Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era globalisasi masuk dan membawa banyak perubahan di kalangan


masyarakat, terutama perubahan terhadap gaya hidup. Salah satunya tampak pada
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang dan memudahkan
masyarakat dalam menjalankan aktivitas, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
membantu manusia untuk mendapatkan informasi dengan mudah, salah satunya
mengenai informasi politik.

Informasi politik yang sedang berkembang di Indonesia saat ini sudah cukup
mudah untuk bisa kita temukan dan baca, bahkan berita yang beredar mengenai politik
setiap hari akan selalu ada. Namun berita yang kita temukan tidak selama selalu fakta,
bisa hanya sebuah isu bahkan bisa hoaks. Masyarakat pada umumnya sering dibuat
bingung dengan adanya berita politik yang ada, maka dari itu diperlukan pengetahuan
lebih untuk dapat membedakan setiap jenis berita yang beredar.

Berita hoaks telah diatur dalam UU ITE (Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang


Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE. Di dalam pasal itu
disebutkan, "Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal 6 tahun
dan denda maksimal Rp 1 miliar."). Namun, saat ini berita hoaks dapat menyebar
dengan mudah dan kurang berperannya UU ITE.

Kami menemukan isu tentang “Penyebaran Hoaks dijerat UU Terorisme”.


Oleh sebab itu dalam makalah ini yang berjudul “Inventarisir Isu-isu Sosial, Politik,
Hukum yang Diikuti Khalyak Masyarakat di Jawa Barat”. Kami ingin mengetahui
setujukah masyarakat terhadap isu tersebut.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, diperoleh gambaran mengenai isu politik


sosial, dan hukum yang sedang berkembang di Indonesia. Adapun bahasan pokok
dari makalah ini yaitu mengenai isu “Penyebaran Hoaks dijerat UU Terorisme”
dengan judul makalah “Inventarisir Isu-isu Sosial Politik Hukum yang diikuti
Khalyak Masyarakat di Jawa Barat”
Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa
pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis
ilmiah ini, yaitu :
1. Apakah anda mengetahui tentang UU ITE (Informasi dan Transasksi
Elektronik?)
2. Apakah menurut anda orang yang menyebarkan berita hoaks cukup
dikenakan sanksi yang ada di dalam UU ITE?
3. Apakah anda mengetahui adanya isu “Penyebaran Hoaks dijerat UU
Terorisme”?
4. Apakah anda setuju dengan adanya isu “Penyebaran Hoaks dijerat UU
Terorisme” ?
5. Bagaimana solusi anda untuk menangani penyebaran berita hoaks?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendata pengetahuan mahasiswa Jawa Barat mengenai UU ITE.


2. Untuk mengukur pengetahuan mahasiswa Jawa Barat mengenai UU ITE.
3. Untuk membandingkan pendapat mahasiswa Jawa Barat mengenai adanya
isu penyeberan hoaks dijerat UU Terorisme.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Memberikan informasi mengenai pengetahuan mahasiswa Jawa Barat
mengenai UU ITE.
2. Memberikan informasi mengenai pendapat mahasiswa Jawa Barat mengenai
adanya isu penyeberan hoaks dijerat UU Terorisme.
3. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi ilmiah pada kajian tentang
Inventarisir Isu-isu Sosial Politik Hukum.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN HOAKS

Hoaks menurut KBBI adalah berita bohong atau berita tipuan, yang mampu
menipu. Dalam konteks hukum ialah berita yang tidak benar dan dibuat seolah-olah
menjadi berita benar sehingga dapat menggiring opini publik untuk seolah-olah
mempresipsikan bahwa hoaks tersebut adalah sebuah kebenaran.

Sistem pemerintahan demokrasi adalah sistem yang mengedepankan


kebebasan dalam berbicara sebagai wujud kebebasan berekspresi, dengan pemilihan
sistem pemerintahan seperti ini maka pers dapat dengan bebas dan aktif dalam
penulisan pada media online atau nononline. Sebagai masyarakat yang melek dalam
perkembangan era digital dalam media sosial yang aktif berpendapat harus menerima
segala bentuk pengabaian informasi dan fakta yang seakan dianggap remeh.

Dalam era serba digital ini, banyak bertebaran berita hoaks dalam instagram,
facebook, twitter, group whatsaap keluarga serta jejaring sosial lainnya yang
memberikan ruang untuk ajang saling memfitnah ataupun menyebarkan berita
bohong yang sumbernya tidak jelas dengan mengedepankan tujuan-tujuan mereka.

Pembaca yang tidak memfilter ataupun menelan mentah-mentah berita bohong


hanya akan menyetujui jika sependapat dan menerima mentah-mentah berita tersebut
dan sebaliknya jika tidak sependapat maka pembaca tersebut tidak menerimanya.

Ini menjadi konsekuensi yang harus diterima dan tidak boleh dikeluhkan oleh
pemerintah dan masyarakat yang telah memilih demokrasi dengan kebebasan
berpendapat yang kebablasan. Bagaimanapun berita hoaks tidak bisa dihilangkan
secara permanen namun dapat di minimalisir dengan cara lebih pintar dalam memilih
informasi dalam memilahnya.

3
2.2 KEBEBASAN BERPENDAPAT

Dalam Undang-undang 1945 pasal 28E ayat 2 menyatakan bahwa,” Setiap


orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Kebebasan berpenndapat adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia, dan
kebebasannya dijamin oleh PBB. Tegasnya dalam pasal 19 dan 20 sebagai berikut :

Pasal 19 “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan


pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan
tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan
keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak
memandang batas-batas”.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 terdapat lima asas
yang merupakan landasan kebebasan bertanggung jawab dalam berpikir dan
bertindak untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Kelima asas tersebut, yaitu
1. Asas Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
2. Asas Musyawarah dan Mufakat,
3. Asas Kepastian hukum dan keadilan,
4. Asas Proporsionalitas, serta
5. Asas Mufakat.
Pasal 20 :
Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat.”
Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.”

Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya media sosial, makin


luas pula kebebasan berpendapat di dalam suatu komunitas atau suatu forum. Kita
pun sebagai mahluk modern dengan mudah menuangkan isi pikiran, pendapat,
argumen kita di media sosial. Dan karena media sosial sifatnya luas dan terbuka,
pendapat kita tersebut dapat dilihat oleh masyarakat luas. Dan dapat menimbulkan
spekulasi yang berbeda anatara individu atau kelompok yang memiliki pandangan
berbeda. Oleh karena itu kebebasan kita dalam berpendapat bukanlah bebas yang
sebebas-bebasnya melainkan masih ada batasan. Batasan yang dimaksud disini
adalah batas yang terbentuk karena adanya hak orang lain juga.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Bandung, Jawa Barat

3.2 PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini yang berjudul “inventarisir isu isu sosial, politik, hukum
yang diikuti khalayak masyarakat di Jawa barat” kami menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif

Teknik Pengumpulan Data

Terdapat 2 teknik dalam pengumpulan data yang kami lakukan, yaitu:


1. Kuisioner
2. Studi kepustakaan

Instrumen Penelitian

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, kami menggunakan instrumen


1. Pedoman kuisioner
2. Pedoman analisis isi buku media pustaka

3.3 POPULASI PENELITIAN

Berjumlah 149 orang

3.4 SAMPEL PENELITIAN

Berjumlah 137 orang

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Pedoman kuisioner

Halaman 1 perkenalan

5
Halaman 2 identitas

1. Nama

2. Usia

3. Asal

4. Jurusan / prodi

5. Isu yang sedang kamu ikutin

sekarang? - politik

- sosial

- hukum

- tidak ada (alasan tidak mengikuti isu) ...............................

6. Biasanya kamu tau isu isu yang lagi hitz dari mana?

- line today

- instagram

- twitter

- facebook

- lainnya.....................

Halaman 3

1. Apakah anda mengetahui tentang UU Informasi dan Transaksi


elektronik (ITE)?
- mengetahui
- tidak mengetahui

2. Apakah menurut anda orang yg menyebarkan hoaks cukup


dikenakan sangksi di UU ITE (Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE. Di

6
dalam pasal itu disebutkan, "Setiap orang yang dengan sengaja dan
atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan,
ancamannya bisa terkena pidana maksimal 6 tahun dan denda
maksimal Rp 1 miliar.")?
- cukup
- tidak cukup

3. Apakah anda mengetahui isu mengenai "penyebar hoaks dijerat UU


terorisme"?
- mengetahui
- tidak mengetahui

4. Berapa persen anda mengetahui tentang isu tersebut?


-0% baru mengetahui
-20% pernah mendengar
-50% pernah membaca
-70% sangat mengetahui

5. Apakah anda setuju dengan isu tersebut?


-setuju
-tidak setuju

6. Jika anda tidak setuju, bagaimana solusi anda untuk menangani


penyebar hoaks?

7
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian terhadap inventarisir isu-isu social, politik, dan hukum yang
diikuti khalayak masyarakat Jawa Barat serta tanggapan berikut solusi dari tersebut,
kami mendapat sebanyak 149 responden dengan 137 diantaranya menjadi sampel
penelitian yang akan menjadi acuan dari penilaian kualitatitf pada penelitian berupa
kuesioner ini.

