TUJUAN PRAKTIKUM
Menjelaskan prinsip spektrofotometri Ultra Violet-Sinar Tampak
Menetukan konsentrasi analit dalam sampel / cuplikan
Menetukan konsentrasi Fe dalam air dengan metode o-Fenantrolin
B. DASAR TEORI
Tahap 1 M+hv M*
Tahap 2 M M*+energi
Karena elektron dalam molekul mempunyai energi yang tidak sama, maka energi
yang diserap dalam proses eksitensi dapat mengakibatkan terjadinya satu atau
lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terdapat dalam molekul.
1
Hukum dasar dari spektroskopi diterangkan oleh Lambert dan Beer,
sehingga hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan "Hukum
Lambert-Beer". Jika suatu berkas radiasi melewati suatu medium homogen,
maka sebagian dari intensitas radiasi yang datang tersebut Io , akan
diabsorbsi/diserap Ia, sebagian dipantulkan Ir dan sisanya
diteruskan/ditransmisikan It. Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat
penggunaan sel kaca, cahaya yang dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir
biasanya terhapus dengan penggunaan suatu control (misalnya dengan sel
pembanding atau blanko). Jadi :
I0=Ia+It
A= k.b.c.d
A= a b c (Gram/liter)
A= € b c (mol/iter)
dengan, log I0/It = A dan T = It/I0 (T: radiasi yang diteruskan /transmitansi).
2
diperoleh suatu kurva garis lurus (linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal
dengan kurva kalibrasi atau kurva standar, yang dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi analit dari larutan uji (sampel) setelah absorbansi dari
larutan uji tersebut di interpolasikan ke dalam kurva kalibrasi tersebut.
Pada tipe ini, sinar yang berasal dari sumber cahaya dipantulakan oleh
cermin ke celah bagian monokromator. Untuk memperoleh spektrum, digunakan
prisma yang bagian belakangnya dilapis alumunium, supaya cahaya yang
dibiaskan oleh permukaan depan, dapat dipantulkan oleh permukaan
belakangdan masuk ke celah keluar. Cahaya yang keluar daro monokromator,
difokuskan oleh lensa ke kuvet yang berisi larutan. Selanjutnya sampai ke fotosel
atau fotomultiflier yang merupakan detektor yang linear, artinya arus yang
dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang jatuh pada larutan
tersebut.
3
larutan zat contoh dan larutan blanko akan sampai ke amplifier dan komparator.
Perbandingan kedua isyarat detector tersebut merupakan ukuran absorpsi dan
dapat dibaca pada meteran atau pencatat
Bahan :
Nama Bahan Jumlah
Larutan induk Fe3+ 1000 ppm, 100ppm 500ml
Hidroksilamin hidroklorida 10% 5ml
Na asetat 10% 50ml
o-fenantrolin 0,1% 50ml
aquades 500ml
4
Berhati – hati saat mengambil cairan pekat, dan menuangkan dilemari
asam.
Berhati-hati saat menggunakan alat-alat elktronik dan merapihkan
kembali setelah selesai digunakan
E. MSDS BAHAN
Besi
a. Sifat Kimia dan Sifat Fisika
Nama Kimia : Fe atau Ferrum
Nomor Atom : 26
Warna: Logam berwarna perak abuabu, yang bersifat reaktif deng
oksigen dan air, sehingga mudah membentuk karat.
Jumlah : Besi adalah elemen nomor 4 terbesar dikerak bumi.
Sifat : Besi murni bersifat lunak (lebih lunak dari aluminium), tetapi
dapat diperkeras dan diperkuat dengan campuran lain seperti
karbon dengan proses smelting.
b. Bahaya Bagi Kesehatan
Besi adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk
pembentukan hemoglobin.
Besi dapat ditemukan di sumber makanan daging dan sayur-sayuran.
Besi dapat menimbulkan masalah kesehatan conjunctivitis,
choroiditis, retinitis jika kontak dan besitetap permanen didalamnya.
Inhalasi kronik debu atau fume dari besi oksida bisa menimbulkan
masalah kesehatan pneumoconiosis yang dinamakan siderosis dan
meningkatkan resiko kanker paru-paru.
hidroksilamin – HCl
a. Sifat Kimia
Nama Kimia : Hydroxylamine Hydrochloride
Rumus Kimia : NH2OH.HCl
b. Identifikasi Bahaya
5
Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan padamata,dan
kebutaan
Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit danmenimbulkan
kegatalanInhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada sa
luran gastrointestinal atau saluran pernapasan, yang ditandai dengan
pembakarn, bersin dan batuk.
c. Pertolongan Pertama
Kontak Mata : Cek dan lepas jika menggukan kontaklensa.Bilas
dengan air mengalir selama 15menit.
