Anda di halaman 1dari 14

REVIEW

KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


NOMOR: 202 TAHUN 2004
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN
PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

Disusun Oleh:
Kelompok 2
M. Kurniawan Sani 114190032
Annisa Chairani 114190093
Nabila Tasya Ayu Sabrina 114190101
Silvio Agustino 114190104

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Hal
tersebut dikarenakan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentuk dari pecahan
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Selain itu juga dikarenakan
Indonesia terletak pada garis cincin ring of fire yang mendukung Indonesia untuk dapat
dijadikan usaha pertambangan akibat kekayaan tambangnya yang melimpah. Pertambangan
sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 merupakan sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Oleh
karena itu, adanya usaha dan atau kegiatan pascatambang akan mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan karena dalam kegiatannya akan mengubah bentang alam yang
mengakibatkan perubahan secara fisik maupun kimianya.
Pada pertambangan emas, meskipun dalam segi ekenomi akan sangat menguntungkan,
namun juga akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Penambangan emas ada yang dalam
skala kecil maupun besar, dalam skala kecil umumnya terdiri dari penggalian, penghancuran
atau penghalusan, amalgamasi, dan pemijaran. Pada proses amalgamasi akan ditambahkan Hg
guna mendapatkan emasnya. Dari kegiatan tersebut akan menghasilkan limbah yang jika
dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu perlunya
peraturan terkait agar dapat mencegah atau setidaknya mengurangi pencemaran lingkungan
akibat kegiatan pertambangan. Peraturan itu tercantum pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga.
STUDI KASUS
Emas merupakan salah satu komoditas bahan galian tambang yang bernilai tinggi dan
banyak dicari keberadaan nya. Di Indonesia sendiri penyebaran emas banyak ditemukan karena
secara formasi geologi Indonesia terletak di pertemuan lempeng dan terdapat banyak gunung
api. Proses penambangan emas sendiri telah banyak dilakukan diberbagai wilayah di Indonesia,
baik dalam skala besar maupun skala kecil. Metode penambangan yang dilakukan di Indonesia
untuk mengambil komoditas emas ada berbagai macam. Namun yang memberikan kontribusi
terhadap degradasi lingkungan adalah tembang emas rakyat. Penambangan emas rakyat
cenderung dilakukan dengan menggunakan alat – alat yang sangat senderhana dengan
pengetahuan yang minimum. Sehingga limbah hasil proses pengolahan emas Dari
penambangan akan dengan mudah mencemari lingkungan. Salah satu lokasi tambang emas
rakyat yang beroperasi yaitu di desa paningkaban,kecamatan gumelar, kabupaten banyumas,
jawa tengah. Dalam proses pengolahan emas, tambang rakyat menggunakan metode
amalgamasi. Proses ini menggunakan Hg (raksa) untuk mengikat emas yang berasal dari batuan
yang telah dipecahkan. Raksa ini lah yang sangat berbahaya apabila Masuk ke tubuh manusia
atau Masuk ke lingkungan. Berdasarkan KEPMENLH/202/2004 ambang batas kandungan
Hg(raksa) adalah 0.005 mg/L. Apabila kandungan Hg dalam air melebihi batas tersebut maka
dapat dikatakan badan air telah tercemar.
HASIL REVIEW

Gambar 1. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Penambangan Bijih Emas dan atau
Tembaga

Gambar 2. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Pengolahan Bijih Emas dan atau
Tembaga
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga.
Isi yang ada di dalam KepMen LH ini cukup lengkap mulai dari pengertian hingga syarat-
syarat atau hal-hal yang berkaitan dengan baku mutu air limbah. Pengertian dijelaskan apa itu
usaha kegiatan pertambangan, kegiatan penambangan, kegiatan pengolahan, air limbah hasil
kegiatan pertambangan, baku mutu air limbah hasil kegiatan pertambangan terkait bijih emas
dan atau tembaga, dan pengertian lainnya yang terkait yang terdapat pada pasal 1. Asal air
limbah juga disebutkan dari kegiatan apa saja pada pasal 2. Penetapan terkait baku mutu bagi
usaha kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga dijelaskan pada pasal 5 dan 6. Selain
itu, juga di KepMen LH ini mewajibkan pengusaha untuk melakukan pengolahan air limbah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak melampau baku mutu yang telah
ditetapkan yang dijelaskan pada pasal 7. Dijelaskan pula terkait titik penataan air limbah pada
pasal 8 dan 9. Baku mutu air limbah dijelaskan di lampiran. Pada masing-masing baku mutunya
terdapat metode analisis yaitu sumber parameternya sehingga jika ingin melakukan check akan
lebih mudah karena ditulisakan sumbernya. Selain itu juga terdapat keterangan pada baku
mutunya yang dapat memudahkan pembaca dalam mengerti.
Meskipun sudah cukup lengkap isi dari KepMen LH ini, namun di KepMen LH ini
tidak dijelaskan terkait air limbah bagi kegiatan paska penutupan tambang yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri sendiri yang dijelaskan pada pasal 3. Hal tersebut dapat membuat
pembaca merasa tanggung karena pada pasal 2 dijelaskan bahwa air limbah terdiri dari kegiatan
penambangan, kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga dan air limbah kegiatan paska
penutupan tambang. Oleh karenanya juga tidak terdapat baku mutu air limbah kegiatan paska
penutupan tambang pada lampiran yang hanya terdapat baku mutu kegiatan penambangan dan
kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga. Selain itu juga tidak ada proses pengolahan
air limbah sesuai dengan parameter yang dianjurkan jika air limbah melewati baku mutu.
SARAN
Seharusnya air limbah kegiatan paska penutupan tambang juga dibahas lebih lanjut
pada KepMen LH ini agar tidak terkesan setengah-setengah karena pada pasal di dalamnya
dibahas air limbah yang dihasilkan dari tiga kegiatan yaitu penambangan, pengolahan, dan
paska penutupan tambang. Selain itu juga seharusnya dijelaskan terkait pengolahan air limbah
yang dianjurkan jika air limbah melewati baku mutu yang telah ditetapkan yang disesuaikan
dengan parameternya.
SALINAN

KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 202 TAHUN 2004
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN
PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)


Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu
Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
(Lembaran Negara tahun 1967 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2831);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3838);

1
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4161);

7. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang


Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 101
tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Menteri Negara;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN
ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN
ATAU TEMBAGA.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga adalah
serangkaian kegiatan penambangan dan kegiatan pengolahan bijih emas dan
atau tembaga menjadi konsentrat atau logam emas dan atau tembaga dan
meliputi juga kegiatan paska penutupan tambang;

2. Kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga adalah pengambilan bijih
emas dan atau tembaga yang meliputi penggalian, pengangkutan dan
penimbunan baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah;

3. Kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga adalah proses


penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan dan atau
pemurnian dengan metoda fisika dan atau kimia;

2
4. Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau
tembaga adalah air yang berasal dari kegiatan penambangan bijih emas dan
atau tembaga dan sisa dari kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga
yang berwujud cair;

5. Baku mutu air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan
atau tembaga adalah ukuran batas atau kadar maksimum unsur pencemar dan
atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah
yang akan dibuang atau dilepas ke sumber air dari usaha dan atau kegiatan
pertambangan bijih emas dan atau tembaga;

6. Titik penaatan (point of compliance) adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan
acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah;

7. Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan.

Pasal 2

(1) Air limbah kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga terdiri dari :

a. air limbah kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yaitu air
yang terkena dampak kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga
sehingga kualitasnya berubah dan perubahan tersebut terkait langsung
dengan kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga tersebut;
b. air limbah kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga yang dibuang
ke badan air;
c. air limbah bagi kegiatan paska penutupan tambang.

(2) Baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan bijih emas dan atau
tembaga serta metode analisisnya adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Keputusan ini.

(3) Baku mutu air limbah bagi kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga
serta metode analisisnya adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Keputusan ini.

Pasal 3

(1) Baku mutu air limbah bagi kegiatan paska penutupan tambang akan ditetapkan
dengan Keputusan Menteri tersendiri.

(2) Selama baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas
belum ditetapkan, berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.

3
Pasal 4

(1) Baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan dan atau pengolahan bijih
emas dan atau tembaga sebagaimana dimaksud dalam lampiran Keputusan ini
tidak boleh dilampaui.

(2) Apabila baku mutu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlampaui karena :

a. keadaan terhentinya operasi pada sebagian atau seluruh kegiatan sampai


dimulainya kembali kegiatan operasi;
b. terjadinya curah hujan di atas kondisi normal pada lokasi penambangan
bijih emas dan atau tembaga sesuai dengan data penelitian atau data
meteorologi;

maka penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melaporkan dan
menyampaikan kegiatan penanggulangan pencemaran kepada Bupati/Walikota
dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri.

Pasal 5

(1) Baku mutu air limbah daerah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
emas dan atau tembaga ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan
ketentuan sama atau lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tercantum dalam
lampiran Keputusan ini.

(2) Apabila baku mutu air limbah daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
belum ditetapkan, maka berlaku baku mutu air limbah usaha dan atau kegiatan
pertambangan bijih emas dan atau tembaga sebagaimana tercantum dalam
lampiran Keputusan ini.

Pasal 6

Apabila hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)


atau hasil kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dari usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau
tembaga mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini, maka
diberlakukan baku mutu air limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau UKL dan UPL.

4
Pasal 7

Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan
atau tembaga wajib melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan
penambangan dan atau pengolahan bijih emas dan atau tembaga, sehingga mutu
air limbah yang dibuang ke badan air tidak melampaui baku mutu air limbah
yang telah ditetapkan dalam lampiran Keputusan ini.

Pasal 8

(1) Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan
atau tembaga wajib melakukan kajian lokasi titik penaatan air limbah dari
usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga.

(2) Lokasi titik penaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berada
pada saluran air limbah yang :

a. keluar dari sistim pengolahan air limpasan (run off) sebelum dibuang ke
badan air dan sengaja tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain dan atau
sumber lain selain dari kegiatan penambangan emas dan atau tembaga
tersebut; dan atau
b. keluar dari sistim pengolahan air limbah dari proses pengolahan bijih
emas dan atau tembaga sebelum dibuang ke badan air dan sengaja tidak
terkena pengaruh dari kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari
kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga tersebut.

(3) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan
atau tembaga mengajukan permohonan penetapan lokasi titik penaatan
kepada Bupati/Walikota.

(4) Bupati/Walikota menetapkan dan mencantumkan lokasi titik penaatan


sebagai bagian dari izin pembuangan air limbah.

Pasal 9

Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih
emas dan atau tembaga dan atau pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengkajian ulang
dan mengajukan permohonan kembali kepada Bupati/Walikota untuk
memperoleh persetujuan lokasi titik penaatan yang baru.

5
Pasal 10

Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau
tembaga wajib untuk:
a. melakukan swapantau harian kadar parameter baku mutu air limbah,
sekurang-kurangnya memeriksa pH air limbah;

b. mengambil dan memeriksa ke laboratorium yang terakreditasi semua kadar


parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran
Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan;

c. melakukan analisis air limbah sebagaimana tercantum dalam huruf a dan huruf
b dan menyampaikan laporan tentang hasil analisis tersebut sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri, serta instansi lain yang terkait sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11

Bupati/Walikota wajib mencantumkan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 di dalam izin pembuangan air limbah bagi usaha dan atau kegiatan
pertambangan emas dan atau tembaga yang diterbitkan.

Pasal 12

(1) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak ditetapkan


Keputusan ini, baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan
pertambangan bijih emas dan atau tembaga yang telah ditetapkan sebelumnya
yang lebih longgar, wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Keputusan ini.

(2) Dalam hal baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih
ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran
Keputusan ini, maka baku mutu air limbah sebelumnya tetap berlaku.

6
Pasal 13

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di: Jakarta
pada tanggal : 13 Oktober 2004

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM.

Salinan ini sesuai dengan aslinya


Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

7
Lampiran I :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 202 Tahun 2004
Tentang : Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pertambangan
Bijih Emas dan atau
Tembaga
Tanggal : 13 Oktober 2004

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENAMBANGAN


BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

Parameter Satuan Kadar Maksimum Metode Analisis**

pH 6–9 SNI 06-6989-11-2004


TSS mg/L 200 SNI 06-6989-3-2004
Cu* mg/L 2 SNI 06-6989-6-2004
Cd* mg/L 0,1 SNI 06-6989-18-2004
Zn* mg/L 5 SNI 06-6989-7-2004
Pb* mg/L 1 SNI 06-6989-8-2004
As* mg/L 0,5 SNI 06-2913-1992
Ni* mg/L 0,5 SNI 06-6989-22-2004
Cr * mg/L 1 SNI 06-6989-22-2004
Hg* mg/L 0,005 SNI 06-2462-1991
Keterangan :
• * = Sebagai konsentrasi ion logam terlarut
• ** = jika ada versi yang telah diperbaharui, maka digunakan
versi yang terbaru
• Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada di bawah
atau di atas baku mutu air, maka dengan rekomendasi Menteri,
Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan kadar maksimum untuk
parameter pH sesuai dengan kondisi alamiah lingkungan.
• Untuk memenuhi baku mutu air limbah tersebut, kadar parameter air
limbah tidak diperbolehkan dicapai dengan cara pengenceran dengan air
secara langsung diambil dari sumber air.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13Oktober 2004

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM.


Salinan ini sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

8
Lampiran II :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 202 Tahun 2004
Tentang : Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pertambangan
Bijih Emas dan atau
Tembaga
Tanggal : 13 Oktober 2004

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENGOLAHAN


BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA

Parameter Satuan Kadar Maksimum Metode Analisis***

pH 6–9 SNI 06-6989-11-2004


TSS mg/L 200 SNI 06-6989-3-2004
Cu* mg/L 2 SNI 06-6989-6-2004
Cd* mg/L 0,1 SNI 06-6989-18-2004
Zn* mg/L 5 SNI 06-6989-7-2004
Pb* mg/L 1 SNI 06-6989-8-2004
As* mg/L 0,5 SNI 06-2913-1992
Ni* mg/L 0,5 SNI 06-6989-22-2004
Cr * mg/L 1 SNI 06-6989-14-2004
CN ** mg/L 0,5 SNI 19-1504-1989
Hg * mg/L 0,005 SNI 06-2462-1991

Keterangan :
• * = Sebagai konsentrasi total ion logam terlarut .
• ** = Parameter khusus untuk pengolahan bijih emas yang menggunakan proses
• Cyanidasi.
• CN dalam bentuk CN bebas.
• *** = Jika ada versi yang telah diperbaharui, maka digunakan versi yang terbaru
• Apabila pada keadaan alamiah pH air pada badan air berada di bawah atau di atas baku mutu air,
maka dengan rekomendasi Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dapat menetapkan kadar
maksimum untuk parameter pH sesuai dengan kondisi alamiah lingkungan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Oktober 2004
--------------------------------------------------
Menteri Negara
Lingkungan Hidup

ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan ini seuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

9
.

10

Anda mungkin juga menyukai