Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman


radikalisme, terorisme dan separatisme yang semuanya bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila dan UUD NRI 1945. Radikalisme merupakan ancaman terhadap
ketahanan ideologi. Apabila Ideologi negara sudah tidak kokoh maka akan
berdampak terhadap ketahanan nasional.

Radikalisme dapat diartikan sebagai sikap atau paham yang secara


ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan dari arus
utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud
yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan
demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat
digolongkan sebagai sikap radikal.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di
Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja
diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat
di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut
telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak
hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai
permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar untuk
mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai pada
penawaran solusi, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu titik
terang.
Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara
beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu
dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan
kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang
mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun
ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja
dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin
memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBEBASAN BERPENDAPAT

Di jaman sekarang ini, memang semua rakyat Indonesia berhak dan


berkewenangan untuk berpendapat. Hal ini juga sudah tertulis dalam UUD
19945 pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

Kebebasan berbicara atau berpendapat adalah kebebasan yang mengacu


pada sebuah hak untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa ada
pembatasan, kecuali dalam hal menyebarkan keburukan.

Kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan salah satu hak asasi yang


dimiliki oleh setiap manusia dan dijamin dalam UUD 1945. Oleh karena itu
setiap individu memiliki hak untuk mengemukakan pendapat baik secara lisan
maupun tulisan, adanya kebebasan mengeluarkan pendapat hendaknya harus
dilakukan dengan penuh tanggung jawab serta memperhatikan peraturan
hukum yang ada. Dengan demikian setiap manusia dituntut untuk
belajar menghargai setiap perbedaan dalam berpendapat dan mampu
mengembangkan sikap hidup yang mendukung kelangsungan hidup
bermasyarakat.

Sebagai mahluk Tuhan, manusia pada dasarnya adalah mahluk yang


memiliki drajat yang sama. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 ayat 1, dikemukakan bahwa semua warga negara
sederajat dalam hokum dan pemerintahan baik presiden maupun rakyat, baik
warga Negara asli maupun keturunan asing adalah sederajat dan sama
kedudukanya menurut hukum dan pemerintahan. Pasal 28 menyatakan bahwa
kemerdekaan beserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Dari uraian
penggalan pasal tersebut dapat diambil kesimpulan meskipun kemerdekaan itu
ada dan diakui akan tetapi pelaksanaanya tetap diatur dalam undang-undang,
pada dasarnya kemerdekaan itu mengandung makna kebebasan yaitu bebas
melakukan apa saja namun tidak seenaknya yang penuh dengan tanggung
jawab sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

Mengemukakan pendapat juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang


dilakukan dalam rangka menyampaikan gagasan atau pikiran secara logis
sesuai dengan konteks yang ada dalam artian hubungan antara orang yang
menyampaikan gagasan dengan orang yang diajak berkomuniksi serta
permasalahan yang sedang dibahas. Dalam undang-undang no. 9 tahun 1998
pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kemerdekaan
mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran secara lisan maupun tulisan secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Penyampain pendapat dimuka umum memiliki arti bahwa pendapat
tersebut didengar, dilihat, dan dirasakan oleh massa sehingga dalam
penyampaian pendapat dimuka umum harus dilakukan dengan penuh
tanggung jawab serta harus menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain.

Kebebasan atau kemerdekaan mengemukakan pendapat yang dianut di


Indonesia merupakan kebebasan yang sesuai dengan Pancasila. Dimana dalam
kebebasan tersebut juga harus disertai dengan tanggung jawab. Hal ini berarti
bahwa kebebasan yang dimaksud bukan dalam arti bebas yang sebebas-
bebasnya namun ada tanggung jawab dan hukum yang mengaturnya. Maksud
dari kebebasan yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
• Kebebasan yang memperhatikan batas-batas penghargaan kepada orang lain.
• Kebebasan yang dibatasi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat bangsa dan negara
• Mengeluarkan isi fikiran secara bebas berarti bahwa mengeluarkan
pendapat, pandangan, anggapan, kehendak, masukan atau perasaan yang
bebas tanpa ada tekanan baik tekanan fisik maupun psikis. Pembatasan yang
terdapat dalam kebebasan mengemukakan pendapat bukan merupakan
pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Tapi pembatasan yang
berupa pengaturan resmi yang ditujukan agar proses mengemukakan pendapat
dapat terlaksana tanpa adanya perselisihan yang mengakibatkan hal tidak
diinginkan.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan sebagian dari hak


asasi manusia. Dijamin oleh Deklarasi Universal Hak – Hak Asasi Manusia PBB,
tegasnya dalam pasal 19 dan 20 seperti tertulis berikut ini.

1. Pasal 19

“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat,

dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat – pendapat dengan tidak

mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan

keterangan – keterangan dan pendapat – pendapat dengan cara apapun juga dan

tidak memandang batas – batas”.

2. Pasal 20
Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan

berpendapat.”

Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah satu

perkumpulan.”

Berikut ini beberapa aturan UU lainnya mengenai kebebasan


(kemerdekaan) mengemukakan pendapat dalam undang-undang, antara lain :

1. Pasal 1 ayat 1 UU No. 9 Tahun1998

Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk

menyampaikan pikiran secara dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas

bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pasal 2 ayat 1 UU No. 9 Tahun1998

Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan

pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab demokrasi dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Pasal 28 UUD 1945

Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan fikiran dengan lisan

dantulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945


Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat.

5. UU No. 9 tahun 1998

Pasal ini menjelaskan tentang “kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka

umum”.

6. Pasal UU No. 9 tahun1998

Pasal ini mengatur tentang bentuk-bentuk penyampaian pendapat dimuka

umum.diantaranya yaitu:

a. Demontrasi (unjuk rasa)

Demonstrasi adalah kegiatan yaamg dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk

mengeluarkan fikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstrative

dimuka umum.

b. Pawai

Pawai adalah cara menyampaikan pendapat dengan arak-arajkan di jalan.

c. Rapat umum

Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan

pendapat dengan tema tertentu.

d. Mimbar bebas
Mimbar bebas adalah kegiatan penyampaian pndapat dimuka umum yang

dilakukan secara bebas dan terbuka dengan tema tertentu

7. Pasal 9 ayat 2 UU No. 9 tahun 1998

Pasal ini menjelaskan tentang tempat yang boleh digunakan dalam penyampaian

pendapat dimuka umum.

Dilingkung istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,

pelabuhan udara dan laut, stasius kereta api, terminal angkutan darat dan objek-

objek vital nasional.

Pada hari besar nasional

8. Pasal 3 UU No. 9 tahun 1998

Pasal ini menjelaskan tentang “Asas-asas kemerdekaan menyampaikan pendapat

di muka umum”. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

 Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban ini berarti bahwa dalam

mengemukakan pendapat harus di imbangi dengan kewajiban

menghormati hak orang lain serta menaati aturan yang berlaku.

 Asas musyarah dan mufakat ini berarti bahwa asas yang mengutamakan

proses membahas suatu persoalan secara bersama demi mencapai

kesepakatan bersama yang didasarkan atas asas kekeluargaan.

 Asas kepastian hukum dan keadilan ini berarti bahwa suatu pendapat yang

diungkapkan harus dilandasi oleh hukum dan tidak melanggar hukum dan
harus di putuskan dengan adil tanpa memihak salah satu pihak juga

bersifat obyektif.

 Asas proporsionalitas ini memiliki arti bahwa Asas ini adalah asas yang

meletakkan segala kegiatan sesuai dengan konteks atau tujuan kegiatan

tersebut, baik yang dilakukan oleh warga negara, lembaga maupun

aparatur pemerintah, yang dilandasi oleh etika individual, sosial dan etika

institusional.

 Asas manfaat ini berarti bahwa Penyampaian pendapat yang dilakukan

harus dapat menempatkan nilai lebih seorang warga negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tanpa mengabaikan

kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya berpendapat itu harus

jelas manfaat atau kegunaannya. Tidak asal berpendapat saja, tetapi juga

harus dapat dipertanggungjawabkan baik kepada diri sendiri, orang lain,

dan yang terpenting adalah tanggung jawab secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

9. Pasal 10-14 UU No. 9 tahun 1998

Pasa l ini menjelaskan tentang “tata cara penyampaian pendapat di muka umum”.

Penyampaian pendapat di muka umum wajib diberi tahukan secara tertulis kepada

POLRI yang disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penanggung

jawab selambat-lambatnya 3x24 jam sebelum kegiatan di mulai.

Surat pemberitahuan secara tertulis kepada POLRI memuat:


• Maksud dan tujuan
• Tempat, lokasi dan rute
• Waktu dan lama
• Penanggung jawab
• Nama dan alamat Organisasi, kelompok atau perorangan
• Alat peraga yang digunakan
• Jumlah peserta

Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau
demonstrasi dan pawai harus ada seorang atau lima orang penanggung jawab.

Dalam pelaksaan penyampaian pendapat di muka umum POLRI


bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau
peserta penyampaian paendapat dimuka umum.

Pembatalan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara


tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada POLRI selambat-lambatnya
24 jam sebelum waktu pelaksanaan.

PENGGUNAAN HAK MENGEMUKAAN PENDAPAT SECARA BEBAS


DAN BERTANGGUNG JAWAB
Penggunaan hak mengemukakan pendapat harus dilakukan dengan cara
bebas dan bertanggung jawab. Bebas dan bertanggung jawab merupakan dua
prinsip penting dalam menggunakan hak mengemukakan pendapat. Bebas berarti
bahwa segala hal yang berkaitan dengan pemikira, ide atau pendapat yang
dimiliki dapat dikemukakan dengan bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Bertanggung jawab berarti bahwa dalam mengunakan hak mengemukakan ide,
pemikiran atau pendapat harus landasi dengan norma-norma yang berlaku, niat
baik dan pimikiran yang tidak merugikan (menggunakan akal sehat).

Pelaksanaan kemerdekaan menyampikan pendapat dimuka umum harus


penuh tanggung jawab dan sesuai debngan peraturan yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan prinsip hukum internasional yang berlaku.
Hal ini tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, yang
isisnya menetapkan hal-hal berikut ini:

Setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang


memungkinkan pengembangan keperibadian secara bebas dan penuh.

Dalam pelaksanaan hak kebebasan, setiap orang harus tunduk semata-


mata pada pembatasan yang ditentukan oleh-Undang-undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta kebebasan orang
lain, untuk memenuhi syarat-syarat adil bagi moralitas, ketertiban serta
kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh dijalankan secara
bertentangan dengan tujuan dan asas perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Dalam
Pasal 3 UU No. 9 tahun 1998 menjelaskan tentang “Asas-asas kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum”. Asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut:
• Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Asas musyarah dan mufakat.
• Asas kepastian hukum dan keadilan.
• Asas proporsionalitas.
• Asas manfaat

Dengan adanya lima asas di atas, kemerdekaan mengemukakan pendapat


di muka umum dalam pelaksanaan dalam mencapai tujuan berikut ini:
• Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila dan Undand-Undang Dasar 1945
• Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dam
menjamin kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum.
• Mewujudkan iklim yang kondusif dengan tujuan untuk mengembangkan
partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan
tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi.
• Menempatkan tanggung jawab social dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perorang atau
kelompok.

HAK DAN KEWAJIBAN DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT


Setiap lapisan masyarakat dan seluruh warga negara diharapkan
memahami hak dan kewajiban untuk mengemukakan pendapat. Berikut
merupakan penjelasan hak dan kewajiban dalam mengemukakan pendapat.

1. Hak Mengemukakan Pendapat


Hak warga negara dalam menyampaikan pendapat di muka umum yaitu:
• Mengeluarkan pemikiran secara bebas.
• Memperoleh perlindungan hukum.

2. Kewajiban Dalam Mengemukakan Pendapat


Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam hal meyampaikan pendapat
di muka umum yaitu:
• Menghormati hak dan kebebasan orang lain.
• Menghormati aturan-aturan moralitas.
• Menaati hukum dan dan ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan.
• Menjaga dan menghormati ketertiban umum.
• Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam meyampaikan pendapat di muka umum perlu memperhatikan hal-hal


berikut ini:
• Pendapat yang akan disampaikan harus disertai dengan argumentasi yamng kuat
dan masuk akal, serta bukan merupakan sembarang pendapat.
• Pendapat yang disampaikan diharap dapat mewakili kepentingan orang banyak,
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan bersama.
• Penyampaian pendapat dikemukakan dalam kerangka yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku, sehingga didalam tidak terdapat pelanggaran hukum.
• Orang yang menyampaikan pendapat hendaknya dapat terbuka dalam menerima
tanggapan, sehingga terciptalah komunikasi yangbaik.
• Penyampaian pendapat harusnya dilandasi oleh keinginan untuk
mengembangkan nilai-nilai keadilan, demokrasi dan kesejahteraan.

Tetapi sampai saat ini, masih banyak orang yang belum menghargai dan
menghormati hak kebebasan berpendapat seseorang. Tidak sedikit kasus yang
terjadi akibat pelanggaran HAM, khususnya hak kebebasan berpendapat. Banyak
sekali orang-orang yang mengeluarkan pendapatnya di media sosial bisa berujung
di pengadilan. Sama seperti kasus tentang penyalah gunaan kebebasan beragama
oleh suatu komunitas berbasis agama, yaitu MCA atau Muslim Cyber Army.

A. PROFIL MUSLIM CYBER ARMY (MCA)

Apa itu MCA atau Muslim Cyber Army? MCA ini merupakan kelompok
terstruktur yang menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian. Ada empat
jaringan yang bekerja, yakni menampung, merencanakan, menyebar, dan
menyerang kelompok lain agar hoax berhasil disebar kepada masyarakat.

Menurut hasil penyelidikan polisi, dari sejumlah hand phone milik komplotan
MCA yang ditangkap, terdapat 9 grup yang memakai nama MCA atau yang
menyerupai. Grup-grup tersebut memiliki anggota yang cukup banyak,
diantaranya; Pojok MCA, The Family MCA, The United MCA, The Legend
MCA, Muslim Coming, Muslim Sniper, Srikandi Muslim Cyber, Special Force
MCA dan MCA News Legend.

MCA United merupakan grup yang paling banyak anggotanya yaitu mencapai
ratusan ribu orang. Grup ini terbuka, dengan petugas admin berjumlah 20 orang.
Admin-admin ini yang akan menampung beragam unggahan dari para anggota.

Selanjutnya, Tim Cyber Moeslim Defeat Hoax. Ini merupakan grup pasukan
khususnya MCA. Anggotanya hanya sedikit yaitu 100 orang saja. Tugasnya
memilih dan memilah isu apa saja yang akan disebarkan ke publik untuk
memenangkan opini.

Kemudian, Tim Sniper MCA, yang beranggotakan 177 anggota. Grup ini
rahasia dan tertutup. Tugasnya mengidentifikasi akun-akun yang mereka anggap
musuh untuk kemudian diretas atau ditake-downkan. Terakhir, grup yang paling
istimewa diantara grup MCA yaitu The Family MCA. Grup inti yang rahasia ini
berisikan 9 anggota saja. Walaupun anggotanya sedikit, tapi mereka memiliki
peran yang krusial terkait operasional MCA.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai upaya pengungkapan ini terlihat seperti
langkah mematikan demokrasi di Indonesia. "Ini adalah upaya untuk mematikan
demokrasi. Harus betul-betul dicek apa yang dimaksud dengan hoax. Apakah ini
bagian dari kebebasan berpendapat atau apa," kata Fadli di kompleks parlemen,
Senayan, Jakarta, Kamis (1/3/2018).

B. TUJUAN AWAL DIBENTUKNYA MCA

Tujuan dibentuknya MCA ini pada dasarnya menyebarkan isu-isu provokatif


dan berbau SARA. Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh pihak
kepolisian, isu yang mereka sebarkan di media sosial antara lain kebangkitan PKI,
penyerangan terhadap nama baik Presiden Jokowi, penculikan ulama, hingga
penyerangan terhadap tokoh-tokoh tertentu yang mereka anggap musuh. Tidak
hanya menyebarkan hoax dan ujaran kebencian di jejaring sosial, ternyata MCA
juga memiliki aktivitas lain, yaitu menyebarkan virus.

Virus tersebut mereka kirim ke orang atau kelompok lawan. Yang mana
tujuannya untuk merusak perangkat elektronik seperti handphone maupaun laptop
penerima. Selain itu pihak kepolisian telah menemukan motif penyebaran ujaran
kebencian dari kelompok The Family Muslim Cyber Army ini di media sosial.
MCA dibentuk untuk mengakhiri paksa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dan sebagian besar motif MCA adalah politik. Kepala Satgas Nusantara
Inspektur Jenderal Gatot Purnomo menyatakan bahwa kelompok ini
berharap dengan tersebarnya isu hoax bisa menimbulkan keresahan di
masyarakat dan memecah belah umat beragama.

C. PROSES BERKEMBANGNYA MCA


MCA masuk dan berkembang kedalam masyarakat karena rendahnya
pengetahuan, pendidikan, serta kesadaran sebagai masyarakat majemuk sehingga
masyarakat dapat dengan mudah dipengaruhi oleh ujaran kebencian dari suatu
kelompok radikal. Menurut penelusuran polisi, motivasi kelompok ini mendirikan
MCA untuk menjaga pemerintahan yang sah.
Namun seiring berjalannya waktu, kelompok ini membuat hoax yang
membuat perpecahan antara lapisan masyakarat Indonesia. Dari data yang
didapat, dari 43 berita yang dibuat oleh MCA, hanya 1 berita yang tidak hoax.
MCA pun semakin gencar membuat hoax dalam rangka dekatnya tahun politik
2019.
D. TANGGAPAN MASYARAKAT
Fenomena MCA dan bentuk fanatisme beragama menimbulkan berbagai
tanggapan di masyarakat. Menurut petinggi MUI (Majelis Ulama Indonesia), MCA
adalah suatu bentuk pencemaran nama baik agama Islam dan tidak dianggap sebagai
bagian dari mereka sebab menggunakan nama muslim sebagai suatu kepentingan
tertentu akan menimbulkan kerugian bagi banyak pihak terutama umat muslim
lainnya, sebab muslim sendiri atau bahkan agama lain tidak pernah sama sekali
mengajarkan sesuatu hal yang buruk dan petinggi MUI sendiri menyarankan kepada
pihak yang berwajib untuk menuntas segala hal yang berkaitan dengan MCA sendiri
atau bahkan hal yang menyangkut pautkan muslim sebagai sarana promosi suatu
organisasi atau komunitas tertentu karena dapat menimbulkan konflik kegaduhan.

Menurut berbagai pengamat media sosial, masyarakat diharapkan lebih bijak


dalam menyebarkan berita tentang isu-isu yang sedang marak. Lebih memperhatikan
dan menelaah ulang berita yang tersebar di media sosial. Bertindak bijak dengan apa
yang kita lakukan karena apa yang ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan . Sekecil
apapun gerak gerik seseorang, tidak ada yang bisa ditutup tutupi dari kecanggihan
teknologi. Sebab yang berani menggunakan teknologi maka juga berani dan siap
untuk dilacak walaupun menggunakan nama samara.

E. PENGARUH KEWARGANEGARAAN
Dengan adanya MCA di Indonesia membuat banyak pengguna sosial media
mudah diperdaya akan berita hoaks maupun berita kebencian akan suatu kelompok.
Karena pengguna sosial media di Indonesia sendiri banyak yang langsung mengambil
kesimpulan bahwa suatu berita itu adalah benar dan tidak melakukan validasi
mendalam terlebih dahulu, sehingga menimbulkan kesenjangan antara suatu
kelompok dengan kelompook tertentu dari sudut pandang sebuah berita hoaks
tersebut.
BAB III

PENUTUP

Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan,


meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan
cara yang salah. Fenomena meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan
dangkalnya pemahaman terhadap Agama dan Pancasila. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengimplementasian terhadap nilai-nilai Pancasila dan
pembentengan para pemuda dari radikalisme.
MAKALAH KEN

PROBLEMATIKA KEMUNCULAN MUSLIM CYBER ARMY DI


INDONESIA

STP NUSA DUA BALI


2018

KELOMPOK :
-Biancha Maydys
-Nadya Haptari
-Ziens Tjoanto
-Benyamin Gabriel
-Lonnarbagusi
-Donni Kesuma
-Hentyarsa Surya
-Lalu Gilang R.

Anda mungkin juga menyukai