Anda di halaman 1dari 2

AHLAKUL KARIMAH 2008016024

“REGULASI TERKAIT KASUS BENDUNGAN BENER DAN TAMBANG BATU


ANDESIT”

Yang menarik diperhatian di sini yaitu terkait AMDAL yang disatukan dalam satu dokumen
yang memuat adanya bangunan Bendungan Bener dan Pertambangan Batu Andesit ini menjadi
salah satu isu hukum yang menarik banyak kalangan dari berbagai pandangan terkait hal ini.
Bendungan dan Pertambangan merupakan aktivitas yang sangat berbeda, kalau dirujuk dalam
Pasal 10 Undang-Undang 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum
sebagaimana yang diubah dalam Pasal 123 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Kemudian adanya pengaturan mengenai bangunan untuk kepentingan
umum yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan dan Kepentingan Umum, bangunan Bendungan Bener
diklasifikasikan sebagai kegiatan untuk kepentingan umum, namun Kegiatan Penambangan tidak
termasuk dalam kontruksi Hukum Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum. Sehingga rujukan
hukum yang digunakan adalah terkait hukum pertambangan yaitu Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan
Batubara (Minerba).

Perlu kita ketahui bahwa pertambangan menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara pada Pasal 1
ayat (1) yang berbunyi pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka, pengelolaan, dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyidikan umum,
ekplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau
pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan, dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Klasifikasi mengenai pertambangan batu Andesit dalam Pasal 1 ayat (2) UU
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Minerba yang berbunyi Minerba adalah senyawa organik yang
terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu, selanjutnya Pasal 1
ayat (4) yang berbunyi pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan Mineral yang
berupa bijih atau batuan, diluar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

Pertanyaan yang muncul, mengapa kegiatan pertambangan diperlukan izin?, karena


pertambangan akan beresiko tinggi dalam artian nantinya apabila sudah memasuki pascatambang
akan menyisakan lobang yang begitu dalam sehingga harus dilakukannya reklamasi, terkait
dengan bentang alam, serta berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan terhadap air, tanah,
udara, dan tidak hanya di lokasi pertambangan saja, namum juga dapat mengakibatkan kerusakan
yang meluas, selanjutnya bahan tambang yang merupakan sumber daya alam (SDA) yang tidak
dapat diperbaharui dan/atau tidak berkelanjutan, sehingga akan mengakibatkan kerusakan yang
ditimbulkan secara terus menerus dan/atau berkelanjutan, yang paling mendasar terkait
pertambangan ialah memicu konflik sosial, yang menjadi poin penting di sini warga Desa Wadas
tidak menolak adanya pembangunan Bendungan Bener, tetapi warga tersebut menolak adanya
rencana pertambangan tersebut.

Perihal daripada pertambangan batuan andesit yang ternyata untuk bahan proyek pembangunan
Bendungan Bener, sebagaimana dari pihak Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
angkat bicara terkait dua aktivitas tersebut ternyata perusahaan pertambangan di desa Wadas
tidak memiliki IUP (Izin Usaha Pertambangan), terkait dengan hal ini maka perusahaan tersebut
secara tidak langsung tidak memperhatikan daripada prosedur memperoleh izin pertambangan
batuan terdapat pada UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Izin Penambangan Batuan yangmana
terdapat Pasal 1 (13a) yang berbunyi surat izin Penambangan Batuan, yang selanjutnya disebut
SIPB, adalah izin yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan batuan jenis
tertentu atau untuk keperluan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai