Kelompok 1
Tema : Kebebasan
Disusun oleh :
1. Caroline Wijaya (2)
2. Cindy (4)
3. Clarista Natasha Thio (5)
4. Ivanna (29)
5. Jesslyn Thomas (30)
6. Josephine Sumargo (33)
7. Tito Aribowo (42)
8. Yuveny (48)
Pengertian
A. Secara Etimologis
Kata kebebasan berasal dari bahasa Latin libertas. Kata ini mempunyai arti :
Hak yang dimiliki seseorang untuk secara bebas memilih dari beberapa alternatif tindakan tanpa dibatasi
oleh otoritas.
Hak seseorang untuk tidak dicampurtangani oleh pihak lain dalam pencarian nilai atau pemilikan atas apa
yang diinginkannya.
Hak individu untuk mengekspresikan diri sebagaimana yang mereka inginkan tanpa tekanan dan untuk
menggunakan cara-cara yang mereka inginkan demi memenuhi kepentingan-kepentingannya.
Ketiadaan tekanan-tekanan, hambatan-hambatan, tegangan-tegangan atau kesulitan-kesulitan eksternal
dalam mengejar cita-cita tertentu.
Kemampuan untuk bertindak sesuai dengan pilihan sendiri
D. Menurut Starte
Kebebasan berarti menentukan sebuah pilihan dari sekian banyak pilihan yang lain. Manusia pada dasarnya
bebas untuk mengadakan suatu pilihan atas jalan hidupnya sendiri tanpa harus didikte orang lain. Namun,
kebebasan bukan berarti “lepas sama sekali” dari kewajiban dan beban. Menurutnya, kebebasan merupakan
sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab dan tidak bisa dipisahkan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebebasan dapat dipahami sebagai kemampuan
manusia untuk menentukan dirinya sendiri atau mengontrol dirinya dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dipikirkannya.
(dibuat oleh Josephine Sumargo)
Landasan
Hukum
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan.
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
3. Kebebasan Pers
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers Pasal 4 di dalam ayat 1 disebutkan bahwa
kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, ayat 2 bahwa terhadap pers nasional
tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, ayat 3 bahwa untuk
menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi dan ayat 4 bahwa dalam mempertanggungjawabkan
pemberitaan di depan hukum
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Jenis-jenis
1. Kebebasan Beragama
Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk
menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum. Kebebasan beragama
termasuk kebebasan untuk mengubah agama dan tidak menurut setiap agama. Kebebasan beragama
merupakan satu konsep hukum yang terkait, tetapi tidak serupa dengan, toleransi agama, pemisahan
antara agama dan negara, atau negara sekuler.
2. Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berpendapat adalah kebebasan yang mengacu pada sebuah hak untuk berbicara atau
berpendapat secara bebas tanpa adanya tindakan sensor atau pembatasan akan tetapi dalam hal ini
tidak termasuk dalam hal untuk menyebarkan kebencian. Dapat diidentikkan dengan istilah
kebebasan berekspresi yang kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan bukan hanya kepada
kebebasan berbicara lisan, akan tetapi, pada tindakan pencarian, penerimaan.
3. Kebebasan Pers
Kebebasan pers adalah hak yang diberikan oleh konstitusional atau perlindungan hukum yang
berkaitan dengan media dan bahan-bahan yang dipublikasikan seperti menyebar luaskan, pencetakan
dan menerbitkan surat kabar, majalah, buku atau dalam material lainnya tanpa adanya campur tangan
atau perlakuan sensor dari pemerintah. Kebebasan pers pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas demokrasi. Dengan kebebasan pers, media massa dimungkinkan untuk menyampaikan
beragam informasi, sehingga memperkuat dan mendukung warga negara untuk berperan di dalam
demokrasi.
4. Kebebasan Berserikat
Kebebasan berserikat mengacu kepada hak seseorang untuk bergabung dengan suatu kelompok dan
juga keluar dari kelompok tersebut secara sukarela. Hak ini dijamin oleh instrumen-instrumen hak
asasi manusia modern, seperti:
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia —Pasal 20 dan 23
Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia —Pasal 11
Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia —Pasal 16
(dibuat oleh Ivanna)
5. Kebebasan Moral
Dalam arti luas, kebebasan moral adalah kebebasan yang tercapai jika seorang subjek memiliki kemampuan
absolut untuk menentukan keputusan atau pilihan sendiri tanpa di hambat atau dipengaruhi oleh faktor
eksternal dalam bentuk apapun. Misalnya seorang sandera diancam akan dibunuh jika ia tidak menandatangani
suatu surat pernyataan. Diakibatkan rasa takut, sandera tersebut akhirnya menandatanganinya. Kasus ini
menunjukkan terlanggarnya kebebasan moral, karena pilihan sandera tersebut dipengaruhi oleh faktor
ancaman.
6. Kebebasan Psikologis
Kebebasan psikologis berhubungan dengan pembatasan - pembatasan psikis atau moral, serta memiliki
kemiripian dengan kebebasan moral. Kebebasan ini tercapai karena kemampuan menentukan sendiri sesuatu
tanpa tekanan-tekanan dalam bentuk apapun yang akan memaksa secara jelas kehendak dalam satu jurusan
yang sudah di tentukan. Kita kembali ke kasus sandera sebelumnya pada penjelasan kebebasan moral. Pada
kasus tersebut, sandera masih dianggap memiliki kebebasan psikologis, karena walaupun dipengaruhi, ia
menandatangani surat pernyataannya berdasarkan pilihannya sendiri. Lain halnya jika sandera tersebut dipaksa
menandatangani surat pernyataan melalui hipnotis, yang berarti ia tidak lagi memiliki kebebasan psikologis.
7. Kebebasan Eksistensial
Kebebasan eksistensial adalah kebebasan menyeluruh yang menyangkut seluruh pribadi manusia dan tidak
terbatas pada salah satu aspek saja. Kebebasan ekstensial merupakan kebebasan tertinggi dan tidak lagi hanya
tentang pilihan, tetapi juga tujuan hidup, pandangan hidup, serta setiap tindakan yang diambil.
Orang yang bebas secara eksistensial “memiliki dirinya sendiri” secara absolut. Ia mencapai taraf otonomi,
kedewasaan, otentisitas dan kematangan rohani. Kebebasan ini jarang terealisasi seluruhnya, karena terdapat
banyak faktor eksternal yang mempengaruhi pola pikir dan tujuan hidup seseorang.
8. Kebebasan Yuridis
Kebebasan yuridis berkaitan dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum. Kebebasan yuridis merupakan
sebuah aspek dari hak-hak manusia sebagaimana tercantum pada Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi
Manusia (HAM), yang dideklarasikan oleh PBB tahun 1948.
Secara sederhana, kebebasan yuridis menyediakan faktor-faktor pendukung seluruh kebebasan manusia secara
hukum. Kebebasan ini mengandalkan peran negara, yang membuat undang-undang yang cocok untuk
memenuhi kebebasan yuridis.
(dibuat oleh Caroline Wijaya)
Manfaat
1. Manfaat Kebebasan Beragama
Kebebasan beragama dan berkeyakinan telah diakui bangsa Indonesia sejak didirikannya NKRI.
Pengakuan terhadap hak atas kebebasan beragama tercantum dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Dengan adanya kebebasan beragama, kita dapat
dengan bebas memilih agama/kepercayaan yang ingin kita anut. Agama/kepercayaan itu dipilih tanpa
melalui paksaaan dari pihak manapun. Orang lain juga tidak dapat melarang kita untuk memeluk
suatu agama.
Dampak
A. Dampak Negatif Kebebasan Berpendapat
1. Membentuk karakter yang terlalu individualis.
Kebebasan sangat dekat dengan sifat yang individualis. Sebab itu, mereka yang terlalu menuntutnya
akan terjebak dalam petak-petak diri sendiri tetapi tidak mempedulikan orang lain. Keadaan ini
membuat seseorang egois karena hanya mementingkan diri sendiri, apa yang membuatnya terasa
bebas maka itulah yang diikutinya padahal mungkin saja hal itu mengganggu kepentingan
masyarakat luas. Oleh karena itu, utamakan kepentingan umum di atas kehendak bebasmu.
Contoh
Penerapan
1. Di Lingkungan Masyarakat
Kebebasan mengajukan pendapat.
Kebebasan untuk berkumpul dan berserikat.
Kebebasan untuk memeluk agama yang dipercayai.
2. Di Lingkungan Sekolah
Kebebasan untuk mengajukan pertanyaan.
Kebebasan untuk memilih jurusan pelajaran.
Kebebasan untuk bergaul dengan teman yang lainnya.
3. Di Lingkungan Keluarga
Kebebasan memberikan saran atau rekomendasi kepada orang tua atau yang lebih tua saat
akan liburan.
Kebebasan untuk bermain setelah belajar selesai.
Kebebasan untuk keluar rumah setelah ada izin dari orang tua.
4. Di Negara
Kebebasan untuk memilih dan dipilih saat pemilihan umum.
Kebebasan membentuk Partai Politik.
Kebebasan untuk mencalonkan diri menjadi anggota DPR/DPRD maupun Capres/Cawapres.
(dibuat oleh Jesslyn Thomas)
Kasus
1. Pelanggaran Kebebasan Beragama : Kasus JAI Subang
Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) adalah organisasi keagamaan Islam yang berbadan hukum sejak
tahun 1953. Namun 3 tahun silam di Kecamatan Subang , Kabupaten Subang JAI dilarang
beribadah di masjidnya sendiri. Tepatnya pada tanggal 29 Januari 2016 , Camat Subang , Tatang
Supriyatna melarang Jemaat Ahmadiyah untuk melakukan aktivitas agama dan beribadah lantaran
disebut sesat dan tidak memiliki izin mendirikan bangunan. Menanggapinya , juru bicara JAI protes
dengan menyatakan bahwa masjid seluas 231 meter persegi itu telah menggantungi surat izin
mendirikan bangunan (IMB) sejak tahun 2004. Ia pun menghimbau pemerintah pusat segara turun
tangan untuk memonitori pemerintah daerah agar menjalankan kewajibannya dengan baik.
World Press Freedoom Day merupakan kegiatan tahunan yang diadakan setiap tangga 3 Mei dalam
rangka merayakan kebebasan pers. Setiap tahunnya, acara ini dihadiri oleh ratusan jurnalis dan
aktivis gerakan masyarakat sipil. Namun, pada peringatannya yang ke-23 tepatnya tahun 2016, aparat
kepolisian ditemani pendiri Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) serta massa yang memakai
seragam FKPPI membubarkan paksa kegiatan yang tengah berlangsung di Kantor Aliansi Jurnalis
Independen (AJI) Yogyakarta itu.
Polisi menyatakan alasan pembubaran tersebut adalah bahwa mereka tidak memiliki izin dari
kepolisian dan warga setempat. Padahal,undangan telah diantarkan kepada Kapolresta Yogyakarta
dan Kapolda DIY. Meski sudah diyakinkan bahwa Film "Pulau Buru Tanah Air Beta" merupakan
film dokumenter dan produk jurnalistik, polisi tetap melarang penayangannya pada akhir acara.