Langkah pertama dalam menentukan penilaian ini yaitu dengan menyaring


respon yang ada dan mengklasifikasikan data yang ada menjadi beberapa klasifikasi.
Pada penelitian ini, kami mengklasifikasikan respon-respon tersebut menjadi dua,
yakni berdasarkan status responden dan usia responden. Hal ini karena Perbedaan
usia menurut satu aturan hukum dengan aturan hukum yang lain mengandung
pertimbangan filosofis dan pertimbangan personalitas lainnya contohnya dalam
Hukum Islam kita mengenalnya dengan istilah "baligh". Umat Islam yang belum
baligh dihadapkan pada persoalan yang hampir sama dengan warga negara yang
belum dianggap dewasa. Dapat disimpulkan bahwa umur seseorang berdasarkan
pengelompokannya mempengaruhi pandangannya dalam menanggapi sesuatu. Status
seseorang pun mempengaruhi pandangan seseorang terhadap sesuatu dengan
perlakuan lingkungan yang ia peroleh. Seperti seorang ahli sains memiliki
pandangan yang berbeda dengan seorang seniman ketika mendapati sebuah alam
bebas dan contoh lainnya,

Pada penelitian ini responden yang kami dapatkan berkisar dari umur 17 – 21
tahun dengan rincian sebagai berikut.

8
Usia Jumah

(responden)

17 3

18 66

19 53

20 14

21 1

TOTAL 137

Dapat dilihat dari tabel bahwa sebaran responden terbanyak di usia kisaran 18
– 19 tahun. Hal ini dikarenakan penyebaran kuesioner terbanyak berada di
lingkungan mahasiswa yang memiliki rentang umur 18 – 19 tahun dan target dari
penelitian ini ialah Mahasiswa serta NonMahasiswa di Jawa Barat.

Berdasarkan target, responden kembali dikelompokkan atas status menjadi


dua yakni Mahasiswa dan Nonmahasiswa dengan persentase sebagai berikut.

Status Responden
Status Jumlah

12%
Bukan 16
Mahasiswa

Mahasiswa 121
88%

TOTAL 137

Mahasiswa Bukan Mahasiswa

Dari diagram tersebut didapat data berupa terdapat 88% Mahasiswa dan 12%
Nonmahasiswa yang menjadi partisipan responden dalam penelitian ini. Hal ini
menjadi salah satu simpulan berdasarkan statistik bahwa Mahasiswa di Jawa Barat
memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap isu-isu sosial, politik, dan hukum

9
dibandingkan Nonmahasiswa di Jawa Barat. Sehingga mahasiswa Jawa Barat dapat
disimpulkan erat dalam mengikuti perkembangan isu-isu tersebut.

Penelitian yang di uji dengan kuesioner dikerucutkan dari kelompok hingga


individu menurut bidangnya yakni social, politik, dan hukum dengan jumlah
responden masing-masing sebagai berikut.

Isu yang diikuti Jumlah

(responden)

Hukum 3

Politik 78

Sosial 26

Tidak ada 25

yang lain 5

TOTAL 137

Dalam diagram lingkaran diperoleh dengan hasil sebagai berikut.

Isu yang sedang diikut


2%
4%

Politik
18%
Sosial
Tidak ada
57% yang lain
19%
Hukum

Pengelompokan kembali dilakukan dengan pengelompokan sumber isu yang


beredar dan ditemui responden. Hal ini dilakukan karena setiap sumber memiliki opini
dan cara menggiring opininya yang berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan respon

10
dari tiap orang yang membaca atau melihat suatu opini satu dengan opini lain dari
sumber yang berbeda. Sehingga sumber isu menjadi salah satu parameter dari tujuan
penelitian ini yang menggarap tanggapan publik Jawa Barat terhadap isu yang beredar.

Pengelompokan sumber pada penelitian ini dikelompokkan dengan beberapa


media sosial teratas yang sering digunakan masyarakat. Dari survey yang dilakukan
didapat beberapa hasil berikut persentase dalam diagram lingkaran.

Sumber Isu Jumlah


Sumber Isu
Facebook 2
10% 1%
instagram 68
instagra
m
Line Today 29
Line
18% 50% Today
Twitter 14 yang
lain
yang lain 24 21%

TOTAL 137

Dalam penelitian ini, kami mengambil salah satu isu hangat sebagai salah
satu sampel yang mewakili ketiga bidang tersebut dan didapatkan sebuah isu
mengenai pengatahuan UU ITE. Sebelum memasuki isu yang terjadi, diajukan
pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap UU ITE. Dari survey yang kami
lakukan, didapat data berikut persentase dalam bentuk diagram lingkaran.

