Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

AGAMA & KEBEBASAN BEREKSPRESI

( FREEDOM OF EXPRESSION )

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Agama dan Hak Asasi Manusia

Dosen Pengampu : Rokhmah Ulfah, M.Ag

Disusun oleh :

Aldi Rifandi (2004036023)

Anggi Farah Nuraida (2004036025)

PRODI STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO

SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan menganut sistem demokrasi, maka bangsa
Indonesia dalam implementasinya tetap menjunjung tinggi nilai nilai hak asasi manusia.
Sebab, hak asasi manusia merupakan salah satu pilar bagi suatu Negara yang menganut
sistem demokrasi. Suatu demokrasi akan kehilangan maknanya manakala kebebasab
berekspresi absem dalam Negara dimana demokrasi tersebut hendak atau sedang diterapkan.

Kebebasan berekspresi sesungguhnya telah diatur dalam rumusan pasal 28 Undang-


Undang Dasar 1945, dan kebebasan dasar ini merupakan salah satu ketentuan hak asasi
manusia tertua sejak Indonesia merdeka. Meskipun terbilang paling tua dalam sejarah hak-
hak konstitusional Indonesia, tidak serta merta pemerintah mampu memberikan jaminan
kebebasan berekspresi. Seringkali, penerapan kebebasan berekspresi dipengaruhi oleh
penafsiran penafsiran kekuasaan atas pasal konstitusi secara berbeda, sehingga adanya
penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan itu sendiri.

Salah satu wujud kebebasan manusia adalah kebebasan berbicara. Selain itu,
kebebasan berbicara (termasuk kebebasan pers, berserikat, dan mengeluarkan pendapat di
muka umum) merupakan unsur utama bagi demokrasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan kebebasan Berekspresi?


2. Apa sajakah konsep-konsep kebebasan dalam berkespresi dalam agama?
3. Bagaimana kebebasan dalam beragama?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agama & Kebebasan Berekspresi

Kebebasan berekspresi adalah “hak untuk mengekspresikan ide-ide dan opini secara
bebas melalui ucapan, tulisan maupun komunikasi bentuk lain, tetapi semua dilakukan
dengan tidak melanggar hak orang lain, misalnya menyampaikan pendapat baik secara lisan
maupun tulisan, jurnalisme warga, memakai meme, tagar dan infografis, kebebasan pers,
menulis status facebook, twitter, instagram dan WhatsApp”.1

Kebebasaan berekspresi adalah penting, setiap manusia memiliki hak untuk


mengungkapkan pendapat, ide, opini dan perasaannya agar didengar oleh pihak lain dalam
usaha memenuhi keinginannya yang hakiki, Kebebasan berekspresi merupakan bagian dari
Hak Asasi Manusia (HAM). Namun ada baiknya jika kebebasan berekspresi ini tidak
melanggar hal pihak-pihak lain, khususnya kepentingan publik.

Kebebasan berekspresi tumbuh dan berkembang dalam atmosfir yang memerdekakan


atau membebaskan. John Struart Mill dalam bukunya “On Liberty” mengatakan, “Saya tidak
sependapat dengan Anda. Dan saya akan membela Anda sampai mati karena kita berbeda
pendapat”.

Uraian di atas menjelaskan bahwa kebebasan berekspresi adalah Hak Asasi Manusia
(HAM) yang sangat diperlukan dalam proses membangun sebuah peradaban yang beradab
dan bermartabat. Namun sayangnya kecerdasan mengekspresikan pendapat, ide, opini,
perasaan, sikap kritik masyarakat masih sangat lemah, indikasinya antara lain: sekalipun
berekspresi mendapat kebebasan dan dijamin undang-undang, namun masyarakat masih
banyak takut melakukannya, masih sering ditemui kebebasan berekspresi tanpa bukti, lebih
berorientasi memuaskan hawa nafsu atau subjektif bukan untuk menegakkan kebenaran.

1 dikutip dari Donny (ed) dalam “Kerangka Literasi Digital Indonesia”.


B. Kebebasan Berkekspresi Dalam Beragama

Dalam Islam, konsep kebebasan berekspresi dikenal dengan istilah yang berbeda.
Terdapat tiga buah istilah yang secara langsung dapat dikaitkan dengan konsep kebebasan
berekspresi dalam Islam. Konsep konsep tersebut adalah :

● Hurriyaturra’yi : Kebebasan berpendapat


● Hurriyatul mu’arrada : Kebebasan mengajukan kritik
● Al hurriyatud diniyyah : Kebebasan beragama

Berdasarkan tiga konsep di atas, dapat ditegaskan bahwa tradisi Islam sangat familier
dengan konsep kebebasan berekspresi. Tentu saja koridor Islam menjadi batasan akan
kebebasan akan tiga konsep tersebut meskipun dalam ajaran Islam, terdapat sejumlah hal
yang bersifat multitafsir.

Muhammad Abduh, ulama dari Mesir dan Syekh al-Azhar sebgaimana dikutip oleh Arief
Subhan dkk, mengatakan bahwa kebebasan itu mengandung tiga makna. Pertama, setiap
orang bebas berbuat menurut kehendak dan pilihan bebasnya, tetapi di atas itu ada tugas dan
tanggungjawab. Kedua, setiap kegiatan harus memiliki tujuan tertentu, dan manusia harus
memilih cara yang paling baik dan bijaksana untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga,
kebebasan setiap individu tidak bersifat mutlak, tetapi terbatas dan terikat pada tanggung
jawab sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa dalam Islam terdapat
konsep kebebasan berekspresi, tetapi konsepnya berbeda dengan budaya Barat yang seolah
olah menggambarkan bahwa kebebasan itu bersifat mutlak sehingga bisa digunakan untuk
tujuan apa saja.2

C. Kebebasan dalam Islam

2 Arief Subhan, Didin Syarifuddin dkk, Seri Khotbah Jum’at : Islam untuk Kedamaian dalam Perbedaan, h. 59-61
Berbicara tentang kebebasan dalam Islam, menurut penulis, adalah sangat komplek,
tergantung dari sudut mana kita memandang. Dari tasawuf misalnya. Kebebasan dapat
diartikan dengan terbebasnya seseorang dari dominasi dan jebakan materi-kebendaan.
Dengan dzawq-nya, ia mampu menyaksikan hakekat kebenaran (mukâsyafah/
ketersingkapan). Atau dari teologi Islam, seseorang akan mendapatkan bahasan tentang
kebebasan berkehendak (free will anda free act) sebagai lawan dari predestinasi (taqdir),
sebagaimana yang tampak dalam perdebatan antara golongan mu‘tazilah, jabariyyah dan
sunni dengan berbagai argumentasinya.

Konsep Kebebasan Dalam Islam yang akan penulis bicarakan adalah dalam konteks
pemikiran keagamaan dan politik. Jika kembali ke masa silam, dimana Nabi dan kaum
Muhajirin dan Anshar mengadakan perjanjian tertulis dengan orang-orang yahudi, yang
tertuang dalam piagam Madinah, secara eksplisit atau implicit, sudah ada nilai-nilai
kebebasannya. Secara general, kebebasan dalam Islam sangat banyak sekali. Menurut syekh
Musthafâ al-Ghalâyanî, kebebasan itu mencakup kebebasan individual, kebebasan social,
kebebasan ekonomi dan kebebasan berpolitik. Dimana kebebasan individu sendiri mencakup
kebebasan berpendapat, menulis dan mencetaknya, dan kebebasan berfikir sekaligus
penyebarannya. Namun menurut hemat penulis, kebebasan individu tersebut cukup diwakili
oleh kebebasan berfikir dan mengemukakan pendapat. Sebab kebebasan menulis atau
kebebasan menyebarkan pemikiran sudah masuk di dalamnya. Oleh karenanya, penulis akan
mencoba mengungkapkan beberapa kebebasan itu, yang berkaitan dengan kegiatan
intelektual, keagamaan, ekonomi, dan perpolitikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Agama & Kebebasan Berekspresi Kebebasan berekspresi adalah “hak untuk


mengekspresikan ide-ide dan opini secara bebas melalui ucapan, tulisan maupun komunikasi
bentuk lain. Namun sayangnya kecerdasan mengekspresikan pendapat, ide, opini, perasaan,
sikap kritik masyarakat masih sangat lemah, indikasinya antara lain: sekalipun berekspresi
mendapat kebebasan dan dijamin undang-undang, namun masyarakat masih banyak takut
melakukannya, masih sering ditemui kebebasan berekspresi tanpa bukti, lebih berorientasi
memuaskan hawa nafsu atau subjektif bukan untuk menegakkan kebenaran.

Konsep kebebasan berekspresi dalam Islam. Konsep konsep tersebut adalah :

 Hurriyaturra’yi : Kebebasan berpendapat


 Hurriyatul mu’arrada : Kebebasan mengajukan kritik
 Al hurriyatud diniyyah : Kebebasan beragama.

Dengan demikian dapat disimpulkan sementara bahwa dalam Islam terdapat konsep
kebebasan berekspresi, tetapi konsepnya berbeda dengan budaya Barat yang seolah olah
menggambarkan bahwa kebebasan itu bersifat mutlak sehingga bisa digunakan untuk tujuan
apa saja.Menurut syekh Musthafâ al-Ghalâyanî, kebebasan itu mencakup kebebasan
individual, kebebasan social, kebebasan ekonomi dan kebebasan berpolitik. Dimana
kebebasan individu sendiri mencakup kebebasan berpendapat, menulis dan mencetaknya, dan
kebebasan berfikir sekaligus penyebarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi. 2021. “Pintu Kebebasan Berekspresi”, https://www.untan.ac.id/pintu-kebebasan-
berekspresi/, diakses pada 20 September 2021 pukul 09.58

Yusri. 2018. “Kebebasan Berekspresi Melalui Media Sosial Menurut Hukum Islam dan
Ham”, https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44062/1/YUSRI
%20WAHYUNI-FSH , diakses pada 20 September 2021 pukul 10.06

Subhan, Arief. 2016. Seri Khotbah Jumat: Islam Untuk Kedamaian Dalam Perbedaan.
Jakarta: Pusat Pengkajian Islam Masyarakat

Taqaddum, Volume 7, Nomor 2, November 2015

W. Montgomery Watt, Islamic Philosophy and Theology,

Edinburgh University Press, Amerika, 1979, hlm. 87-88; H.A.R. Gibb, et. al., The

Anda mungkin juga menyukai