Bab 1-4
Bab 1-4
PENDAHULUAN
harta pusaka tinggi dan diakuinya tanah ulayat sebagai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dari kesatuan suku maupun kaum dalam kekerabatan Matrilinial
yang mengikat satu sama lainnya menurut garis keturunan sang ibu. Harta pusaka
tinggi dan tanah ulayat bukanlah harta yang diperoleh melalui usaha, kerja dan
pencarian seorang ayah yang dapat dibagikan dan diwarisakan kepada anak
istrinya.
Harta pusaka tinggi adalah harta yang diperoleh dari hasil kerjasama,
gotong royong antara mamak dan kemenakan dalam suatu suku ataupun kaum
pada masa lalu yang diperuntukan bagi saudara dan kemenakan perempuan
menurut garis keturunan ibu. Sedangkan tanah ulayat didapat dari pembagian
wilayah kekuasaan antara penghulu dalam suatu nagari menurut jumlah masing-
masing suku yang ada dalam nagari pada zaman dahulunya. Harta pusaka tinggi
maupun tanah ulayat bukanlah milik pribadi yang dapat diperjualbelikan atau
dipindah tangankan oleh seseorang kepada orang lain tanpa persetujuan bersama.
Fungsi harta pusaka tinggi dan tanah ulayat untuk melindungi kaum yang
lemah yang mana didalamnya termasuk perempuan dan ini sudah teradat dari
menurut garis keturunan ibu, berbeda halnya dengan harta pusaka rendah yang
1
mana didapatkan dari hasil kerja seorang ayah dan ibu yang bias diwariskan
tinggi maupun tanah ulayat untuk anak istrinya apalagi menggadaikannya atau
memanfaatkan harta pusaka tinggi atau tanah ulayat untuk keperluan hidupnya
bila sudah mendapat persetujuan dari sanak saudara dan anak kemenakan yang
memang diperuntukan bagi mamak yang menjabat gelar penghulu adat atau
Harta pusaka tinggi dan tanah ulayat dalam nilainya memang tidak dapat
digadai maupun dijual, namun ada toleransi bila terjadi seperti hal berikut ini :
Apabila ada keluarga yang meningal dunia namun tidak ada keluarga atau
dalam agama islam itu wajib hukumnya, maka boleh menggadaikan harta
Anak gadis atau janda dan tidak ada orang yang mau menikahinya
sedangkan usia sudah lanjut maka boleh menggadaikan harta pusaka untuk
ada perempuan yang tidak punya suami apabila sudah sampai waktunya.
2
Apabila rumah gadang rusak berat seperti bocor, dinding yang lapuk,
tangga yang runtuh namun tdak ada laki-laki yang kuat untuk
karena rumah gadang merupakan simbol kesatuan suku yang kuat dan
kokoh.
Apabila ada gelar penghulu adat dalam suku yang tidak terpasang
Harta pusaka dibagi menjadi harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah.
Harta pusaka tinggi (harto pusako tinggi) adalah hak milik bersama dari pada
suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun
dari nenek moyang terdahulu, dan harta ini berada di bawah pengelolahan mamak
kepala waris (lelaki tertua dalam kaum). Proses pemindahan kekuasaan atas harta
pusaka ini dari mamak kepada kemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan
untuk berarti bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual. Sebagai pusaka
3
dan seluruh ahli waris sangat diperlukan sebelum warisan tersebut digadaikan.
Harta pusaka rendah (harto pusako randah) adalah warisan yang ditinggalkan
oleh seseorang pada generasi pertama, karena ahli warisnya masih sedikit itulah
rendah berarti harta pencaharian suami istri dalam rumah tangga. Dengan kata lain
harta pusaka rendah merupakan segala harta hasil pencaharian dari bapak bersama
ibu (suami-istri) sewaktu masih hidup dalam ikatan perkawinan, ditambah dengan
pemberian mamak dan tungganai dari hasil pencaharian mamak dan tungganai itu
nasab dan waris sabab. Waris nasab adalah warisan yang diterima berdasarkan
pertalian darah aau berdasarkan keturunan ibu. Waris sabab maksudnya pewarisan
harta pusaka tidak berdasarkan pertalian darah melainkan karena adanya sebab,
waris sebab terjadi karena bertali ada, bertali buat dan bertali budi. Waris sebab
4
Dalam masyarakat Minangkabau, salah satunya konflik terkait dengan
harta pusaka tinggi yang terjadi, adalah pertentangan antara datuk dengan
kemenakannya. Hal ini juga terjadi di Kaum Nan IV Tapi Tompo Jorong IV
terjadi dalam kelompok kekerebatan kaum Nan IV Tapi Tompo yang mana
terbagi dalam IV (empat) nama kampung yang pertama Kampung Melayu Tapi
Tompo ( yang mana terbagi juga atas Tapi Tompo Rumah Atas dan Tapi Tompo
Rumah Bawah ), yang kedua Kampung Melayu Karang Bayur, yang ketiga
berawal ketika Datuk Rajo Lelo menjual sebagian tanah pusaka tinggi dan
Ketitiran dan pembanguan tower telekomunikasi. Bukan hanya itu, Dt. Rajo Lelo
warga sekitar. Dt. Rajo Lelo dalam pimpinan kaum mengambil keputusan sepihak
dalam pensertifikatan tanah kaum. Hal lain adalah pertentangan antara Dt. Rajo
Telekomunikasi oleh PT. SATELINDO. Menurut anggota kaum, Dt. Rajo Lelo
tidak melakukan musyawarah dengan para ninik mamak dan anak kemenakan
penyewaan tanah pusaka oleh Pemerintahan Daerah maupun pihak luar dalam
penggunaan tanah pusaka tinggi milik kaum, walaupun para ninik mamak
permasalahan jumlah uang ditetapkan sendiri oleh pihak Dt. Rajo Lelo. Oleh
5
karena itu Dt. Rajo Lelo dianggap oleh anggota kaumnya menutup-nutupi jumlah
uang yang diberikan atas sewa tanah di atas tanah kaum (Wawancara dengan
cadiak pandai kaum Nan IV Tapi Tompo pada tanggal 10 Mei 2015).
