TINGGAL,
MEMBARUI NANG
LAPUK
MENYESAH NANG
KUSAM
O
KETUA
KABUPATEN BATANGHARI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
ORANG BERADAT
IDAK KAYO DEK HARTO
IDAK PULO
TAPI … DIO
- (berhitung mulai dari so, mengaji mulai alif = ego/aku – anak – ayah –
ibu - nenek datuk = nenek empat puyang delapan)
ADAT UMUMNYA;
2. HIDUP BERMASYARAKAT
6. HIDUP BERNEGARA
Asal kata “adat” ia bukan dari bahasa Jambi dan bukan dari bahasa
Indonesia, tetapi ia berasal dari bahasa Arab دة محكمةJJ( العal ‘adah
muhakkamah) yang secara harfiah berarti “kebiasaan” yang terjadi
berulang kali, tetapi tidak mengalami perubahan pada zat dan
sifatnya.
PEMBAGIAN ADAT
2. Adat Perdata
Adat perdata dikenal dengan istilah “silang sengketo” atau
disebut juga perselisihan dalam masyarakat. Adat perdata ini takluk
kepada undang-undang Hak Kullah atau disebut juga Kuasa
Pemerintah, dan tunduk kepada undang-undang hak milik yaitu
tentang harta benda, sesuai dengan seloko adat “hak bermilik,
harto berempunyo”, tentunya ada bukti-bukti konkrit, baik dari segi
historis atau dari bukti lainnya yang sah.
3. Adat Pidana
Adat pidana adalah suatu perbuatan melawan hukum/tindak
pidana/perbuatan pidana/delik yang berupa kejahatan maupun
pelanggaran. Adat pidana ini takluk kepada:
1. Adat nang sebenar adat, adalah yang “idak lapuk dak hujan
idak lekang dak panas”, dianjak layu, dianggu mati”.
Maksudnya, adat yang seharusnya menurut alur dan patut yang
mempedomani al Quran dan Hadits. Dan kenyataan yang berlaku
dalam alam yang merupakan “sunnatullah”, misalnya “adat api
membakar, adat laut berombak”. Adat nan sebenar adat ini
merupakan juga adat yang tetap, kekal, tiada terpengaruh oleh
tempat dan waktu atau keadaan. Adat Batang Hari dalam hal ini
memfatwakan: “Titian teras, tanggo batu”, Adat bersendi
Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah”, “Syara’ mengato adat
memakai”, Syara’ berbuhul mati, adat berbuhul sentak”.
2. Adat yang diadatkan, adalah suatu kebiasaan yang berjalan
menurut masanya, kemudain kebiasaan itu diteliti oleh cerdik
pandai, alim ulama, mana yang cocok atau baik dipakai dan mana
yang tidak cocok atau yang tidak baik dibuang. Adat Batang Hari
dalam hal ini memfatwakan: “Bulat kato dek mufakat, bulat aek
dek pembuluh, jalan berambah yang diturut, pakaian bajait
yang dipakai”, nang berasap dan bejerami, bertunggul
berpamerah, berpendam berpekuburan”. Adat nan diadatkan
berlaku umum dan sifat pemakainnya pada seluruh negeri.
3. Adat yang teradat, adalah suatu kebiasaan yang tidak dapat
dihindari atau ditinggalkan, sebab telah lapuk dek dipakai, telah
usang dek disesah, telah kumal pulo dek lamo dipakai. Atau
suatu kebiasaan setempat yang bertambah pada suatu temapat
dan dapat pula hilang karena kepentingan. Adat Batang Hari
dalam hal ini memfatwakan: “Undang selingkup alam, adat
selingkup negeri, “Lain lubuk lain ikan, lain padang lain
belang”. Adat yang teradat bersifat khusus berlakunya, yaitu
daerah/desa-desa tertentu sesuai dengan “eco pakai masing-
masing.
4. Adat Istiadat, adalah adat yang dicari-cari, aturan yang
didalak-dalak, oleh nenek moyang kita dahulu, tentunya
mengenai hal-hal yang dianggap baik dan patut, atau kebaisaan
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari yang berlaku secar
tradisonal dan diwariskan dari generasi ke generasi. Adat istiadat
ini tidak berlaku secara umum, namun terbatas pada lingkungan.
Dalam pelaksanaannya kadang-kadang menjurus kepada
kebiasaan buruk menurut ukuran umum Misalnya, pergaulan
bujang gadis, “adat mudo menanggung rindu adat tuo
menanggung ragam”. Kebiasaan pada saat ada keramaian yang
tujuannya untuk memeriahkan acara tersebut, berubah menjadi
perbuatan maksiat.
Dari keempat adat diatas, adat istiadat dapat menjadi adat yang
teradat bila telah biasakan secara meluas dan tidak menyalahi kaidah-
kaidah pokok yang disepakati.
LARANG PANTANG
g. Maling Curi, ialah mengambil barang orang lain untuk dimiliki, tanpa
diketahui pemiliknya baik diwaktu siang atau malam. Maling adalah
mengambil barang orang lain pada malam hari. Sedang Curi
adalah mengambil barang orang lain tanpa sepengetahunnya pada
siang hari.
KEWASPADAAN
Setiap perbuatan dan cita ada rintangan, untuk itu kita harus waspada.
Seperti kato pepatah adat: “Beringat-ingat sebelum keno, sebelum hujan
sedio payung”. Berfikir itu pelito hati. Hemat habis-habis, fikir sudah-sudah.
Jangan bercakap salah ucap, berjalan salah langkah. Salah gawe utang
timbul, salah bayar utang dak lunas. Salah belanjo duit habis. Kurang siang
sesap menjadi, kurang sisik tunas tumbuh. tenago gedang salah gawe
PERMASALAHAN:
Sejak Snouck Hurgronje memperkenalkan istilah hukum adat
(adatrecht) pada akhir abad 19, sebelumnya dimasyarakat hanya dikenal
kata adat atau kebiasaan, maka istilah hukum adat/adat recht merupakan
istilah tehnis semata, untuk membedakan hukum barat (yang tertulis)
dengan hukum bumiputra (pada umumnya tidak tertulis).
- Adat – kebiasaan – dari masyarakat – sanksi masyarakat
- Hukum – dari Allah – sanksi dari Allah
- Perundang-undangan dari pemerintah – sanksi dari pemerintah
Masalah;
Mana yang diterapkan ? hukum pidana adat = dari Pagar Ruyung… atau
hukum pidana Tanah Pilih Jambi ?
Bagaimana jika antara Undang dengan Teliti terdapat hukuman yang
berbeda ?
Kato orang adat: Apo kato teliti, itu pulo kato Undang misalnyo; potong
tangan pencuri kato teliti, potong tangan kambing kato Undang. Hukum
membunuh “nyawo dibayar nyawo” sedangkan hukuman terhadap
pembunuh di Tanah Pilih Jambi, mati di bangun luko di pampas, lebam
balu di tepung tawar, di bayar ke pihak korban, denda dan cuci kampung
dan berdamai saling memberi maaf. Di sini dharapkan menyatukan
undang dengan teliti.
TUJUAN MASYARAKAT ADAT
BUMI SERENTAK BAK REGAM
KABUPATEN BATANG HARI
Musim elok ketiko baik
Teluk tenang rantau selesai
Kampung aman padi menjadi
Air bening ikannyo jinak
Rumput mudo kerbonyo gemuk
Ke aek pancing keno
Ke darat jerat keno
Di belakang rumah durian runtuh
Naik ke rumah anak lahir
Pegi ke dapur lemang tasandar
Apo kenak apo ado
Apo dipintak segalo boleh
Beduk babunyi surau sesak mesjid penuh
Ilang-ilang lesung pipit anak daro dibawak ketawo
DEMIKIAN, KEPADA ALLAH KITA BERSERAH DIRI, KEPADA NYA KITA MOHON
PERTOLONGAN.
KETUA
LEMBAGA ADAT BUMI SERENTAK BAK REGAM
DRS. H. FATHUDDIN ABDI, SM.HK., MM.