Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IMPLEMENTASI & REAKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA

DIGITAL PADA GENERASI MILLENIAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nuraisyah Damayanti

NIM : 06111382126060

KELAS : PALEMBANG

DOSEN PENGAMPU :

Bapak Zulhidayat, S.H., M.H.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN

2021
LATAR BELAKANG

Saat ini perkembangan kehidupan manusia tidak lepas dari adanya

teknologi,termasuk dalam ranah sosial dan pendidikan. Teknologi adalah mencakup

segala perangkat yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Sebagai bangsa yang

merdeka pada abad ke-20ini, mengharuskan bangsa Indonesia ikut berlomba-lomba

dalam membangun dan melakukan proses peningkatan teknologi agar dapat

menanggulangi tantangan-tantangan pada masa ini1. Selain itu, kehadiran arus

globalisasi dan upaya modernisasi negara-negara didunia juga menyebabkan

perkembangan teknologi menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi oleh badan-badan

penyedia perangkat teknologi. Salah satu teknologi yang paling berperan dalam

kehidupan manusia adalah internet.Internet merupakan singkatan dari interconnection

networking yaitu jaringan yang menggabungkan beberapa komputer dan terhubung

dalam sebuah internet protocol (IP),mecakup secara luas keseluruh dunia 22. Semenjak

kemunculan internet pada tahun 1969 dan kemudian mengalami kemajuan yang sangat

pesat pada kisaran tahun 1993/1994, kehadiran internet telah mampu membawa

perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Terutama dalam hal kebebasan

untuk berkomunikasi dan menyebarkan berbagai informasi kepada seluruh penjuru

dunia, tanpa mengenal batas-batas wilayah geografis. Banyaknya manfaat dan

kemudahan yang ditawarkan oleh internet juga berbandinglurus dengan dampak negatif

yang dihasilkan. Secara garis besar dampak negatif penggunaan internet adalah pertama

semakin berkurangnya sifat sosial manusia, hal ini dikarenakanmereka lebih suka

berkomunikasi menggunakan media berbasis internet dari pada bertemudan bertukar

sapa secara langsung. Kedua, pornografi dan tindak kejahatan lainnya marak

1
Lih. Mangunwijaya, Y.B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya , hal. 6
2
Lih. Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP , hal. 9

1
berseliweran pada beranda-beranda pada hampir setiap web internet dan tanpa filter

gambar maupun adegan. Tentu saja ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan

generasiselanjutnya, dan jika hal ini dibiarkan terus menerus maka generasi-generasi

muda Indonesia, terutama generasi milenial yang mana mereka terlahir dan hidup pada

jamanteknologi tinggi ini, akan mengalami degradasi sosial dan moral. Degradasi sosial

dan moral yang berkepanjangan sedikit banyak dapat mempengaruhi kelangsungan

hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk

menanggulangi degradasi moral dan sosial yang ada. Salah satu cara yang

dapatdigunakan guna menanggulangi masalah tersebut adalah dengan kembali kepada

nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu, perlu untuk melakukan reaktualisasi nilai-nilai

Pancasila khususnya untuk generasi milenial dan kepada masyarakat Indonesia

umumnya.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

makamasalah yang akan di bahas meliputi:

1. Bagaimana kehidpan Pancasila dizaman sekarang?

2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?

3. Bagaimana reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial?

4. Bagaimana mengimplementasikan Pancasila pada generasi milenial?

TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah yang telah diambil adalah yang pertama adalah
untuk mengetahui eksistensi dan kehidupan Pancasila pada masa kini. Tujuan yang
kedua adalah untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial, yang
ketiga adalah mengetahui breaktualisasi Pancasila pada generasi milenial, dan kemudian
yang terakhir adalah untuk mengetahui pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada

2
generasi milenial. (Tujuan selalu menjawab rumusan masalah, jadi jumlah jabaran sama
dengan jumlah rumusan masalah).

PEMBAHASAN
EKSISTENSI PANCASILA DI ZAMAN SEKARANG
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan
Sila berarti dasar. Pancasila adalah lima dasar yang menopang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengalaman Pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung
dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang telah di ekstrak sedemikian rupa oleh
orang-orang hebat pendiri bangsa Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila juga dapat
dikatakan sebagai jiwa dari bangsa Indonesia.
“Pancasila lahir dari dua himpitan ideologi besar yang pada saat itu menguasai
dunia. Ibarat bayi yang baru lahir, Pancasila harus menghadapi dua raksasa yang
sudah memiliki segalanya: kekuasaa, senjata, modal, dan tentu saja pasukan.
Akan tetapi bayi Pancasila ini kemudian bertumbuh dan akhirnya menjadi
semakin besar. Dan mulai diperhitungkan dalam percaturan ideologi dunia. 3”
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai dasar
negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang
harus dihayati dan dijadikan pedoman oleh seluruh warga negara Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai suatu sistem nilai,
Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat ini. Lalu,
bagaimana kondisi Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa pada era globalisasi ini?
Nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi
yang selalu membawa karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan
sarana untuk menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat
diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol dan garnis
saja. Pelengkap dan pemanis, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini terlihat dari begitu
pesat masuknya dampak-dampak globalisasi yang masuk begitu saja ke Indonesia tanpa
tedeng aling-aling dan filter. Dampak globalisasi tentu bukan hanya mengenai dampak
positif saja, dampak negatif dari adanya arus tersebut juga berbanding lurus dengan
dengan dampak positif yang ditawarkan.
Salah satu dampak dari masuknya arus globalisasi yang membawa konsep
modernisasi adalah kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia, dan
merupakan fenomena yang aktual bahwa globalisasi sesungguhnya membawa misi
liberalisasi dengan pesan-pesan visi dan misi Hak Asasi Manusia (HAM) serta
demokrasi, kebebasan dan keterbukaan.4
3
Lih. Surono. 2014. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA
2015), hal.1
4
Lih. Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, hal. 8

3
Globalisasi adalah tantangan bagi setiap negara pada abad ke-20 ini. Diantara
basis modernisasi dan globalisasi terbesar terletak pada aspek teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat bebas, menyeluruh dan
dapat memutus jarak antar belahan bumi satu dan lainnya tentunya dapat membawa
beragam informasi dari seluruh belahan dunia. Informasi mengenai budaya, bahasa dan
tren kekinian pun dapat diperoleh dengan mudah melalui situs-situs yang di sediakan
oleh internet ataupun melalui media komunikasi dan informasi lain. Arus informasi
yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang
negatif juga semakin besar.
Seperti yang telah diketahui, bahwa tidak semua informasi yang didapatkan dari
dunia maya merupakan informasi yang baik dan mendidik, banyak juga di antara
informasi-informasi tersebut yang melenceng dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Contoh kecil yang seringkali ditemui pada kehidupan sehari-hari adalah dari
cara berpakaian banyak remaja-remaja yang cenderung berdandan seperti artis-artis
Barat. Dapat dikatakan bahwa pakaian tersebut merupakan pakaian minim bahan serta
memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya tidak patut untuk diperlihatkan. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa gaya berbusana tersebut tidak sesuai dengan kepribadian dan
kebudayaan bangsa Indonesia. (contoh sinetron berantem)
Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan
mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan
teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak semestinya, contohnya adalah untuk
membuka situs-situs porno. Selain itu, internet juga seringkali dijadikan ajang pemecah
belah bangsa dengan cara menyebarkan berita-berita yang tidak bertanggung jawab
ataupun menyebarkan ajaran-ajaran radikal yang berpotensi menghancurkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selain internet, kecanggihan teknologi komunikasi
seperti handphone juga telah mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang
individualistik dan memiliki rasa sosial yang rendah, mereka lebih memilih sibuk
dengan menggunakan handphone dari pada bertatap muka langsung dengan seseorang,
karena menganggap hal tersebut adalah merepotkan. Dilihat dari sikap, banyak anak
muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa
peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati. Hal ini jelas membuktikan bahwa nilai Pancasila
sebagai tameng dan pandangan hidup bangsa sudah mulai memudar. Pandangan hidup
itu artinya setiap bangsa yang ingin berdiri kukuh dan ingin mengetahui dengan jelas
kemana arah tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup bangsa,
inilah suatu bangsa akan memandang suatu persoalan yang dihadapinya dan
menentukan arah serta memecahkan secara tepat. Tanpa memiliki pandangan hidup,
suatu bangsa akan terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul, baik
persoalan masyarakatnya sendiri maupun persoalan besar umat manusia dalam
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa dunia. Pandangan hidup harus berakar pada nilai-
nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan masyarakat yang menjadi unsur
rakyat itu.

4
KARAKTERISTIK GENERASI MILENIAL
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin)
yang berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain) 5. Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana
dalam setiap kehidupannya mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain.
Oleh karena itu, manusia membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup yang lain.
Manusia merupakan makhluk yang terus berkembang mengikuti jaman. Pendeknya,
kodrat manusia bukan sesuatu yang kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan tidak
“di-kapsul-kan” 6. Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam
dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi milenial
merupakan perwujudan dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi.
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan
tahun 2000. Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi
mengalami perubahan yang drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu
generasi X. Terutama sejak diperkenalkan dengan pemanfaatan teknologi. Kehidupan
sosial pada generasi ini sangat tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi
yang ada, dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak
dipergunakan adalah teknologi berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini
merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan
generasi milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan
komunikasi karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan
kecepatan akses. Berikut adalah karakteristik generasi milenial :
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui
internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone
mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya.
Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka sangat
tergantung dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger)
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu
berhubungan dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam
memperoleh informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam
memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun. Mereka dengan cepat
bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan kadang mereka
melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas email ataupun
permintaan respon dari komunitasnya, bahkan mungkin mereka lebih
mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan (Oblinger &
Oblinger).

5
Lih. KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
6
Lih. Leahy, Louis. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis Tentang Manusia), hal. 22

5
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu
chatting dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging),
berbagi informasi dan bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam
facebook, twitter dan lain-lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman,
perbedaan, dan mereka nyaman berinteraksi dengan orang asing yang tidak
dikenal sekalipun (Oblinger & Oblinger). 7Generasi milenial adalah orang-
orang yang paling sering, bahkan selalu terhubung dengan media sosial. Kadang,
apa yang dilakukan di media sosial hanya menunjukan eksistensi keseharian
mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi hati melalui media sosial. 8
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik,
fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama
jika dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby boom pada saat usia
yang sama9.
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung
kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga
memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya,
pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup.10
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang
buruk, sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau ponsel
pintar. Banyak yang menyebutnya sebagai generasi galau karena sering tidak
betah di suatu tempat atau menekuni suatu hal. 11

REAKTUALISASI PANCASILA PADA GENERASI MILENIAL


Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan
lebihuntuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan
kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-
nilai Pancasila.Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa menjadikanmasyarakat Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan
tongkatnya. Persoalan yangsangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang
ialah pembudayaan dan aktualisasinilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan
mendasar.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga
bangsaIndonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh
pengaruh dariluar maupun dari dalam negeri. Dengan demikian, di era globalisasi
seperti sekarang ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsaIndonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya
menjadi karakter masyarakatIndonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati
diri bangsa Indonesia. Oleh karenaitu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
pada generasi milenial. Melakukanreaktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
7
Lih. Wulandari, Dian. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net Generation, hal 2-5
8
Lih. http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-millennial-sebagai -anak-millennial-kamu-setuju-nggak-nih-1489737777
9
Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html
10
Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html
11
Lih. https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY

6
kehidupan bangsa Indonesia merupakansuatu imperatif yuridis dan imperatif politis.
Karena Pancasila adalah dasar filsafat negaraIndonesia dalam segi yuridis dan politis.
Oleh karena itu, agar nilai-nilai Pancasila tidak punah oleh arus globalisasi yang sangat
dahsyat, maka reaktualisasi nilai-nilai Pancasilatidak dapat ditunda-tunda lagi 12.
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang
pertama adalah dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non
formalyang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-sekolah
formalmelalui internalisasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di semua
jenjang pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan
tinggi.
“Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila
ditemukan baik secara struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural,
negara belum sepenuhnya memiliki instrumen yang memadai untuk mengenalkan
Pancasila pada level implementatif sejak dini. Memang Pancasila telah didesain
sebagai kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak punya
kekuatan implementatif. Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya didesain
dengan sekadar tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus
lebih implementatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai
Pancasila akan lebihmengena dan tepat sasaran, misalnya tentang bagaimana
mengajarkan secara praktisdan memberi contoh untuk menghargai perbedaan,
toleransi, dan tidak korupsi.”13
Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-
nilaiPancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai
dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan
masyarakat.Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik
pemimpin formal(pejabat negara) maupun informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh
orang tua dan guru dilingkungan pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai nilai-
nilai Pancasila, diharapkanmasyarakat luas akan mengikuti.
Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah
gunamengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama
padagenerasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila di
dunia pendidikan merupakan yang paling efektif, karena pendidikan tidak hanya
mecetak manusia-manusia yang cerdas, terampil, namun juga mencetak manusia yang
diharapkan dapatmempertahankan mempertahankan, mengembangkan dan
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang
berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan
pornografi, pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga memerlukan

12
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia, hal. 8
13
Lih. https://nasional.sindonews.com/berita/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-pancasila-pada-masa-kini/10

7
dukungan dari pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian
selanjutnya adalahdengan memasukkan konten-konten mengenai Pancasila dan
kebangsaan dalam setiap mediacetak maupun elektronik. Membumikan kembali nilai-
nilai Pancasila melalui media sosialsangat penting untuk dilakukan karena generasi
milenial merupakan generasi yang sangatdekat dengan teknologi, utamanya adalah
media sosial.

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA GENERASI MILENIAL


Dalam usaha-usaha untuk meletakkan dasar-dasar masyarakat modern kita
bukan saja menyerap masuk modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dari
luar, akan tetapi terbawa masuk pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal dari
kebudayaan lain. Masuknya nilai-nilai kebudayaan lain ini makin deras mengalir sejalan
dengan kebebasan yang dengan sadar juga kita buka kembali.
Dorongan lain mengenai perlu adanya pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila adalah pergantian generasi yang segera akan terjadi dalam tahun-tahun
mendatang. Pergantian generasi sendiri adalah proses yang alami dan harus tetap
berlangsung secara alami. Pergantian generasi yang akan datang mempunyai arti yang
khusus, karena generasi yang baru tidak mengalami secara langsung perjuangan
kemerdekaan yang melahirkan Republik ini. Pengalaman yang berlainan, tantangan dan
jawaban terhadap masalah-masalah pokok yang berlainan, dapat melahirkan tanggapan
yang berbeda mengenai cita-cita kemerdekaan.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa
Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh
dari luar maupun dari dalam negeri. Dengan demikian, di era globalisasi seperti
sekarang ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi
karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya implementasi nilai-nilai Pancasila pada
generasi milenial. Melakukan implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
kehidupan bangsa Indonesia merupakan suatu imperatif yuridis dan imperatif politis.
Karena Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia dalam segi yuridis dan politis.
Oleh karena itu, agar nilai-nilai Pancasila tidak punah oleh arus globalisasi yang sangat
dahsyat, maka implementasi nilai-nilai Pancasila tidak dapat ditunda-tunda lagi. 14

Implementasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara :

14
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia, hal. 8

8
1. yang pertama adalah dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal
dan non formal yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf
sekolah-sekolah formal melalui internalisasi pendidikan karakter pada semua
mata pelajaran di semua jenjang pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini
sampai dengan pendidikan tinggi.“Dalam konteks pendidikan, problem dalam
aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditemukan baik secara struktural maupun
kultural. Pada tingkat struktural, negara belum sepenuhnya memiliki instrumen
yang memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level implementatif sejak
dini. Memang Pancasila telah didesain sebagai kurikulum yang diajarkan di
sekolah-sekolah, tetapi tidak punya kekuatan implementatif. Kurikulum
Pancasila seharusnya tidak hanya didesain dengan sekadar tatap muka di dalam
kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif dalam kehidupan
sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih mengena dan
tepat sasaran, misalnya tentang bagaimana mengajarkan secara praktis dan
memberi contoh untuk menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi.15
2. Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat
dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan
juga lingkungan masyarakat. Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan
para pemimpin baik pemimpin formal (pejabat negara) maupun informal (tokoh
masyarakat) dan juga oleh orang tua dan guru di lingkungan pendidikan. Dengan
keteladanan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat luas akan
mengikuti.
3. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna
mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila,
terutama pada generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan
implementasi Pancasila di dunia pendidikan merupakan yang paling efektif,
karena pendidikan tidak hanya mecetak manusia-manusia yang cerdas, terampil,
namun juga mencetak manusia yang diharapkan dapat mempertahankan
mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
4. Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-
situs yang berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan
dengan pornografi, pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga
memerlukan dukungan dari pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga
masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah dengan memasukkan konten-konten
mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap media cetak maupun
elektronik. Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila melalui media sosial
sangat penting untuk dilakukan karena generasi milenial merupakan generasi
yang sangat dekat dengan teknologi, utamanya adalah media sosial.

KESIMPULAN
15
Lih. Sumardjoko, Bambang. 2017. (https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-
pancasila- pada-masa-kini-1496431646).

9
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan
nasional. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata
dunia sampai dengan saat ini. Namun pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila
kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa
karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk
menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat
diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan
teknologi. Generasi ini merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai
dengan tahun 2000. Oleh karenanya, generasi ini merupakan generasi dengan
tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini. Ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap internet tersebut menyebabkan generasi milenial lebih memilih
menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi karena internet
dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Jika
pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan
mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan
mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak semestinya.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat
penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari
itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia
sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial.
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang
pertama adalah melalui internalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap bidang
pelajaran pada lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non formal.
Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah
dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah. Dan langkah terakhir adalah
reaktualisasi Pancasila melalui media sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat


dan Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Yogyakarta: Universitas
Gajahmada.
KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis tentang Manusia).
Yogyakarta: Kanisius
Mangunwijaya, Y. B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Notonagoro. 1980. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara. Malang: Wisnuwardhana Malang Press
Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP.
Yogyakarta: Mediakom.
Wulandari, Dian. 2011. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan
Kebutuhan Net Generation (artikel).
(https://www.repositiory.petra.ac.id>net_generation1. diakses pada 14
Maret 2022).
Ardian, Bagas. 2015. Lunturnya Ideologi Pancasila di Kehidupan Generasi
Muda. (Online).
(https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-lunturnya-
ideologi-pancasila-di-kehidupan-generasi-muda/. , diakses pada 14 maret
2022)
Wibisono, Nuran. 2016. Memahami Generasi Galau. (Online).
(https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY , diakses tanggal 14 Maret
2022).
Rani, Rezita. 2017. Ciri-Ciri Generasi Millennial. Sebagai Anak Millennial,
Kamu Setuju Nggak Nih?. (Online). ( http://trivia.id/post/ciri-ciri-
generasi-millennial-sebagai-anak-millennial-kamu-setuju-nggak-
nih1489737777,diakses pada 14 Maret 2022 ).
Sumardjoko, Bambang. 2017. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kini.
(Online). ( https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-
nilai-nilai-pancasila-pada-masa-kini-1496431646 , diakses pada 14
Maret 2022)
Wahyuningsih, Agustin. 2015. Mengenal generasi millenial dan
karakteristiknya. (Online). ( https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-
millenial-dan- karakteristiknya-150320a.html , diakses pada 14 Maret 2022 )
Kansil. 2006. Modul pancasila dan kewarganegaraan. Jakarta: PT Pradnya
Paramita

11

Anda mungkin juga menyukai