Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 2


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………… 3

BAB II Adat Masyarakat Melayu

2.1 Adat Sebenar Adat …………………………………………………………… 4

2.2 Adat yang Diadatkan…………………………………………. ………………. 5

2.3 Adat yang Teradat…………………………………………………………… 7

2.4 Adat Istiadat……………………………………………………………........... . 8

2.5 Adab dalam Pergaulan…………………………………………………………13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 14

3.2 Saran………………………………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Masyarakat asli Indonesia tidak pernah menyebut dan membuat definisi tentang
Adat, karena itu, istilah Adat merupakan Kebiasaan. Kata adat merupakan pinjaman
dari bahasa Arab yaitu al-`âdat, yang berarti „sesuatu yang dilakukan berkali-kali dan
terus menerus‟ atau „sesuatu yang selalu dilakukan kembali‟. Sedangkan kata al-`âdat
itu sendiri merupakan derivasi dari kata kerja `âda-ya`ûdu (pulang kembali ke tempat
sebelumnya) dan dari kata benda al-`ûdu (kepulangan atau cara kuno).

Bagaimana masyarakat asli Indonesia sendiri memaknai adat? Suku Melayu


memaknai adat sebagai suatu unitas yang berbeda dari unitas lain seperti Islam, seperti
tercermin dalam peribahasa adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (adat
bersendikan syari‟at dan syari‟at bersendikan kitab Al-Quran). Walaupun saling
bersendi satu sama lain, secara implisit nampak bahwa adat dan syara’ merupakan dua
hal berbeda. Selain suku Melayu, tidak ada bukti yang kuat, bahwa kata adat dipakai
oleh seluruh suku di Indonesia. Suku-suku selain Melayu, bahkan, tidak pernah
menamakan praktek-praktek kehidupan yang mereka praktekkan dengan suatu nama.
Bukan berarti bahwa dengan tidak dinamainya, lantas mereka tidak memiliki tradisi asli
lokal yang mapan. Mereka mempraktekkannya tanpa harus menyebutnya dengan suatu
nama. Hanya para antropolog dan sosiolog modern yang menyebut tradisi asli lokal
suku non-Melayu secara pukul-rata, dengan sebutan yang sama dipakai terhadap suku
Melayu, yaitu adat.

1.2 RumusanMasalah
1) Apa yang dimaksud dengan adat sebenar adat ?
2) Apa yang dimaksud dengan adat yang diadatkan?
3) Apa yang dimaksud dengan adat yang teradat ?
4) Bagaimana adat istiadat masyarakat melayu ?

2
5) Bagaimana adab dalam pergaulan masyarakat melayu ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui istilah adat sebenar adat.
2) Untuk mengetahui istilah adat yang diadatkan.
3) Untuk mengetahui istilah adat yang teradatkan.
4) Untuk mengetahui adat masyarakat melayu.
5) Untuk mengetahui adab dalam pergaulan masyarakat melayu.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Adat yang Sebenar Adat

Menurut Tenas Effendi (2004:61) Adat Yang Sebenar Adat adalah inti adat yang
berdasar kepada ajaran agama Islam. Adat inilah yang tidak boleh dianjak-alih,
diubah, dan ditukar. Dalam ungkapan adat dikatakan, dianjak layu, diumbat mati; bila
diunjuk ia membunuh, bila dialih ia membinasakan.

Adat berdasar kepada pengertian manusia terhadap eksistensi dan sifat alam yang
kasat mata ini. Berdasarkan pengertian ini, maka muncullah ungkapan-ungkapan
seperti adat api membakar, adat air membasahi, adat lembu melenguh, adat kambing
mengembik, dan lain-lain. Sifat adalah sesuatu yang melekat dan menjadi penciri khas
benda atau keadaan, yang membedakannya dengan benda atau keadaan lain. Itulah
sebenarnya adat, sesuatu yang tidak dapat disangkal sebagai sifat keberadaannya.
Tanpa sifat itu benda atau keadaan tadi, tidak wujud seperti keadaannya yang alami.
benda atau keadaan tadi, tidak wujud seperti keadaannya yang alami.

Manusia Melayu membuat penyesuaian dalam masa yang lama berdasarkan


pengetahuan terhadap semesta alam, atau adat yang sebenar adat yakni hukum alam
yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Dari adaptasi ini muncul sistem kepercayaan yang
tegas dan formal terhadap alam, kekuatan alam, dan fungsi alam. Menurut tanggapan
mereka seluruh alam ini menjadi hidup dan nyata, terdiri dari makhluk dan kekuatan
yang mempunyai hubungan dengan manusia dalam susunan kosmologi yang telah
diatur oleh Allah.Adat yang sebenar adat adalah apabila menurut waktu dan keadaan,
jika dikurangi akan merusak, jika dilebihi akan mubazir (sia-sia). Proses ini berdasar
kepada:

4
1. Hati nurani manusia budiman, yang tercermin dalam ajaran adat

Pisang emas bawa belayar,


Masak sebiji di dalam peti,
Hutang emas dapat dibayar,
Hutang budi dibawa mati.

Askar berperang gagah berani,


Melawan Feringgi dengan bismillah,
Apa yang terjadi di dunia ini,
Sudah menjadi hukumnya Allah.

2. Kebenaran yang sungguh ikhlas, dengan berdasar kepada berbuat karena Allah
bukan karena ulah.
3. Keputusan yang berpadan, dengan berdasar kepada hidup sandar-menyandar,
pisang seikat digulai sebelanga, dimakan bersama-sama. Yang benar itu harus
dibenarkan, yang salah disalahkan. Adat murai berkicau, tak mungkin menguak.
Adat lembu menguak, tak mungkin berkicau.

Adat sebenar adat ini menurut konsep etnosains Melayu adalah sebagai berikut:
penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang, yang besar dibesarkan, yang tua
dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh diajari, yang benar
diberi hak, yang kuat tidak melanda, yang tinggi tidak menghimpit, yang pintar tidak
menipu, hidup berpatutan, makan berpadanan. Inilah adat yang tak boleh berubah
(Lah Husni, 1986:51).

2.2 Adat yang Diadatkan

Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu landasan tertentu, menurut
mufakat dari penduduk daerah tersebut. Kemudian pelaksanaannya diserahkan oleh
rakyat kepada yang dipercayai mereka. Sebagai pemangku adat adalah seorang raja
atau penghulu. Pelaksanaan adat ini wujudnya adalah untuk kebahagiaan penduduk,
baik lahir ataupun batin, dunia dan akhirat, pada saat itu dan saat yang akan datang.
Adat yang diadatkan ini maknanya mengarah kepada sistem-sistem sosial yang
5
dibentuk secara bersama, dalam asas musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Adat
yang diadatkan juga berkait erat dengan sistem politik dan tata pemerintahan yang
dibentuk berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan
polarisasi yang tepat sesuai dengan perkembangan dimensi ruang dan waktu yang
dilalui masyarakat Melayu.

Lebih jauh Tenas Effendy (2004:61) menjelaskan bahwa adat yang diadatkan
adalah semua ketentuan adat-istiadat yang dilakukan atas dasar musyawarah dan
mufakat serta tidak menyimpang dari adat sebenar adat. Adat ini dapat berubah sesuai
dengan perubahan zaman dan perkembangan masyarakat pendukungnya. Adat yang
diadatkan ini dahulu dibentuk melalui undang-undang kerapatan adat, terutama di
pusat-pusat kerajaan, sehingga terbentuklah ketentuan adat yang diberlakukan bagi
semua kelompok masyarakatnya. Tiap-tiap negeri itu mempunyai situasi yang
berbeda dengan negeri-negeri lainnya, lain lubuk lain ikannya lain padang lain
belalangnya. Perbedaan keadaan, tempat, dan kemajuan sesuatu negeri itu membawa
resam dan adatnya sendiri, yang sesuai dengan kehendak rakyatnya, yang diwarisi
dari leluhurnya. Perbedaan itu hanyalah dalam lahirnya saja, tidak dalam hakikinya.
Adat yang diadatkan ini adalah sesuatu yang telah diterima untuk menjadi kebiasaan
atau peraturan yang diperbuat bersama atas mufakat menurut ukuran yang patut dan
benar, yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa secara fleksibel. Dasar dari adat yang
diadatkan ini adalah: penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang, terapung tidak
hanyut, terendam tidak basah (Lah Husni, 1986:62).

Dalam kebudayaan Melayu, raja (ada juga yang menyebut sultan) adalah
pemimpin tertinggi. Sultan adalah wakil Allah di muka bumi, yang harus ditaati dan
dihormati segala keputusan dan kebijakannya. Raja juga sebagai seorang pemimpin
tertinggi dalam pemerintahan dan kenegaraan, ia juga adalah pempimpin agama, yaitu
imam bagi seluruh umat yang dipimpinnya. Bagaimanapun seorang sultan juga
memikul tanggung jawab untuk rakyat yang dipimpinnya, yang dipandu oleh ajaran-
ajaran agama Islam. Raja di dalam peradaban Melayu adalah raja yang bijaksana,
rendah hati, mengutamakan kepentingan umat yang dipimpinnya, dan bertanggung
jawab langsung kepada Allah SWT.

6
2.3 Adat yang teradat
Adat yang teradat adalah kebiasaan setempat yang dapat bertambah secara
berangsur-angsur atau cepat menjadi adat. Adat Yang Teradat dapat berbeda antara
satu tempat dengan tempat lain menurut keadaan, waktu dan kebutuhan anggotanya.
Adat yang teradat ini merupakan konsep masyarakat Melayu terhadap kesinambungan
dan perubahan, yang merupakan respons terhadap dimensi ruang dan waktu yang
dijalani manusia di dunia ini. Manusia, alam, dan seisinya, pastilah berubah menurut
waktu dan zamannya. Namun demikian, perubahan pastilah tetap disertai dengan
kesinambungan.
Artinya hal-hal yang berubah sedrastis apapun pastilah tetap disertai dengan
kesinambungan yang berasal dari era-era dan keadaan sebelumnya. Memang
perubahan tersebut ada yang perlahan dan pasti, namun tidak jarang pula perubahan
itu bersifat cepat, drastis, dan spontan. Dalam kajian sejarah perubahan ini ada yang
sifatnya evolutif dan ada pula yang revolutif. Itulah inti konseptual dari adat yang
teradat menurut orang-orang Melayu. Oleh karena itu, “adat yang teradat” ini pun
dapat berubah sesuai dengan nilai-nilai baru yang berkembang. Tingkat adat nilai-
nilai baru yang berkembang ini kemudian disebut sebagai tradisi. Dalam ungkapan
disebutkan:

Adat yang teradat


Datang tidak bercerita
Pergi tidak berkabar

Adat disarung tidak berjahit


Adat berkelindan tidak bersimpul
Adat berjarum tidak berbenang

Yang terbawa burung lalu


Yang tumbuh tidak ditanam
Yang kembang tidak berkuntum
Yang bertunas tidak berpucuk

Adat yang datang kemudian


Yang diseret jalan panjang
Yang betenggek di sampan lalu
Yang berlabuh tidak bersauh
Yang berakar berurat tunggang

Itulah adat sementara


Adat yang dapat dialih-alih
Adat yang dapat ditukar salin

7
2.4 Adat Istiadat
Adat-istiadat adalah kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang lebih banyak diartikan
tertuju kepada upacara khusus seperti adat: perkawinan, penobatan raja, dan pemakaman raja.
Jika hanya adat saja maka kecenderungan pengertiannya adalah sebagai himpunan hukum,
misalnya: hukum ulayat, hak azasi, dan lainnya. Adat-istiadat ini adalah ekspresi dari
kebudayaan Melayu. Upacara di dalam kebudayaan Melayu juga mencerminkan pola pikir
atau gagasan masyarakat Melayu. Upacara jamu laut misalnya adalah sebagai kepercayaan
akan Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan rezeki melalui laut. Oleh karenanya kita
mestilah bersyukur dengan cara menjamu laut. Begitu juga upacara seperti gebuk di Serdang
yang mengekspresikan kepada kepercayaan akan pengobatan melalui dunia supernatural.
Demikian pula upacara mandi berminyak, merupakan luahan dari sistem kosmologi Melayu
yang mempercayai bahwa dengan hidayah Allah seseorang itu bisa kebal terhadap panasnya
minyak makan yang dipanaskan di atas belanga. Demikian pula upacara mandi bedimbar
dalam kebudayaan Melayu adalah sebagai aplikasi dari ajaran Islam, bahwa selepas
hubungan suami dan istri keduanya haruslah melakukan mandi wajib (junub). Seterusnya
upacara raja mangkat raja menanam di Kesultanankesultanan Melayu Sumatera Timur adalah
ekspresi dari kontinuitas kepemimpinan, yaitu dengan wafatnya sultan maka ia digantikan
oleh sultan yang baru yang menanamkan (menguburkannya). Demikian juga untuk upacara-
upacara yang lainnya dalam kebudayaan Melayu sebenarnya adalah aktivitas dalam rangka
menjalankan strategi kebudayaan Melayu, agar berkekalan dan tidak pupus ditelan oleh ruang
dan waktu. Dalam realitasnya, sejauh penelitian yang kami lakukan, adat-istiadat (upacara)
Melayu itu dapat dikategorikan sebagai berikut.

I. Adat-istiadat yang berkaitan dengan siklus hidup:

1. Adat-istiadat bersalin.

a. Adat-istiadat melenggang perut

Istilah melenggang perut digunakan oleh kebanyakan orang Melayu di Semenanjung


Malaysia seperti Melaka dan Johor, manakala istilah ‘ kirim perut’ pula difahami oleh
orang Melayu di sebelah utara seperti Perak, Kedah dan Perlis.Adat melenggang perut
dilakukan kepada bakal ibu yang mengandung anak sulung ketiak kandungan dipercayai
genap tujuh bulan. Pada masa ini anak di dalam kandungan dipercayai sempurna sifatnya.
Adat ini dijalankan pada waktu tertentu kerana di dalam masyarakat tradisi penentuan
masa dan hari bagi melakukan sesuatu adalah sangat penting.

Tujuan melenggang perut adalah untuk membetulkan perut wanita yang mengandung
supaya anak yang berada di dalam kandungan betul kedudukannya dan wanita
mengandung akan senang melahirkan anak kelak.

8
b. Adat-istiadat menempah mak bidan

Setelah genap tujuh bulan seseorang wanita mengandung, mertua wnita tersebut akan
bersiap sedia dengan berbagai alat untuk melenggang per serta menempah bidan. Masa
yang baik selalunya pad ahari Khamis malam Jumaat. Maka pada hari tersebut mertua
wanita yang mengandung akan bersiap menghias rumah seperti menggantung langsir,
langit – langit dan membentangkan hamparan yang indah serta menjemput sanak saudara
kaum keluarga.

Biasanya adat ini dilakukan pada akhri bulan antara dua puluj satu hingga dua puluh
sembilan hari bulan Islam. Mas ayang sebaiknya ialah pada hari Rabu dan Khamis. Hari
Selasa merupakan hari yang tidak sesuai untuk menempah bidan lebih lagi sekiranya pada
hari tersebut ada berlaku kematian di kalangan keluarga mereka.

Upacara menempah bidan selalunya dilakukan untuk wanita yang mengandung anak
sulung sahaja. Tujuan upacara bagi menentukan bidan yang bertanggungjawab untuk
menyambut kelahiran bayi nanti. Adat menempah bidan ini dilakukan untuk merasmikan
bahawa bidan tertentu dapat menguruskan kelahiran bayi.

c. Adat-istiadat mandi sampat

Dalam upacara mandi sampat terdapat bahan – bahan yang disediakan untuk
menjalankan upacara itu seperti tepung tawar, tiga biji limau nipis, sebiji kelapa tua ynag
telah dikupas, sedahan mayang pinang, sehelai kain lepas barat, dua batang lilin, sebuyung
air biasa yang ditaburi 7 jenis bunga dan air tolak bala.

Biasanya tempat masdi adalah menghala ke dalam rumah. Disediakan bangku tempat
mandi dan wanita hamil akan duduk di ats bangku tersebut. Upacara ini dimulakan dengan
doa selawat ke atas junjungan Nabi Muhammad s.a.w untuk mendapat restu. Wanita hamil
akan diandam supaya anak yang bakal dilahirkan tidak berbulu. Wanita hamil akan
berkemban dan bidan akan menjurus air dibantu oleh beberapa orang lain yang mengibas
mayang pinang. Ketika air buyung dijurus ke tubuh wanita itu, sebiji telur diselitkan di
lipatan kain basahan dan kemudian telur itu dilepaskan. Kemudian dimandikan dengan air
7 telaga dan ditaburi dengan 7 jenis bunga. Akhir sekali air tolak bala dijurus dan upacara
mandi lenggang pun berakhir.

9
d. Adat-istiadat potong tali pusat

Gunting yang digunakan akan ditawar terlebih dahulu supaya hilang bisanya. Bidan
akan membuat tiga ikatan simpul mati di tali pusat. Ikatan perlu dibuat terlebih dahulu
sebelum tali pusat dikerat dengan tujuan menyekat al darah daripada mengalir keluar
apabila dipotong sama ada pada tali pusat mahupun tembuninya. Minyak urut ataupun
inggu akan diletakkan pada bekas tempat dipotong supaya tali pusat cepat tanggal.
Pembalut dilekapkan ke pusat bayi yang telah dipotong.

2. Adat semasa anak-anak.

a. Adat-istiadat bercukur

Dalam tradisi cukur rambut terdapat beberepa perlengkapan tepuk tepung tawar (beras
kunyit, beras basuh (putih), air tepung tawar, daun perenjis, bubur merah, bubur putih)
bunga rampai, nyiur, dan tanah.Perlengkapan itu memilik fungsi dan maknanya masing-
masing.

• Tepung tawar : ditepuk pada bayi sebelum rambutnya dicukur.


• Beras Kunyit : melambangkan agar diberikan kemurahan rezeki, kesabarn,
menjaga marwah, serta mendapatkan kekuasaan.
• Beras Basuh (Beras Putih) : Melambangkan kesucian hati lahir dan batin.
• Air Tepung Tawar : Merupakan beras sejuk yang diberi air, melambangkan
penyejuk hati, peneduh kalbu, dan diharapkan dapat memberikan kesabaran
dan kesucian hati.
• Daun Perenjis : merupakan daun juang-juang, daun ganda rusa, daun sedingin,
daun setawar, daun ati-ati yang diikat menjadi satu dengan daun ribu-ribu
sebagai pelambang ikatan kekeluargaan dan kebersamaan, kerukunan dan
kedamaian.
• Bunga Rampai :Bunga rampai merupakan bunga mawar dan bunga lain-lainnya
yang dipotong kecil- kecil. Juga daun pandan yang dipotong kecil-kecil
kemudian dicampur. Baunya ini sangat harum.
• Kelapa yang di ukir : Sebiji nyiur mumbang (kelapa muda) yang agak besar
sedikit, dipotong buka pada arah kepalanya dengan potongan berkelok-kelok
dan dijadikan tutupnya dari potongan kepala nyiur. Air nyiur itu dibuang dan
diisi di dalamnya sedikit dengan air sejuk, dan nyiur itu diletakkan di dalam

10
sebuah tempat. Setelaj rambut bayi dicukur, maka rambut itu dimasuukan
kedalam kelapa tersebut.

Makna Bertepuk Tepung Tawar :


• Menepuk dahi/ubun-ubun maksudnya mendoakan semoga berpikiran
sehat,cerdas, dan dapat menggunakan akal sehat dalam menempuh kehidupan.
• Menepuk bahu kanan dan kiri maksudnya mendoakan semoga kuat memikul
baban.
• Menepuk telapak tangan maksudnya memohon doa semoga cekatan , terampil
dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Adat-istiadat berkhitan (berkhatan atau sunnat),

c. Adat-istiadat belajar dan mengaji,

d. Adat-istiadat berkhatam Al-Qur’an,

e. Adat-istiadat bertindik.

3. Adat-istiadat perkawinan.

a. Adat-istiadat merisik

Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk
meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang
mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak
gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain itu,
utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar.
Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja
yang diminta oleh keluarga wanita.

b. Adat-istiadat meminang

Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar.

c. Adat-istiadat berinai

Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah.
Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan.
d. Adat-istiadat berandam dan menempah mak andam

11
Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya.
Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari "kotoran" dunia
sehingga hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan
pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga
membersihkan mukanya

e. Adat-istiadat berbesan,

f. Adat-istiadat mandi bedimbar (berhias),

g. Adat-istiadat bertandang,

h. Adat-istiadat menyalang,

i. Adat-istiadat menjemput atau berkampung.

4. Adat kematian.

II. Adat yang berkait dengan kegiatan pertanian dan maritim.

a. Adat-istiadat membuka tanah (mulaka ngerbah),

b. Adat-istiadat bercocok tanam (tabur benih, mulaka nukal),

c. Adat-istiadat berahoi (mengirik padi),

d. Adat-istiadat turun perahu,

e. Adat-istiadat bersimah berpuar, puja kampung, bersih kampung, atau berobat kampung,

f. Adat-istiadat menjamu laut.

III. Adat pengobatan melalui bomoh (dukun, pawang).

a. Adat-istiadat berobat,

b. Adat-istiadat berkebas,

c. Adat-istiadat memutus obat,

d. Adat-istiadat menilik bomoh,

e. Adat-istiadat gebuk.

IV. Adat olahraga tradisi dan seni pertunjukan.

1. Bersilat atau lintau.

a. Adat-istiadat membuka gelanggang,

b. Adat-istiadat menghadap guru atau sembah guru,


12
c. Adat-istiadat tamat silat.

2. Pertujukan, musik, tari, dan teater,

a. Adat-istiadat buka panggung,

b. Adat-istiadat pertunjukan,

c. Adat-istiadat tamat panggung.

V. Adat makan atau jamuan.

a. Adat-istiadat makan dan minum,

b. Adat-istiadat berhidang: seperah, dulang, kepala lauk (menghidang),

c. Adat-istiadat menjamu ketua atau pengurus adat,

d. Adat-istiadat bersirih puan (sebelum makan),

e. Adat-istiadat kenduri (jamu sukut).

VI. Adat-istiadat pelantikan pengurus adat.

VII. Adat-istiadat komunikasi budi bahasa.

a. Adat-istiadat berbahasa,

b. Adat-istiadat bertegur sapa.

VIII. Adat-istiadat takwim Islam.

a. Menyambut awal Muharram,

b. Hari Asyura 10 Muharram,

c. Safar,

d. Maulid Nabi (Maulidur Rasul),

e. Kenduri arwah (bulan Sya’ban),

f. Puasa (Ramadhan),

g. Hari Raya Idul Fitri,

h. Hari Raya Kurban (Idul Adha), dan lain-lain.

Dalam konteks perkembangan zaman, adat-istiadat yang bermakna kepada upacara


atau ritual ini juga mengalami perkembangan-perkembangan. Upacara ini ada yang
berkaitan dengan kegiatan budaya seperti politik, pemerintahan, sosial, pendidikan, agama,
ekonomi, dan lain-lainnya. Pada masa kini, dalam konteks Indonesia, upacara atau adat-

13
istiadat ini dapat juga ditemui seperi upacara pembukaan pekan olahraga, pembukaan
gedung baru, upacara melepas jamaah haji, upacara menyambut kepulangan haji, upacara
pembukaan kampanye partai politik, upacara bendera, upacara peringatan hari kemerdekaan
Indonesia, upacara pembukaan dan penutupan pekan budaya, dan lain-lain. Dengan
demikian adat-istiadat ini juga mengalami perkembangan-perkembangan selaras dengan
perkembangan zaman.

2.5 Adab dalam Pergaulan

Pola sopan santun merupakan adat istiadat dalam masyarakat Riau sebenarnya
sudah lama menjadi pola pergaulan nasional atau menjadi pola pergaulan sesama
warga Negara. Seperti bahasa Melayu yang sudah dijadikan bahasa nasional, pepatah-
pepatah, ungkapan-ungkapan, pribahasa-pribahasa, pantun-pantun, dan lain-lain.
Berbicara tentang pergaulan masyarakat Melayu, sangatlah banyak mulai dari tutur
kata, tingkah laku sampai kesopanan dalam berpakaian. Yang semuanya itu diajarkan
oleh orang tua kepada anaknya dari sejak dari lahir hingga dewasa, dengan tujuan
anak tersebut dapat menghargai, menghormati dan mencintai pada siapapun yang ia
temui sepanjang pergaulannya.

• Tutur Kata
Dalam bertutur dan berkata banyak dijumpai nasehat-nasehat sebab ini
sangatlah berpengaruh dalam pergaulan. Bahasa selalu dikaitkan dengan budi yang
biasa disebut dengan “Budi Bahasa”.
Tutur kata ini sangatlah penting dalam pergaulan sebab jika salah kata yang
tersampaikan, maka akan terjadi pertikaian atau kesalahpahaman dalam pergaulan.

• Sopan Santun Berpakaian


Dalam pergaulan masyarakat Melayu cara berpakaian menjadi nilai tinggi atau
rendahnya budaya seseoarang. Jika ia berpakaian dengan baik atau sempurna maka
semakin tinggilah budaya seseoarang itu, demikian pula sebaliknya jika tidak baik
seseoarang itu dalam berpakaian maka rendahlah nilai budaya seseoarang tersebut.
Yang dimaksud dengan berpakaian baik atau sempurna disini adalah berpakaian yang
tidak menampakkan bagian-bagian tubuh yang dapat membuat orang lain melakukan
hal yang tidak baik. Seperti menampakkan dada atau paha.

14
• Adab dalam Pergaulan
Sopan santun dalam pergaulan sangat penting sebab merupakan suatu kerangka
acuan kepada nilai-nilai Islam, yang semua ketentuan-ketentuan dalam Islam
dijadikan adat oleh masyarakat Melayu. Yang mana banyak terdapat pantangan-
pantangan dan larangan-larangan, apabila dilanggar akan menjadi aib dan orang yang
melanggar akan dianggap sebagai orang tak beradab.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Adat Yang Sebenar Adat adalah inti adat yang berdasar kepada ajaran agama Islam.
Adat inilah yang tidak boleh dianjak-alih, diubah, dan ditukar. Dalam ungkapan adat
dikatakan, dianjak layu, diumbat mati; bila diunjuk ia membunuh, bila dialih ia
membinasakan.
2) Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu landasan tertentu, menurut
mufakat dari penduduk daerah.
3) Adat yang teradat adalah kebiasaan setempat yang dapat bertambah secara berangsur-
angsur atau cepat menjadi adat
4) Adat-istiadat adalah kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang lebih banyak diartikan
tertuju kepada upacara khusus seperti adat: perkawinan, penobatan raja, dan
pemakaman raja.
5) Sopan santun dalam pergaulan sangat penting sebab merupakan suatu kerangka
acuan kepada nilai-nilai Islam, yang semua ketentuan-ketentuan dalam Islam
dijadikan adat oleh masyarakat Melayu. Yang mana banyak terdapat pantangan-
pantangan dan larangan-larangan, apabila dilanggar akan menjadi aib dan orang yang
melanggar akan dianggap sebagai orang tak beradab.

3.2 Saran

Pemerintah bersama seluruh masyarakat melayu tetap memelihara dan melestarikan


adat istiadat masyarakatmelayu agar tidak hilang dimakan zaman. Sebab tipe ideal seorang
Melayu adalah ia memahami, menjalankan, dan menghayati adat. Sehingga ia akan selalu
menggunakan adat dan pusaka budaya dalam kehidupannya, dan ia menjadi orang yang
amanah (salah satu tipe ideal kepemimpinan dalam Islam).

16
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.researchgate.net/publication/282303456_Adat_dalam_Peradaban_Melayu
2.http://digilib.uin-suka.ac.id/30450/1/12350023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR
PUSTAKA.pdf
3. https://lamriau.id/adat-yang-diadatkan/
4. http://iwanizc.blogspot.com/2017/11/v-behaviorurldefaultvmlo_6.html
5. http://muhammadtakari.weebly.com/adat-melayu.html
6. ENKULTURISASI DALAM KEBUDAYAAN MELAYU, Postgraduated Program of
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
7. http://muhammadtakari.weebly.com/adat-melayu.html
8. http://m.adicita.com/artikel/617-Adat-Istiadat-dalam-Pergaulan-Orang-Melayu
9. http://ekosujadi-bintan.blogspot.com/2011/04/adat-istiadat-dalam-pergaulan-orang.html
10. http://yuyud-odie.blogspot.com/2011/12/adat-istiadat-pergaulan-orang-melayu.html

17

Anda mungkin juga menyukai