Pengetahuan Jumlah Pengetahuan


mengenai UU ITE mengenai UU ITE
Belum Tahu 50
36%

Tahu 87
64%

TOTAL 137
Tahu Belum tahu
Dari survey didapat perbandingan 87 orang dari 137 orang tahu mengenai UU
ITE. Dengan perbandingan yang melebihi dari setengah responden yang ada, dari segi
statistic pengetahuan khalayak masyarakat mengenai UU ITE termasuk luas sehingga
penelitian dapat dilanjutkan dengan mengkhususkan pertanyaan selanjutnya.

Dari hal tersebut responden kami giring untuk dimintai pendapatnya


mengenai isu yang terjadi. Dalam survey kami mengajukan pertanyaan pendapat
berupa kepuasan dalam pilihan cukup dan tidak cukup pada sanksi UU ITE pasal 28
ayat 1 yang berisi: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik,” dengan ancaman pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal
Rp1.000.000.000,00. Dan didapatkan hasil beserta persentase sebagai berikut.

Tanggapan mengenai Jumlah


sanksi

dalam UU ITE bagi


penyebar hoaks

Cukup 101

Tidak Cukup 36

TOTAL 137

Tanggapan mengenai sanksi


dalam UU ITE bagi penyebar
hoaks

26%

74%

Cukup Tidak Cukup


Memasuki materi inti dari survey ini, diberikan pertanyaan berupa wawasan
responden mengenai isu-isu yang ada dalam UU ITE. Pada penelitian ini kami
mengambil salah satu isu mengenai sanksi dalam UU ITE bagi penyebar hoaks dan
didapatkan hasil beserta persentase sebagai berikut.

Pengetahuan mengenai
s
Isu yang terjadi

0% 58

20% 48

50% 27

70% 4

TOTAL 137

Pengetahuan mengenai
Isu yang terjadi
3%

20% 42%
35%

0% 20% 50% 70%

Dari pertanyaan tersebut ditindaklanjuti dengan pendapat responden


mengenai isu tersebut dan didapati hasil data berikut persentase.

Tanggapan mengenai isu


Jumlah
yang terjadi

Setuju 97

Tidak Setuju 40

TOTAL 137
Tanggapan mengenai isu
yang terjadi

29%

71%

Setuju Tidak Setuju

Responden dimintai solusi dari isu tersebut dan didapatkan hasil beserta
persentase sebagai berikut.

Solusi mengenai isu


Jumlah
yang terjadi

Setuju dengan Isu 96

Solusi lain 41

TOTAL 137

Solusi mengenai isu

30%

70%

Setuju dengan Isu Solusi lain

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa 96 dari total 137 responden
setuju dengan isi dari isu yang beredar mengenai UU ITE pasal 28 ayat 1.
BAB V
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Dari hasil kuisioner yang kami lakukan, didapat simpulan sebagai berikut:
1. berdasarkan statistik bahwa Mahasiswa di Jawa Barat memiliki ketertarikan
yang tinggi terhadap isu-isu sosial, politik, dan hukum dibandingkan
Nonmahasiswa di Jawa Barat yaitu sebanyak 88% dari 137 sampel.
2. Isu yang paling sering diikuti responden adalah isu politik
3. Biasanya responden mengetahui isu-isu melalui media sosial yaitu instagram
4. Lebih banyak responden yang telah mengetahui UU ITE tentang berita hoaks
dibanding yang tidak mengetahui perbandingannya 3 : 1 (tiga banding satu)
dari jumlah sampel
5. Banyak responden yang belum tahu mengenai isu “Penyebaran Hoaks dijerat
UU Terorisme” namun setuju dengan isu tersebut
4.2 SARAN
Menurut kelompok kami, penyebar hoaks sudah cukup diberikan sanksi yang ada
didalam UU ITE.

DAFTAR PUSTAKA

Diandra. 2017. “Penebar Hoax Bisa Dijerat Segudang Pasal”


https://kominfo.go.id/content/detail/8863/penebar-hoax-bisa-dijerat-segudang-
pasal/0/sorotan_media

Victor, Arnan. 2016. “Kebebasan Berpendapat di Indonesia


”https://www.kompasiana.com/arnanvictor/5836efbd329773232e5ae87c/kebebas
an-berpendapat-di-indonesia?page=all

2014. “Memahami Konstitusi” . Manin Bagar. Jakarta :PT Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai