Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

ARTIKEL FILSAFAH TENTANG MINANGKABAU

NADILLA EKA FITRA

300000822

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI


FILSAFAT TENTANG MINANGKABAU

1. Alam Takambang Jadi Guru


Orang Minangkabau memiliki filosofi Alam Takambang Jadi Guru, dalam bahasa
Indonesia berarti alam yang dijadikan guru atau petunjuk dimana filosofi ini
bermakna bahwa segala aspek dari alam menjadi sumber dalam menata kehidupan
adat Minangkabau seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan kehidupan
beragama. Ajaran adat Minangkabau berlandasan asas filosofi Alam Takambang jadi
Guru, suatu konsep alam semesta, merupakan sumber “ kebenaran “ dan kearifan oran
g Minangkabau. Alam semesta dipahami orang Minangkabau dari segi fisik dan sebua
h tantanan kosmologis. Alam bukan saja dimaknai sebagai tempat lahir, tumbuh dan
mencari kehidupan, lebih dari itu alam juga dimaknai sebagai kosmos yang memiliki
makna filosofis. Pemaknaan orang Minangkabau terhadap alam terlihat jelas dalam aj
aran ; pandaangaan dunia (world view) dan pandangan hidup ( way of life) yang serin
gkali mereka nisbahkan melalui pepatah, petitih, mamangan, npetuah, yang diserap da
ri bentuk sifat dan kehidupan alam.

2. Duduak samo randah tagak samo tinggi


Orang Minangkabau memiliki pandangan hidup bahwa seseorang secara individual
atau berkelompok adalah setara dengan individu atau kelompok lain, hanya berbeda
kadar dan peran bukan derajat.
Hal tersebut sesuai dengan petuah Minangkabau yaitu,"duduak samo randah, tagak
samo tinggi" yang terjemahannya duduk sama rendah dan tegak sama
tinggi,maksudnya adalah meskipun setiap individu itu berbeda dan memiliki peran
masing-masing dalam masyarakat namun sejatinya setiap manusia adalah sama
sederajat.

3. Basilang kayu dalam tungku,baitu api mako ka ka iduik,baitu nasi mako ka


masak.
Petatah "Basilang kayu dalam tungku,baitu api mako ka ka iduik,baitu nasi mako ka
masak" maksudnya adalah kayu harus saling bersilang (menghimpit dan bersilang)
agar api yang berada dalam tungku dapat hidup sehingga hasil akhir yang diinginkan
adalah untuk memasak nasi atau memasak masakan lainnya.
Maka konflik sangat diperlukan dan dipandang sebagai hal yang positif dalam filsafat
Minangkabau karena konflik menjadi dorongan bagi individu, masyarakat, kelompok,
maupun kelembagaan untuk berfikir kreatif,bersemangat,dan memotivasi timbulnya
atau terasahnya kecerdasaan-kecerdasan yang telah dimiliki manusia secara harfiah
dari lahir untuk bertahan hidup dan memiliki hidup yang lebih maju lagi.

4. Karatau madang di ulu Babuah babungo balun Marantau Bujang daulu Di


rumah baguno balun.
Petatah ini bermakna bahwa seorang anak muda laki-laki ketika telah mencapai usia
matang atau usia siap utuk dilepaskan keluar rumah atau ke kota lain sendiri maka
diharuskan untuk pergi marantau atau pergi ke kota lain barulah ketika ia sudah
pulang dari rantau maka ia akan dianggap sebagai anak yang berguna.
( Sumber: https://sumbarprov.go.id, Di akses 07 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai