Anda di halaman 1dari 25

Bab 2

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan:

Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Eva Maria Alisha Absen 6

XF
B. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam
UUD NRI Tahun 1945
1. Makna Hak Warga Negara

Hak warga negara merupakan segala sesuatu yang harus diperoleh warga negara dari pemerintah (negara).
Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang harusnya bisa diterima atau nikmati. Hal itu berarti kita berhak
menerima hal-hal yang menjadi hak kita dan kita tidak boleh melanggar hak orang lain. Hak menurut
Notonegoro adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan
oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa olehnya. Menurut Jimly Asshiddiqie, hak warga negara (the citizen’s rights) sebenarnya berbeda
dengan hak asasi manusia (the human rights).
Hak asasi manusia telah tercantum dengan tegas dalam UUD NRI Tahun 1945 hak-hak tersebut
secara resmi menjadi hak konstitusional setiap warga negara (constitutional rights). Hak konstitusional
(constitutional rights) warga Indonesia adalah hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh UUD NRI
Tahun 1945. Hak konstitusional setiap warga negara merupakan bagian dari hak warga negara. Di
samping hak konstitusional, terdapat pula hak legal. Hak legal atau hak hukum timbul berdasarkan
jaminan undang-undang dan peraturan perundang-undangan dibawahnya (subordinate legislations).
Ketentuan UUD NRI Tahun 1945
Yang terkait langsung dengan kehidupan seluruh warga
negara

A. Perihal hak dan kewajiban warga negara

● Pasal 27
1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

B. Perihal pemenuhan hak asasi manusia (HAM)


● Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.
• Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
• Pasal 28B
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
• Pasal 28C
Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa,
dan negaranya.

C. Perihal kebebasan beragama

• Pasal 29
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

D. Perihal bela negara

• Pasal 30
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
E. Perihal pendidikan dan kebudayaan

• Pasal 31
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

F. Perihal perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial

• Pasal 33
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan

2. Makna Kewajiban Warga Negara


kewajiban adalah sebuah tindakan yang harus dikerjakan oleh seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), apa yang dimaksud dengan kewajiban adalah sesuatu yang diwajibkan, sesuatu yang harus
dilaksanakan, atau suatu keharusan. Kewajiban dilakukan dengan tanggung jawab contoh kewajiban antara lain
sebagai berikut.
• Setiap warga negara wajib menaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum, dan pemerintahan tanpa
terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Menurut KBBI, hak berarti ‘kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, atau kekuasaan yang benar atas
sesuatu/menuntut sesuatu’. Kewajiban berarti ‘keharusan, sesuatu yang harus dilaksanakan, atau segala sesuatu yang
menjadi tugas manusia’. Adapun pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 tentang kewajiban warga negara, antara lain
sebagai berikut.
• Pasal 27 ayat 3
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
• Pasal 28J
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
• Pasal 30
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
• Pasal 31
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

3. Substansi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Pancasila


Pancasila mengandung nilai dasar instrumental dan praksis. Nilai dasar ini biasanya disebut sebagai nilai ideal.
Nilai ideal bersifat universal yang didalam nya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar.
A. Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai yang terkandung dalam B. Kemanusian yang Adil dan beradab
sila ini adalah pengakuan dan
Nilai yang terkandung dalam sila ini
keyakinan bangsa Indonesia
adalah kesadaran sikap dan perilaku agar
terhadap tuhan yang maha esa
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
hidup bersama
C. Persatuan Indonesia D. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan
Dalam sila ini, ada unsur pemersatu Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
antarwarga dengan semangat rela berkorban. Di sila ini sebagai warga negara, tiap orang
Nilai persatuan Indonesia juga berarti bahwa memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat,
adanya hak menikmati berbagai hak asasinya berkumpul, dan lain-lain
tanpa pembatasan dan belenggu

E. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Tiap orang berhak dilindungi dan mendapatkan jaminan sosial
C. Kemerdekaan Berpendapat Sesuai Nilai-Nilai
Pancasila
Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh UUD NRI Tahun 1945
dan Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia.

1. Hakikat Kemerdekaan Pendapat

Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran. Kemerdekaan menyampaikan pendapat
sejalan dengan pasal 19 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas
kebebasan berpendapat atau mengeluarkan pendapat, hak itu meliputi kebebasan mempertahankan pendapat dengan
tanpa gangguan, serta mencari, menerima, dan meneruskan segala informasi dan gagasan, melalui media apa pun dan
tanpa memandang batas”. Menurut M. Budiardjo (1986), kemerdekaan berpendapat atau kebebasan untuk menyatakan
pendapat merupakan salah satu dasar kehidupan masyarakat yang berpemerintahan demokratis di bawah rule of law
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat memiliki dampak positifnya bagi kehidupan masyarakat. Dampak-
dampak positif tersebut di antaranya sebagai berikut:

Kepekaan masyarakat menjadi meningkat dalam


01 menyikapi berbagai permasalahan sosial yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari.

Membiasakan masyarakat untuk berpikir kritis


02 dan responsif atau cepat tanggap.

Merasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas


03 kemajuan bangsa dan negara.

04 Meningkatnya demokratisasi dalam kehidupan sehari-hari.


2. Kemerdekaan Berpendapat Berdasarkan Hukum
Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan dengan berlandaskan pada asas
keseimbangan antara hak dan kewajiban, asas musyawarah dan mufakat, asas kepastian hukum dan keadilan,
asas proporsionalitas, dan asas manfaat. Tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum adalah sebagai berikut.
a. Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan HAM sesuai dengan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
b. Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan
menyampaikan pendapat.
c. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara
sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi.
d. Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa
mengabaikan kepentingan perseorangan atau kelompok.
Undang-undang lain yang mengatur kemerdekaan berpendapat antara lain UU RI No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dan UU RI No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
a. UUD NRI Tahun 1945
Di dalam Pasal 28E Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 tertulis, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat.
Berkumpul dan mengeluarkan pendapat.” Adapun di dalam Pasal 28F UUD NRI Tahun 1945 tertulis, “Setiap orang
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
b. UU RI No. 9 Tahun 1998
Pada Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 9 Tahun 1998, tertulis bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah
hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan. Lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas
dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lebih lanjut,
pada Pasal 2 Ayat (1) tertulis, “Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok menyampaikan
pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.”
C. UU RI No. 39 Tahun 1999
Pada UU RI No. 39 Tahun 1999 terdapat sejumlah pasal yang mengatur kemerdekaan
berpendapat, antara lain sebagai berikut.
• Pasal 14
(1) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi yang diperlukan untuk mengembangkan
pribadinya dan lingkungan sosialnya.

(2) Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,


menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.
• Pasal 23
(1) Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
(2) Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati
nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-
nilai agama kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa.
d. UU RI No. 40 Tahun 1999
Adapun pada Pasal 4 UU RI No. 40 tahun 1999 tertulis pada Ayat (1), “Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak
asasi warga negara”, dan pada Ayat (2), “Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan
atau pelarangan penyiaran.”
3. Batasan Kemerdekaan Berpendapat
Terdapat sejumlah batasan terhadap kemerdekaan berpendapat terkait peraturan. Berikut sebagian
batasan tersebut berdasarkan peraturan yang ada.

A. Hak dan Kewajiban Menyampaikan Pendapat di Muka Umum berdasarkan UU RI No. 9 Tahun
1998.
Pada UU RI No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum,
mengatur bagian antara hak dan kewajiban warga negara terkait kemerdekaan berpendapat. Pasal 5 UU
RI No. 9 Tahun 1998 menyatakan bahwa warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum
berhak untuk:
1) mengeluarkan pikiran secara bebas, dan
2) memperoleh perlindungan hukum.

B. Masyarakat sebagai Pemantau Pers pada UU RI No. 40 Tahun 1999


UU RI No. 40 Tahun 1999 menempatkan peran serta masyarakat sebagai pemantau pada pers. Pada
Pasal 17 Ayat (2) Huruf sub a UU RI No. 40 Tahun 1999, dijelaskan masyarakat dapat, “memantau dan
melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang
dilakukan oleh pers.”
C. Pelanggaran berdasarkan UU RI No. 11 Tahun 2008

Di sisi lain, batasan kebebasan berpendapat juga diatur dalam UU RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 19 Tahun 2019 tentang perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 atau yang dikenal sebagai UU ITE. Berikut hal-hal yang dilarang berdasarkan UU
tersebut.

• Pasal 27
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan.
D. Penghinaan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga mengatur batasan dalam hal penghinaan. Hal dimaksud
dengan “menghina” adalah “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”, dimana orang yang dihina akan
terkena dampak berupa perasaan malu. Menghina juga bisa diartikan menodai reputasi seseorang ataupun
sekelompok orang dengan cara-cara yang tidak baik seperti pernyataan yang tidak berdasarkan fakta (Rohman,
2017).
Pasal-pasal yang merupakan penghinaan di dalam KUHP, yaitu sebagai berikut (Rohman, 2017).
1) Pasal 207, 208, 209 mengenal penghinaan terhadap penguasa dan badan umum diancam pidana 6 tahun penjara.
2) Pasal 310, 311, 315, 316 mengenai penyerangan atau pencemaran kehormatan atau nama baik seseorang tuduhan
dengan tulisan diancam pidana 9 bulan, dan 16 bulan penjara.
3) Pasal 317 mengenai fitnah pemberitahuan palsu pengaduan palsu diancam pidana 4 tahun penjara.
4) Pasal 320, 321 mengenai penghinaan atau pencemaran nama baik terhadap orang mati diancam pidana 4 bulan
penjara.

4. Mengemukakan Pendapat Secara Bebas dan Bertanggung Jawab

Adanya kemerdekaan berpendapat tidak menjadikan hal tersebut menjadi kebebasan tanpa batasan. Masyarakat
memilik hak dan kewajiban dalam kemerdekaan menyampaikan pendapat
yang harus dipenuhi. Hak warga negara dalam menyampaikan pendapat antara lain mengeluarkan pikiran secara
bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Adapun kewajiban yang harus dipenuhi oleh warga negara dalam
menyampaikan pendapat di muka umum di antaranya sebagai berikut.
A. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain.
B. Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum.
C. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum.
E. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Di sisi lain, terdapat kewajiban dan tanggung jawab pemerintah mengenai kebebasan berpendapat, antara lain
sebagai berikut.
A. Melindungi hak asasi manusia.
B. Menghargai asas legalitas.
C. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah.
D. Menyelenggarakan pengamanan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab,
antara lain sebagai berikut.
A. Penyampaian pendapat dilakukan secara etis dan sesuai koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Penyampaian pendapat hendaknya bertujuan untuk
mengembangkan kehidupan yang adil, demokratis, dan sejahtera.
C. Pendapat yang disampaikan harus memiliki basis argumentasi yang logis dan kuat bukan sekadar asumsi atau
praduga tanpa dasar.
D. Pendapat yang disampaikan sebaiknya merepresentasikan kehendak dan kepentingan umum sehingga bermanfaat
bagi kehidupan bersama.
E. Tiap orang yang berpendapat perlu terbuka dan rendah hati agar tanggapan balik dari pihak lain dapat didengarkan
demi terbangunnya komunikasi.

D. Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban


1. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
a. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Sebagai seorang warga negara, tiap orang tentu mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya.
Namun tak dapat dimungkiri bahwa sering terjadi pelanggaran terhadap hak dan kewajiban. Adapun
berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga
negara antara lain sebagai berikut

1. Sikap egois dan mementingkan diri sendiri


Seseorang senang sekali jika menuntut haknya, tetapi kadang melupakan kewajiban yang harus
dilakukannya. Hal yang sering terjadi adalah berusaha mendapatkan haknya hingga sengaja melanggar
hak orang lain. Hal tersebut dapat terjadi di sekolah dan lingkungan masyarakat.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara yang rendah.
Seorang warga negara dapat juga jatuh pada kesadaran berbangsa dan bernegara yang rendah.
Berbagai faktor dapat menyebabkan hal tersebut, seperti karena terkontaminasi paham kelompok tertentu
yang bertentangan dengan dasar dan falsafah negara. Dengan demikian, kesadaran untuk menjaga hak dan
kewajiban antarwarga negara tidak dirasakan. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai penyimpangan.

3. Tidak toleran
Sikap tidak toleran biasanya dimulai dari tidak adanya penghargaan terhadap orang lain, terlebih yang berbeda,
baik latar belakang ekonomi, ras, maupun agama. Dengan demikian, akan jatuh pada tindakan diskriminasi. Hal
tersebut dapat memicu pelanggaran terhadap hak dan pengingkaran kewajiban.

4. Penyalahgunaan kekuasaan
Dalam hidup berbangsa dan bernegara, kekuasaan dapat dimiliki pemerintah ataupun masyarakat pada
umumnya. Pelanggaran hak dan penyimpangan kewajiban pun dapat terjadi. Misalnya, para pemilik sebuah
perusahaan tidak memedulikan hak-hak karyawannya.
b. Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara
Hak warga Negara Indonesia dijamin oleh negara. Hal tersebut sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945.
Dalam konsepnya, hal tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya suatu masyarakat yang tertib, aman,
dan damai. Namun dalam praktiknya, masih banyak hak warga negara yang belum dapat diwujudkan
dengan baik. Misalnya, hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Hal tersebut masih
sebatas pada konsep saja. Kenyataannya, masih banyak rakyat Indonesia yang hidupnya miskin atau di
bawah garis kemiskinan. Namun, pemerintah terus berupaya menekan angka kemiskinan sehingga hak
tersebut sungguh dapat diwujudkan.

1. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Dalam sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi.
Pelanggaran ini mendapat perhatian yang besar dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, bahkan
masyarakat internasional. Pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia itu antara lain sebagai berikut.
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus ini terjadi tahun 1984 antara aparat dan warga sekitar yang berawal dari masalah
SARA dan unsur politik. Dalam hal ini, diduga terjadi pelanggaran HAM yang
menyebabkan sejumlah korban meninggal dunia.
b. Kasus Terbunuhnya Marsinah, Seorang Pekerja Wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jawa
Timur (1994)
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivis hak-hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong,
Jawa Timur, la meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa
penculikan, penganiayaan, dan pembunuhan
c. Kasus Terbunuhnya Wartawan Udin dari Harian Umum Bernas (1996), Yogyakarta
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang
diduga dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya meninggal dunia.

2. Kasus pelanggaran hak asasi manusia lainnya


Selain kasus-kasus yang telah disampaikan, pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang lain juga terjadi
Misalnya, pelanggaran yang terjadi di lingkungan keluarga di lingkungan sekolah, dan di lingkungan
masyarakat.

a) Contoh kasus pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, antara lain sebagai berikut.

1. Orang tua memaksakan keinginannya kepada anaknya. Misalnya, anak tidak boleh sekolah,
anak disuruh bekerja/dipekerjakan, dan anak dipaksa menikah.
2. Orang tua menganiaya anaknya.
3. Anak melawan/menganiaya orang tua atau saudaranya.
4. Majikan memperlakukan asisten rumah tangganya dengan sewenang-wenang dan tidak memedulikan
hak-haknya.

b) Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain sebagai berikut.

(1) Oknum guru melakukan kekerasan fisik kepada siswanya.


(2) Oknum siswa senior melakukan tindak kekerasan fisik dan mental kepada juniornya.
(3) Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.
(4) Siswa melakukan tawuran dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah yang lain.
c) Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain sebagai berikut.

(1) Pertikaian antar kelompok/antar geng, antarsuku (konflik sosial), dan antar daerah.
(2) Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang yang dituduh mencuri, seseorang yang tertangkap
basah melakukan perbuatan asusila, atau dianggap melakukan pelanggaran norma masyarakat.
(3) Penculikan bayi/anak, kemudian minta tebusan atau dijual kepada orang lain.
(4) Pembunuhan.
(5) Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa atau tidak puas dengan keputusan pemerintah.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai