Anda di halaman 1dari 8

NILAI NILAI DASAR

ADAT
MINANGKABAU
OLEH :
ABDUL KADIR, S,PD
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL
KELAS X
Nilai-Nilai Dasar Adat Minangkabau

Nilai dasar Adat


Pengertian Adat Minangkabau
Minangkabau

Tau Jo Adat nan Ampek Pandangan terhadap hidup


1. Pengertian Adat Minangkabau
 secara umum adalah peraturan dan undang-undang atau hukum, yang berlaku dalam kehidupan sosial
masyarakat Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di alam Minangkabau, Sumatera Barat. Secara
harfiah istilah adat berasal dari bahasa arab “adah” yang berarti kebiasaan. Menurut KBBI adat berarti aturan,
cara, kebiasaan, maupun wujud gagasan kebudayaan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu. Adat juga
dipahami sebagai aturan perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu. Penjelasan di atas
mempertegas kalau adat dalam konteks Minangkabau merupakan aturan-aturan yang berlandaskan pada
kebiasaan masyarakat Minangkabau sejak dahulu. Kebiasaan yang dimaksud adalah perilaku masyarakat
Minangkabau yang selalu bermusyawarah dan bermufakat dalam memutuskan segala sesuatunya. Seperti yang
dikatakan dalam pepatah Minangkabau, “Bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mupakat”
 . Pandangan hidup orang Minang tertuang dalam ketentuan adat, yang disebut dengan ADAT
MINANGKABAU. Dapat diakatakan bahwa Adat Minang adalah merupakan falsafah kehidupan yang menjadi
budaya atau kebudayaan Minang. Ia merupakan suatu aturan atau tata cara kehidupan masyarakat Minang
yang disusun berdasarkan musyawarah dan mufakat dan diturunkan secara turun temurun secara alamiah
 Pengertian adat dalam kehidupan sehari-hari orang Minang memberikan makna sebagai Sawah diagiah
bapamatang, ladang diagiah bamintalak, Nak babedo tapuang jo sadah, Nak babikeh minyak jo aia, Nak balain
kundua jo labu.
Adat Minangkabau mengatur tata nilai kehidupan mulai dari hal yang paling kecil sampai kepada kehidupan
yang lebih luas seperti politik,ekonomi, hukum, dan kesenian. Bagi masyarakat Minang, adat merupakan wajah
lain dari kebudayaan Minangkabau. Hal tersebut menegaskan pengertian kebudayaan sebagai keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat.
Nilai Dasar Adat Minangkabau
Nilai Acuan, Tolak Ukur atau titik Tolak
dan Tujuan Hidup

Hukum alam menjadi sumber inspirasi yang dijadikan pedoman untuk


Alam Takambang merumuskan nilai-nilai dasar bagi norma-norma yang menuntun mereka
jadi guru dalam berfikir dan berbuat.

Disamping belajar dari alam, pengalaman hidup yang dapat dijadikan pula pegangan, bahwa manusia harus
belajar dari pengalamannya. Belajar dari alam dan pengalaman merupakan orientasi berfikir yang dominan
dalam masyarakat Minangkabau. Hal ini dengan tegas dicontohkan mereka dalam ungkapan adat yang
mendasarkan pandangan kepada alam “patah tumbuah hilang baganti” (patah tumbuh hilang berganti).
Selanjutnay dikatakan pula “maambiak contoh ka nan sudah, maambiak tuah ka nan
manang” (mengambil contoh kepada yang sudah, mengambil tuah kepada yang
menang). Mereka menafsirkan dan melihat yang ada dalam alam ini mempunyai tujuan
dan makna hidup, kerja, waktu dan kehidupan sesamanya. Semuanya itu diungkapkan
dalam bentuk nilai-nilai yang dominan yang menjadi pegangan dan pedoman bagi
masyarakat Minangkabau
Pandangan Terhadap Hidup

Tujuan Hidup Untuak Babuek Jaso

Kato pusako orang Minangkabau mengatokan, bahwa “hiduik bajaso, mati bapusako” (hidup
berjasa, mati berpusaka). Jadilah orang Minangkabau memberikan arti dan harga yang tinggi
terhadap hidup.

Untuk analogi terhadap alam, maka peribahasa yang dikemukakan adalah :


Gajah mati meninggalkan gadiang
Harimau mati maninggakan balang
Manusia mati meninggalkan jaso
(gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan jasa).
 Dengan pengertian, bahwa orang Minangkabau itu hidupnya jangan seperti hidup hewan yang tidak
memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan setelah mati. Karena itu orang
Minangkabau bekerja keras untuk dapat meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi anak kemenakan, dan
masyarakatnya.
 Mempusakakan bukan maksudnya hanya dibidang materi saja, tetapi juga nilai-nilai adatnya. Oleh karena
itu semasa hidup bukan hanya kuat menunjuk mengajari anak kemenakan sesuai dengan norma adat yang
berlaku. Dengan demikian diharapkan kesinambungan dari adat yang diwarisi sebagai pusaka yang
diturunkan secara turun temurun. Ungkapan adat juga mengatakan
pulai batinkek naiak meninggalkan rueh jo buku,
manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako”
(pulai bertingkat baik meningalkan ruas dan buku, manusia bertingkat turun meninggalkan nama dan pusaka).

Anda mungkin juga menyukai