Hal inilah yang membuat keadaan semakin memanas, timbulnya pro dan kontra
dalam permasalahan pencabutan gelar kepemimpinan Dt. Rajo Lelo. Pada tahun
2005, Dt. Rajo Lelo membawa kasus itu ke pengadilan, tapi bukan menyangkut
hak atas kepemilikan tanah yang telah disertifikatkan, namun atas kasus
pencemaran nama baik. Dt. Rajo Lelo mengadukan Nirwan selaku cadiak pandai
anggota kaum dan utusan yang dipercayai oleh anggota kaum yang lainnya ke
Ada dua alasan mengapa konflik di atas penting untuk diteliti. Pertama,
penyelesaian dalam kaum dan dalam nagari. Kedua, Dt.Rajo Lelo lebih
6
1.2 Perumusan Masalah
Peristiwa konflik antara Dt. Rajo Lelo dengan anggota kaumnya telah
Adat Nagari).
KAN juga tidak berhasil menyelesaikan peristiwa konflik antara Dt. Rajo
A. Tujuan umum :
B. Tujuan khusus :
2. Mendiskripsikan cara yang dilakukan oleh Kaum Nan IV dan KAN dalam
7
3. Mendiskripsikan kesulitan yang dialami oleh Kaum Nan IV dan KAN
1.4 Manfaat
3. Secara empiris sebagai acuan bagi penelitian yang lebih lebih lanjut agar
dalam penelitian
menjadi aspirasi yang mempunyai tujuan dan aspirasi tersebut mestilah dianggap
oleh salah satu pihak tidak sesuai dengan aspirasi pihak lain (Pruitt dan Rubin,
2004:9-10).
kepentingan antar pihak. Menurut Afrizal dan Indrizal (2010) konflik adalah
8
kelompok, dan kelompok dengan kelompok dan antara suatu kelas sosial-ekonomi
dan kelas sosial-ekonomi yang lainnya”. Lebih lanjut Afrizal dan Indrizal juga
menjadi dua macam yaitu konflik realistis dan non-realistis. Konflik realisitis
yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para
partisipan dan yang ditujukan pada objek yang dianggap mengecewakan. Dipihak
lain konflik yang tidak realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-
kapanpun dan dimanapun (Afrizal dan Indrizal; 2010). Terkait dengan itu para
9
sukarela maupun terpaksa. Inilah yang menyebabkan konflik menjadi gejala sosial
adalah bagian dari interaksi sosial. Konflik dapat menciptakan batasan antar
beda dari kelompok lain dan dengan mudah dipisahkan dengan kelompok lain
dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau
Selanjutnya Coser menjelaskan bahwa jika suatu masyarakat tidak ada berkonflik
hal itu tidak bisa dikatakan dengan kestabilan dalam hubungan masyarakat.
Konflik yang terjadi didalam masyarakat adalah merupakan salah satu hubungan
besar suatu hari akan terjadi suatu kekacauan (Poloma, 2007: 112-113).
dipandang sebagai suatu hal yang buruk dan membuat persepsi untuk menghindari
atau menekan konflik agar konflik itu tidak terjadi. Lebih lanjut mereka
menyatakan konflik yang ditekan dan dihindari akan menjadi sesuatu hal yang
sikap yang berkelanjutan dan persepsi negatif terhadap pihak lawan. Keyakinan
10
negatif akan memvalidkan perasaan negatif, perasaan negatif akan membuat
Sikap negatif dan kecurigaan yang timbul dikedua belah pihak yang
yang menghasilkan isu-isu baru dan penggunaan taktik-taktik yang lebih berat lagi
untuk memperoleh kemenangan atas isu-isu tersebut (Pruitt dan Rubin, 2011:
281).
oleh banyaknya ancaman yang dilakukan, komitmen yang dibuat tidak dapat
dibatalkan, atau ketidak percayaan dari pihak yang berkonflik. Selain itu berkaitan
sosial seperti dukungan sosial yang diberikan kepada negosiator serikat buruh.
Dan yang terakhir biaya yang tidak tertanggungkan oleh pihak yang bertikai,
namun pihak tersebut masih berkeinginan pihak lawan kalah atau hancur (Pruitt
11
1.5.2 Teori Penyelesaian Konflik
solusi yang lebih disukainya. Dengan strategi ini salah satu pihak menurunkan
aspirasi pihak dan menemukan solusi dengan mengorbankan orang lain. Kata
kepentingan pihak lain”. Hal yang terjadi adalah “masing-masing pihak tetap
sendiri dan bersedia menerima kurang dari yang sebetulnya diinginkan. Kata
Pruitt dan Rubbin masing-masing pihak bersedia menerima kurang dari yang
Ketiga adalah problem solving (pemecahan masalah). Dalam hal ini kedua
belah pihak mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak.
12
c. Mengidentifikasi isu-isu yang memisahkan mereka
yang lain terkandung upaya mengatasi konflik yang berbeda satu sama lain.
Adapun strategi kelima adalah inaction (diam), artinya masing-masing pihak diam
segi konsep”, tetapi peneliti ingin menambah beberapa catatan yang berisi
penjelasan dan peringatan. Pertama, kebanyakan situasi konflik, baik itu berupa
diam-diam di antara dua pengemudi mobil yang berebut posisi pada sebuah
kombinasi dari beberapa strategi di atas. Sangat jarang hanya digunakan satu
macam strategi secara ekslusif. Teori Pruitt dan Rubbin hanya menjelaskan kedua
konflik.
13
1.5.3 Faktor Keberhasilan Pihak Ketiga
atau melihat sikap dan perilaku pihak-pihak yang berkonflik. Pihak ketiga yang
kekuasaan. Pihak ketiga dapat mengubah perilaku para pihak yang terlibat
imbalan dan hukuman. Ketiga dapat menjadi arbiter atau menfasiliasi negosiasi
dan mediator antara para pihak yang terlibat secara paksaan atau tanpa paksaan
kehidupan dan ketertiban suatru masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan
keturunan garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan merupakan garis
(exogami)
digunakan
14
f. Yang sebenarnya berkuasa adalah saudara laki-lakinya.
istrinya.
suatu kaum dari kepunahan, baik itu rumah gadang, tanah pusaka dan sawah
perempuan tidak diikut sertakan. Perempuan menerima bersih tentang hak dan
kewajiban didalam adat yang telah diputuskan sebelumnya oleh ninik mamak.
peneliti tertarik untuk meneliti hal ini. Karna penelitian tentang konflik antar
warga kampung masih minim dilakukan oleh mahasiswa FISIP. Adapun studi
yang menyangkut masalah konflik antar kampung ini telah dilakukan oleh Mora
Dingin (2010) “Konflik Tapal Batas antara Nagari Sumpur dengan Nagari Bungo
antar kedua nagari tersebut dipicu oleh perebutan potensi ekonomi yang terdapat
diperbatasan antara kedua nagari dan belum tercapai kesepakatan antara kedua
15
belah pihak. Penelitian yang dilakukan hanya sedikit membahas tentang penyebab
timbulnya konflik dan penelitian lebih menitik beratkan kepada resolusi konflik
yang sudah dilakukan oleh kedua nagari. Ira Arista (2009) yang berjudul yang
Batu Kapur PT. Semen Padang Seluas 412 Ha”. Penelitian ini berfokus pada
proses resolusi yang diupayakan para pihak yang berkonflik di luar peradilan.
Selanjutnya, resolusi konflik juga pernah diteliti oleh Mila Selvia (2010) yang
Center (BMC)”. Penelitian ini berfokus pada proses resolusi konflik antara
karyawan dan perusahaan Bunda Medical Center (BMC) serta peran Dinsosnaker
ini berfokus pada peran KAN dalam mengelola permasalahan tanah ulayat nagari.
aktor dalam konflik. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan lebih kepada
tinggi.
16
1.6 Metode Penelitian
secara lebih mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Kemudian metode ini
memungkinkan penulis untuk menyajikan suatu topik secara lebih detail dan
terperinci, serta dapat meneliti subjek penelitian dalam latar yang alamiah
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
fenomena atau kenyataan sosial yang berkenaan dengan masalah dan unit diteliti.
foto, dokumen pribadi, catatan dan memo guna mengambarkan penelitian subjek
secara terperinci mengenai masalah yang diteliti yaitu tentang konflik dalam
Dalam suatu penelitian kualitatif, informan adalah salah satu unsur pokok
dalam suatu penelitian, dari informan bisa didapatkan sebuah informasi yang
17
dapat memudahkan dalam melakukan penelitian. Informan penelitian adalah
orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain atau
suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau pewawancara mendalam
2001:206). Informan dalam penelitian ini adalah aktor-aktor yang terlibat dalam
18
Jadi informan terdiri dari anggota kaum Nan IV yang terlibat langsung
Tabel 1.1
Identitas Informan
IV Tapi Tompo
1. Dua orang yang dipilih dari kaum karena mereka terlibat langsung
19
2. Dua orang yang dipilih dari tokoh masyarakat menjadi informan
karena mereka juga berasal dari kaum yang sama dan mengetahui
kronologi konflik.
3. dua orang yang dipilih dari perwakilan KAN adalah menjabat sebagai
Sumber data adalah salah satu vital dalam penelitian. Kesalahan dalam
menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan
berbeda dari yang diharapkan. Dalam penelitian untuk mendapatkan data atau
informasi data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder (Bungin,
2001 :129)
data yang diambil adalah wawancara dengan para pihak yang terlibat
Tompo.
20
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data Yang digunakan
observasi dan wawancara mendalam yang kedua teknik ini saling mendukung dan
1. Wawancara
organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan oleh dua pihak
pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alterntif jawaban yang
informan yang berada di Nagari Pagaruyung yaitu anggota Kerapatan Adat Nagari
(KAN), tokoh masyarakat yang ada disana. Wawancara yang dilakukan di Nagari
informan.
21
1. Daftar pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman dalam
berlangsung.
sumber data tidak berada dirumahnya dan terpaksa peneliti melakukan janji
Selain itu, kendala yang ditemukan pada saat wawancara yaitu sulitnya
memerikan informasi dikarenakan ini menyangkut kaum mereka sendiri dan yang
metode dalam hal bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang
teratur tampaknya menjadi suatu strategi yang baik untuk menambah kekuatan,
berfungsi untuk mengecek kevaliditasan data, maka orang- orang yang dimintai
22
informasi dalam penelitian ini yaitu para pihak yang ikut terlibat dalam konflik
kelompok kekrabatan.
Unit analisis adalah satuan yang digunakan dalam menganalisa data.. Unit
permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah
bagian data yang telah dikumpulkan serta hubungan antara bagian-bagian data
1997:117-119). Analisis data dalah mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan. Reduksi data adalah sebagai kegaiatan pemilihan data penting dan
tidak penting dari data yang terkumpul, sedangkan penyajian data merupakan
data dan mencari hubungan antara konsep ketika menulis laporan. Analisis data
dalam penelitian kualitatif juga merupakan suatu proses yang sistematis untuk
23
keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan guna menghasilkan klasifikasi atau
Sesuai dengan penelitian ini, maka seluruh data yang telah dikumpulkan
oleh peneliti dari wawancara dan pengumpulan dokumen yang dilakukan dalam
Emas Kabupaten Tanah Datar. Peneliti memilih sebagai lokasi karena adanya
Dalam penelitian ini penulis membagi tiga tahap yang dilalu dari awal
sampai akhir penilitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap pra lapangan, tahap
juga tidak terlalu jauh dari rumah peneliti. Setelah bimbingan dari kedua dosen
pembimbing maka pada bulan Juni 2015, proposal tersebut diseminarkan. Setelah
24
kelapangan pada akademik fakultas. Sebelum turun kelapangan, terlebih dahulu
pertanyaan penelitian dan menyusun daftar data yang dibutuhkan serta car
pengambilannya. Dari daftar tersebut diperoleh gambaran bahwa ada data yang
dipeoleh dari kantor wali nagari pagaruyung dan dari pihak yang terkait dalam
data yang diambil berupa arsip dari nagari pagaruyung pada tanggal 5 oktober
percakapan yang lebih santai dan sekedar basa-basi. Wawancara yang dilakukan
penulis berkisar dari 30 menit sampai 2 jam dalam setiap pertemuan dengan
informan. Peneliti tidak melakukan penelitian lapangan setiap hari, ini disebabkan
penelitian dan kejenuhan data. Selama penelitian , penulis selalu menjaga dan
membentengi diri agar tetap netral dan tidak menimbulkan keberpihakan kepada
salah satu pihak. Hal tersebut peneliti lakukan dengan berusaha agar tidak terlalu
terlbat dalam masalah penelitian dan tidak mudah simpatik terhadap pihak
manapun karena peneliti menyadari tujuan penelitian ini untuk melihat konflik
25
dalam kelompok kekerabatan memperebutkan tanah pusaka tinggi, penulis hanya
Tahap terakhir adalah tahap pasca lapangan, tahap ini merupakan tahap
yang rumit dan memakan waktu paling lama. Di sini penulis mengklasifikasikan
jawaban dari permasalahan yang diteliti. Kemudian hasil yang diperoleh disajikan
dalam bentuk tulisan ilmiah yang melalui perbaikan-perbaikan dan arahan dari
26
1.6.9 Jadwal Penelitian
Uraian
N Bulan
Aktifitas 2015 2016
M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N
A P E U U G E K O E A E A P E U U G E K O
R R I N L S P T V S N B R R I N L S P T V
Survei
1
awal dan
Tor
penelitian
Keluar
2 SK
pembimbi
ng
Bimbingan
3
Proposa
Seminar
4
proposal
Perbaikan
5
proposal
Pengurusu
6
san Surat
Izin
Penelitan
Penelitian
7
Bimbingan
8
Skripsi
Analisis
9
Data
Ujian
1
Skripsi
27
BAB II
Nama nagari ini berasal dari suatu peristiwa masa silam. Dahulunya di
dataran ini mengalir sebuah sungai yang bernama Batang Selo yang berhulu dari
Gunung Sago. Di sungai inilah penduduk mandi dan pada saat itu banyak terdapat
buaya yang menganggu dan menakutkan bagi rakyat. Oleh karena itu timbullah
pikiran dari raja untuk memberi pagar sungai tersebut agar buaya tidak dapat naik
lagi ketempat pemukiman penduduk. Diambilah sebangsa kayu yang diberi nama
ruyuang untuk pemagar sungai pada bagian hilirnya, yaitu disebuah nagari yang
bernama kumanis dan menurut cerita buaya-buaya ini disumpahi raja tidak boleh
melampaui pagar tersebut. Oleh karena itu ruyuang tersebut berasal dari nagari
Tanjung Bungo, pada saat itu diubahlah nama negeri itu menjadi Pagaruyung
( Tariq : 2010).
adalah pusat Kerajaan Minangkabau yang berasal dari Nagari Padang Panjang
28
Setelah tidak ada lagi kerajaan kurang lebih tahun 1912, maka Pagaruyung
diperintah oleh Tuanku Lareh yang diangkat oleh Belanda untuk menerima
Belanda Pagauyung menjadi order districk yang dikepalai oleh Hoff Onder
1. Kecamatan Sungayang
kenagarian yang diperintah oleh seorang wali nagari dan pusat kecamatan ke
ditetapkan oleh Negara Indonesia dan daerah yang tercantum dalam Perda
29
Luas nagari Pagaruyung sebesar 2987 hektar dan terdiri dari tujuh jorong,
jorong terluas adalah Jorong Padang Datar dan yang terkecil adalah Jorong Balai
Janggo.
2 Mandailing 570 Ha
3 Gudam 481 Ha
Dari tahun 1948 telah ada sebanyak delapan orang wali nagari pagaruyung,
30
Tidak didapatkan data tentang pejabat Wali Nagari Pagaruyung selama
Wali Nagari di jabat oleh Penjabat Sementara (PJS) yang bernama Zulkifli Idris
dikarenakan Wali Nagari sebelumnya meninggal dunia saat masih menjabat Wali
Nagari. Pada tahun 2010, pemerintahan nagari dibantu oleh 15 staf kenagarian, di
antaranya adalah Riri Marsanti, Nasrul, Hafni Yeni, Helmi Laila, Rama Deni,
Azwandi, Marlis, Novera Yos Putra, Jum Hardi,A. Malin Parmato, Syafni,
ketinggian 450-900 mdpl. Nagari yang terdiri dari lembah dan perbukitan serta
memiliki curah hujan 3100 melimeter per tahunnya, yang berlangsung selama 7
bulan dalam waktu yang tidak berurutan. Panjang jalan desa yang telah diaspal di
tanah sepanjang 5 kilometer. Sementara jalan aspal antar desa kecamatan berjarak
empat unitjembatan beton dan 8 unit jembatan kayu, seperti jembatan Lubuk
Tapuk dan jembatan Sinandang. Letak astronomis nagari Pagaruyung adalah pada
garis lintang 0°27' adalah 271o Lintang Selatan dan 100° 191' B T - 100° 511' B T.
31
Sebelah Utara berbatasan dengan nagari Minangkabau
1 Petani 2563
2 Pedagang 489
3 PNS/TNI-POLRI 447
4 Pengusaha -
5 Jasa 320
2.1.3 Pendidikan
terutama pertanian tanah sawah, maka inipun sangat berpengaruh pada tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Nagari Pagaruyung kedepan. Hal ini
32
Disamping hasil pendapatan yang berpenagaruh kuat pada tingkat
masayarakat.
lebih tinggi. Hal ini tentu saja mempengaruhi tingakat kualitas sumber daya
2 Tamat SD 321
33
Kondisi ini jelas merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat potensial
1 Kantor Nagari 1
3 Kantor KAN 1
5 Kantor BPRN 1
6 PUSKESMAS 1
kemudian Kantor Wali Jorong 7 unit, Kantor KAN 1 unit, Kantor BPRN 1 unit,
34
Untuk menunjang tingkat pendidikan Nagari Pagaruyung terdapat sarana
1 SLTA -
2 SLTP 1
3 SD 3
4 TK 1
Dari tabel dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang ada
1 unit. Terlihat untuk sarana tersebut belum dapat menampung lulusan berbagai
nagari lain .
35
Kemudian untuk sarana dan prasarana umum yang dimilik oleh Nagari
1 Mesjid 8
2 Mushollah 29
3 Surau 13
mana dalam ahli waris atau pewarisan harta menurut garis keturunan ibu. Nagari
1. Suku Malayu
2. Suku Kutianyia
3. Suku Piliang
4. Suku Simabu
36
5. Suku Korong Panjang
7. Suku Dalimo
8. Suku Mandaliko
bagian dari kesatuan suku atau kampuang (kampung) sebagai tempat kediaman.
Dalam sebuah kampung terdiri dari beberapa paruik atau suku yang berbeda-beda.
Sehingga ada kemungkinan kesatuan keluarga paruik dari satu kesatuan suku
mendiami kampung yang berlainan. Kesatuan yang formal adalah Suku yang
dipimpin oleh seorang penghulu suku dan kampung yang dipimpin oleh penghulu
andiko atau datuak kampuang. Jadi sudah jelas bagi kita bahwa penghulu tersebut
37
BAB III
PUSAKA TINGGI
Pada bab ini, berisi pembahasan temuan data hasil penelitian yang
diperoleh selama penelitian. Hasil ini berupa data dianalisis dan dipaparkan dalam
bentuk narasi deskripsi, dan informan yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
dilakukan pada tahun 1984. Namun dalam pengangkatan gelar Dt. Rajo Lelo ini,
Azinar Zainal yang bukan kaum asli dari kaum Tapi Tompo, namun sudah lama
menetap dalam lingkungan kaum dan sudah di anggap sebagai anggota kaum itu
sendiri. Azinar mengajukan permohonan kepada niniak mamak kaum Tapi tompo
untuk dapat memakai gelar Dt. Rajo Lelo karena menimbang dan memikirkan
kepentingan kaum yang mana setelah sepeninggalnya Dt. Rajo Lelo sebelumnya.
38
Bahasa Indonesia :
“demi mempertahankan supaya tidak terjadi konflik dalam kaum, saya
yang menandatangani surat ini. Tapi saya juga takut untuk
menandatangani surat ini. Jadi saya mehubungi Dt. Simarajo yang
menjabat sebagai ketua KAN pada masa itu, saya tanda tangani surat yang
isinya bahwa gelar(sako) ini tidak secara turun temurun sebab gelar ini
dipinjam oleh saudara Azinar Zainal”
Dalam pengangkatan sako ini menimbang dan memutuskan saudara
Azinar sebagai pimpinan baru dalam kaum atau juga disebut sebagai niniak
mamak pucuak namun terdapat 2 persetujuan yang harus di ingat oleh anggota
kaum sendiri :
meninggal dunia sako harus dikembalikan lagi pada kaum. Sako tidak
2. Mengenai pusaka dah hal-hal yang berkaitan dengan fungsi adat harus
tersebut harus dipegang oleh anggota dari keluarga Azinar. Yang ditunjuk oleh
pihak keluarga adalah Drs. Mufit Emizar yang harus memakai gelar Dt. Rajo
Lelo. Namun dalam pengangkatan gelar Dt. Rajo Lelo terdapat pertentangan
dalam kaum Tapi Tompo yang di ajukan oleh pewaris sah pemegang gelar Dt.
Rajo Lelo (Zarmidaz Dt. Lelo ) dalam surat permohonan yang di ajukan pada
L.K.A.A.M Tanah Datar yang mana isi dalam surat permohonan pembatalan
39
1. Pengangkatan atas nama saudara tersebut tidak sah menurut ketentuan
adat, karena gelar pusaka tersebut tidak ada bertali darah dengan
kaum beserta ahli waris Dt. Lelo yang sah dan tidak ada sangkut
4. Atas segala hukum adat dan silang sengketa yang akan ditimbulkan
buktikan secara otomatik, baik berupa saksi hidup, ataupun benda mati
beserta pusaka kaum, sesuai dengan sejarah kaum Tapi Tompo yang
niniak mamak dalam kaum sepakat untuk mengangkat Drs. Mufti Muzar menjadi
Dt. Rajo Lelo karena menimbang dan memutuskan dan dirasa yang layak menjadi
layak agar bisa mengambil keputusan yang bijaksana dan adil dalam kaum. Dt.
40
Rajo Lelo di angkat pada tahun 1993 setelah disetujui dan disepakati oleh
Dengan adanya seorang pimpinan baru dalam kaum yang diharapkan oleh
seluruh anggota kaum supaya bisa dapat memimpin dan menjalankan amanat
dengan sako yang disandang oleh dirinya sebagai Datuak Pucuak kaum yang
Jika dilihat dari artinya, kata penghulu berasal dari kata “Hulu” yang
artinya pangkal. Dari penjelasan diatas sudah jelas bagi kita semua bahwa
penghulu berarti kepala kaum. Semua penghulu bergelar datuk. Datuk artinya
41
orang berilmu (datu-datu) yang dituakan. Kedudukan penghulu dalam nagari tidak
Piliang dan ada juga kedudukan penghulu yang sama seperti keselarasan bodi-
“Luhak-bapanghulu”
“Rantau-barajo”
didaerah luhak nan tigo, berada ditangan para penghulu. Jadi penghulu memegang
berikut :
1. Sebagai pemimpin yang diangkat bersama oleh kaumnya sesuai rumusan adat:
3. Sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dan silang sengketa dalam
Namun dalam pimpinan Dt. Rajo Lelo adanya masalah yang menyangkut
tentang hak milik dari tanah ulayat atau tanah pusaka yang mana adalah milik kaum
dari kaum Tapi Tompo sendri. Masalah yang paling fatal dilakukan oleh Drs. Mufit
Emizar Rustam yang melakukan kerjasama penyewaan tanah ulayat milik kaum Tapi
42
Karena menurut Nirwan apa yang telah dilakukan oleh Dt. Rajo Lelo tidak
diketahui oleh ninik mamak 4 jinih dan anak kemenakan kaum tapi tompo.
Bahasa Indonesia “
“ Sepengetahuan saya yang mana kerjasama antara 2 pihak ini tidak diketahui
oleh ninik mamak 4 jinih dan anak kemenakan suku nan IV, yang mana suku
nan IV terbagi dalam 4 kampung. Yang pertama Kampung Melayu Tapi
Tompo ( yang mana terbagi juga atas Tapi Tompo Rumah Atas dan Tapi
Tompo Rumah Bawah ), yang kedua Kampung Melayu Karang Bayur, yang
ketiga Kampung Melayu Kamalakang dan Kampung Melayu Tapi Balai. Saat
masalah ini dimusyawarahkan oleh niniak mamak 4 jinih dan anak kemenakan
Drs. Mufit Emizar Rustam tidak lagi memegang gelar Dt. Rajo Lelo sebab
gelar yang dia pakai telah dicabut oleh niniak mamak karena beliau tidak bias
menjadi panutan sebagai pimpinan adat dalam suku”.
Pada tanggal 1 juli 2002 menurut keterangan sumber sekunder berupa surat
keputusan tentang pencabutan gelar soko Dt. Rajo Lelo yang berbunyi :
1. Saudara Mufit Emizar Rustam selaku pemakai soko kaum Tapi Tompo
atau pucuk adat dengan gelar Dt. Rajo Lelo yang dipinjamkan kepada
yang bersangkutan atas permohonan sendiri tidak lagi atau telah ingkar
43
2. Saudara Mufit Emizar Rustam tidak lagi menghargai ninik mamak, cerdik
yang dikeluarkannya selaku pemakai gelar pucuk adat kaum Tapi Tompo
Untuk itu ninik mamak, cerdik pandai dan seluruh ana kemanakan kaum
musyawarah dan mufakat ninik mamak, cerdik pandai, dan seluruh anak
kemenakan kaum Tapi Tompo tanggal 1 juli 2002, diambil kesepakatan untuk :
1. Mencabut gelar soko pucuk adat yang dipinjamkan kepada saudara Mufit
Emizar Rustam.
2. Dengan telah dicabutnya kembali gelar soko pucuk adat ini, maka kaum
3. Orang yang akan memakai gelar soko pucuk adat kaum Tapi Tompo ( Dt.
musyawarah dan mufakat seluruh ninik mamak, cerdik pandai, dan seluruh
4. Dengan telah dicabutnya kembali gelar soko pucuk adat ini, maka seluruh
harta pusaka ( ulayat ) dan sawah singguluang Panghulu Dt. Lelo yang
44
selama ini dikelola oleh saudar Mufit Emizar Rustam diambil alih kembali
Dilihat dari pepatah diatas, dapat dijelaskan bahwa Fungsi dari Penghulu
Tapi dalam nagari, penghulu ini dapat dikatakan sebagai dewan nagari dan
45
Melihat hal-hal diatas, sudah jelas bagi kita bahwa peran dan fungsi
penghulu ini sangat besar sekali dalam kepemimpinan di dalam kerapata adat
minangkabau. Oleh sebab itu yang menjadi seoarang penghulu tersebut adalah
1. Baliq berakal.
2. Berbudi baik.
3. Beragama islam.
4. Dipilih oleh ahli waris menurut tali ibu (tali darah menurut adat sepakat
ahli waris), nan salingkuang cupak adat, nan sapayuang sapak tagak.
7. Pancasilais sejati.
Dan ada juga ditambah syarat-syarat ini menurut adat senagari-nagari yang
dibuat dengan kata mufakat. Menurut adat nan teradatkan di nagari setempat,
(Hakimy, 1986:81).
Mufit selaku pemakai gelar soko Dt. Rajo Lelo dalam masa fungsi dan
perannya sebagai datuk pucuk pimpinan kaum Tapi Tompo. Dalam memegang
mandat yang diberikan tentang menjaga dan memelihara harta pusaka tinggi yang
mana sebagian besar harta pusaka tinggi milik kaum berupa tanah ulayat atau
yang sering disebut sebagai tanah kaum. Mufit banyak melakukan pelanggaran
dalam hal tatacara dalam penggunaan harta pusaka yang mana harus disetujui oleh
46
sebagaian besar ninik mamak dan anak kemenakan dalam kaum itu sendiri.
kaum dan sudah disetujui oleh para ninik mamak sebelumnya bahwasanya tanah
sekunder berupa gugatan yang ada dalam agenda peradilan tahun 2003.
Bahwasanya bangunan tersebut tidak diketahui oleh sebagian besar anggota kaum
dari Tapi Tompo. Mereka hanya mengetahui setealah bangunan tersebut siap.
dengan para anggota kaum. Namun Dt. Rajo Lelo tidak melakukan hal tersebut
dan hanya melakukan kerjasama tersebut antara dirinya dan pihak yang akan
mendirikan bangunan.
dilakukan oleh Dt. Rajo Lelo, hal ini menimbulkan kekecewaan dan keresahan
dalam kaum itu sendiri. Memang harta tersebut tidak ada yang dijual kepada
tabungan milik kaum yang dipegang oleh anggota kaum yang dipercayai.
47
Dugaan yang disampaikan oleh anggota kaum yang mana menurut bundo
kanduang
“ba’a urang ka indak curiga jo datuak ko.dari sabanyak tanah kaum yang
basewaan ka urang jo ka pamarintah. Nan untuang dek kaum buliah bisa
di ituang, tapi iko manuruik ambo sajo, kakayaan datuak ko samakin
manambah bantuaknyo”
Bahasa Indonesia
“bagaimana orang tidak curiga dengan datuk, dari sekian banyak tanah
kaum yang disewakan ke orang dan pemerintah. Keuntungan untuk
kepentingan kaum bisa dihitung, tapi ini menurut saya, kekayaan datuk ini
semakin bertambah”
pimpinan kaum. Rasa tidak percaya dan kecewa atas apa yang telah dilkukan oleh
48
seorang pimpinan. Dari dugaan-dugaan penyelewengan kekuasaan dan tidak lagi
menghargai niniak mamak dan anak kemenakan yang mana dalam mengambil
diambilah keputusan untuk mencabut gelar datuk pucuk pimpinan adat yang
dipegang oleh Mufit Emizar Rustam pada tanggal 19 februari 2003 yang mana
dalam surat pemberitahuan yang telah disepakati oleh segenap anggota kaum.
49
menyimpulkan melalui proses pemikiran yang penuh harap bahwa pihaknya lebih
Hal berbeda disampaikan oleh Dt. Simarajo selaku ketua KAN yang
“ Dalam proses pencabutan gala yang dilakukan dek anggota kaum Tapi
Tompo ko samo se ndak maharagoi ambo selaku ketua KAN. Baa kok
bisa-bisanyo kaum Tapi Tompo mamutuskan pencabutan gala datuak
pimpinan pucuak kaum tanpa sepengatahuan ambo selaku ketua KAN.
Samantaro manuruik ambo gala datuak ko buliah dicabuik apabila datuk
tersebut melanggar norma-norma agama, norma adat dll. Pencabutan
gelar seorang datuk harus ada kesepakatan dari KAN dan pergantian
seorang datuak harus ada setelah yang bersangkutan meninggal (patah
tumbuah ilang baganti)
Bahasa Indonesia :
“ Dalam proses pencabutan gelar yang dilakukan oleh anggota kaum Tapi
Tompo ini sama saja tidak menghargai saya selaku ketua KAN. Kenapa
bisa-bisanya kaum Tapi Tompo memutuskan pencabutan gelar datuk
pimpinan pucuk kaum tanpa sepengatahuan saya selaku ketua KAN.
Sementara menurut saya gelar datuk ini boleh dicabut apabila datuk
tersebut melanggar norma-norma agama, norma adat dll. Pencabutan gelar
seorang datuk harus ada kesepakatan dari KAN dan pergantian seorang
datuk harus ada setelah yang bersangkutan meninggal (patah tumbuh ilang
baganti).
50
Begitupula sebaliknya, hak untuk mencopot gelar seorang datuk itu hak
sepenuhnya dalam kaum dan KAN hanya mengetahui’
bukan berarti segala permasalahan kaum yang telah terjadi terselesaikan. Masalah
yang paling kompleks yang belum terselesaikan dengan pihak PT. SATELINDO
dalam proses pembangunan yang berada dalam lingkungan tanah kaum. Karena
permasalahan kerjasama yang tertera dalam surat kerjasama antara pihak PT.
SATELINDO dengan Drs. Mufit Emizar Rustam, pihak kaum tidak dapat
ketidakpuasan yang terjadi dalam lingkungan kaum, maka yang mana Nirwan
selaku cadiak pandai membeberkan kasus ini ke media cetak seperti yang ia
utarakan “
Bahasa minang :
“ iyo ambo indak maraso pueh maliek keputusan yang model iko, makonyo
ambo sepakat jo anggota kaum untuak mambuek barita ko di media cetak
singgalang yang makasuik ambo ko elok untuak kepentingan kaum, dek a
soboknyo dek tanah yang sadang dibangun itu tanah kaum ambo.
Samantaro datuak tu urang nan malakok baa kok bisa-bisanyo mambuek
karajo samo jo pihak PT tanpa sapangatahuan ambo jo niniak mamak
yang lain”
Bahasa Indonesia
“ ya saya tidak merasa puas melihat keputusan yang model ini, makanya
saya sepakat dengan anggota kaum untuk membuat berita ini di media
cetak singgalang yang mana maksud saya ini baik untuk kepentingan
kaum, karena tanah yang sedang dibangun diatas tanah kaum saya.
Sementara datuak itu urang yang malakaok (pendatang) kenapa bisa-
bisanya dia membuat kerjasama dengan PT tanpa sepengatahuan saya
dengan dengan niniak mamak yang lain”
51
Dengan adanya pemberitaan di media cetak Singgalang yang memuat
tentang permasalahan kaum Tapi Tompo. Terjadilah pro dan kontra yang terjadi
pencemaran nama baik dari pihak Mufit. Mufit yang mana selaku pemegang gelar
Dt. Rajo Lelo merasa dirugikan atas pemberitaan di media cetak Singgalang.
Disini pihak dari Mufit mengadukan saudara Nirwan sebagai orang yang telah
membeberkan permasalahan kaum ke media cetak. Namun dalam hal ini peneliti
Nirwan ke pengadilan atas pencemaran nama baik dari Mufit Emizar. Namun
“ Supayo PEMDA Tanah Datar tidak lagi membuat suatu kebijakan yang
dapat merugikan pihak-pihak tertentu nan dapek menimbulkan keresahan
pado masyarakat banyak nan khususnyo kan ka kaum Tapi Tompo, nan
kaduo dimueknyo barita ko, kami berkeyakinan PT. Satelindo nan
marupoan parusahaan ko untuak bapikia ulang untuak malanjuikan
pembangunan tower pemancar gelombang sabalum adonyo kesepakatan
antaro pihak nan batikai, nan katigo agar pihak katigo indak namua
mambuek kesepakatan kerjasama dengan datuak ko nan
mangatasnamakan sebagai kapalo suku kaum Tapi Tompo dengan
memakai gelar Dt. Rajo Lelo yang ma gala datuak ko alah dicabuik
sabalumnyo”
Bahasa Indonesia
“ Supaya PEMDA Tanah Datar tidak lagi membuat suatu kebijakan yang
dapat merugikan pihak-pihak tertentu yang dapat menimbulkan keresahan
pada masyarakat banyak yang khususnya kaum Tapi Tompo, yang kedua
dimuatnya berita ini, kami berkeyakinan PT. SATELINDO yang
merupakan perusahaan untuk berpikir kembali untuk melanjutkan
pembangunan tower pemancar gelombang sebelum adanya kesepakatan
antara pihak yang bertikai, yang ketiga agar pihak ketiga tidak membuat
kesepakatan kerjasama dengan datuak yang mengatasnamakan sebagai
52
kepala suku kaum Tapi Tompo dengan memakai gelar Dt. Rajo Lelo yang
mana gelar datuk ini telah dicabut sebelumnya “
Setelah melalui proses pengadilan pada tanggal 13 juli 2004, kasus ini
dapat diselesaikan dengan dimenangkan oleh pihak saudara Mufit selaku korban
namun melalui bukti-bukti yang valid ditunjukan oleh pihak kaum Tapi Tompo
hasil bahwa korban selaku Mufit dan Nirwan selaku terlapor mendapatkan hasil
yang cukup memuaskan. Nama saudara Mufit Emizar Rustam kembali baik di
mata hukum dan tidak adanya pencemaran nama baik dan bagi Nirwan hanya
diberikan hukuman percobaan bukan hokum pidana yang terdapat dalam Pasal
yang nyata akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista, dengan
b. Kalau hal ini dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan,
53
lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.
4.500,000-
http://konsultasi-hukum-online.com/2013/07/pasal-pasal-terkait-pencemaran-
Dari hasil persidangan ini kedua belah telah sepakat untuk berdamai
sebelumnya gelar soko datuk pucuk adat Dt. Rajo Lelo telah dicabut dan harta
pusaka yang selama ini dijaga dan dipegang oleh Mufit harus dikembalikan ke
tangan kaum Tapi Tompo dan mengenai kasus pembangunan tower pemancar
gelombang oleh PT. SATELINDO yang telah berjalan akan dilanjutkan kerjasama
falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, Pancasila dan dalam
54
a. Mengorganisir semua Niniak Mamak Pamangku Adat, Alim Ulama,
dalam Nagari.
diselesaikan oleh KAN sebagai sebuah lembaga yang telah diformalkan oleh
Perda No.2 Tahun 2007 dalam Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari yang terdapat
pada Bab 1 Pasal 1, Ketentuan Umum yang isinya Kerapatan Adat Nagari yang
selanjutnya disebut KAN adalah kerapatan Ninik Mamak yang telah ada dan
kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako. Dalam UU no.
32 tahun 2004 Propinsi Sumatera Barat Pasal 1 dalam Poin 8 juga dijelakan
bahwa tanah ulayat nagari adalah tanah ulayat beserta sumber daya alam yang ada
diatas dan didalamnya merupakan hak penguasaan oleh ninik mamak dan
ulayat harus ditandatangani oleh datuak pucuak atau mamak kepala waris dalam
sebuah kaum atau suku. Kedua adalah proses mediasi harus diwadahi oleh KAN
setelah perkara ini sampai ke Pengadilan Negri dengan tujuan untuk menghormati
55
hakim adat yang telah ada dalam KAN. Sehingga perkara ini dapat diselesaikan
Seperti mana yang disampaikan oleh Junaidi selaku Ketua KAN pada saat ini:
“misalnyo ado pengaduan dari masyarakat siko atau dari urang nan sadang
bamasalah tu kami akan maimbau kaduo pihak nan sadang basangketo,
tamasuak pimpinan kaumnyo, katiko urang tulah takumpua kami malakuan
proses mediasi untuak mancaharian jalan kalua sacaro baelok-elok
sahinggo sangketa iko bisa salasai ditingkek nagari se ndak paralu sampai
bana ka pangadilan”
Bahasa Indonesia :
“misalnya ada pengaduan dari masyarakat disini atau orang yang sedang
bermasalah,terus kami yang akan memanggil kedua belah pihak yang sedang
bersengketa, termasuk pimpinan kaumnya. Ketika orang itu telah berkumpul
maka kami melakukan proses mediasi untuk mencarikan jalan keluar secara
baik-baik sehingga sengketa ini bisa selesai ditingkat nagari tidak perlu
sampai ke pengadilan”
Salah satu penyebab KAN tidak berperan dengan baik dalam mengurusi
masalah adat terutama dalam masalah tanah ulayat dikarenakan pengurus KAN
yang ada tidak sesuai dengan struktur adat yang ada. Banyak anggota KAN tidak
oleh Nirwan
56
“urang-urang nan duduak dalam pangurus KAN ko ndak sasuai jo
semestinyo, saharusnyo yang berhak untuak manjadi pangurus KAN adolah
urang-urang nan mamangku sebagai panghulu”
Bahasa Indonesia
yang ditujukan kepada mereka. Pada dasarnya pengurus KAN memiliki jabatan
sosial yang terhormat baik didalam kaum maupun dilembaga kerapatan adat.
Banyak perkara tanah ulayat tidak dapat diselesaikan oleh KAN tidak terlepas
Bahasa Indonesia
“KAN dinagari pagaruyung ini tidak jelas perannya, selama ini banyak tanah
dinagari bermasalah tapi jalan keluar yang dicarikan oleh KAN tidak kuat
dikerjakan oleh orang-orang. Syarat-syaratnya harus datuak pucuak dalam
nagari harus menandtangani surat gugatan. Muncul masalah ketika yang
terlibat dalam masalah tanah ulayat antara ninik mamak dan kemenakannya/
seperti masalah datuak lelo dengan kemenakannya, saya sebagai pengurus
KAN tidak bisa memberikan surat gugatan”
57
3.3.2 Kepentingan Kelompok Tertentu dalam KAN
mewakili suku atau kaum. KAN lebih mengutamakan musayawarah dan mufakat
dalam penyelesain masalah adat. Jika ada anggota dan pengurus KAN memiliki
“urang dikampuang awak ko ado nan kayo ado nan bapangakek dirantau.
Urang kok alah banyak pitihnyo dirantau kok nio malagak dikampuang inyo
mambuek rumah gadang nan indak sasuai jo aturan nan ado untuak mabuek
rumah gadang. Dek banyak pitihnyo tadi mulai dari acara peresmian rumah
gadang jo palewaan datuaknyo di adoan gadang-gadang. Tapi baalah awak
urang kampuang tapaso se manuruik. Urang minang kan kalau jo urang-urang
kayo agak tunduak saketek paliang kok ka maupek dibelakang se bisanyo.
Kok dimuko ndak talok do.”
Bahasa Indonesia
“Orang dikampung saya ini ada yang kaya, ada yang mempunyai jabatan
dirantau. Orang kalau sudah banyak uangnya dirantau kalau mau bergaya
dikampungnya membuat rumah gadang yang tidak sesuai dengan aturan yang
ada untuk membuat rumah gadang. Karna banyak uangnya tadi mulai dari
acara peresmian rumah gadang sampai palewaan datuknya di adakan acara
besar-besaran. Tapi mau bagaimana lagi saya orang kampung terpaksa
menurut. Orang minang kalau dengan orang-orang kaya agak tunduk sedikit,
palingan kalau mau menghujat cumin berani dibelakang.”
dari individu atau kelompok tertentu didalam lembaga maka mereka melanggar
58
Sebagaimana yang diungkapkan Junaidi
“dulu pihak KAN pernah mangkek urang kampuang awak yang indak punyo
ahli warih manjadi panghulu yang tujuan nyo untuak mambuek sapadan
dalam masalah tanah tapi kami juo nan mangaluan surek bantahan tentang
masalah itu.”
Bahasa Indonesia
“dulu pihak KAN pernah mengangkat orang kampong saya yang tidak punya
ahli waris menjadi penghulu yang tujuannya untuk membuat sepadan dalam
masalah tanah tapi kamu juga yang mengeluarkan surat bantahan tentang
masalah itu”
Dari yang disampaikan oleh pengurus KAN, memang dalam pengangkatan Dt.
Lelo tidak memenuhi syarat ahli waris untuak menjadi seorang penghulu namun
namun KAN jugalah yang memberikan surat bantahan tentang masalah tersebut.
59
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
yang diinginkan oleh masyarakat maupun oleh KAN itu sendiri. Gagalnya KAN
factor :
ulayat dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa KAN dalam
ditetapkan dan tercantum pada Perda No.2 Tahun 2007 Tentan Pokok-
mamak 4 jinih sendiri melainkan di isi oleh masyarakat yang tidak terlalu
60
adat yang ada di nagari Pagaruyung terutama yang berkaitan dengan tanah
4.2 Saran
memahami fungsinya dan perannya sehingga KAN sebagai sebuah lembaga adat
yang telah diformalkan oleh pemerintah menjadi sebuah lembaga yang mampu
Minangkabau dalam menyangkut tanah ulayat atau harta pusaka tinggi hendaklah
digunakan sebagaimana mestinya fungsi dari harta pusaka tinggi itu sendiri.
61