Anda di halaman 1dari 9

Forum Ke-IX

Kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan
perwujudan demokrasi dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hak
menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dalam negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial
dan menjamin hak asasi manusia dengan suasana aman, tertib, dan damai. Ketentuan tersebut
apabila disimak dari rumusannya ada beberapa hak yang tidak termasuk ke dalam bentuk
berserikat dan berkumpul dengan lisan maupun tulisan. Hak tersebut adalah menyampaikan
pendapat di muka umum, sekalipun bentuk penyampaian pendapat dapat lisan dengan
tulisan, tampaknya hak itu memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan hak-hak
lainnya .

Menurut Manan secara prinsipil disadari, bahwa kebebasan menyampaikan pendapat senantiasa
dibarengi dengan pembatasan-pembatasan yang perlu dilakukan, namun pembatasanpembatasan
tersebut tidak boleh sampai menghilangkan esensi kebebasan itu sendiri. Singkatnya perdebatan
tidak terletak pada ada atau tidaknya pembatasan, namun mengenai bentuk, materi, tata cara
pembatasan. Lebih 2 Konsiderans menimbang huruf c dan d Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1998.

Manusia Sebagai Mahkluk Berakal Budi

Menurut Suseno Keberadaan undang-undang untuk mengatur kebebasan tersebut didasarkan


pada tiga ciri pokok manusia, yaitu manusia adalah mahluk yang berakal budi, manusia memiliki
jasmani, dan manusia merupakan mahluk sosial. Jadi manusia dalam bertingkah laku
menggunakan kebebasannya harus menurut norma-norma yang ditetapkan bukan menurut
kemauannya.
Umum

Banyak ragam pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, aktivis maupun pengambil
kebijakan, yang memiliki titik kesamaan dalam menjelaskan apa itu hak asasi manusia. Menurut
Setiardja , hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia menurut
kodratnya. Jadi hak-hak yang dimiliki sebagai manusia serta harus dipahami dan dimengerti
secara universal. Sementara itu, Purbopranoto mengartikan hak asasi manusia sebagai hak-hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya dan
karena itu bersifat suci.

Hal itu jelas menyebabkan hak asasi tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia itu
sendiri, di mana pun manusia itu berada dan apapun status sosial yang dimilikinya, hak asasi itu
akan tetap ada. Faktor inilah yang menyebabkan seseorang tidak dapat dengan semena-mena
merampas hak asasi orang lain. Dengan demikian, semakin jelas bagi kita bahwa HAM
merupakan hak yang melekat dengan kuat di dalam diri manusia. Keberadaannya diyakini
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Puspitasari bahwa yang sekarang berkembang tidak hanya sekedar hak dasar, tetapi juga
turunan hak dasar dan hak-hak yang menyertai kehidupan manusia, yaitu hak
sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Syarbaini HAM sudah ada sejak manusia ada yang
diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran serta kehadirannya dalam kehidupan
masyarakat, tanpa membedakan bangsa, ras, agama dan jenis kelamin karena sifatnya yang asasi
dan universal.

Hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah human rights atau mensen rechten yang
oleh Atamimi dalam Irsan , bahwa memasukan kata asasi sangat berlebihan yang semestinya
cukup dengan istilah hak-hak manusia. Kata asasi itu sendiri berasal dari pengertian fundamental
right yang berarti hukum dasar, sedangkan kata 4 Konsep Hak Asai Manusia merupakan istilah
pertama yang dirumuskan sebagai hasil gemilang revolusi besar Perancis pada tahun 1789, yang
secara filosofi digulirkan bertujuan untuk membebaskan manusia warganegara perancis dari
kekangan kekuasaan mutlak dari raja penguasa tunggal negara. Dengan demikian, asasi artinya
segala sesuatu yang bersifat mendasar dan fundamental yang selalu melekat pada
obyeknya. Kata "manusia" berasal dari kata manu , atau mens yang berarti berpikir, berakal
budi, atau Homo yang berarti seorang yang dilahirkan dari tanah, humus artinya tanah.

"dasar" disamaartikan dengan "asasi", sehingga terjadi kemungkinan tasrif kata sifat "yang
dasar" kemudian menjadi "yang asasi". Sementara itu, istilah yang digunakan para penyusun
UUD 1945 memang bukan menggunakan human rights, melainkan hak dasar dalam bahasa
Inggris, grondrechten , grundrecht . Kedua, istilah hak dasar manusia merupakan istilah yang
digunakan dalam dominan hukum tata negara, sedangkan hak asasi manusia merupakan istilah
yang digunakan dalam hukum internasional. Kemerdekaan mengungkapkan pendapat
merupakan salah satu hak yang harus dijamin oleh negara.

Kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat untuk menghargai perbedaan pendapat dan
saling kritik, sehingga dimungkinkan adanya dialog yang dinamis ke arah kemajuan cara berpikir
masyarakat. Selain itu, kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan masyarakat dan negara
yang demokratis. Kebebasan berpendapat secara lisan atau tulisan, baik melalui media cetak
maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangat pesat. Namun, terkadang ada yang
menyalahartikan kemerdekaan menyampaikan pendapat tersebut.

UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan, bahwa
mengemukakan pendapat adalah hak asasi yang dijamin oleh undang-undang. Dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1998 yang mengatur tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum, dinyatakan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga
negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan secara bebas serta bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Warga negara yang
menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak mengeluarkan pikiran secara bebas dan
memperoleh perlindungan hukum. Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan
pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau
pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum.

39 Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan
pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Dengan demikian, orang bebas
mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar
tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota masyarakat. Apabila
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas tanpa pertanggungjawaban, akan
menimbulkan halhal yang bersifat negatif dalam masyarakat. Demonstrasi, pawai, rapat
umum, atau mimbar bebas yang tidak terkendali dapat mengarah pada tindakan
pengrusakan, penjarahan, pembakaran, bentrokan massal, korban luka, bahkan ada yang korban
meninggal dunia.

Oleh karena itu, hendaknya dapat menghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat yang
dilaksanakan secara bertanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas, bahwa kemerdekaan
mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan
lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.

Umum Sesuai Aturan Hukum

Unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstrasi di muka
umum . Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum . Rapat
umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema
tertentu . Mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dilakukan
secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu .

Kecamatan atau lebih dalam lingkungan kabupaten/kotamadya, pemberitahuan ditujukan kepada


Polres setempat. 5 Di dalam penjelasan UU 9/1999 pada Pasal 9 yang dimaksud di istana
kepresidenan adalah istana presiden dan wakil presiden dengan radius 100 meter dari pagar
luar, di instalasi militer dengan radius 150 meter dari padar luar, dan di objek-objek vitas
nasional dengan radius 500 meter dari pagar luar. Penyampaian pendapat di muka umum sampai
100 orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau demontrasi dan pawai harus ada seorang sampai 5
penanggung jawab yang tugasnya menjaga kegiatan agar terlaksana secara aman, tertib, dan
damai . Alat peraga yang digunakan.
Apabila terjadi pembatalan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara tertulis
dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambatlambatnya 24 jam sebelum waktu
pelaksanaan. Berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di muka
umum. Berkoordinasi dengan pemimpin instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan
penyampaian pendapat. 2 kabupaten/kotamdya atau lebih dalam 1 propinsi, pemberitahuan
ditujukan kepada Polda setempat.

Pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum, Polri bertanggung jawab memberikan


perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendapat dan Polri
bertanggung jawab menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban
umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara

1. Bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam negara

demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial dan menjamin hak asasi manusia

dengan suasana aman, tertib, dan damai. Karena merupakan salah satu HAM, sehingga

2. dilindungi dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara dan konstitusional

yang melekat pada setiap warganegara dengan rumusannya secara umum terdapat dalam

Pasal 28, bahwa : "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang". Ketentuan

tersebut apabila disimak dari rumusannya ada beberapa hak yang tidak termasuk ke

dalam bentuk berserikat dan berkumpul dengan lisan maupun tulisan. Hak tersebut

adalah menyampaikan pendapat di muka umum, sekalipun bentuk penyampaian

pendapat dapat lisan dengan tulisan, tampaknya hak itu memiliki

Dalam hal terdapat barang bukti terkait pelanggaran berupa demonstrasi yang anarkis, prosedur
penyitaan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 16, dapat dikenakan sanksi
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal , kekerasan yang dimaksud harus dilakukan di muka umum karena kejahatan ini memang
dimasukkan ke dalam golongan kejahatan ketertiban umum. Setiap orang atau badan dilarang
membuang benda-benda dan/atau sarana yang digunakan pada, waktu penyampaian
pendapat, unjuk rasa, rapat-rapat umum dan pengerahan massa di jalan, jalur hijau, dan tempat
umum lainnya. Tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana kejahatan sesuai ketentuan di
Perda 8/2007 pada Pasal 63. 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum, disebutkan
Bahwa hak mengemukakan pendapat di muka umum harus dilaksanakan secara benar dan
bertangung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Satu
kata kunci dalam etika penyampaian pendapat dimuka umum adalah perlindungan atas
kepentingan orang lain dan masyarakat yang harus dihormati sehingga kegiatan untuk
menyampaikan pendapat dimuka umum tidak dapat dilakukan secara anarkis dan secara hukum
dapat dipidana.

Ketentuan tersebut di atas merupakan perwujudan kehendak warga negara secara

bebas dalam menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya yang dijamin

dan dilindungi undang-undang agar tetap terpelihara seluruh tatanan sosial dan

kelembagaan, baik infrastruktur maupun suprastruktur dengan tetap terbebas dari

penyimpangan atas pelanggaran hukum yang bertentangan dengan maksud, tujuan, dan

arah dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan penegakan hukum, sehingga tidak

menciptakan disintegrasi sosial, tetapi justru harus dapat menjamin rasa aman dalam

kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kemerdekaan menyampaikan pendapat di 3 muka


umum harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sejalan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan prinsip hukum internasional

sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia

yang menegaskan sebagai berikut: "(1) Setiap orang memiliki kewajiban terhadap

3 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. 2021 5


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan secara tegas,

bahwa : "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang". Kemudian dalam Pasal 28E

ayat (3) menyatakan, bahwa : "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,

berkumpul, dan mengeluarkan pendapat". Kedua pasal tersebut membuktikan, bahwa

UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan,

bahwa mengemukakan pendapat adalah hak asasi yang dijamin oleh undang-undang.

Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 yang mengatur tentang

kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, dinyatakan bahwa kemerdekaan

menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran

dengan lisan dan tulisan secara bebas serta bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Warga negara yang menyampaikan

pendapatnya di muka umum berhak mengeluarkan pikiran secara bebas dan

memperoleh perlindungan hukum. Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah

mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan

fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentang

kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.39 Warga negara yang

menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara

bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Dengan demikian, orang bebas

mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat

tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota

masyarakat. Apabila kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas tanpa

pertanggungjawaban, akan menimbulkan halhal yang bersifat negatif dalam masyarakat.


Demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas yang tidak terkendali dapat

mengarah pada tindakan pengrusakan, penjarahan, pembakaran, bentrokan massal,

korban luka, bahkan ada yang korban meninggal dunia. Oleh karena itu, kemerdekaan

mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab merupakan hak dan

sekaligus juga kewajiban setiap orang dan warga negara di Indonesia. Pembatasan

kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab tertulis

secara normatif dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1998. Perangkat perundang-undangan dalam mengatur kemerdekaan mengemukakan

pendapat pada dasarnya dimaksudkan agar setiap orang dalam mengemukakan

pendapatnya dilakukan secara bebas dan bertanggung jawab. Dengan demikian,

normanorma masyarakat tetap dijunjung tinggi dalam rangka menghormati hak orang lain.

Oleh karena itu, hendaknya dapat menghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat

yang dilaksanakan secara bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat

adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan

sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku. Mengemukakan pendapat bagi setiap warga negara

dapat dilakukan melalui saluran tradisional dan saluran modern berupa unjuk rasa atau

demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Perangkat perundangundangan

dalam mengatur kemerdekaan mengemukakan pendapat pada dasarnya dimaksudkan

agar setiap orang dalam mengemukakan pendapatnya dilakukan secara bebas dan

bertanggung jawab.

Nama: Meutia Fachrina

NIM: 43121110036

Anda mungkin juga menyukai