Kulit : Bilas bagian kulit yang terkena zat denganair mengalir selama
15 menit. Lepas dan cuci pakaian yang terkena zat. Gunakan krim
anti-bakterial bila diperlukan.Hubungi dokter apabila terjadi iritasi
serius.
Inhalasi : Bawa korban ke udara segar, beri korban beberapa gelas su
su atu air. Biladiperlukan beri korban oksigen. Hubungi dokter.
d.Penanganan Kebakaran
Media pemadam : Bila terjadi kebakaran kecil gunakan bubukkimia
kering.Apabilaterjadikebakaran besar gunakan semprotan air, kabut a
tau busa.
Na Asetata.
a. Sifat Kimia
Nama Kimia : Sodium asetat
Rumus Kimia :CH3COONa
b. Identifikasi Bahaya
Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dankebutaan.
Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit danmenimbulkan
kegatalan
6
Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada saluran gast
rointestinal atau saluran pernapasan, yang ditandai dengan pembkrn,
bersin dan batuk.
c. Pertolongan Pertama
Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus kontak,
segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi.
Kontak Kulit : Cuci dengan sabun dan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emolien. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Air dingin
dapat digunakan.
Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar.Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen.Dapatkan perhatian medis jika gejala muncul.
Tertelan : Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenagamedis. Kendurkan pakaian ketat seperti
kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul.
0– Fenantrolina.
a. Sifat Kimia
Nama Produk : Fenantrolin monohidrat
Rumus Kimia :C12H8 N2.H2O
b. Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya dalam kasus menelan. Berbahaya dalam kasus
kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), inhalasi.Sedikit berbahaya
dalam kasus kontak kulit (permeator). Parahover-exposure dapat
mengakibatkan kematian.
c. Pertolongan Pertama
Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera siram mata
dengan air yang mengalirsedikitnya 15 menit, dengan kelopak mata
7
tetap dibuka. Air dingin dapat digunakan.Jangan gunakan salep mata.
Mencari bantuan medis.
Kontak Kulit : Setelah kontak dengan kulit, segera cuci
dengan banyak air.
Inhalasi : Biarkan korban untuk beristirahat di area yang berventilasi.
Mencari bantuan medis segera. Bila terjadi inhalasi serius evakuasi
korban ke daerah yang aman secepatnya.Kendurkan pakaian ketat
seperti kerah, dasi,ikat pinggang atau pinggang.
Tertelan : Jangan memaksakan muntah. Periksa bibirdan mulut untuk
memastikanapakah jaringan yang rusak, indikasi kemungkinan bahwa
bahan beracun tertelan; tidak adanya tanda-tanda seperti itu,
bagaimanapun, tidakkonklusif. Kendurkan pakaian ketat sepertileher,
dasi, ikat pinggang atau pinggang.Jika korban tidak bernafas,
melakukan mulutke mulut. Mencari perhatian medis segera.
F. PROSEDUR KERJA
Persiapan larutan standar dan penentuan panjang gelombang
masksimum
1. Buat larutan dengan komposisi seperti dalam tabel berikut
Larutan Fe (II) Hidroksilamin Na asetat o-fenantrolin Aquades
100 ppm, ml hidroklorida 10%, ml 0,1%, ml sampai, ml
10%, ml
0 0,5 5 5 50
1 0,5 5 5 50
1,5 0,5 5 5 50
2 0,5 5 5 50
2,5 0,5 5 5 50
3 0,5 5 5 50
3,5 0,5 5 5 50
4 0,5 5 5 50
8
Sampel (25 ml) 0,5 5 5 50
9
520 0,3372 46
540 0,2518 56
560 0,0809 83
580 0,0043 99
10
500 0,3178 48,1
520 0,3045 49,6
540 0,1713 67,4
560 0,0649 86,1
580 0,0250 94,4
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
Fe (II) 0 ml Fe (II) 1 ml
0 x 100 = 50 x ppm 2 1 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 0 Ppm2 = 2
11
Fe (II) 1,5 ml Fe (II) 3 ml
1,5 x 100 = 50 x ppm 2 3 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 3 Ppm2 = 6
A = Log 1/%T
Untuk spektronik-20
Penentuan absorbansi larutan blangko
Data ke 1 A = log 1/0,45 = 0,3467
A = log 1/0,9 = 0,0457 Data ke 7
Data ke 2 A = log 1/0,44 = 0,3565
A = log 1/0,7 = 0,1549 Data ke 8
Data ke 3 A = log 1/0,46 = 0,3372
A = log 1/0,59 = 0,2291 Data ke 9
Data ke 4 A = log 1/0,56 = 0,2518
A = log 1/0,55 = 0,2596 Data ke 10
Data ke 5 A = log 1/0,83 = 0,0809
A = log 1/0,51 = 0,2924 Data ke 11
Data ke 6 A = log 1/0,99 = 0,0043
12
Penentuan absorbansi larutan standar
Data ke 2 A = log 1/0,44 = 0,3565
A = log 1/0,35 = 0,4559 Data ke 6
Data ke 3 A = log 1/0,31 = 0,5086
A = log 1/0,6 = 0,2218 Data ke 7
Data ke 4 A = log 1/0,29 = 0,5376
A = log 1/0,5 = 0,3010 Data ke 8
Data ke 5 A = log 1/0,25 = 0,6020
Untuk spektofotometer labo
Penentuan absobansi larutan blangko
Data ke 1 A = log 1/0,501 = 0,3001
A = log 1/0,892 = 0,0496 Data ke 7
Data ke 2 A = log 1/0,481 = 0,3178
A = log 1/0,749 = 0,1255 Data ke 8
Data ke 3 A = log 1/0,496 = 0,3045
A = log 1/0,665 = 0,1771 Data ke 9
Data ke 4 A = log 1/0,674 = 0,1713
A = log 1/0,589 = 0,2298 Data ke 10
Data ke 5 A = log 1/0,861 = 0,0649
A = log 1/0,537 = 0,27 Data ke 11
Data ke 6 A = log 1/0,944 = 0,025
Penentuan absorbansi larutan standar
Data ke 2 A = log 1/0,507 = 0,2949
A = log 1/0,464 = 0,3334 Data ke 6
Data ke 3 A = log 1/0,426 = 0,3705
A = log 1/0,686 = 0,1636 Data ke 7
Data ke 4 A = log 1/0,368 = 0,4341
A = log 1/0,581 = 0,2358 Data ke 8
Data ke 5 A = log 1/0,283 = 0,5482
13
Kurva penentuan panjang gelombang maksimum
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 3 4 5 6 7 8
absorbansi
14
Menggunakan spektrofotometer labo
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 3 4 5 6 7 8
absorbansi
I. PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran absorbansi atau transmitansi sinar monokromatis oleh suatu
larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik. Pada percobaan
kali ini, metode yang kami lakukan adalah metode o-fenantrolin. Langkah
awal yang kami lakukan adalah pembuatan larutan induk Fe2+ 1000 ppm 500
ml ditambah H2SO4 4N 2 ml, yang nantinya campuran ini akan diencerkan
15
menjadi 100ppm. Selain itu, kami juga membuat larutan hidroksilamin
hidroklorida 10% 200 ml, Na asetat 10% 500 ml, dan o-fenantrolin 0.1%
500ml.
Setelah pembuatan larutan, kami membuat larutan standar dengan
mengambil larutan Fe2+ 100 ppm sebanyak 8 kali ke dalam labu takar 50 ml,
masing nasing 0; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4 (ml) dan ambil larutan sampel
sebanyak 25 ml . Masing-masing larutan ditambahkan 0,5 ml hidroksilamin
hidroklorida, 5ml Na asetat, dan 5 ml fenantrolin. Kemudian tambahkan
aquades sampai tanda batas. Akan terjadi perubahan warna menjadi oren
kekuning kuningan.
Gunakan larutan blanko dan larutan standar dengan konsentrasi sedang
yaitu 2,5 ml. Untuk menentukan panjaang gelombang maksimum melalui
pengukuran transmitansi dengan spektronik 20 dan spektrofotometer labo.
Lalu buat kurva antara absorbansi (log 1/T) lawan panjang gelombang.
Diperoleh panjang gelombang maksimumnya adalah 500 nm. Kemudian kami
menentukan nilai transitansi semua larutan standar dan larutan sampel
dengan menggunakan panjang gelombang maksimum tersebut. Setelah
semua data transmitansi diperoleh, kami membuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi larutan standar lawan absorbansi (log 1/T). Diperoleh persamaan
1,796 = 0,063X + 0,0741 dengan regresinya 0,9. Substitusi nilai absorbansi
larutan sampel pada y, kemudian diperoleh nilai x sebagai konsentrasi dari
larutan sampel = 27,33 ppm Umumnya, semakin besar absorbansi maka
semakin besar konsentrasinya.
16
J. KESMPULAN
Panjang gelombang maksimum didapatkan sebesar 500 nm
kadar Fe sampel diperoleh sebesar 27,33 ppm dari nilai absorbansi sebesar
1,796 dan persamaan kurva kalibrasi 1,796 = 0,063X + 0,0741
pada umumnya, semakin besar absorbansi maka semakin besar
konsentrasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Brink, O.G, Sachri Sobandi, 1984, “Dasar Ilmu Instrumen”, Bina Cipta,
Jakarta
17