Anda di halaman 1dari 15

Adat Minangkabau

Disusun oleh :

Rahayu Junita Putri 16030019


Fiona Sri Wulandari 16030007
Fifra Anori 16030002
Suci Putri 15110025
A. Pengertian Adat Minangkabau
Adat minangkabau dapat diartikan sebagai aturan
yang lazim atau dilakukan oleh masyarakat minangkabau
sejak dulu kala atau cara yang sudah menjadi kebiasaan
masyarakat minangkabau. Dapat pula sebagai wujud
gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya,
norma., hukum dan aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi suatu sistem dalam masyarakat
minangkabau.
Secara umum dapat pula dikatakan bahwa adat
minangkabau merupakan falsafah kehidupan yang menjadi
budaya dan kebudayaan minangkabau. Ia juga sekaligus
merupakan suatu aturan dan tata cara kehidupan masyarakat
minangkabau, yang disusun berdasarkan musyawarah dan
mufakat serta diturunkan secara turun temurun secara
alamiah.
B. Dasar Filsafat Adat Minangkabau
Dalam adat minangkabau terdapat beberapa
ketentuan yang memberikan ciri khas, sebagai falsafah dan
pandangan hidup masyarakat minangkabau, ketentuan itu
adalah fatwa-fatwa adat minangkabau berdasarkan
ketentuan alam nyata. Dengan demikian daat pula dikatakan
bahwa adat minangkabau itupun mempunyai dasar falsafah
yang nyata pula.
Pertumbuhan dan perkembangan adat minangkabau,
secara garis besar dapat dibagi atas dua periode, yaitu :
1. Sebelum islam masuk di minangkabau
2. Setelah islam masuk di minangkabau
C. Tujuan Adat Minangkabau
Menurut ketentuan adat Minangkabau, untuk
mencapai tujuannya yaitu suatu masyarakat yang aman,
damai, makmur dan berkah, perlu disiapkan prasarana dan
sarana yang tepat, yakni manusia-manusia pendukung adat
Minangkabau yang mempunyai sifat dan watak masyarakat
“nan sakato”. Sakato artinya sekata, sependapat, semufakat
yaitu: Saiyo, Sakato, Sahino, Samalu, Anggo Tanggo dan
Sapikua Sajinjiang.
1. Saiyo Sakato
Dalam menghadapi suatu masalah atau pekerjaan,
pasti akan terdapat perbedaan pandangan dan pendirian
antara orang satu dengan yang lain, sesuai dengan pepatah
“Kapalo samo hitam, pikiran ba lain-lain”
Adat Minangkabau tidak mengenal istilah “Sepakat untuk
tidak se-Mufakat”. Setelah ada kata Mufakat, maka keputusan itu
harus dilaksanakan oleh semua pihak. Keluar tetap utuh dan tetap
satu, tanpa mempersoalkan bagaimana proses keputusan itu
diambil.
Adat minangkabau akan selalu mencoba memelihara
komunikasi dan kemungkinan berdialog. Pasalnya, hanya dengan
cara itu segala masalah akan selalu dapat dipecahkan melalui
musyawarah. Orang Minangkabau menganggap penyelesaian
masalah diluar musyawarah adalah buruk.
2. Sahino Samalu
Kehidupan kelompok sesuku sangat erat, hubungan individu
sesama anggota kelompok kaum sangat dekat. Mereka bagaikan
suatu kesatuan yang tunggal-bulat, jarak antara kau dan aku
menjadi hampir tidak ada. Istilah awak menggambarkan
kedekatan ini. Kalau urusan yang rumit diselesaikan dengan cara
awak samo awak. Semuanya akan menjadi mudah.
3. Anggo Tanggo
Dalam membentuk masyarakat nan sakato,
dibutuhkan pergaulan yang tertib serta disiplin dalam
masyarakat. Hal ini berarti bahwa setiap anggota masyarakat
dituntut untuk mematuhi aturan dan undang-undang, serta
mengikuti pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa
adat.
4. Sapikua Sajinjiang
Sikap gotong royong menjadi keharusan dan dasar
kehidupan. Saling membantu dan menunjang
merupakan kewajiban. Berat sama dipikul dan ringan
sama dijinjing. Kehidupan antara anggota kaum
bagaikan aur dengan tebing, saling bantu membantu,
saling dukung mendukung.
D. Nilai-nilai Dasar Adat Minangkabau
Dalam hidup bermasyarakat , orang Minangkabau
menjunjung tinggi nilai egaliter atau kebersamaan. Nilai-
nilai ini, dinyatakan oleh mereka dengan ungkapan pepatah :
“duduak samo randah, tagak samo tinggi”.
Dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang dan yang akan
datang, merupakan ruang waktu yang harus menjadi
perhatian bagi orang Minangkabau. “Maliek contoh ka nan
sudah”. Bila masa lalu tidak menggembirakan, maka dia
akan berusaha untuk memperbaikinya. Duduk merau ranjau,
tegak meninjau jarak, merupakan manifestasi agar mengisi
waktu dengan sebaik-baiknya pada masa sekarang.
Sedangkan mengingat masa depan, adat berfatwa :
“bakulimek sabalun habih, sadiokan payuang sabalun
hujan”.
Dalam kegiatan yang menyangkut kepentingan
umum, sifat komunal dan koletif mereka terlihat sangat
menonjol. Mereka sangat menjunjung tinggi musyawarah
dan mufakat. hasil mufakat, merupakan otoritas yang
tertinggi.

Setiap orang Minangkabau didorong agar mempunyai


harga diri yang tinggi. Nilai kolektif yang didasarkan pada
struktur sosial matrilineal, menekankan tanggung jawab luas dari
keluarga, kaum, sampai kemasyarakatan nagari. Hal ini,
menyebabkan seseorang merasa malu, kalau tidak berhasil
menyumbangkan sesatu kepada tuntutan sosial ini, telah
menyebabkan orang Minangkabau untuk selalu bersifat dinamis
dan kreatif.
E. Tingkatan Adat Minangkabau
Adat Minangkabau mencakup suatu spektrum dari
yang paling umum, hingga yang paling khusus. Dari paling
permanen dan tetap, hingga yang paling sering berbah-ubah.
Pada tataran konseptional adat Minangkabau terbagi pada :
1. Adat Nan Sabana Adat
Adalah kenyataan yang berlaku tetap dialam, tidak
pernah berubah oleh keadaan tempat dan waktu. Kenyataan
itu, mengandung nilai-nilai, norma dan hukum. Di dalam
ungkapan Minangkabau dinyatakan sebagai adat ‘Nan indak
lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, diasak indak
layua, dibubuik indak mati”. Atau “adat babuhua mati”.
Adat nan sabana adat bersumber dari alam. Pada
hakikatnya, adat ini ialah kelaziman yang terjadi sesuai
dengan kehendak Allah. Maka, adat Minangkabau tidak
bertentangan dengan ajaran islam. hak itu melahirkan
konsep dasar pelaksanaan aat dalam kehidupan masyarakat
Minangkabau, yakni adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah” dan syarak mangato, adat mamakai. Dari
konsep itu, lahir pulalah filsafah dasar orang Minangkabau,
yakni alam takambang jadi guru.
2. Adat Nan diadatkan
Adalah adat buatan yang dirancang, dan disusun oleh nenek
moyang orang Minangkabau, untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa adat nan
diadatkan disampaikan dalam petatah dan petitih,
mamangan, pantun dan ungkapan bahasa yang berkias
hikmah.
Inti dari adat nan diadatkan yang dirancang Datuak
Katumangguangan melaksanakan pemerintahan yang
berdaulat ke atas otokrasi namun tidak sewenang-wenang.
Sedangkan adat yang disusun Datuak Parpatih Nan
Sabatang, intinya demokrasi berdaulat kepada rakyat, dan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Sepintas kedua
konsep adat itu berlawanan. Namun, dalam pelaksanaannya
kedua konsep itu bertemu, membaur dan saling mengisi.
3. Adat Nan Taradat
Adalah ketentuan adat yang disusun di nagari untuk
melaksanakan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya. Adat ini
disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat nagari
melalui musyawarah dan mufakat. Dari pengertian itu,
lahirlah istilah adat salingka nagari.
Adat Nan Taradat disebut juga adat babuhua sentak
artinya dapat diperbaiki, diubah dan diganti. Fungsi
utamanya, yakni sebagai peraturan pelaksanaan dari adat
Minangkabau. Seperti penerapannya upacara batagak
pangulu, turun mandi, sunat rasul dan perkawinan yang
selalu dipagari oleh ketentuan agama dimana syarak
mangato adaik mamakaikan.
4. Adat Istiadat
Merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat
niniak mamak dalam suatu nagari. Peraturan ini menampung
segala kemauan anak nagari yang sesuai menurut alua jo
patuik, patuik jo mungkin. Aspirasi yang disalurkan kedalam
adat istiadat ialah aspirasi yang sesuai dengan adat jo
limbago, manuruik barih jo balabeh, manuruik ukuran
cupak jo gantang, manuruik alua jo patuik
Ada dua proses terbentuknya adat istiadat, yaitu :
• Berdasarkan usul dari anak nagari, anak kemenakan dan
masyarakat setempat.
• Berdasarkan fenomena atau gejala yang tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat. Ini diungkap dalam
kato pusako adat : tumbuah bak padi digaro, tumbuah bak
bijo disiang, elok dipakai, buruak dibuang, elok dipakai
jo mufakat, buruak dibuang jo rundiangan.
Dapat pula dikatakan bahwa adat istiadat merupakan
kebiasaan yang berfungsi menampung kesukaan atau
kesenangan orang banyak, yang tidak bertentangan dengan
adat nan diadatkan. Misalnya, adat main layang-layang
habis panen padi, berburu dimusim panas, batagak batu
sesudah ada yang meninggal.
F. Sifat Adat Minangkabau
Pada umumnya adat Minangkabau itu bersifat
terbuka dan fleksibel, hal ini sejalan dengan ungkapan yang
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu : dimano bumi
dipijak, disitu langik dijunjuang, dimano rantiang dipatah,
disinan aia disauk, masuk kandang kambiang mangembek,
masuak kandang kabau malanguah, tibo dirantau induak
samang dan dunsanak cari dahulu.
Dengan demikian jika kita hendak memahami adat
Minangkabau, maka yang perlu kita ketahui adalah Nan
Ampek, yang merupakan dasar dari patokan hidup
masyarakat Minangkabau, yang diungkapkan secara
sederhana dalam bentuk nan ampek patokan yaitu :
1. Asal suku di Minangkabau adalah empat : koto, oilang,
bodi dan caniago.
2. Mula-mula adat diciptakan oleh nenek moyang suku
bangsa Minangkabau adalah empat : adat bajanjang naik
batanggo turun, adat babarih babalabeh, adat baukua jo
bajangko, dan adat batiru bataladan.
3. Jalan yang harus dilalui dalam hidup ini ada empat : jalan
mandatar, jalan mandaki, jalan malereng dan jalan manurun.
4. Ajaran adat ada empat : raso, pareso, malu dan sopan.
5. Dasar nagari ada empat : taratak, dudun, koto dan nagari
6. Kato-kato ada empat : kato pusako, kato mufakat, kato
kamudian dan kato dulu
7. Hukum ada empat : hukum ilmu, hukum kurenah, hukum
sumpah dan hukum perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai