa
Pada tahun 1569, jemaat-jemat di daerah moro lebih dikatakan telah menapai puncak
perkembangannya. Tetapi mereka mengalami krisis baru yang lebih hebat daripada sebelumnya,
krisis itu mulai dengan ppenghambatan yang dilakukan oleh sultan terhadap orang kristen di
daerah moro. Lalu secara tak terduga, panglima mengadakan perjanjian damai dengan sultan dan
pada keesokan harinya sultan Khairun dibunuh atas perintah panglima. Akibatnya seluruh
maluku dilanda peran. Babullah, anak sultan khairun bersumpah akan memalas kematian
ayahnya dengan pertumpahan darah. Benteng portugis diternate diputuskan hubungannya dengan
dunia luar dan akhirnya terpaksa menyerah. Orang-orang kristen di Moro dengan sukarela atau
terpaksa mengingkari imannya. Orang-orang portugis terpaksa mengungsi ke ambon dan Tidore.
Injilpun ikut berpindah juga dan pertanda kehancuran jemaat-jemaat di daerha moro.
b. Sekilas permulaan usaha pekebaran injil UZV di Galela
Sekitar tahun 1605 VOC menguasai Ambon dan mengusir portugis dari sana. Lalu sekitar tahun
1607, VOC dapat meluaskan kekuasaannnya ke ternate. Kehadiran orang-orang Belanda
(VOC)menggantikan orang-orang portugis tidak menolong kehidupan jemaat-jemaat di daerah
moro. Orang-orang belanda tidak menggunakan kehadiran mereka di maluku utara untuk
mengabarkan injil. Orang-orang kristen di halmahera mereka biarkan saja, dan diternate mereka
malah mengadakan perjanjian dengan sultan. Pemerintah VOC tidak merasa terpanggil
mengabarkan injil kepada orang yang bukan kristen kalau hal itu tidak cocok dengan
kepentingan dagangnya. Ketidakpedulian VOC tersebut kemungkinan karena halmahera tidak
potensial bagi usaha dagangnya. Bagi VOC daerah itu tidak memberi hasil apa pun, apalagi
produksi cengkeh maluku utara merupakan kerugian dibandingkan dengan produksi maluku
selatan(Ambon), sehingga dengan sengaja daerah itu diabaikan oleh VOC. Berhubungan dengan
keadaan itu, kekristenan di halmahera lenyap sampai ke akar-akarnya. Itulah yang
melatarbelakangi musnahnya jemaatjemaat peninggalan portugis di daeerah Moro kegiatan
pekabaran injil nanti diusahakan dua abad kemudian oleh UZV. Pekabaran injil oleh UZV pada
pertengahan abad ke-19 boleh disebut sebagai masa restorasi.
Tanggal 14 april 1866 H.Van Djiken dan de Bode meninggalkan ternate menuju galela dan tiba
di galela tanggal 19 April 1866. Klassen menyusul 6 juli 1866. Mereka membawa surat
rekomendasi dari sultan ternate dan menetap di soa-sio. Meskipun ada rekomendasi dari sultan
ternate, tetapi tidak mudah para pekabar injil itu berelasi dengan para pemimpin di Galela.
Van djiken berpindah tempat tinggalnya ke pedalaman. Perpindahan van djiken tentu seizin
sultan ternate. Tempat tinggal untuk van djiken di pedalaman ini merupakan jebakan dari
masyaraka setempat. Tempat itu sangat mereka takuti karena dianggap sebagai tempat tinggal
Tumodoa dan Morodoku. Menurut kepercayaan orang Galela, orang moro tidak dapat dilihat.
Jadi morodoku adalah kampung dari orang-orang yang tidak dapat dilihat. Dengan menempatkan
Van Djiken di tempat tinggal raksasa Tomodoa dan temoat tinggal orang moro, rupanya orang-
orang setempat berharap agar Van Djiken dibunuh oleh mereka, sehingga ia tidak dapat
mengembangkan Pekerjaaannya. Tempat tinggal Van Djiken itu ia beri nama Duma yang
diambil dari Yesaya 21:11 yang dihubungkan dengan suasana yang sunyi dan tenang, namun
bagi orang Galela, nama itu dihubungkan dengan ungkapan Duma Wi Doohawa yang berarti
tetapi dia tidak dilukai.
Van djiken juga membuat kebuun dan membangun sekolah untuk mendidik anak-anak dari
kampung sekitar tempat tinggalnnya. Pada tahun 1868, van Djiken menikah di ternate dengan
maria soenpiet asal Minahasa yang tinggal di rumah Pdt. J.E Hovecker. Suatu peristiwa penting
terjadi di Galela tanggal 14,15 dan 16 Desember 1871 dan telah menggoyahkan Agama Asli
Galela, karena peristiwa penting ini sehingga orang-orang bersedia menjadi kristen dan
kemudian berpindah dan tinggal bersama Van Djiken di Dumma. Di antara yang bersedia masuk
kristen, ada juga yang beragama Islam, sehigga menimnulkan masalah dengan sultan dan juga
dengan residen. Van djiken harus ke ternate untuk membicarakan masalah tersebut. Pada
tanggal 15 januari 1873, van djiken ditabiskan sebagai pendeta oleh Pdt. J. E Hovecker di
ternate. Dengan demikian ia sudah bisa melayani sakramen. Ia kembali ke duma dan tanggal 17
juli 1874, gedung gereja baru di duma ditabiskan dan pada hari yang sama 7 orang
dibabtiskan( dua laki-laki dan lima perempuan). Merea dibabtis setelah dibina dua setengah
tahun lamanya. Sorenya mereka merayakan perjamuan kudus.
Pada tahun 1879 tiba pekabar injil yang baru, yakni M.J Van Baarda dan ditempatkan di
soakonora. Pada tahun 1896, sesudah menjalani masa cuti beberaa laama van djiken pulang dari
negeri Belanda bersama seorang pekabar injil baru, yakni A. Hueting. Setelah setahun
penyesuaian pelayanan di Galela, Hueting dipindahlan ke tobelo untuk menggantikan been yang
telah meninggal dunia tahun 1882. Van Baarda membuka ladang pekabaran injil yang baru di
dorume. Namun tak beberapa lama disana, Van Barrda harus kembali ke Duma untuk
menggantikan Van Djiken (mertuanya) yang meninggal Dunia 17 juli 1900.
1. Perluasan pekabaran injil di lingkungan orang Tobelo
Babtisan pertama yang dilaksanakan oleh hueting di lingkungan suku Tobelo, yaitu di wosia
tanggal 3 april 1898. Kemudian baptisan masal berikut dilaksanakan di desa pitu tanggal 24 april
1898. Bulan mei tahun itu hueting ke kao dan sempat membabtis di pediwang. Sekembalinya
dari kao, ia ke pitu dan membabtis 60 orang-orang dari dorume pada tanggal 3 juli. Babtisan
yang lain juga di efi-efi, paca, mawea, katana, dan di meti. Lalu menyusul jemaat dibuka di
kakara lamo,ruku, dan Gorua. Ketika van djiken mendengar tentang babtisan massal yang
dilakukan oleh hueting, maka ia datang ke tobelo dan memprotes tindakan hueting tersebut.
Pada tahun 1899 J.L. D van der roest ditetapkan bekerja di kao dan tinggal di jati.
Dalam upaya pekabaran injil di daerah ini, para pekabar injil tidak hanya memperhatikan hal-hal
rohani, tetapi juga ,mengusahakan pengembangan kehidupan sehari-hari, sebab itu setiap jemaat
dibangun sekolah untuk mendidik anak-anak warga jemaat dan warga sekitar. Sementara itu
diusahakan juga perkebunan kelapa dan coklat di wari dan wosia yang diberi nama WKO.
Babptisan massal yang terjadi di lingkungan suku tobelo menimbulkan masalah di sekitar
pemisahan sakramen. Upaya van baarda dan hueting untuk mengatur kehidupan sosial budaya
suku-suku di halmahera dalam bentuk-bentuk peraturan adat orang kristen dan peraturan sipil di
halmahera. Setelah bekerja di halmahera hampir 20 tahun, pada tahun 1925 hueting dipindahkan
ke pulau buru oleh pengurus UZV. Ia digantikan oleh ellen dan diteruskan oleh pekabar injil
lainnya.
2. Masa pendudukan jepang hingga berdiri sendiri dan sesudahnya
Jepang mulai menguasai ternate sejak maret 1942 dan pada bulan mei seluruh halmahera. Jepang
melakukan penutupan gedung gereja bagi jemaat-jeaat asuhan UZV karena dipandang sebagai
sekutu belanda. Pendudukan jepang di halmahera benar-benar menyiksa masyarakat setempat.
Mereka terpaksa mengungsi ke hutan-hutan, sebab desa-desa mereka menjadi tempat tinggal
tentara jepang. Apalagi lingkungan orang tobelo menjadi basis utama pertahanan jepang ketika
sekutu yang berpangkalan di morotai menyerang basis-basis pertahanan jepang khususnya di
tobelo,kao dan wasiley terjadi banyak korban jiwa. Dalam pengungsian di hutan, jika para guru
jemaat menyertai jemaat maka ia mengatur peribadahan mereka di tengah hutan di gubuk-gubuk
sederhana. Jika tidak ada pelayanan maka mereka hanya beribadah dalam gubuk keluarga
masing-masing.
4) Yo canga/ yo sanga
Pada abad ke-18 dan k3-19,orang Tobelo sangat terkenal sebbagai Yo canga atau yo sanga,
yakni perampok atau bajak laut. Orang tobelo berhenti dari praktik canga karena hegomoni di
laut oleh pihak penguasah Belanda dan juga karena saat itu orang Tobelo mulai menerima Injil.
5) Kesenian Tradisonal
Pada masa lalu kesenian Tradisonal misalnya kabata, lelehe, sulumbe, dopa, bobasu, denge,
dianggap sebagai kekafiran,sehingga harus ditinggalkan. Padahal, menjadi kriten itu bukan
tentang kesenian tradisonal,melainkan mengikut Yesus dalam seluruh totalitas Hidup kita.
6) Bahasa Suku
Bahasa orang Tobelo sebagai bahasa orang suku kelihatannya sedang menujuh kepunahannya.
Sebagian besar pemuda,baik desa maupun di kota,tidak lagi berminat mengunakan bahasa suku.
Bahkan anak-anak dari banyak tokoh adat pun tidak lagi berbicara dengan bahasa suku.
b. Pengaruh budaya Tobelo dalam kehidupan orang Kristen Tobelo
Beberapa hal singkat menyangkut pengaruh budaya Tobelo dalam Kehidupan orang Kristen
Tobelo.
1. Pengunaan nama yang Ilahi
Sejak zaman pekabaran Injil, pengunaan nama yang ilahi telah dilakukan. Dalam
kehidupan Kekristenan khususnya di lingkungan suku Tobelo,sebutan untuk yang ilahi selalu di
pergunakan kata Jou Lahatala. Kata Jou Lahatala tidak digunakan lagi (tahun 1980-an) tetapi
yang digunakan adalah kata Jou Madutu.
2. Anak perempuan tidak mendapatkan warisan dari orang tuanya.
Salah satu budaya Tobelo yang sulit diterobas adalah segi kehidupan Kekristenan,adalah
anak perempuan tidak diberi Warisan dari orang tuanya. Hal ini luar biasa,sebab ketika orang
Tua membuat kebun,ia mengatakan : taraki ahi ngohakaI(saya membuat kebun untuk anak-anak
saya). Dalam budaya Tobelo perempuan sebagai pengikat persaudaraan. Dalam bahasa
Tobelo,saudara sekandung di sebut gia biranga( buiranga= saudara perempuan). Iranga=
saudara laki-laki) itu berarti,saudara perempuan sebagai pengikat persaudaraan anak-anak
sekandung.
3. Berbagai hal disekitar peristiwa kedukaan
Beberapa hal disekitar peristiwa kedukaan yang menunjukkan pengaruh budaya Tobelo
dalam kehidupan Kekristenan orang Tobelo.
4. Sasi Gereja
Orang Tobelo disekitar Tahun 1980-an hinggah kini,berkembang apa yang disebut sasi
Gereja. Meskipun hal itu dikembangkan oelh Gereja,tetapi merupakan pengaruh dari budaya
setempat, yakni sasi adat dari Maluku Selatan dan bubugo atau matakau yang berasal dari
budaya suku-suku Halmahera.
5. Kesulitan-kesulitan melaksanakan Keputusan Sinodal Oleh Majelis Jemaat
Latar belakang budaya ini sering mempengaruhi kehidupan menggereja. Baik dalam
pelaksanaan keputusan tertentu maupun dalam pengelolaan keuangan Gereja yang diatur secara
Sinodal,majelis cenderung mengabaikan keputusan bersama. Sebagai contoh keputusan sinodal
tentang pembagian pengelolaan keuangan Gereja . sesuai keputudsan 30% di serahkan ke Sinode
dan 70% dipergunakan di jemaat. Dalam.
6. Pengobatan tradisonal dan magi
Pengobatan Tradisonal ( yo houhouru) yang bekerja dengan mengunakan matera merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari budaya orang Tobelo. Sebab yo Houhoru masih menjadi
andalan untuk merawan dan memelihara kesehatan sebagian warga Gereja. Begitu Juga Magi
dalam berbagai bentuk,masih mewarnai kehidupan sebagai orang kristen Tobelo dalam Realitas
hidupnya.
3. Refleksi Teologis terhadap Magi dan Beberapa Keunikan dalam Kehidupan orang
Tobelo
a. Magi produkti,magi protektif dan magi destruktif
Dalam mata kuliah “ Praktik pastoral”, mahasiswa sering membahas verbatim
mereka,khususnya kasus “orang saki” dan “orang berduka”. Lewat pebahasan kasus itu,sering
dijumpai penyebabnya,karena perbuatan magis orang-orang tertentu yang mengakibatkan sakit
dan kematian. Telah dipaparkan bahwa tanda menjadi orang kriten bagi nenek moyang kita
adalah memotong rambut bagi laki-laki dan membuang”benda-benda kekafiran”( termasuk
magi). Rambut pendek bagi laki-laki benar-benar dapat dipertahankan dalam kehidupan orang
kristen Tobelo hinggsh kini. Tetapi mengapa magi menjadi masalah yang begitu sulit di
hilangkan. Kalau kita yakin bahwa hidup kita tergantung pada kasih dan pengampunan
Allah,maka kita tidak akan menjadikan”Magi” sebagao andalan dalam relasi dengan sesama.
J.Verkuyl mengutarakan:” didalam Alkitan dilarang magi dan perbuatan-perbuatan magi, karena
magi adalah ‘egosentris’ dan bukan’ theosentris’,artinya magi tidak berpusatkan
Tuhan,melainkan berpusatkan Manusia. Manusia yang berjiwa magis tidak mau mengabdi,tetapi
mau berkuasa,ia mau memaksa. Manusia yang berjiwa magis adalah orang yang berbuat
sewenang-wenang,kejan dan lalim.
b. Imaghikohoata(imahikigiama)
Sebenarnya orang Tobelo hendak menyatakan bahwa dalam hidup ini ada misteri tertentu.
Karena hidup penuh misteri maka kita patut menyesuaikan dengan gereja tersebut. Ada yang bisa
kita bisa memahaminya dengan baik tetapi ada juga yang sulit kita memahaminya dengan pasti.
Kalau kita mengakui Tuhan Allah sebagai sumber misteri,maka di dalam Dia kita mengenal
segalahnya. Hikmat-Nya memberi kita “jalan” guna mengetahui bahwah ia mengunakan
berbagai cara untuk memehami kehendak-Nya.
c. mahimadoa
O mahimadoa atau yang biasa diseburt dengan salawar,seperti yang sudah dijelaskan
,merupakan cara pandang orang Tobelo bahwa dosa atau keaalahan,bagaimanapun
disembunyikan pada waktunya akan terkuak. Sebabitu kesetian dan kejujuran yang terpantul dari
yang tulus harus dijunjung tinggi oleh setiap orang yang terikat dalam perkawinan. Dalam kata
lain keluarag Kristen yang mencerminkan relasi kasih atara Yesus dan Gereja-Nya senantiasa
dituntut untuk saling mengasihi sebagai dasar hidup berumah tangga sehinggah terhindar dari
perzinaan. Jikaulau kasih tetap menjadi dasar hidup rumah tangga Kristiani,maka ancaman
kutukan Maihimadoa atau salawar bukan sesuatu yang menakutkan.
d. O tomu
O tomu sebagai kehadiran leluhur dalam kehidupan keturunannya merupakan fenomena
menarik dalam kehidupan orang Tobelo hingga kini. O tomu tak lain merupakan bagian dari
keprcayaan asli orang Tobelo.bahwa o gikiri atau o gurumini tidak mati,ia tetap ada di
sekeliling kita dan o tomu adalah salah satu tanda kehadirannya.
e. gikiri/o gurumini dan o gomanga
Bahwa jika manusia mati hanya roehe saja yang mati, tetapi, o gikiri/o gurumini tetap hidup
yang akan menyatuh dengan o gomanga roh leluhur yang telah meninggal). Roh yang mati
Yang Agung atau Gomanga yang membimbing dan memimpin semua gomanga yang ada atau
yang bakal ada dalam letsverbendenheid yang berorintasi eskatologis dari Tubuhnya yakni
Gereja. Persoalnya,adakah orang Kristen Tobelo yang dalam kehidupan hariannya
menghubungkan dirinya dengan Yesus Kristus sebagai Roh Orang Mati yang
sulung/Agung(Gomanga), sehingga semuanya itu oprerasional dalam hidupnya sebagai anggota
Tubuh Kristus=Gereja dengan Yesus Kristus sebagai Kepalanya?. Tentu hal ini menjadi
persoalan tiada akhir dalam ziarah bersama sebagai orang Kristen Tobelo.