Anda di halaman 1dari 17

A.

TUJUAN PRAKTIKUM
 Menjelaskan prinsip spektrofotometri Ultra Violet-Sinar Tampak
 Menetukan konsentrasi analit dalam sampel / cuplikan
 Menetukan konsentrasi Fe dalam air dengan metode o-Fenantrolin

B. DASAR TEORI

Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultra violet dan


daerah sinar tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa
kimia. Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi radiasi dengan senyawa kimia.
Bila radiasi dilewatkan pada suatu obyek/senyawa kimia, sebagian radiasi
tersebut akan terabsorpsi. Serapan radiasi oleh molekul dalam daerah spektrum
ultra violet dan sinar tampak tergantung pada struktur elektronik dari molekul
yang bersangkutan. Penyerapan sinar tampak atau ultra violet tersebut dapat
menyebabkan terjadinya promosi/eksitasi molekul dari energi dasar (ground
state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state), atau dapat dikatakan
menyebabkan transisi elektron valensi yang di cirikan dengan pita absorbsi pada
daerah panjang gelombang tertentu Proses ini melalui dua tahap :

Tahap 1 M+hv  M*

Tahap 2 M M*+energi

Penyerapan sinar tampak atau ultra violet pada umumnya menghasilkan


eksitasi elektron sehingga panjang gelombang absorbsi maksimum dapat di
hubungkan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang bersangkutan.
Transisi di daerah ultra violet atau tampak adalah transisi elektronik. Hal ini di
kaitkan dengan lompatan elektron dari orbital molekul penuh (terisi) ke orbital
molekul kosong.

Karena elektron dalam molekul mempunyai energi yang tidak sama, maka energi
yang diserap dalam proses eksitensi dapat mengakibatkan terjadinya satu atau
lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terdapat dalam molekul.

1
Hukum dasar dari spektroskopi diterangkan oleh Lambert dan Beer,
sehingga hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan "Hukum
Lambert-Beer". Jika suatu berkas radiasi melewati suatu medium homogen,
maka sebagian dari intensitas radiasi yang datang tersebut Io , akan
diabsorbsi/diserap Ia, sebagian dipantulkan Ir dan sisanya
diteruskan/ditransmisikan It. Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat
penggunaan sel kaca, cahaya yang dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir
biasanya terhapus dengan penggunaan suatu control (misalnya dengan sel
pembanding atau blanko). Jadi :

I0=Ia+It

Lambert menjelaskan bahwa absorbansi radiasi merupakan fungsi


ketebalan medium, sedangkan Beer menjelaskan bahwa absorbsi radiasi sebagai
fungsi konsentrasi medium (larutan senyawa) yang bersangkutan.

A= k.b.c.d

dengan, A adalah absorbansi, b adalah ketebalan medium, c adalah konsentrasi


larutan dan k adalah tetapan atau koefisien absorpsi yang tergantung pada
satuan konsentrasi yang digunakan k dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (=
a) jika konsentrasi larutan dalam satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai
absorptivitas molar atau ekstingsi molar (= €), jika konsentrasi larutan dalam
satuan mol/liter. Nilai € untuk setiap molekul adalah tetap dan merupakan ciri
suatu struktur molekul.

A= a b c (Gram/liter)

A= € b c (mol/iter)

dengan, log I0/It = A dan T = It/I0 (T: radiasi yang diteruskan /transmitansi).

Sehingga, A = log 1/T.Persamaan Lambert-Beer di atas menunjukkan bahwa


absorbansi (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (c), sehingga jika
dibuat suatu kurva antara konsentrasi (C) lawan absorbansi (A), maka akan

2
diperoleh suatu kurva garis lurus (linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal
dengan kurva kalibrasi atau kurva standar, yang dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi analit dari larutan uji (sampel) setelah absorbansi dari
larutan uji tersebut di interpolasikan ke dalam kurva kalibrasi tersebut.

1. SPEKTROFOTOMETER SINAR TUNGGAL

Pada tipe ini, sinar yang berasal dari sumber cahaya dipantulakan oleh
cermin ke celah bagian monokromator. Untuk memperoleh spektrum, digunakan
prisma yang bagian belakangnya dilapis alumunium, supaya cahaya yang
dibiaskan oleh permukaan depan, dapat dipantulkan oleh permukaan
belakangdan masuk ke celah keluar. Cahaya yang keluar daro monokromator,
difokuskan oleh lensa ke kuvet yang berisi larutan. Selanjutnya sampai ke fotosel
atau fotomultiflier yang merupakan detektor yang linear, artinya arus yang
dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang jatuh pada larutan
tersebut.

2. SPEKTROFOTOMETER SINAR GANDA

Berbeda dengan spektrofotometer sinar/berkas tunggal, pada


spektrofotometer sinar ganda ini zat contoh atau larutan cuplikan di
persandingkan secara kontinyu dengan larutan referensi (larutan blanko). Cahaya
melintas secara bergantian melewati zat contoh dan larutan blanko. Untuk itu
pada lintasan cahaya dipasang suatu sistem cermin chopper yang berotasi
dengan cepat sekali. Cahaya yang datang dari sumber cahaya melalui cermin dan
filter, kemudian jatuh ke kisi yang menimbulkan dispersi. Setelah melewati
cermin berotasi (A dan C). Jika cahaya jatuh pada cermin A, maka cahaya
tersebut akan jatuh pada kuvet yang berisi zat contoh, lalu dipantulkan oleh
cermin B ke detektor. Pada saat itu cermin C berada pada posisi yang tidak dapat
menampung cahaya, Sesaat kemudian cermin A akan memutar dan keluar dari
lintasan cahaya sehingga cahaya akan jatuh ke cermin D dan setelah melewati
kuvet yang berisi larutan blanko akan jatuh ke cermin C. Akhirnya cahaya dari
cermin C tersebut akan sampai ke detektor. Isyarat detektor yang berasal dari

3
larutan zat contoh dan larutan blanko akan sampai ke amplifier dan komparator.
Perbandingan kedua isyarat detector tersebut merupakan ukuran absorpsi dan
dapat dibaca pada meteran atau pencatat

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
Nama Alat Ukuran Jumlah
Spektrofotometer labo 1
Spektronik-20 1
Pipet tetes 1
Pipet ukur 5ml,10ml 2
labu takar 50 ml 7
Botol semprot 1
Gelas kimia 500ml, 100ml 2
Bola hisap 2
Neraca analitik 1

Bahan :
Nama Bahan Jumlah
Larutan induk Fe3+ 1000 ppm, 100ppm 500ml
Hidroksilamin hidroklorida 10% 5ml
Na asetat 10% 50ml
o-fenantrolin 0,1% 50ml
aquades 500ml

D. KEAMANAN, KESEHATAN, DAN KESELAMATAN KERJA


 Menggunakan jas lab, sarung tangan, dan masker serta sepatu
tertutup saat melakukan praktikum
 Bekerja dilemari asam dengan menggunakan sarung tangan karet,
kacamata google dan masker

4
 Berhati – hati saat mengambil cairan pekat, dan menuangkan dilemari
asam.
 Berhati-hati saat menggunakan alat-alat elktronik dan merapihkan
kembali setelah selesai digunakan

E. MSDS BAHAN
 Besi
a. Sifat Kimia dan Sifat Fisika
 Nama Kimia : Fe atau Ferrum
 Nomor Atom : 26
 Warna: Logam berwarna perak abuabu, yang bersifat reaktif deng
oksigen dan air, sehingga mudah membentuk karat.
 Jumlah : Besi adalah elemen nomor 4 terbesar dikerak bumi.
 Sifat : Besi murni bersifat lunak (lebih lunak dari aluminium), tetapi
dapat diperkeras dan diperkuat dengan campuran lain seperti
karbon dengan proses smelting.
b. Bahaya Bagi Kesehatan
 Besi adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk
pembentukan hemoglobin.
 Besi dapat ditemukan di sumber makanan daging dan sayur-sayuran.
 Besi dapat menimbulkan masalah kesehatan conjunctivitis,
choroiditis, retinitis jika kontak dan besitetap permanen didalamnya.
 Inhalasi kronik debu atau fume dari besi oksida bisa menimbulkan
masalah kesehatan pneumoconiosis yang dinamakan siderosis dan
meningkatkan resiko kanker paru-paru.
 hidroksilamin – HCl
a. Sifat Kimia
 Nama Kimia : Hydroxylamine Hydrochloride
 Rumus Kimia : NH2OH.HCl
b. Identifikasi Bahaya

5
 Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan padamata,dan
kebutaan
 Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit danmenimbulkan
kegatalanInhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada sa
luran gastrointestinal atau saluran pernapasan, yang ditandai dengan
pembakarn, bersin dan batuk.
c. Pertolongan Pertama
 Kontak Mata : Cek dan lepas jika menggukan kontaklensa.Bilas
dengan air mengalir selama 15menit.
 Kulit : Bilas bagian kulit yang terkena zat denganair mengalir selama
15 menit. Lepas dan cuci pakaian yang terkena zat. Gunakan krim
anti-bakterial bila diperlukan.Hubungi dokter apabila terjadi iritasi
serius.
 Inhalasi : Bawa korban ke udara segar, beri korban beberapa gelas su
su atu air. Biladiperlukan beri korban oksigen. Hubungi dokter.
d.Penanganan Kebakaran
 Media pemadam : Bila terjadi kebakaran kecil gunakan bubukkimia
kering.Apabilaterjadikebakaran besar gunakan semprotan air, kabut a
tau busa.
 Na Asetata.
a. Sifat Kimia
 Nama Kimia : Sodium asetat
 Rumus Kimia :CH3COONa
b. Identifikasi Bahaya
 Mata : Menyebabkan iritasi pada mata, kerusakan pada mata,
dankebutaan.
 Kulit : Menyebabkan peradangan pada kulit danmenimbulkan
kegatalan

6
 Inhalasi : Menghirup debu akan menghasilkan iritasi pada saluran gast
rointestinal atau saluran pernapasan, yang ditandai dengan pembkrn,
bersin dan batuk.
c. Pertolongan Pertama
 Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus kontak,
segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi.
 Kontak Kulit : Cuci dengan sabun dan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emolien. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Air dingin
dapat digunakan.
 Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar.Jika tidak bernapas,
berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen.Dapatkan perhatian medis jika gejala muncul.
 Tertelan : Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenagamedis. Kendurkan pakaian ketat seperti
kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.Dapatkan bantuan medis jika
gejala muncul.
 0– Fenantrolina.
a. Sifat Kimia
 Nama Produk : Fenantrolin monohidrat
 Rumus Kimia :C12H8 N2.H2O
b. Identifikasi Bahaya
 Sangat berbahaya dalam kasus menelan. Berbahaya dalam kasus
kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), inhalasi.Sedikit berbahaya
dalam kasus kontak kulit (permeator). Parahover-exposure dapat
mengakibatkan kematian.
c. Pertolongan Pertama
 Kontak mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera siram mata
dengan air yang mengalirsedikitnya 15 menit, dengan kelopak mata

7
tetap dibuka. Air dingin dapat digunakan.Jangan gunakan salep mata.
Mencari bantuan medis.
 Kontak Kulit : Setelah kontak dengan kulit, segera cuci
dengan banyak air.
 Inhalasi : Biarkan korban untuk beristirahat di area yang berventilasi.
Mencari bantuan medis segera. Bila terjadi inhalasi serius evakuasi
korban ke daerah yang aman secepatnya.Kendurkan pakaian ketat
seperti kerah, dasi,ikat pinggang atau pinggang.
 Tertelan : Jangan memaksakan muntah. Periksa bibirdan mulut untuk
memastikanapakah jaringan yang rusak, indikasi kemungkinan bahwa
bahan beracun tertelan; tidak adanya tanda-tanda seperti itu,
bagaimanapun, tidakkonklusif. Kendurkan pakaian ketat sepertileher,
dasi, ikat pinggang atau pinggang.Jika korban tidak bernafas,
melakukan mulutke mulut. Mencari perhatian medis segera.

F. PROSEDUR KERJA
Persiapan larutan standar dan penentuan panjang gelombang
masksimum
1. Buat larutan dengan komposisi seperti dalam tabel berikut
Larutan Fe (II) Hidroksilamin Na asetat o-fenantrolin Aquades
100 ppm, ml hidroklorida 10%, ml 0,1%, ml sampai, ml
10%, ml
0 0,5 5 5 50
1 0,5 5 5 50
1,5 0,5 5 5 50
2 0,5 5 5 50
2,5 0,5 5 5 50
3 0,5 5 5 50
3,5 0,5 5 5 50
4 0,5 5 5 50

8
Sampel (25 ml) 0,5 5 5 50

2. Diamkan larutan tersebut dalam 5 menit


3. Tentukan panjang gelombang maksimum nya terlebh dahulu, dengan
cara mengkur serapan / absorbansi larutan standar yang
konsentrasinya sedang (di tengah-tengah deret larutan standar yang
dibuat), dengan berbagai / variasi panjang gelombang
4. Buat kurva antara panjang gelombang, lawan absorbansi, dan
tentukan panjang gelombang maksimumnya
Penentuan kurva kalibrasi (panjang gelombang maks setelah
dilakukan percobaan : 500 nm)
1. Tentukan / ukur absorbansi setiap larutan standar dan absorbansi
larutan cuplikan (pada panjang gelombang maksimum)
2. Buat kurva kalibrasi, antara konsentrasi larutan standar dengan
absorbansinya

G. TABEL DATA PENGAMATAN


1. Menggunakan spektronik 20
Tabel 1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Absorbansi Transmitansi
Gelombang (Nm)
380 0,0457 90
400 0,1549 70
420 0,2291 59
440 0,2596 55
460 0,2924 51
480 0,3467 45
500 0,3565 44

9
520 0,3372 46
540 0,2518 56
560 0,0809 83
580 0,0043 99

Tabel 2. Pembuatan kurva kalibrasi (panjang gelombang maks : 500


nm)
Konsetrasi Absorbansi Transmitansi
(Ppm)
0 (0 ml)
2 (1 ml) 0,4559 35
3 (1,5 ml) 0,2218 60
4 (2 ml) 0,3010 50
5 (2,5 ml) 0,3565 44
6 (3 ml) 0,5086 31
7 (3,5 ml) 0,5376 29
8 (4 ml) 0,6020 25
Sampel x 1,796 1,6

2. Menggunakan sepektrofotometer labo


Tabel 3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang Absorbansi Transmitansi
Gelombang
(Nm)
380 0,0496 89,2
400 0,1255 74,9
420 0,1771 66,5
440 0,2298 58,9
460 0,2700 53,7
480 0,3001 50,1

10
500 0,3178 48,1
520 0,3045 49,6
540 0,1713 67,4
560 0,0649 86,1
580 0,0250 94,4

Tabel 4. Pembuatan kurva kalibrasi (panjang gelombang maks : 500


nm)
Konsetrasi Absorbansi Transmitansi
(Ppm)
0 (0 ml)
2 (1 ml) 0,3334 46,4
3 (1,5 ml) 0,1636 68,6
4 (2 ml) 0,2358 58,1
5 (2,5 ml) 0,2949 50,7
6 (3 ml) 0,3705 42,6
7 (3,5 ml) 0,4341 36,8
8 (4 ml) 0,5482 28,3
Sampel (x) 1,796 1,6

H. PENGOLAHAN DAN EVALUASI DATA


Menghitung konsentrasi ppm

V1 x ppm1 = V2 x ppm2

Fe (II) 0 ml Fe (II) 1 ml
0 x 100 = 50 x ppm 2 1 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 0 Ppm2 = 2

11
Fe (II) 1,5 ml Fe (II) 3 ml
1,5 x 100 = 50 x ppm 2 3 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 3 Ppm2 = 6

Fe (II) 2 ml Fe (II) 3,5 ml


2 x 100 = 50 x ppm 2 3,5 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 4 Ppm2 = 7

Fe (II) 2,5 ml Fe (II) 4 ml


2,5 x 100 = 50 x ppm 2 4 x 100 = 50 x ppm 2
Ppm2 = 5 Ppm2 = 8

Menentukan absobansi dari transmitansi

A = Log 1/%T

 Untuk spektronik-20
Penentuan absorbansi larutan blangko
Data ke 1 A = log 1/0,45 = 0,3467
A = log 1/0,9 = 0,0457 Data ke 7
Data ke 2 A = log 1/0,44 = 0,3565
A = log 1/0,7 = 0,1549 Data ke 8
Data ke 3 A = log 1/0,46 = 0,3372
A = log 1/0,59 = 0,2291 Data ke 9
Data ke 4 A = log 1/0,56 = 0,2518
A = log 1/0,55 = 0,2596 Data ke 10
Data ke 5 A = log 1/0,83 = 0,0809
A = log 1/0,51 = 0,2924 Data ke 11
Data ke 6 A = log 1/0,99 = 0,0043

12
Penentuan absorbansi larutan standar
Data ke 2 A = log 1/0,44 = 0,3565
A = log 1/0,35 = 0,4559 Data ke 6
Data ke 3 A = log 1/0,31 = 0,5086
A = log 1/0,6 = 0,2218 Data ke 7
Data ke 4 A = log 1/0,29 = 0,5376
A = log 1/0,5 = 0,3010 Data ke 8
Data ke 5 A = log 1/0,25 = 0,6020
 Untuk spektofotometer labo
Penentuan absobansi larutan blangko
Data ke 1 A = log 1/0,501 = 0,3001
A = log 1/0,892 = 0,0496 Data ke 7
Data ke 2 A = log 1/0,481 = 0,3178
A = log 1/0,749 = 0,1255 Data ke 8
Data ke 3 A = log 1/0,496 = 0,3045
A = log 1/0,665 = 0,1771 Data ke 9
Data ke 4 A = log 1/0,674 = 0,1713
A = log 1/0,589 = 0,2298 Data ke 10
Data ke 5 A = log 1/0,861 = 0,0649
A = log 1/0,537 = 0,27 Data ke 11
Data ke 6 A = log 1/0,944 = 0,025
Penentuan absorbansi larutan standar
Data ke 2 A = log 1/0,507 = 0,2949
A = log 1/0,464 = 0,3334 Data ke 6
Data ke 3 A = log 1/0,426 = 0,3705
A = log 1/0,686 = 0,1636 Data ke 7
Data ke 4 A = log 1/0,368 = 0,4341
A = log 1/0,581 = 0,2358 Data ke 8
Data ke 5 A = log 1/0,283 = 0,5482

13
Kurva penentuan panjang gelombang maksimum

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580

Series 1 Column2 Column1

Panjang gelombang maks = 500nm

Penentuan konsentrasi besi metode o-Fenantrolin


1. Buat kurva kalibrasi, antara konsentrasi larutan standar lawan
absorbansinya
Menggunakan septronik-20

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 3 4 5 6 7 8

absorbansi

14
Menggunakan spektrofotometer labo

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 3 4 5 6 7 8

absorbansi

2. Untuk menentukan konsentrasi analit/ sampel, intrpolasikan


absorbansi larutan sampel yang telah diukur kedalam kurva kalibrasi
tersebut
 Hasil Pengukuran Absorbansi sample
(y) = 1,796

 Persamaan garis yang diperoleh


y = AX + B
1,796 = 0,063X + 0,0741
1,796-0,0741 = 0,063 X
X = 1,7219/0,063
X = 27,33 ppm

I. PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran absorbansi atau transmitansi sinar monokromatis oleh suatu
larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik. Pada percobaan
kali ini, metode yang kami lakukan adalah metode o-fenantrolin. Langkah
awal yang kami lakukan adalah pembuatan larutan induk Fe2+ 1000 ppm 500
ml ditambah H2SO4 4N 2 ml, yang nantinya campuran ini akan diencerkan

15
menjadi 100ppm. Selain itu, kami juga membuat larutan hidroksilamin
hidroklorida 10% 200 ml, Na asetat 10% 500 ml, dan o-fenantrolin 0.1%
500ml.
Setelah pembuatan larutan, kami membuat larutan standar dengan
mengambil larutan Fe2+ 100 ppm sebanyak 8 kali ke dalam labu takar 50 ml,
masing nasing 0; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4 (ml) dan ambil larutan sampel
sebanyak 25 ml . Masing-masing larutan ditambahkan 0,5 ml hidroksilamin
hidroklorida, 5ml Na asetat, dan 5 ml fenantrolin. Kemudian tambahkan
aquades sampai tanda batas. Akan terjadi perubahan warna menjadi oren
kekuning kuningan.
Gunakan larutan blanko dan larutan standar dengan konsentrasi sedang
yaitu 2,5 ml. Untuk menentukan panjaang gelombang maksimum melalui
pengukuran transmitansi dengan spektronik 20 dan spektrofotometer labo.
Lalu buat kurva antara absorbansi (log 1/T) lawan panjang gelombang.
Diperoleh panjang gelombang maksimumnya adalah 500 nm. Kemudian kami
menentukan nilai transitansi semua larutan standar dan larutan sampel
dengan menggunakan panjang gelombang maksimum tersebut. Setelah
semua data transmitansi diperoleh, kami membuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi larutan standar lawan absorbansi (log 1/T). Diperoleh persamaan
1,796 = 0,063X + 0,0741 dengan regresinya 0,9. Substitusi nilai absorbansi
larutan sampel pada y, kemudian diperoleh nilai x sebagai konsentrasi dari
larutan sampel = 27,33 ppm Umumnya, semakin besar absorbansi maka
semakin besar konsentrasinya.

16
J. KESMPULAN
Panjang gelombang maksimum didapatkan sebesar 500 nm
kadar Fe sampel diperoleh sebesar 27,33 ppm dari nilai absorbansi sebesar
1,796 dan persamaan kurva kalibrasi 1,796 = 0,063X + 0,0741
pada umumnya, semakin besar absorbansi maka semakin besar
konsentrasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sastrohamidjojo Hardjono, “Spektrokopis UV dan Terlihat”, Laboratorium


Analis Kimia/ Fisika Pusat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Anwar Nur M, 1989, “Teknik Spektrokopis”, Pusat Antar Universitas –


Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor

Day RA, Underwood AL, Modern Methods Of Chemical Analysis, John


Willey & Sons, New York, 1976

Skoog, D.A, Principles of Instrumental Analysis, Rinehart And Wnston Inc,


New York

Brink, O.G, Sachri Sobandi, 1984, “Dasar Ilmu Instrumen”, Bina Cipta,
Jakarta

Khopkar, S.M, Sapatorahardjo, 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI


Press, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai